Saat tahu isi suratnya tersebar, Tong Xi jadi malu setengah mati. Image yang selama ini sudah di bangunnya terancam hancur. Padahal, dia sudah merubah isi suratnya, tapi kenapa bisa tersebar? Mampus sudah! Yang lebih bahaya, kalau semua orang sudah melihat surat itu, Guru Jia juga pasti melihatnya kan? Bahaya!Ibunya akan ke sekolah hari Senin dan kalau Guru Jia sampai membahas soal surat itu pada ibunya, riwayatnya pasti tamat. Misalnya Guru Jia nggak tahupun, tapi pas Ibunya datang dia pasti bisa mendengar semua orang yang membicarakan suratnya.
Dan diatas semua masalah yang mungkin akan timbul, Tong Xi lebih takut akan mengecewakan banyak orang. Selama ini, teman-teman di kelas sudah sangat mempercayainya dan menyukainya, tapi dia malah mengecewakan semua orang karena dirinya tidak seperti yang selama ini dibayangkan orang-orang. Dia nggak tahu harus bagaimana menghadapi semuanya setelah kebenarannya terbongkar.
Bukan hanya Nan Yi yang khawatir pada Tong Xi, tapi juga Tao Zhu. Dia pergi ke Dalanxiang untuk mencari Tong Xi, tapi yang ada di sana malah Yi Ming. Tao Zhu udah pergi ke rumah Tong Xi sebelumnya, tapi nggak ada orang. Dia juga udah menelpon Tong Xi, tapi nggak diangkat. Eh, pas kemari, Yi Ming malah mengajak bergosip membicarakan surat Tong Xi yang tersebar. Tao Zhu beneran kesal dan menyebutnya bermulut besar.
Yi Ming kelihatannya sangat salah paham. Dia beneran mengira Tao Zhu menulis surat untuknya, makanya dia jadi bersikap aneh dihadapan Tao Zhu. Tao Zhu yah mana ngerti sama ucapan dan tingkah anehnya. Yang lebih dia pikirkan sekarang adalah Tong Xi.
Tong Xi jujur pada Nan Yi kalau dia sebenarnya nggak ingin berbohong mengenai sifat aslinya. Niat awalnya hanya ingin membuat orang lain lebih menyukainya. Tapi, semua orang menganggapnya ‘angsa putih’ dan memperlakukannya dengan baik. Semua orang membantu dan menjaganya. Dia jadi terobsesi dengan perasaan itu dan akhirnya malah jadi begini.
Nan Yi merasa meskipun Tong Xi bukan ‘angsa putih’, orang-orang pasti akan tetap menyukainya. Tong Xi merasa hal itu nggak mungkin. Dulu, di Dacheng, dia memang punya banyak teman, tapi tidak ada yang memperlakukannya seperti di sini. Semua temannya di Dacheng, baik laki-laki ataupun perempuan, memperlakukannya seperti saudara. Dan karena itulah, saat mendapat perhatian seperti ini di sini, dia ingin merasakannya. Tong Xi juga mengakui kalau dia sedikit angkuh.
“Aku tidak tahu kenapa kau bisa berpikir seperti itu. Mengapa harus berpura-pura menjadi orang lain? Waktu kecil, kau begitu lucu. Aku paham. Kau seperti ini untuk kesenangan sesaat. Tapi, kau lihat sendiri kan? Segala kemewahan yang kau dapatkan juga membawa banyak kesulitan,” komentar Nan Yi.
“Aku juga tahu dari awal kalu tidak mungkin bisa terus berpura-pura. Cepat atau lambat akan berakhir. Tapi, tidak kusangka akan berakhir begini.”
“Berjanjilah padaku. Begitu masalah ini selesai, kau harus mencari cara menyelesaikan semua ini (kepura-puraannya). Jika masih tidak mau kembali ke dirimu yang asli dan mendapat masalah lagi, aku tidak akan membantumu lagi.”
Tong Xi setuju. Setelah mendapat jawaban Tong Xi, Nan Yi menjauh darinya untuk menelpon seseorang. Dia menelpon Jiajia untuk meminta bantuan menghapuskan postingan di salah satu forum (Maaf, aku juga kurang ngerti gimana. Mungkin, surat Tong Xi itu di post di forum sekolahan gitu (?). Nah, sama Nan Yi, dia minta tolong managernya untuk membantu postingan di forum tersebut. Mungkin, manager Nan Yi mengenal si pemilik forum).
Setelah itu, Nan Yi membawa Tong Xi ke Dalanxiang. Tao Zhu yang melihat kedatangannya, langsung menanyakan keadaannya dengan khawatir. Sementara Yi Ming malah kepo mau tahu apa tulisan itu beneran Tong Xi yang membuatnya atau tidak? Tao Zhu jadi makin kesal dengannya dan menyuruh Nan Yi untuk membawa Yi Ming, biar dia bisa bicara berdua dengan Tong Xi.
Setelah tinggal berdua, Tao Zhu langsung nanya, Tong Xi adalah penggemar Dewa Qing He kan? Dia yakin karena surat Tong Xi yang tersebar di internet itu, mirip dengan kata-kata yang tertulis di website Qing He. Di website tersebut, ada seorang fans yang dijuluki menjadi pacar Qing He! Makanya, dia menyimpulkan kalau Tong Xi pasti meniru tulisan di website itu.
“Sebenarnya, aku bukannya meniru. Aku adalah satu-satunya pacar yang ditunjuk Qing He sebagai pacarnya,” beritahu Tong Xi.
Tao Zhu shock, tapi juga sangat senang karena ‘pacar Qing He’ ternyata adalah temannya. Tapi, kenapa dulu waktu dia nanya mengenai apakah dia suka Qing He, dia nggak mengakuinya? Tong Xi mengaku kalau dia salah karena sudah berbohong. Dan dia juga mengakui kalau sifatnya sebenarnya bukan seperti yang ditunjukkannya selama ini. Dia itu nggak feminim dan bisa bicara kasar.
Saat tahu itu, Tao Zhu nggak marah. Dia hanya merasa senang, tapi lebih baik mereka menyembunyikan masalah ini dari Yi Ming. Soalnya Yi Ming itu bermulut besar. Nanti dia bisa menceritakannya pada siapapun!
Gara-gara masalah ini, walaupun Tao Zhu sudah tahu sifat aslinya, tapi Tong Xi tetap saja merasa malu jika bertemu teman-temannya. Meskipun Nan Yi bilang kalau postingan surat itu sudah dihapus dari forum, tetap saja percuma karena semua pasti sudah membacanya dan pasti akan ada yang menyimpannya. Ah, entah gimana nasibnya hari Senin nanti.
Nan Yi menyuruhnya untuk tidak khawatir. Pertama, hari ini adalah akhir pekan, jadi Guru Jia harusnya tidak melihat forum. Kedua, pemilik akun yang membuat postingan itu, adalah akun yang baru dibuat hari ini. Apa Tong Xi ada menyinggung orang akhir-akhir ini? Tong Xi yakin kalau dia nggak ada menyinggung orang soalnya dia kan baru 1 bulan di kota ini dan selama ini bersikap seperti ‘angsa putih’, jadi mana mungkin menyinggung orang.
Hm, apa jangan-jangan emailnya di retas? Tong Xi merasa itu lebih nggak mungkin karena dia sudah merevisi isi surat itu sebelum mengirimnya ke Wei Zhe. Isi suratnya hanya surat biasa, bukan penuh kata-kata puitis seperti ini.
Nan Yi sendiri juga merasa nggak asing dengan surat yang Tong Xi tulis, seolah sering membacanya.
--
Epilog,
Tao Zhu dan Yi Ming mencoba meminum air yang dicelupkan daun mint. Dan rasanya enak.