Sinopsis C-Drama : Summer Again Episode 07 - 1

 




Terbitnya komik MINT, membuat Tong Xi menjadi pembicaraan di sekolahnya karena karakter utama wanita di komik itu sangat mirip dengannya. Tong Xi tentu senang tapi dia berakting di depan Tao Zhu, seolah dia nggak begitu peduli dan bahkan sok merendah kalau itu hanya kebetulan. Bukankah wajah karakter di komik semuanya hampir sama? 


 Ke Er yang juga adalah pembaca komik Qing He, juga heran dan menanyakan pendapat Xiao Wan, kenapa wajah karakter utama di komik itu mirip seperti Tong Xi? Sudahlah. Daripada memikirkan itu, lebih baik mereka membeli kertas cinta sepulang sekolah nanti. Ini adalah musim surat menyurat yang waktu itu Tao Zhu bilang sama Yi Ming. 


Tong Xi yang merupakan murid baru, tentu nggak mengerti apa yang sedang dihebohkan seisi sekolah. Untungnya dia memiliki Tao Zhu yang bisa menjelaskan secara mendetail mengenai ‘musim cinta’ di sekolah ini. Jadi, ada sebuah legenda kuno di sekolah ini, yaitu menulis surat kepada orang yang disukai dengan kertas cinta yang dijual di supermarket di dekat sekolah. Lalu, kirimkan surat itu pada minggu pertama bulan April dan 99 persen akan mendapatkan balasan. Tapi, satu kertas hanya untuk satu orang. Jangan terlalu banyak menulis surat dan mengirimkannya karena tidak akan ampuh. 


Hm, di dalam hatinya, Tong Xi merasa kalau itu kan hanya trik marketing saja untuk membodohi anak keci. Eh, tapi apa beneran bisa dapat balasan? Tong Xi ingin mencobanya juga, tapi dia gengsi dan akhirnya menolak tawaran Tao Zhu yang mau membagi kertas cintanya. 


-SUMMER AGAIN-



Ckkckc. Tong Xi benar-benar menyulitkan diri sendiri. Padahal, dia bisa dengan mudah mendapatkan surat tersebut dari Tao Zhu, tapi dia lebih memilih menunggu hingga pulang sekolah. Kemudian, menunggu hingga lingkungan sekitar sekolah sepi, baru pergi ke supermarket untuk membeli kertas cinta. Sayang sekali, kertas cinta sudah habis dan stok terakhir sudah dibeli dua orang siswi. Dengan memohon, dia meminta siswi itu agar mau membagikannya 2 kertas cinta saja. 


Tong Xi nggak sadar aja kalau Nan Yi diam-diam mengikuti dan melihat kelakuannya itu.


Sementara itu, Tao Zhu sedang berada di Dalanxiang bersama Yi Ming. Yi Ming asyik membaca buku dan Tao Zhu serius menulis surat. Tentu saja surat itu akan dikirimkannya untuk senior Xu Ao. Yi Ming yang nggak suka melihatnya begitu fokus menulis surat cinta, mulai ribut memberi komentar. Mulai dari membahas Tao Zhu yang mau main drama padahal sebelumnya hanya tukang bersih-bersih di klub drama hingga surat cinta hanya tipuan bos supermarket. 


Saat Nan Yi datang, Yi Ming baru berhenti berkomentar. Karena Nan Yi datang terlambat, Mi Ya tentu menanyakan alasannya. Nan Yi menjawab kalau dia tadi piket. Nan Yi juga berpura-pura menanyakan kenapa Tong Xi nggak ada di sini? Tao Zhu menjawab kalau Tong Xi pulang cepat karena ada urusan di rumah. Ah, jawaban itu langsung membuat Nan Yi paham kenapa Tong Xi bertingkah mencurigakan tadi. Tong Xi nggak mau orang tahu kalau dia membeli kertas cinta. 



Tong Xi berhasil mendapatkan 2 kertas cinta, tapi dia bingung mau menulis surat untuk siapa. Soalnya Tao Zhu kan bilang kalau satu surat cinta untuk satu orang. Kalau terlalu banyak, nggak akan ampuh. Tapi, ada dua orang yang ingin Tong Xi kirimi surat saat ini, yaitu : Senior Wei Zhe dan Dewa Qing He. 


Hhmmm. Pilihan yang sangat sulit. Kalau dia mengirim surat cinta ke senior Wei Zhe, kemungkinan untuk dibalas akan lebih tinggi. Tapi, kalau dia mengirim ke Dewa Qing He dan akhrinya mendapatkan balasan, bukankah itu pencapaian terbesar sebagai seorang fans.


Benar-benar membingungkan. Dia udah pusing sama dua pilihan, eh, otaknya malah tiba-tiba terpikir untuk menulis surat ke Nan Yi. Dengan cepat, dia mengenyahkan pemikiran tersebut.


Saat sarapan, Ibu sempat mengomentari Tong Xi yang kelihatan lelah. Apa dia begadang? Tong Xi yang nggak mau dimarahi kalau ketahuan begadang karena memikirkan mau menulis surat cinta, berbohong kalau dia begadang karena mempelajari trigonometri. Ibu nggak marah tapi mulai menceramahinya untuk bisa mengatur waktu belajar dan menari dengan baik. Dia menekankan kalau Tong Xi berbeda dari orang lain karena Tong Xi harus masuk akademi tari. Dan juga, dia sudah mengatur janji akan bertemu dengan guru Jia harus Senin nanti. Tong Xi jelas kaget dong, soalnya Ibunya nggak ada bilang apa-apa sebelumnya.


Sialnya lagi, saat Ibu membantu memasukkan botol minum ke tasnya, Ibu menemukan surat yang sudah ditulisnya untuk senior Wei Zhe. Alhasil, surat itu di ambil sama Ibunya. 




Mood Tong Xi menjadi jelek karna hal tersebut. Dan bertambah jelek saat Xiao Wan menghampiri Nan Yi untuk memberikan surat cinta kosong. Tanpa malu atau segan, Xiao Wan menyuruh Nan Yi untuk menulis surat tersebut karena dia sudah mengantri lama untuk mendapatkannya. Dia juga meminta Nan Yi untuk segera menuliskannya karena hanya tersisa satu hari lagi dan mereka akan saling bertukar surat besok. (Tersisa satu hari lagi karna besok sudah hari Sabtu dan merupakan hari terakhir di minggu pertama bulan April). Tao Zhu dan Yi Ming yang melihat hal itu, sampai berkomentar kalau Xiao Wan begitu berani dan sama saja memaksa Nan Yi untuk menulis surat padanya. 

Semuanya sibuk sendiri padahal Nan Yi juga kelihatan nggak peduli. Dia sama sekali nggak melirik saat Xiao Wan menyelipkan buku itu padanya dan sibuk dengan kegiatannya mencampur-campurkan cairan kimia. (mereka sedang berada di kelas praktikum kimia).


Kecemburuan Tong Xi tampak jelas saat Nan Yi menawarkan untuk membawakan buku mereka ke kelas dan Tong Xi menolak. Yang kembali ke kelas untuk meletakkan buku hanya Nan Yi dan Tong Xi. Nan Yi sangat peka. Dia bisa tahu kalau Tong Xi cemburu, makanya dia menggoda Tong Xi dengan cara meletakkan buku Tao Zhu dan Yi Ming yang tadi dititipkan padanya ke atas kepala Tong Xi sambil bertanya, apa dia marah? Mendengar pertanyaan itu, Tong Xi panik. Dia juga nggak mengerti alasan kenapa dia marah. Akhirnya, dia membuat alasan pada diri sendiri kalau dia hanya sedang cemas karena Ibunya akan datang ke sekolah hari Senin dan Nan Yi malah membuatnya tidak fokus belajar tadi. Benar, inilah alasannya marah!


Nan Yi heran melihat reaksi Tong Xi. Dia nggak suka kalau mereka salah paham, makanya dia blak-blakan nanya, apa dia berbuat salah? Soalnya saat pelajaran Kimia tadi, suasana terasa canggung. Eh, Tong Xi malah emosi dengan menyuruh Nan Yi untuk tidak terlalu narsis. Dan juga, jika sekelompok dengannya, tolong kerjakan tugas dengan benar. Kalau nggak, dia yang susah. 


Nan Yi mengiyakan saja. Setelah itu, dia mulai merapikan buku Tao Zhu dan Yi Ming yang terjatuh tadi. Diantara buku yang terjatuh itu ada sebuah amplop. Tanpa memeriksa itu amplop apa dan punya siapa, Nan Yi langsung saja menyelipkan amplop itu pada sela salah satu buku Yi Ming atau Tao Zhu.




Setelah merapikan buku, dia segera menyusul Tong Xi dan yang lainnya ke lab komputer. Di lab komputer, Tao Zhu berpas-pasan dengan kelas Xu Ao yang baru saja siap memakai lab komputer. Otomatis, Tao Zhu langsung menjauh sedikit dari Yi Ming dan bicara dengan nada sangat lembut pada Xu Ao. Xu Ao juga berbasa basi menanyakan perkembangan Tao Zhu dalam menghafal naskah Wizard of Oz yang dia berikan waktu itu. Belum juga Tao Zhu menjawab, Yi Ming udah bilang kalau Tao Zhu masih belum bisa menghafal naskah. Tao Zhu langsung menginjak kaki Yi Ming dan berujar pada Xu Ao kalau dia sedang berlatih keras menghafal naskah dramanya.



Saat pelajaran komputer, Tong Xi dan Tao Zhu memilih duduk di meja komputer yang berbeda dari Nan Yi dan Yi Ming. Tong Xi masih marah pada Nan Yi tapi dia harus menjaga ekspresi mukanya di hadapan semua orang dan hal itu beneran membuatnya lelah. Dia baru sadar kalau mengatur ekspresi ternyata sangat sulit. 

Daripada terus marah sama Nan Yi, lebih baik dia memikirkan caranya mengirim surat pada senior Wei Zhe. Surat yang sudah ditulisnya dengan susah payah kemarin, sudah disita ibunya. Ibunya tadi sangat marah walaupun dia sudah beralasan kalau surat itu untuk seniornya di Dacheng yang merupakan Ketua klub seni, selalu mendapat nilai A, peringkat lima besar di sekolah dan bisa bermain piano. Benar-benar panutannya. Udah gitu, seniornya itu ternyata orang Xihai juga dan katanya akan pindah ke sekolahnya di kelas 3 nanti. Makanya, dia mengirim surat karna ingin belajar banyak tentang menari. Alasannya mana mungkin diterima dan di percaya sama Ibu. Kalau tujuannya untuk belajar, ngapain nulis surat dikertas seperti ini!



Belajar dari pengalaman, Tong Xi memutuskan untuk mengirim menggunakan email agar tidak ada jejak yang tertinggal. Kalau dia ngirim pakai email dan kemudian langsung menghapus riwayat pesan terkirim di emailnya tersebut, Ibu pasti nggak akan tahu. Dan untuk isi suratnya, dia mengcopy nya dari pesan yang ditulisnya ke Qing He. 

Sial. Benar-benar sial. Xiao Wan yang duduk tepat dibelakangnya, melihatnya sedang asyik mengetik padahal bukan itu yang sedang mereka pelajari sekarang. Tidak membuang kesempatan, Xiao Wan langsung diam-diam memotret apa yang sedang ditulis Tong Xi. Kamera zaman sekarang sangat canggih. Meksipun di zoom, fotonya tidak blur dan masih terlihat jelas apa yang diketik Tong Xi. 




Surat yang tadi terjatuh diantara buku Tao Zhu dan Yi Ming tadi, ternyata adalah surat Tao Zhu. Dan Nan Yi menyelipkan surat itu di bukunya Yi Ming. Yi Ming yang menemukan surat itu langsung girang, nggak nyangka kalau dia akan mendapatkan surat cinta juga. Tapi, kegirangan itu berubah menjadi rasa kaget teramat-amat saat melihat tulisan di surat itu adalah tulisan Tao Zhu. Wah, dia salah paham mengira Tao Zhu menyukainya.


Dia nggak tahu aja kalau Tao Zhu lagi panik karena suratnya hilang. Dia sampai menelpon Tong Xi, mana tahu ada di Tong Xi. Tong Xi menenangkannya dan menyarankan agar mereka mencarinya saja besok di sekolah. 

“Lupakan saja. Tidak apa-apa. Aku nggak akan mencarinya lagi,” ujar Tao Zhu.

Tao Zhu memutuskan untuk tidak memikirkan surat itu ataupun menulisnya lagi, soalnya tadi, sikap Xu Ao padanya benar-benar berubah. Xu Ao bersikap ramah dan menyemangatinya. Rasanya, Tuhan sudah mendengarkan doanya. Hal itu benar-benar membuatnya senang. 


Selesai teleponan dengan Tao Zhu, Tong Xi melanjutkan surat yang belum selesai ditulisnya tadi diam-diam di kelas komputer. Setelah memikirkannya sedikit, dia merasa kalau suratnya itu terlalu berlebihan jika di kirimkannya kepada Wei Zhe. Lebih baik mengubahnya agar tidak terlalu kelihatan lebay. 


Tong Xi sudah terlalu jauh berbohong dan menyembunyikan jati dirinya. Padahal dia sama antusiasnya dengan teman-teman lain di kelas, tapi saat teman-teman di kelas bertanya di grup kelas, mengenai apakah dia menulis surat atau tidak, Tong Xi menjawab tidak. Dia berbohong kalau nggak mempunyai orang yang ingin ditulisinya surat.


Nan Yi tahu kalau itu hanya kebohongan dan mengirim pesan pribadi pada Tong Xi. Tapi, Tong Xi tetap saja berbohong kalau dia nggak menulis surat. Dan kalaupun dia menulis surat, isinya adalah kumpulan dari literasi sastranya selama 16 tahun dia hidup. Sebuah mahakarya yang tidak akan bisa ditebak orang biasa seperti Nan Yi. 

Setelah membual, Tong Xi lanjut menyindir agar Nan Yi segera saja menulis surat dari kertas yang diberikan Xiao Wan. Kertas itu sangat sulit di dapatkan, jadi jangan sia-siakan ketulusan hati Ni Xiaowan. Uh, sebenarnya, Tong Xi kelihatan sedih tapi sok nggak peduli.

Saat Tong Xi bilang, Nan Yi baru ingat kalau Xiao Wan ada memberikan surat padanya.



Hari ini adalah hari Sabtu dan sekolah libur. Kalau hari libur seperti ini, Nan Yi akan bekerja full di Dalanxiang. Nan Yi beruntung karena mendapatkan bos seperti Mi Ya yang tetap membayar full gajinya meskipun dia datang terlambat dan izin. Namun, dia juga heran, kenapa Nan Yi harus bekerja padahal orangtuanya mengirimkan uang setiap bulannya. Seharusnya, Nan Yi tidak kekurangan uang.

“Aku hanya merasa menggunakan uang sendiri membuatku lebih tenang dan leluasa,” jawab Nan Yi. 




Dan selama mereka berbincang itu, Xiao Wan terus memperhatikan. Dia sudah dari pagi ke Dalanxiang. Mau ngapain? Yah mau menjemput surat cinta Nan Yi. Begitu Mi Ya selesai berbincang dengan Nan Yi, Xiao Wan segera menghampirinya. Dia memberikan surat cintanya dan menunggu Nan Yi memberikan surat balasannya. Dia udah nggak sabar untuk membaca surat Nan Yi. Namun, sayang sekali, Nan Yi nggak menulis apapun. Dia mengembalikan surat kosong pada Xiao Wan. Bukan hanya itu, dia juga nggak menerima surat Xiao Wan dan menyuruhnya untuk membawanya pergi.


Xiao Wan beneran kecewa. Dia menangis. Tapi, harga dirinya juga membuatnya tidak mau mengambil suratnya kembali. Lebih baik, dia menyuruh Nan Yi merobek surat tersebut daripada mengambilnya lagi.


Dan rasa sakit hatinya itu membuatnya jadi ingin membalas dendam. Melalui Tong Xi. Dia akan menyebarkan foto surat Tong Xi yang kemarin di fotonya diam-diam saat kelas komputer.


Yi Ming yang datang tepat saat Xiao Wan pergi, jadi kepo. Dia nggak nyangka aja kalau Nan Yi akan begitu langsung menolak Xiao Wan. Ah, tapi bukan hanya Nan Yi yang bisa mendapatkan pernyataan cinta, tapi dia juga. Pas dia menceritakannya, Nan Yi malah tidak percaya dan menganggapnya bercanda.


Lagi asyik bercerita, ponsel keduanya berbunyi secara bersamaan. Ada notifikasi postingan baru di grup. Seseorang membuat akun palsu dan menyebarkan foto surat Tong Xi (dan kita semua tahu kalau pelakunya adalah Xiao Wan). Dan akun itu menulis petunjuk kalau itu surat milik ‘Angsa Puth.’ Yi Ming otomatis berpikir itu surat Tong Xi. Dan jika benar, ini sama saja Tong Xi merusak reputasi diri sendiri. 



Nan Yi yang tahu kalau selama ini Tong Xi berusaha keras menjaga image sebagai ‘angsa putih’ jadi khawatir dan segera pergi mencari Tong Xi. Kebetulan sekali, Tong Xi baru saja selesai kelas ballet.


Post a Comment

Previous Post Next Post