Sinopsis J- Movie : Na mo Naki Sekai no end Roll (2021) part 2

 


Direstoran keluarga. Kida, Makoto, dan Yocchi, mereka bertiga duduk bersantai dan mengobrol sambil tertawa dengan keras. Lalu Yocchi bertanya, apakah mereka tetap bakal bersama setelah lulus. Dan Makoto menjawab tentu saja. Sementara Kida merasa heran, kenapa tiba- tiba Yocchi bertanya seperti itu. Dan Yocchi hanya tersenyum saja.

Kemudian Makoto berangkat ke sekolah duluan. Sementara Kida tetap direstoran keluarga, menemani Yocchi sampai dia selesai memakan pastanya.

“Yocchi, apa yang kamu lakukan setelah lulus SMA?” tanya Kida, ingin tahu.

“Entah kuliah atau jadi aktris,” jawab Yocchi dengan serisu, karena dia suka film. Dan Kida sama sekali tidak menyangka itu. “Tampil di film boleh saja, tapi aku benci menontonnya. Habisnya, bagaimanapun filmnya, akan berakhir kurang lebih 2 jam. Rasanya, aku enggak ingin berakhir,” jelasnya.


“Mana mungkin enggak berakhir, ‘kan?” komentar Kida.

“Berakhir bahagia ataupun tragis, ketika bagian akhirnya, aku menangis. Rasanya jadi ingin mati,” balas Yocchi. Dan Kida tertawa, karena itu terlalu berlebihan. “Aku benar- benar ingin mati,” gumam Kida dengan pelan. “Mungkin aku benci kembali ke kenyataan.”

Saat Yocchi mengatakan itu, Kida terdiam. Dan suasana jadi terasa agak berat.



Yocchi kemudian mengubah topik pembicaraan. Dia menanyai, kelak Kida ingin jadi apa. Dan Kida menjawab bahwa dia belum tahu. Dan Yocchi pun memberikan saran. Karena Kida terkadang agak serius, jadi cobalah cari pekerjaan yang berkebalikan.

“Kebalikannya? Misalnya?” tanya Kida.

“Misalnya…” pikir Yocchi. “Jadi pembunuh seperti di film?”

“Aku ‘nggak ingin membunuh orang.”

***


Kida datang ke alamat yang Manajer bengkel berikan. Disana di bertemu dengan pria tua bernama Kawabata. Dan saat Kida berada disana, dia merasa agak gugup.


“Bisakah Anda melakukan sesuatu pada orang di belakang saya?” tanya Kida, menyadari dari cermin, kalau dibelakangnya bawahan Kawabata menondongkan pistol padanya.

“Kau menyadarinya?” tanya Kawabatan sambil tertawa puas. Lalu dia memberikan tanda agar si bawahan pergi dari ruangan.


Kawabata kemudian memberikan beberapa foto dan informasi mengenai Makoto yang selama ini menghilang. Tapi informasi ini tidaklah murah. Dan Kida mengerti hal tersebut, tapi dia tidak punya uang sama sekali.

“Itulah kenapa kau bekerja pada kami, ‘kan?” tanya Kawabata. Dan Kida mengiyakan. “Untuk temanmu?” tanyanya.

“Untuk diri saya sendiri,” jawab Kida.


Kawabata mulai menjelaskan kepada Kida. Bisnis yang mereka lakukan adalah pekerjaan ilegal dan sekali Kida masuk, maka Kida tak bisa keluar lagi. Dan Kida paham itu.

“Apa kau merasa bisa membunuh orang?” tanya Kawabata.

“Bagaimana ya… kayaknya bisa kalau untuk pekerjaan,” jawab Kida, memberanikan dirinya. “Dulu, ketika saya memancing bersama Ayah, saya tak bisa  menyentuh ikan. Tapi Ayah menaruh ikan di talenan dan menunjukkan cara membunuhnya, jadi saya bisa menyentuhnya dengan aman. Artinya, saya bisa melakukannya,” jelasnya.

“Jadi, begitu ya.”

“Tapi, saya tidak berpikir ingin membunuh orang.”

Kawabata merasa cukup puas dengan jawaban Kida dan merasa kalau Kida adalah orang yang menarik. Sebab dia juga tidak ingin membunuh orang. Lalu dia menyuruh Kida untuk menuliskan nomor kontaknya. Dan kemudian dia menjelaskan kalau Kida bisa bekerja sebagai negosiator.

Ada orang bernama A yang meminta B untuk melakukan tugas yang relatif sulit. Diwaktu seperti ini, negosiator yang akan melakukan tugas itu.

“Kenapa Anda berpikir saya cocok?” tanya Kida.

“Karena kau orang yang jujur. Kau tidak berbohong padaku,” jawab Kawabata. “Tidak banyak orang jujur dalam profesi kami. Karena 99% orang yang membuat dunia ini berputar adalah pembohong,” jelasnya.

“Apa hubungan Anda dengan manajer kami?” tanya Kida, ingin tahu.

“Kami teman masa kecil,” jawab Kawabata. Lalu dia tersenyum.


Kida datang ke alamat rumah yang diberikan Kawabata. Dan benar itu adalah alamat rumah Makoto. Melihat kedatangannya, Makoto mempersilahkan Kida untuk masuk.


Didalam rumah. Makoto menunjukkan uang 40 juta yen yang sudah dikumpulkannya selama ini. Setengah tahun yang lalu, dia bertemu kakek tua di perusahaan wine. Kakek itu terkena kanker stadium akhir dan bilang kalau dia akan menjual perusahaannya sebelum mati. Kakek itu ingin 45 juta yen. Itu untuk menguji apakah dirinya serius atau tidak dalam membeli perusahaan wine nya.

“Untuk apa membeli perusahaannya?” tanya Kida, ingin tahu.


“Tentu saja, untuk menjadi orang yang layak untuk Lisa,” jawab Makoto. “Karena itu, aku ingin kamu membantuku,” pintanya.

“Apa?”

“Rencana melamar.”

Mendengar itu, Kida merasa terkejut dan menatap Makoto dengan tatapan agak tidak menyangka. Dan dengan sangat serius, Makoto mengulangi perkataannya, dia ingin Kida membantunya untuk bisa jadian dengan Lisa.


“Apa kau kesepian karena aku tiba- tiba hilang?” tanya Makoto sambil bertukar pakaian, seperti ingin keluar.

“Aku enggak kesepian. Tapi, aku hampa,” balas Kida sambil menatap mainan- mainan Makoto yang berada diatas meja.

“Bukannya sama saja?”

“Berbeda,” jawab Kida.

“Begitu, ya.”

***


Saat pulang sekolah, Yocchi menemukan seekor anjing mati dijalanan. Sepertinya anjing itu mati karena ditabrak. Dan dia merasa sangat bersimpati kepada si anjing. Sementara saat Kida dan Makoto melihat anjing tersebut, mereka bersikap biasa saja.


“Kenapa Tuhan tidak menolongnya, ya,” gumam Yocchi. “Padahal hanya perlu tekan tombolnya. Dan dia takkan mati,” komentar Yocchi sambil menatap tombol penyebrangan* yang ada dibawah tiang lampu lalu lintas.

*Jadi disana, kalau kita mau menyebrang, kita harus menekan tombol penyebrangan terlebih dahulu. Lalu tunggu sampai lampu lalu lintas menjadi hijau, dan barulah kita boleh menyebrang.

***



Sebagai seorang negosiator, Kida datang ke rumah seorang Otaku. Dia menginginkan ID, kartu keluarga, daftar riwayat hidup, nama, informasi keluarga, milik si Otaku. Seorang klien ingin menjadi seorang pangeran untuk menjemput seorang putri, tapi si Klien tak punya resume atau pendidikan yang layak. Jadi dia menginginkan resume milik si Otaku. Kida menawarkan bayaran 6 juta yen yang akan dibayarkan sejuta setiap bulannya. Dan nantinya si Otaku harus tinggal di tempat yang mereka tentukan. Mengenai Ibu si Otaku, si Ibu tetap bisa tinggal disini, karena pada dasarnya, si Klien dan si I bu takkan kontakan, namun tetap diatur sebagai orang tua dan Ibu kandung.

“Memangnya Ibuku bilang setuju?” tanya si Otaku dengan sikap acuh sambil terus bermain game di komputernya.

“Iya,” jawab Kida. “Semuanya disetujui. Kau dapat 4 juta yen,” jelasnya.

Alasan si Otaku terpilih, karena si Otaku berpendidikan tinggi. Lalu sewaktu kecil si Otaku sering pindah sekolah, tak ada teman lama. Jadi intinya, si Otaku hampir tak memiliki kontak dengan orang- orang dan takkan ada yang peduli jika si Otaku menghilang. Serta berat badan si Otaku bertambah dan penampilan berubah drastis. Tak ada pengalaman kriminal, perjalanan ke luar negeri, dan tidak pernah membuat paspor. Intinya, tak ada rekam jejak yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi si Otaku. Makanya, si Otaku terpilih. Tapi yang paling penting adalah nama si Otaku, yaitu Onose Makoto.

Mendengar semua itu, si Otaku yakin kalau dia pasti tidak bisa menolak, jadi diapun setuju.


“Bisakah kutanya satu hal?” tanya Kida, merasa penasaran. “Kenapa jadi seperti ini? Kau seorang perfeksionis dan nilaimu sangat baik. Kau juga bekerja di perusahaan sekuritas besar,” tanyanya.

“Aku berhenti setelah 2 bulan,” jawab si Otaku. “Aku berak di celana. Saat upacara pelantikan, perutku sakit dan sangat gugup. Hari itu, duniaku berakhir. Perfeksionis itu pada akhirnya produk gagal! Aku tak tahan kalau hidupku tidak ideal dan berkilau seperti yang kuinginkan,” jelasnya. Ternyata alasannya sangat sepele sekali, tapi baginya itu adalah hal yang sangat besar.

Malam hari. Makoto bekerja di kasino dan menjadi bandar.


Siang hari. Makoto duduk sendirian didalam kamar yang agak gelap dan menonton acara- acara yang Lisa ikuti di TV. Lalu Kida datang.

“Bagaimana?” tanya Makoto.

“Mulai hari ini, kau Onose Makoto,” jawab Kida. Lalu dia memberikan ID milik si Otaku kepada Makoto.

Tiba- tiba Kida mendapatkan telpon dan dia menjawabnya. “Ada apa? … Begitu, ya … Tolong bersih- bersih.”

Mendengar itu, Makoto heran ada apa dan bertanya. Dan Kida menjelaskan bahwa Onose Makoto dan Ibunya bunuh diri, jadi dia harus membereskan semuanya sebelum ditemukan orang. Dan Makoto mengerti.


Kida kemudian ikut menonton acara TV yang di ikuti Lisa.


Makoto mengantarkan uang 45 juta yen kepada kakek pemilik perusahaan wine yang berada dirumah sakit. Dan si Kakek pemilik merasa sangat puas melihat uang tersebut.


Mulai dari saat itu, Makoto resmi menjadi pemilik perusahaan wine. Dan dia menggunakan identitas Onose Makoto.

***


Kida, Makoto, dan Yocchi. Mereka bertiga pergi bermain- main didekat pandai. Disaat itu, Yocchi menemukan bekas kembang api. Dan dia memberitahu bahwa dia ingin melihat kembang api yang meledak di langit. Tapi sayangnya, pesta kembang api tahun ini sudah selesai.

“Kenapa kembang api cuma ada di musim panas?” tanya Yocchi, mengeluh.

“Karena melihat kembang api di musim panas itu bagus, ‘kan?” jawab Kida.

“Salah. Lebih cantik terlihat saat musim dingin,” balas Yocchi. “Dulu sewaktu Papa masih ada, kami melihat kembang api di musim dingin. Kembang api yang waktu itu cantik sekali,” katanya, mengenang saat dulu.


“Oke, aku paham!” seru Makoto dengan keras. “Kalau ‘gitu, aku pasti akan memberimu kembang api di musim dingin kelak. Duar!’ janjinya.

Mendengar itu, Yocchi tertawa. Lalu dia dan Makoto mulai bermain kejar- kejaran.


Makoto berlari jauh ke dekat pantai dan bermain sendirian disana. Sementara Yocchi dan Kida duduk didekat tangga dan mengobrol.

“Duniaku terbentuk oleh tiga orang,” kata Kida, bercerita. “Aku berada di sisi yang agak melenceng. Lalu, aku melihat dunia yang kita ciptakan dari tempat yang tidak terlalu jauh. Paham?” jelasnya.

“Apa itu? Kida, meski kamu bodoh, tapi terkadang mengatakan hal- hal yang rumit,” komentar Yocchi, tidak mengerti. “Jangan berkata hal rumit, tapi belajarlah dari si bodoh itu,” jelasnya sambil menunjuk ke arah Makoto. Dan Kida tertawa.

“Dia itu beneran bodoh,” kata Kida, setuju.


Kida kembali bercerita. Sewaktu orang tuanya meninggal, dia berpikir akan kehilangan akarnya. Dan Yocchi mengerti hal itu, serta dia yakin kalau Makoto juga sama. Lalu Kida dan Makoto saling menopang. Tapi kalau cuma berdua sulit, dia takut kalau kelak mereka akan jomplang dan akhirnya jatuh. Dan disaat itu, Yocchi datang.

“Sekarang ini cukup seimbang, ya?” kata Yocchi, senang.

“Bisa dibilang, sekarang rasanya sangat nyaman,” jawab Kida sambil tertawa. “Meskipun dunia kita ini hanyalah dunia kecil yang diluar masyarakat.”


“Tapi, ya… dunia akan berubah dalam satu hari. Suatu hari, nanti tiba- tiba ingat bahwa dulu ada seorang gadis yang selalu bermain bersama. Dan bertanya- tanya siapa namanya. Akhirnya lupa,” balas Yocchi dengan nada sedih.

“Aku? Soal Yocchi?” tanya Kida. Dan Yocchi mengiyakan. “Enggak akan. Aku janji. Kamu takkan kulupakan,” tegasnya dengan serius.

“Oh, gitu,” gumam Yocchi, senang.

Kemudian Yocchi mengajak Kida untuk berfoto bersama. Supaya suatu hari, ketika Kida melupakannya, dia akan mengejar Kida dan menunjukkan foto itu padanya. Lalu dia meneriaki Makoto untuk berfoto bersama juga.

“Hey!” teriak Yocchi sambil tersenyum lebar di foto.


Kida datang berkunjung ke rumah baru Makoto yang jauh lebih besar dan mewah daripada sebelumnya. Dulu Makoto tinggal dirumah petak kecil, sekarang dia tinggal diapatermen.

“Bukankah sudah cukup? Kau sudah cukup pantas untuknya, ‘kan?” tanya Kida.

“Kalau cuma begini, dia enggak bakal berpaling padaku,” balas Makoto, merasa kalau ini belum cukup. “Makan?” tanyanya, menawarkan.

“Tak perlu,” tolak Kida.


Makoto menghadiri suatu pesta. Diatas panggung, Ayah Lisa, senator Ando, berpidato. Lalu semua orang memberikan tepuk tangan. Kemudian Lisa naik ke atas panggung dan memegang tangan Ayahnya. Dan Ando bersikap sangat bangga memperkenalkan putrinya, Lisa, yang merupakan seorang model.

“Apakah kalian tahu orang seperti apa yang saya benci diantara para politisi? Orang yang memanfaatkan putri saya untuk politik!” kata Ando dengan sikap tegas. Lalu setiap orang tertawa dan dia juga ikut tertawa.

“Itu Papa, ‘kan?” kata Lisa, berpura- pura mengeluh. “Jangan mengatakan diri sendiri,” jelasnya. Lalu dia juga ikut tertawa. Begitu juga dengan semuanya.

Makoto melihat semua itu dengan tatapan mata kosong. Lalu seseorang mendekatinya dan bertanya, apakah Makoto sering mengikuti ini. Dan Makoto menjawab tidak, ini pertama kalinya. Lalu setelah menjawab itu, Makoto langsung pergi mengikuti Ando dan Lisa yang telah turun dari panggung dan keluar dari ruangan.



Makoto memperhatikan Lisa yang sedang duduk sendirian ditempat yang agak sepi. Lalu dia memberanikan dirinya dan mendekati Lisa. Tapi sebelum dia sempat menyapa atau mengatakan sesuatu, seseorang datang mendekat, jadi diapun berjalan menjauh sedikit. Dia berdiri dibelakang dinding dan mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

Ternyata orang yang datang mendekat itu, dia adalah pacar Lisa.

Makoto : Aku ingin minta tolong sesuatu. Lisa punya cowok.

Kida : Baiklah

***


Kida mengunjungi tempat tinggal pacar Lisa, yaitu Sasaki. Tanpa berbasa- basi, Kida menyuruh Sasaki untuk memutusin Lisa. Lagian alasan Sasaki pacaran dan ingin menikahi Lisa, karena koneksi Ayah Lisa. Dan Sasaki menolak.


Lalu Kida pun menggunakan pistol dan mengancam Sasaki. “Kalau menolak, kau akan kumasukkan dalam daftar pertimbangan untuk dibunuh,” ancamnya. Lalu dia menembak sekali ke dinding dibelakang Sasaki. Membuat Sasaki bertambah takut. “Kurasa kau lebih baik menikah dengan wanita biasa yang diam- diam kau sembunyikan selama 3 bulan,” bisiknya, menyarankan.

“Baiklah. Aku akan putus,” kata Sasaki, ketakutan.

Mendengar jawaban itu, Kida merasa puas dan menepuk pelan bahu Sasaki. Lalu dia pergi.

Kawabata menawarkan coklat kepada Kida. Lalu dia memperhatikan pekerjaan Kida. “Bagaimana? Pekerjaannya lancar?”

“Berkat Anda,” jawab Kida sambil memakan satu coklat yang diberikan padanya.

“Kida-chan jago negosiasi, ya. Kau cocok dengan pekerjaan ini,” puji Kawabata.


Dengan penasaran, Kawabata kemudian menanyai, untuk apa Kida bekerja. Dan Kida menjawab untuk makan. Namun Kawabata tahu kalau Kida berbohong, karena Kida tidak terlihat punya keinginan bekerja untuk diri sendiri, Kida tak punya keinginan untuk makan enak atau naik mobil mewah.

“Itu tidak benar. Saya juga manusia dan punya keinginan. Aku juga ingin makan enak. Tapi, aku suka pasta di restoran keluarga. Aku belum menemukan yang paling enak dari itu,” kata Kida sambil tersenyum lembut.

“Seleramu cukup murah, ya,” komentar Kawabata.

“Kalau begitu aku pergi,” pamit Kida, mengambil jas nya.


“Kida,” panggil Kawabata. “Kau kelihatannya mengingat banyak hal. Yah, apa yang akan kau lakukan, itu kebebasanmu. Terutama hal berbahaya, harus kau lakukan demi dirimu sendiri,” katanya, menasehati.

“Aku paham,” jawab Kida sambil tersenyum. Lalu dia pergi.

***

Disaat hujan, Kida dan Yocchi berjalan bersama- sama menggunakan payung masing- masing. Mereka mengobrolkan banyak hal. Lalu mereka mengobrolkan tentang Makoto. Alasan Makoto terobsesi dengan lelucon, itu karena ketika Ayah Makoto pergi, Ibu Makoto tak berhenti cegukan. Ibu Makoto punya stress dan penyakit hati. Dan sebagai anak, Makoto berusaha mencoba segalanya agar Ibunya berhenti cegukan, yaitu dengan cara sering mengejutkan Ibunya. Tapi pada akhirnya, kondisi Ibu Makoto memburuk dan suatu hari tiba- tiba Ibu Makoto bunuh diri. Jadi lelucon yang Makoto buat, itu seperti ukuran kasih sayang yang tak terkendali.

“Hei, Kida-chan. Apa kamu pernah merasa kesepian?” tanya Yocchi. “Bukan kesepian, tapi hampa,” katanya, memperjelas.

“Bukannya sama saja?”

“Itu beda, loh,” balas Yocchi. “Menyampaikan sesuatu pada orang itu rasanya sulit,” gumamnya.


Lalu Kida dan Yocchi sampai dipinggir jalan. Yocchi menekan tombol penyebrangan. Sesudah itu, ketika lampu penyebrangan telah menjadi hijau, dia berjalan menyebrangi jalan. Tapi anehnya, Kida malah hanya diam dan berdiri ditempat saja. Jadi Yocchi pun memanggilnya, tapi Kida tetap diam. Dan Yocchi pun mengingatkanya bahwa lampu penyebrangan sebentar lagi sudah mau menjadi merah loh.

“Aku selalu ingin bilang padamu sejak dulu. Tapi kurasa aku akan mengurungkannya hari ini,” kata Kida dengan gugup. “Aku … menyukai… Yocchi.”


Mendengar pernyataan cinta itu, Yocchi terdiam untuk sesaat. Lalu lampu penyebrangan sudah menjadi merah lagi. Dan diapun segera menjawab, “Aku juga sangat menyukai Kida-chan. Tapi… ini sedikit terlambat. Terlambat,” jawabnya. Lalu dia langsung menyebrang dan berdiri ditepi jalan disebrang, karena mobil akan lewat.

Dengan jujur dan tulus, Yocchi mengungkapkan perasaannya. Kalau Kida dan Makoto tidak ada, dia mungkin takkan hidup seperti ini. Jadi baginya, Kida dan Makoto sama istimewanya seperti Tuhan, dia tak bisa membayangkan dunia tanpa mereka. Jadi dulu dia berpikir, kalau sudah besar nanti, dia pasti akan menikah dengan Kida dan Makoto, lalu tinggal bertiga bersama. Tapi setelah dewasa, dia sadar kalau hal itu takkan bisa dilakukan. Makanya, dia memutuskan, andai Kida dan Makoto menyukainya sebagai wanita, dan berkata ‘Aku menyukaimu’, maka dia akan mencoba mengikuti takdirnya. Mendengar itu, Kida mengerti bahwa dia memang telah terlambat dan dia menerima itu dengan sikap lapang dada.

Yocchi merasa lega, karena Kida mengerti. Lalu dia membalikkan tubuhnya dan menangis untuk meluapkan perasaannya.

***



Ternyata dulu, Makoto telah menyatakan cinta duluan kepada Yocchi, disaat mereka dalam perjalanan pulang sekolah. Dan saat itu, Yocchi menerima pernyataan cintanya. Jadi karena itulah, dia tak bisa menerima pernyataan cinta dari Kida lagi.

***

Post a Comment

Previous Post Next Post