Dimalam natal. Makoto menelpon
Kida dan memberitahu bahwa dia punya kejutan untuk nya. Mendengar itu, Kida
tidak percaya dan mengira Kida hanya bercanda saja. Tapi Makoto terdengar
sangat serius.
“Hei, hei. Kamu tidak sungguh-
sungguh ingin memberiku kejutan, ‘kan?” tanya Makoto, memastikan. Dan Kida
tertawa pelan.
“Aku akan menjemputnya.”
“Semoga lancar.”
Kida : Sejak dulu, dia selalu mengejutkanku
dan menertawakanku
***
Tahun 2003.
Makoto membelikan Kida sekaleng
cola, dan saat Kida membukanya, cola di dalam kaleng langsung menyemburinya.
Melihat itu, Makoto menertawainya dengan keras. Lalu dari belakang mesin
kaleng, Yocchi muncul dan menjelaskan sambil tertawa bahwa dialah yang mengocok
kaleng cola tersebut. Sedangkan kaleng cola yang barusan Makoto beli masih
berada dibawah mesin.
“Ini enggak adil!” keluh Kida
sambil tertawa juga. Lalu dia berlari mengejar Makoto. Dan Yocchi tertawa
semakin keras.
***
Tahun 2007.
Saat Kida masuk ke dalam ruangan
karaoke, Makoto dan Yocchi masih belum datang. Dan diatas meja ada terletak
sekaleng cola. Dibawah kaleng cola, ada satu benang tipis, pada saat Kida
mengambil kaleng cola diatas meja, benang tersebut ikut tertarik. Lalu petasan
yanga ada di dekat meja, meletus. Dan Kida sangat terkejut. Kemudian dari
belakang Makoto dan Yocchi datang sambil tertawa dengan keras.
“Kamu enggak pernah belajar ya,
Kida-chan!” ejek Yocchi.
Kida : Sejak dulu, dia selalu tertawa.
***
Tahun 2009.
Makoto mengecat dinding luar
bengkel dengan warna pink yang mencolok, sehingga dari jauh orang- orang bisa
melihat bengkel mereka. Dan melihat hasilnya, Manajer memuji Makoto. Dan Kida
juga ikut memuji Makoto. Lalu Makoto mengulurkan tangannya dan mengajak Kida
untuk bersalaman.
Saat Kida menyalami tangan
Makoto, dia melompat terkejut. Sebab Makoto sengaja menaruh kabel listrik
ditangannya, dan Kida pun tersengat.
“Sakit, woi!” teriak Kida, kesal.
Dan Makoto tertawa.
“Ini, Kida-chan! Kena lagi, kau!”
ejek Makoto.
Kida : Kami menghabiskan waktu bersama,
bahkan ketika sudah dewasa. Tak dapat dipisahkan. Bagiku yang tak punya
keluarga, Makoto mungkin seperti saudaraku.
***
“Ah, itu Santa-san!” seru seorang
anak sambil memeluk kaki Kida yang memakai pakaian Santa. Dan Kida diam menatapnya.
Lalu Ibu anak tersebut menarik anaknya untuk pergi.
Kida : Kami akan menuju klimaks dari rencana
besar tentang melamar.
The End of the Tiny World
***
Tahun 2001.
Didepan kelas. Guru Kusuda
mengumumkan bahwa ada murid pindahan yang datang. Lalu Yocchi masuk ke dalam
kelas. Dan Guru Kusuda menyuruhnya untuk memperkenalkan diri sendiri. Dengan
sikap penakut, Yocchi menundukkan kepalanya dan berbicara dengan sangat suara
yang sangat kecil sekali. Melihat itu, Guru Kusuda jadi merasa tidak sabaran padanya
dan mulai memaksanya untuk berbicara lebih keras.
“Kenapa? Cepat katakan,” desak
Guru Kusuda. Dan Yocchi diam. “Kamu bakal dirundung lagi, loh,” bisik Guru
Kusuda, membuat Yocchi merasa takut.
Kemudian Makoto tiba- tiba
berdiri dan melemparkan sekaleng cola kepada Yocchi. Lalu dia menyuruh Yocchi
untuk membukanya. Dan ketika Yocchi membuka kaleng cola itu, cola yang ada di
dalamnya menyembur dan mengenai Guru Kusuda.
Makoto kemudian dipanggil ke
ruang guru dan dia marahi. “Benar- benar kurang ajar. Kenapa kamu jadi anak
yang begini?”
Mendengar itu, Makoto hanya diam
sambil menatap Guru Kusuda dengan tatapan tajam.
Yocchi berdiri sendirian didepan
sekolah, menunggu Makoto. Lalu Kida datang dan menemaninya untuk menunggu
Makoto juga, sebab dia dan Makoto selalu pulang bersama.
“Kudengar dia juga enggak punya
orang tua,” kata Yocchi, memastikan. Dan Kida menanyai, siapa yang mengatakan
itu. “Wanita tua itu.”
“Juga, maksudnya kamu juga?” tanya Kida. Dan Yocchi diam. “Begitu.
Aku juga,” jelasnnya. Dan Yocchi berbalik menatapnya.
***
Dibengkel. Makoto terus tidur dan
tidak bekerja, sehingga Manajer memarahinya. Dan dengan lemas, Makoto bangun
serta meminta maaf.
Lalu sebuah mobil merah datang.
“Hei, perbaiki mobil ini. Disini bengkel, kan?” tanya Lisa, pemilik mobil,
dengan sikap yang agak angkuh.
Mendengar itu, Kida pergi
memanggil Manajer. Sedangkan Makoto memperhatikan mobil merah tersebut dengan
seksama. “Bagian mobil ini cukup unik. Kurasa akan memakan waktu untuk
memperbaikinya,” komentar Makoto.
“Bisa gawat kalau aku enggak
memperbaiki mobil papaku,” gerutu Lisa.
Manajer kemudian datang dan
memeriksa mobil Lisa. Lalu dia menjelaskan bahwa mereka membutuhkan waktu
sekitar 3 bulan untuk memperbaiki mobil Lisa, dan biayanya sekitar 3 juta yen.
Dan Lisa menyanggupi semua itu.
“Kalau kamu pergi ke dealer resmi
untuk memperbaiki suku cadang kayaknya bisa lebih cepat,” kata Manajer,
menyarankan.
“Tidak. Akan ketahuan papa kalau
aku membawanya ke dealer resmi. Kalau bisa, disini saja,” jelas Lisa, sangat
bersikeras.
Manajer setuju untuk memperbaiki
mobil Lisa, dan dia meminta STNK dan SIM. Dan Lisa langsung menjawab bahwa dia
tidak ada STNK dan SIM, lalu dia menjelaskan bahwa dia bersedia membayar uang
lebih untuk hal ini.
“Aku bahkan tak tahu mobil siapa
yang kau kendarai. Mana mungkin bisa diperbaiki, ‘kan?” kata Manajer, menolak
untuk memperbaiki.
“Hah? Anda bilang bisa perbaiki,
‘kan?” keluh Lisa. “Aku tak ini ketahuan papa. Aku sudah bilang, ‘kan? Apa Anda
dengar ceritaku? Aku tak tahu tentang STNK. SIM? Aku tak punya. Karena aku
pengemudi tanpa izin!” jelasnya dengan keras. “Hei, lakukanlah sesuatu!
Kubilang, soal uang bakal kubayar, ‘kan!” katanya, memaksa.
Akhirnya Manajer setuju untuk
memperbaiki mobil Lisa. Walaupun ini salah, karena Lisa tidak mempunyai STNK
dan SIM. Tapi demi uang, dia bersedia.
Selagi menunggu Manajer dan Kida,
Makoto menemani Lisa dan mengobrol dengannya. Dia menanyai, kenapa mobil Lisa
bisa rusak. Dan Lisa menjawab bahwa dia menabrak anjing, sebenarnya dia mencoba
menghindarinya, tapi terlambat. Kejadiannya sudah agak lama sekitar dua bulan
lalu.
“Kenapa tak langsung
memperbaikinya?” tanya Makoto, ingin tahu.
“Habisnya, aku tak ingin
pemiliknya menemukanku. Bukankah bakal merepotkan?” balas Lisa dengan agak
jengkel.
“Anjingnya?”
“Mungkin mati,” jawab Lisa, tidak
terlalu peduli.
Kida kemudian kembali dan
memberikan bon yang harus Lisa tanda tangani. “Kenapa memilih toko kami?”
tanyanya, penasaran.
“Kebetulan ketika lewat di jalan,
aku melihat papan iklan merah muda dan aku teringat,” jawab Lisa, menjelaskan.
Lalu dia mengembalikan bon yang sudah ditanda tanganinya, dan pamit serta pergi
darisana.
Makoto memanggilkan taksi untuk
Lisa, lalu dia berdiri diluar bengkel, menemani Lisa menunggu datangnya taksi.
Melihat Makoto berdiri disebelahnya, Lisa merasa heran, ada apa. Dan Makoto
menanyai Lisa, mau makan bersama. Mendengar itu, Lisa menolak dan pergi
menghindari Makoto.
Makoto mengikuti Lisa dan berdiri
dihadapannya. Dia menggunakan trik sulap untuk memunculkan setangkai mawar
merah. Lalu dia memberikan mawar merah tersebut kepada Lisa. Dan saat Lisa
memegang mawar merah tersebut, Makoto menarik tali yang ada dibunga mawar merah
itu dan membuat banyak benderah- bendera kecil muncul.
“Apa ini?” tanya Lisa, tidak
mengerti.
“Lelucon,” jawab Makoto sambil
tersenyum.
Lisa tertawa kecil. Lalu dia
mengembalikan mawar merah itu kepada Makoto. Kemudian taksi datang, dan diapun
pergi.
Kida menghampiri Makoto, dengan
penasaran, dia menanyai, apa yang Makoto dan Lisa bicarakan. Dan Makoto
menjelaskan bahwa dia mau mendekati Lisa, dan dia serius, tapi sepertinya dia
harus punya banyak uang dulu, baru dia bisa mendekati Lisa.
“Duniamu berbeda dengannya,”
komentar Kida.
“Dunia enggak berbeda. Cuma
terpisahkan saja,” balas Makoto.
Makoto kemudian menulis surat
pengunduran diri. Dan berhenti bekerja.
Kida : Setelah seminggu, Makoto berhenti
kerja dan sosoknya menghilang.
***
Disekolah. Kida dan Makoto
menunggu Yocchi dikelas untuk pulang bersama- sama. Sambil menunggu, Kida
mengawasi didekat pintu, dan Makoto mengikat tali di dekat tas Yocchi. Lalu
ketika Yocchi sudah datang, mereka berpura- pura bersikap biasa saja.
Sayangnya, ketika Yocchi mengambil tasnya, dia sama sekali tidak merasa
terkejut. Dan Kida serta Makoto merasa kecewa, karena mereka gagal
mengerjainya.
“Kita belum pernah melihat Yocchi
kaget, ‘kan?” keluh Makoto. Dan Kida setuju.
Dengan sikap tenang, Yocchi
menceritakan bahwa hal yang paling ditakutinya adalah dilupakan. Sewaktu SD dia
dirundung, awalnya dia dikatai dan kakinya ditendang, lalu meja, kursi, dan
buku pelajarannya, disembunyikan disuatu tempat. Itu seolah mereka ingin
menghapus keberadaannya. Dia duduk disudut lantai kelas dan berdiri diam
sendirian. Kelak kalau seluruh orang di dunia berkata mereka tak mengenalinya,
dia bertanya- tanya, harus bagaimana.
“Kalau ‘gitu, ayo pergi,” ajak
Makoto, memutuskan. “Ke orang yang merundung Yocchi dulu. Bilang ke mereka
untuk enggak melupakanmu,” jelasnya.
Makoto menarik tangan Kida dan
berlari mencari orang- orang yang dulu merundung Yocchi dan Kida ikut dengan
mereka. Ketika mereka berdua bertemu dengan orang- orang yang dulu merundung
Yocchi, mereka berdua memukul orang- orang tersebut, dan Yocchi berusaha
menghentikan mereka.
“Jangan lupakan dia. Itu yang
ingin kami katakan padamu,” tegas Makoto. Lalu dia menarik Yocchi untuk maju.
“Sewaktu SD, kalian merundungnya!” katanya, mengingatkan. Lalu dia meminta maaf
karena telah menghajar mereka dan mengajak mereka untuk berjabat tangan serta
selesaikan disini.
Ketika seorang perundung menjabat
tangan Makoto, dia merasa tersentrum dan melompat. Lalu dengan keras, Makoto
tertawa.
Saat mereka semua mau bertengkar
lagi, seorang penjaga toko menghentikan mereka. “Apa yang kalian lakukan?
Kupanggil polisi!” ancamnya.
Dengan ngeri, tiga perundung
langsung ingin kabur. Dan Kida serta Makoto mendorong Yocchi untuk berbicara
sekarang.
“Jangan lupakan, bodoh!” teriak
Yocchi, setelah mengumpulkan semua keberaniannya. Kemudian dia merasa lega.
“Penghinaan karena lelucon akan
selalu ada selamanya,” hibur Makoto. “Dengan begini, mereka takkan melupakan
Yocchi.”
***
Sudah dua tahun sejak Makoto
berhenti. Lalu sekarang, Kida dipecat, sebab jadwal pembongkaran sudah
ditetapkan. Tiba- tiba ada proyek perluasan jalan dan biaya pembongkarannya
juga sedikit, jadi jika pindah ke tempat lain, itu akan sangat sulit. Karena
inilah, Manajer tidak bisa membuka bengkel baru dan mempekerjakan Kida lagi.
Mendengar itu, Kida hanya diam
saja. Lalu dia melihat foto Lisa yang berada di majalah sambil berpikir.
Manajer kemudian memberikan
selembar kertas yang bertuliskan alamat kepada Kida. “Perusahaan yang bergerak
pada bisnis agen impor. Mereka adalah industri gelap,” jelasnya. “Kau mencari
Makoto, ‘kan? Pergilah kesana. Mungkin mereka akan mempekerjakanmu.”
Mendengar itu, Kida menerima
kertas alamat tersebut.
***