Direstoran keluarga. Kida,
Makoto, dan Yocchi, mereka bertiga duduk bersantai dan mengobrol sambil tertawa
dengan keras. Lalu Yocchi bertanya, apakah mereka tetap bakal bersama setelah
lulus. Dan Makoto menjawab tentu saja. Sementara Kida merasa heran, kenapa
tiba- tiba Yocchi bertanya seperti itu. Dan Yocchi hanya tersenyum saja.
Kemudian Makoto berangkat ke
sekolah duluan. Sementara Kida tetap direstoran keluarga, menemani Yocchi
sampai dia selesai memakan pastanya.
“Yocchi, apa yang kamu lakukan
setelah lulus SMA?” tanya Kida, ingin tahu.
“Entah kuliah atau jadi aktris,”
jawab Yocchi dengan serisu, karena dia suka film. Dan Kida sama sekali tidak
menyangka itu. “Tampil di film boleh saja, tapi aku benci menontonnya.
Habisnya, bagaimanapun filmnya, akan berakhir kurang lebih 2 jam. Rasanya, aku
enggak ingin berakhir,” jelasnya.
“Mana mungkin enggak berakhir,
‘kan?” komentar Kida.
“Berakhir bahagia ataupun tragis,
ketika bagian akhirnya, aku menangis. Rasanya jadi ingin mati,” balas Yocchi.
Dan Kida tertawa, karena itu terlalu berlebihan. “Aku benar- benar ingin mati,”
gumam Kida dengan pelan. “Mungkin aku benci kembali ke kenyataan.”
Saat Yocchi mengatakan itu, Kida
terdiam. Dan suasana jadi terasa agak berat.
Yocchi kemudian mengubah topik
pembicaraan. Dia menanyai, kelak Kida ingin jadi apa. Dan Kida menjawab bahwa
dia belum tahu. Dan Yocchi pun memberikan saran. Karena Kida terkadang agak serius,
jadi cobalah cari pekerjaan yang berkebalikan.
“Kebalikannya? Misalnya?” tanya
Kida.
“Misalnya…” pikir Yocchi. “Jadi
pembunuh seperti di film?”
“Aku ‘nggak ingin membunuh
orang.”
***
Kida datang ke alamat yang
Manajer bengkel berikan. Disana di bertemu dengan pria tua bernama Kawabata.
Dan saat Kida berada disana, dia merasa agak gugup.
“Bisakah Anda melakukan sesuatu
pada orang di belakang saya?” tanya Kida, menyadari dari cermin, kalau
dibelakangnya bawahan Kawabata menondongkan pistol padanya.
“Kau menyadarinya?” tanya
Kawabatan sambil tertawa puas. Lalu dia memberikan tanda agar si bawahan pergi
dari ruangan.
Kawabata kemudian memberikan
beberapa foto dan informasi mengenai Makoto yang selama ini menghilang. Tapi
informasi ini tidaklah murah. Dan Kida mengerti hal tersebut, tapi dia tidak
punya uang sama sekali.
“Itulah kenapa kau bekerja pada
kami, ‘kan?” tanya Kawabata. Dan Kida mengiyakan. “Untuk temanmu?” tanyanya.
“Untuk diri saya sendiri,” jawab
Kida.
Kawabata mulai menjelaskan kepada
Kida. Bisnis yang mereka lakukan adalah pekerjaan ilegal dan sekali Kida masuk,
maka Kida tak bisa keluar lagi. Dan Kida paham itu.
“Apa kau merasa bisa membunuh
orang?” tanya Kawabata.
“Bagaimana ya… kayaknya bisa
kalau untuk pekerjaan,” jawab Kida, memberanikan dirinya. “Dulu, ketika saya
memancing bersama Ayah, saya tak bisa
menyentuh ikan. Tapi Ayah menaruh ikan di talenan dan menunjukkan cara
membunuhnya, jadi saya bisa menyentuhnya dengan aman. Artinya, saya bisa melakukannya,”
jelasnya.
“Jadi, begitu ya.”
“Tapi, saya tidak berpikir ingin
membunuh orang.”
Kawabata merasa cukup puas dengan
jawaban Kida dan merasa kalau Kida adalah orang yang menarik. Sebab dia juga
tidak ingin membunuh orang. Lalu dia menyuruh Kida untuk menuliskan nomor
kontaknya. Dan kemudian dia menjelaskan kalau Kida bisa bekerja sebagai
negosiator.
Ada orang bernama A yang meminta
B untuk melakukan tugas yang relatif sulit. Diwaktu seperti ini, negosiator
yang akan melakukan tugas itu.
“Kenapa Anda berpikir saya
cocok?” tanya Kida.
“Karena kau orang yang jujur. Kau
tidak berbohong padaku,” jawab Kawabata. “Tidak banyak orang jujur dalam
profesi kami. Karena 99% orang yang membuat dunia ini berputar adalah
pembohong,” jelasnya.
“Apa hubungan Anda dengan manajer
kami?” tanya Kida, ingin tahu.
“Kami teman masa kecil,” jawab
Kawabata. Lalu dia tersenyum.
Kida datang ke alamat rumah yang
diberikan Kawabata. Dan benar itu adalah alamat rumah Makoto. Melihat
kedatangannya, Makoto mempersilahkan Kida untuk masuk.
Didalam rumah. Makoto menunjukkan
uang 40 juta yen yang sudah dikumpulkannya selama ini. Setengah tahun yang
lalu, dia bertemu kakek tua di perusahaan wine. Kakek itu terkena kanker
stadium akhir dan bilang kalau dia akan menjual perusahaannya sebelum mati.
Kakek itu ingin 45 juta yen. Itu untuk menguji apakah dirinya serius atau tidak
dalam membeli perusahaan wine nya.
“Untuk apa membeli
perusahaannya?” tanya Kida, ingin tahu.
“Tentu saja, untuk menjadi orang
yang layak untuk Lisa,” jawab Makoto. “Karena itu, aku ingin kamu membantuku,”
pintanya.
“Apa?”
“Rencana melamar.”
Mendengar itu, Kida merasa
terkejut dan menatap Makoto dengan tatapan agak tidak menyangka. Dan dengan
sangat serius, Makoto mengulangi perkataannya, dia ingin Kida membantunya untuk
bisa jadian dengan Lisa.
“Apa kau kesepian karena aku
tiba- tiba hilang?” tanya Makoto sambil bertukar pakaian, seperti ingin keluar.
“Aku enggak kesepian. Tapi, aku
hampa,” balas Kida sambil menatap mainan- mainan Makoto yang berada diatas
meja.
“Bukannya sama saja?”
“Berbeda,” jawab Kida.
“Begitu, ya.”
***
Saat pulang sekolah, Yocchi
menemukan seekor anjing mati dijalanan. Sepertinya anjing itu mati karena
ditabrak. Dan dia merasa sangat bersimpati kepada si anjing. Sementara saat
Kida dan Makoto melihat anjing tersebut, mereka bersikap biasa saja.
“Kenapa Tuhan tidak menolongnya,
ya,” gumam Yocchi. “Padahal hanya perlu tekan tombolnya. Dan dia takkan mati,”
komentar Yocchi sambil menatap tombol penyebrangan* yang ada dibawah tiang lampu
lalu lintas.
*Jadi disana, kalau kita mau menyebrang,
kita harus menekan tombol penyebrangan terlebih dahulu. Lalu tunggu sampai
lampu lalu lintas menjadi hijau, dan barulah kita boleh menyebrang.
***
Sebagai seorang negosiator, Kida
datang ke rumah seorang Otaku. Dia menginginkan ID, kartu keluarga, daftar
riwayat hidup, nama, informasi keluarga, milik si Otaku. Seorang klien ingin
menjadi seorang pangeran untuk menjemput seorang putri, tapi si Klien tak punya
resume atau pendidikan yang layak. Jadi dia menginginkan resume milik si Otaku.
Kida menawarkan bayaran 6 juta yen yang akan dibayarkan sejuta setiap bulannya.
Dan nantinya si Otaku harus tinggal di tempat yang mereka tentukan. Mengenai
Ibu si Otaku, si Ibu tetap bisa tinggal disini, karena pada dasarnya, si Klien
dan si I bu takkan kontakan, namun tetap diatur sebagai orang tua dan Ibu
kandung.
“Memangnya Ibuku bilang setuju?”
tanya si Otaku dengan sikap acuh sambil terus bermain game di komputernya.
“Iya,” jawab Kida. “Semuanya
disetujui. Kau dapat 4 juta yen,” jelasnya.
Alasan si Otaku terpilih, karena
si Otaku berpendidikan tinggi. Lalu sewaktu kecil si Otaku sering pindah
sekolah, tak ada teman lama. Jadi intinya, si Otaku hampir tak memiliki kontak
dengan orang- orang dan takkan ada yang peduli jika si Otaku menghilang. Serta
berat badan si Otaku bertambah dan penampilan berubah drastis. Tak ada
pengalaman kriminal, perjalanan ke luar negeri, dan tidak pernah membuat
paspor. Intinya, tak ada rekam jejak yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi si Otaku. Makanya, si Otaku terpilih. Tapi yang paling penting
adalah nama si Otaku, yaitu Onose Makoto.
Mendengar semua itu, si Otaku
yakin kalau dia pasti tidak bisa menolak, jadi diapun setuju.
“Bisakah kutanya satu hal?” tanya
Kida, merasa penasaran. “Kenapa jadi seperti ini? Kau seorang perfeksionis dan
nilaimu sangat baik. Kau juga bekerja di perusahaan sekuritas besar,” tanyanya.
“Aku berhenti setelah 2 bulan,”
jawab si Otaku. “Aku berak di celana. Saat upacara pelantikan, perutku sakit
dan sangat gugup. Hari itu, duniaku berakhir. Perfeksionis itu pada akhirnya
produk gagal! Aku tak tahan kalau hidupku tidak ideal dan berkilau seperti yang
kuinginkan,” jelasnya. Ternyata alasannya sangat sepele sekali, tapi baginya
itu adalah hal yang sangat besar.
Malam hari. Makoto bekerja di
kasino dan menjadi bandar.
Siang hari. Makoto duduk
sendirian didalam kamar yang agak gelap dan menonton acara- acara yang Lisa
ikuti di TV. Lalu Kida datang.
“Bagaimana?” tanya Makoto.
“Mulai hari ini, kau Onose
Makoto,” jawab Kida. Lalu dia memberikan ID milik si Otaku kepada Makoto.
Tiba- tiba Kida mendapatkan
telpon dan dia menjawabnya. “Ada apa? … Begitu, ya … Tolong bersih- bersih.”
Mendengar itu, Makoto heran ada
apa dan bertanya. Dan Kida menjelaskan bahwa Onose Makoto dan Ibunya bunuh
diri, jadi dia harus membereskan semuanya sebelum ditemukan orang. Dan Makoto
mengerti.
Kida kemudian ikut menonton acara
TV yang di ikuti Lisa.
Makoto mengantarkan uang 45 juta
yen kepada kakek pemilik perusahaan wine yang berada dirumah sakit. Dan si
Kakek pemilik merasa sangat puas melihat uang tersebut.
Mulai dari saat itu, Makoto resmi
menjadi pemilik perusahaan wine. Dan dia menggunakan identitas Onose Makoto.
***
Kida, Makoto, dan Yocchi. Mereka
bertiga pergi bermain- main didekat pandai. Disaat itu, Yocchi menemukan bekas
kembang api. Dan dia memberitahu bahwa dia ingin melihat kembang api yang
meledak di langit. Tapi sayangnya, pesta kembang api tahun ini sudah selesai.
“Kenapa kembang api cuma ada di
musim panas?” tanya Yocchi, mengeluh.
“Karena melihat kembang api di musim
panas itu bagus, ‘kan?” jawab Kida.
“Salah. Lebih cantik terlihat
saat musim dingin,” balas Yocchi. “Dulu sewaktu Papa masih ada, kami melihat
kembang api di musim dingin. Kembang api yang waktu itu cantik sekali,”
katanya, mengenang saat dulu.
“Oke, aku paham!” seru Makoto
dengan keras. “Kalau ‘gitu, aku pasti akan memberimu kembang api di musim
dingin kelak. Duar!’ janjinya.
Mendengar itu, Yocchi tertawa.
Lalu dia dan Makoto mulai bermain kejar- kejaran.
Makoto berlari jauh ke dekat
pantai dan bermain sendirian disana. Sementara Yocchi dan Kida duduk didekat
tangga dan mengobrol.
“Duniaku terbentuk oleh tiga
orang,” kata Kida, bercerita. “Aku berada di sisi yang agak melenceng. Lalu,
aku melihat dunia yang kita ciptakan dari tempat yang tidak terlalu jauh.
Paham?” jelasnya.
“Apa itu? Kida, meski kamu bodoh,
tapi terkadang mengatakan hal- hal yang rumit,” komentar Yocchi, tidak
mengerti. “Jangan berkata hal rumit, tapi belajarlah dari si bodoh itu,”
jelasnya sambil menunjuk ke arah Makoto. Dan Kida tertawa.
“Dia itu beneran bodoh,” kata
Kida, setuju.
Kida kembali bercerita. Sewaktu
orang tuanya meninggal, dia berpikir akan kehilangan akarnya. Dan Yocchi
mengerti hal itu, serta dia yakin kalau Makoto juga sama. Lalu Kida dan Makoto
saling menopang. Tapi kalau cuma berdua sulit, dia takut kalau kelak mereka
akan jomplang dan akhirnya jatuh. Dan disaat itu, Yocchi datang.
“Sekarang ini cukup seimbang,
ya?” kata Yocchi, senang.
“Bisa dibilang, sekarang rasanya
sangat nyaman,” jawab Kida sambil tertawa. “Meskipun dunia kita ini hanyalah
dunia kecil yang diluar masyarakat.”
“Tapi, ya… dunia akan berubah
dalam satu hari. Suatu hari, nanti tiba- tiba ingat bahwa dulu ada seorang
gadis yang selalu bermain bersama. Dan bertanya- tanya siapa namanya. Akhirnya
lupa,” balas Yocchi dengan nada sedih.
“Aku? Soal Yocchi?” tanya Kida.
Dan Yocchi mengiyakan. “Enggak akan. Aku janji. Kamu takkan kulupakan,”
tegasnya dengan serius.
“Oh, gitu,” gumam Yocchi, senang.
Kemudian Yocchi mengajak Kida
untuk berfoto bersama. Supaya suatu hari, ketika Kida melupakannya, dia akan
mengejar Kida dan menunjukkan foto itu padanya. Lalu dia meneriaki Makoto untuk
berfoto bersama juga.
“Hey!” teriak Yocchi sambil
tersenyum lebar di foto.
Kida datang berkunjung ke rumah
baru Makoto yang jauh lebih besar dan mewah daripada sebelumnya. Dulu Makoto
tinggal dirumah petak kecil, sekarang dia tinggal diapatermen.
“Bukankah sudah cukup? Kau sudah
cukup pantas untuknya, ‘kan?” tanya Kida.
“Kalau cuma begini, dia enggak
bakal berpaling padaku,” balas Makoto, merasa kalau ini belum cukup. “Makan?”
tanyanya, menawarkan.
“Tak perlu,” tolak Kida.
Makoto menghadiri suatu pesta.
Diatas panggung, Ayah Lisa, senator Ando, berpidato. Lalu semua orang
memberikan tepuk tangan. Kemudian Lisa naik ke atas panggung dan memegang
tangan Ayahnya. Dan Ando bersikap sangat bangga memperkenalkan putrinya, Lisa,
yang merupakan seorang model.
“Apakah kalian tahu orang seperti
apa yang saya benci diantara para politisi? Orang yang memanfaatkan putri saya
untuk politik!” kata Ando dengan sikap tegas. Lalu setiap orang tertawa dan dia
juga ikut tertawa.
“Itu Papa, ‘kan?” kata Lisa,
berpura- pura mengeluh. “Jangan mengatakan diri sendiri,” jelasnya. Lalu dia
juga ikut tertawa. Begitu juga dengan semuanya.
Makoto melihat semua itu dengan
tatapan mata kosong. Lalu seseorang mendekatinya dan bertanya, apakah Makoto
sering mengikuti ini. Dan Makoto menjawab tidak, ini pertama kalinya. Lalu
setelah menjawab itu, Makoto langsung pergi mengikuti Ando dan Lisa yang telah
turun dari panggung dan keluar dari ruangan.
Makoto memperhatikan Lisa yang
sedang duduk sendirian ditempat yang agak sepi. Lalu dia memberanikan dirinya
dan mendekati Lisa. Tapi sebelum dia sempat menyapa atau mengatakan sesuatu,
seseorang datang mendekat, jadi diapun berjalan menjauh sedikit. Dia berdiri
dibelakang dinding dan mendengarkan pembicaraan mereka berdua.
Ternyata orang yang datang
mendekat itu, dia adalah pacar Lisa.
Makoto : Aku ingin minta tolong sesuatu. Lisa
punya cowok.
Kida : Baiklah
***
Kida mengunjungi tempat tinggal
pacar Lisa, yaitu Sasaki. Tanpa berbasa- basi, Kida menyuruh Sasaki untuk
memutusin Lisa. Lagian alasan Sasaki pacaran dan ingin menikahi Lisa, karena
koneksi Ayah Lisa. Dan Sasaki menolak.
Lalu Kida pun menggunakan pistol
dan mengancam Sasaki. “Kalau menolak, kau akan kumasukkan dalam daftar
pertimbangan untuk dibunuh,” ancamnya. Lalu dia menembak sekali ke dinding
dibelakang Sasaki. Membuat Sasaki bertambah takut. “Kurasa kau lebih baik
menikah dengan wanita biasa yang diam- diam kau sembunyikan selama 3 bulan,”
bisiknya, menyarankan.
“Baiklah. Aku akan putus,” kata
Sasaki, ketakutan.
Mendengar jawaban itu, Kida
merasa puas dan menepuk pelan bahu Sasaki. Lalu dia pergi.
Kawabata menawarkan coklat kepada
Kida. Lalu dia memperhatikan pekerjaan Kida. “Bagaimana? Pekerjaannya lancar?”
“Berkat Anda,” jawab Kida sambil
memakan satu coklat yang diberikan padanya.
“Kida-chan jago negosiasi, ya.
Kau cocok dengan pekerjaan ini,” puji Kawabata.
Dengan penasaran, Kawabata
kemudian menanyai, untuk apa Kida bekerja. Dan Kida menjawab untuk makan. Namun
Kawabata tahu kalau Kida berbohong, karena Kida tidak terlihat punya keinginan
bekerja untuk diri sendiri, Kida tak punya keinginan untuk makan enak atau naik
mobil mewah.
“Itu tidak benar. Saya juga manusia
dan punya keinginan. Aku juga ingin makan enak. Tapi, aku suka pasta di
restoran keluarga. Aku belum menemukan yang paling enak dari itu,” kata Kida
sambil tersenyum lembut.
“Seleramu cukup murah, ya,”
komentar Kawabata.
“Kalau begitu aku pergi,” pamit
Kida, mengambil jas nya.
“Kida,” panggil Kawabata. “Kau
kelihatannya mengingat banyak hal. Yah, apa yang akan kau lakukan, itu
kebebasanmu. Terutama hal berbahaya, harus kau lakukan demi dirimu sendiri,”
katanya, menasehati.
“Aku paham,” jawab Kida sambil
tersenyum. Lalu dia pergi.
***
Disaat hujan, Kida dan Yocchi
berjalan bersama- sama menggunakan payung masing- masing. Mereka mengobrolkan
banyak hal. Lalu mereka mengobrolkan tentang Makoto. Alasan Makoto terobsesi
dengan lelucon, itu karena ketika Ayah Makoto pergi, Ibu Makoto tak berhenti
cegukan. Ibu Makoto punya stress dan penyakit hati. Dan sebagai anak, Makoto
berusaha mencoba segalanya agar Ibunya berhenti cegukan, yaitu dengan cara
sering mengejutkan Ibunya. Tapi pada akhirnya, kondisi Ibu Makoto memburuk dan
suatu hari tiba- tiba Ibu Makoto bunuh diri. Jadi lelucon yang Makoto buat, itu
seperti ukuran kasih sayang yang tak terkendali.
“Hei, Kida-chan. Apa kamu pernah
merasa kesepian?” tanya Yocchi. “Bukan kesepian, tapi hampa,” katanya,
memperjelas.
“Bukannya sama saja?”
“Itu beda, loh,” balas Yocchi.
“Menyampaikan sesuatu pada orang itu rasanya sulit,” gumamnya.
Lalu Kida dan Yocchi sampai
dipinggir jalan. Yocchi menekan tombol penyebrangan. Sesudah itu, ketika lampu
penyebrangan telah menjadi hijau, dia berjalan menyebrangi jalan. Tapi anehnya,
Kida malah hanya diam dan berdiri ditempat saja. Jadi Yocchi pun memanggilnya,
tapi Kida tetap diam. Dan Yocchi pun mengingatkanya bahwa lampu penyebrangan
sebentar lagi sudah mau menjadi merah loh.
“Aku selalu ingin bilang padamu
sejak dulu. Tapi kurasa aku akan mengurungkannya hari ini,” kata Kida dengan
gugup. “Aku … menyukai… Yocchi.”
Mendengar pernyataan cinta itu,
Yocchi terdiam untuk sesaat. Lalu lampu penyebrangan sudah menjadi merah lagi.
Dan diapun segera menjawab, “Aku juga sangat menyukai Kida-chan. Tapi… ini
sedikit terlambat. Terlambat,” jawabnya. Lalu dia langsung menyebrang dan
berdiri ditepi jalan disebrang, karena mobil akan lewat.
Dengan jujur dan tulus, Yocchi
mengungkapkan perasaannya. Kalau Kida dan Makoto tidak ada, dia mungkin takkan
hidup seperti ini. Jadi baginya, Kida dan Makoto sama istimewanya seperti
Tuhan, dia tak bisa membayangkan dunia tanpa mereka. Jadi dulu dia berpikir,
kalau sudah besar nanti, dia pasti akan menikah dengan Kida dan Makoto, lalu
tinggal bertiga bersama. Tapi setelah dewasa, dia sadar kalau hal itu takkan
bisa dilakukan. Makanya, dia memutuskan, andai Kida dan Makoto menyukainya
sebagai wanita, dan berkata ‘Aku menyukaimu’, maka dia akan mencoba mengikuti
takdirnya. Mendengar itu, Kida mengerti bahwa dia memang telah terlambat dan
dia menerima itu dengan sikap lapang dada.
Yocchi merasa lega, karena Kida
mengerti. Lalu dia membalikkan tubuhnya dan menangis untuk meluapkan perasaannya.
***
Ternyata dulu, Makoto telah
menyatakan cinta duluan kepada Yocchi, disaat mereka dalam perjalanan pulang
sekolah. Dan saat itu, Yocchi menerima pernyataan cintanya. Jadi karena itulah,
dia tak bisa menerima pernyataan cinta dari Kida lagi.
***