“Hei. Kumohon,” pinta Makoto. Dan
Kida diam sambil menatapnya.
Lisa kemudian datang berkunjung
ke rumah Makoto. Disaat itu, Kida ada disana. Dan Makoto memilih pergi dengan
Lisa dan meninggalkan Kida.
Saat Makoto pergi, Kida
memasukkan kertas kecil yang dipegangnya ke dalam saku.
Didalam mobil. Dengan
bersemangat, Lisa mengatakan bahwa dia mau makan makanan prancis direstoran
kesukaannya dan dia benar- benar tak sabar lagi. Dan Makoto berpura- pura kalau
dia salah memesan hari. Hari ini adalah Rabu, tapi dia memesan tempatnya untuk
hari Kamis. Mengetahui itu, Lisa langsung mengomel kesal dan marah.
“Tenang saja, ini benar. Benar,
benar. Maaf,” kata Makoto sambil tersenyum.
“Kalau ‘gitu baguslah.
Kumaafkan,” kata Lisa sambil tertawa senang.
Kawabata memberikan sebuah koper
kepada Kida dan menyuruhnya untuk berhati- hati dalam membawa itu.
Makoto menghabiskan waktu bahagia
bersama Lisa, dirumah Lisa.
Kida datang ke tempat Makoto.
Ketika Makoto pulang dan melihat
koper yang Kida bawa, dia memeriksa isinya dan lalu dia mengucapkan terima
kasih.
“Rencana lamarannya sebentar
lagi, ya,” kata Kida. Dan Makoto membenarkan.
Makoto tiba- tiba mendapatkan
telpon dari kantor, dan dia berjalan menjauh sedikit untuk menjawabnya. Kida
pun bantu menutupkan koper yang Makoto buka. Lalu saat Makoto selesai
bertelponan, dia mengomentari bahwa perusahaan Makoto tampak berjalan lancar.
Dan Makoto mengiyakan.
“Bukannya kau telah menemukan
pegangan?” tanya Kida.
“Tapi saking enggak pentingnya
itu, bikin kaget,” balas Makoto.
Makoto kemudian menuangkan
segelas wine untuk Kida. Lalu mereka berdua bersulang. Setelah itu, Makoto
mempersilahkan Kida untuk duduk disofa. Dan disaat Kida duduk, Makoto menekan
tombol disakunya, dan bom kecil dibawah kursi sofa meledak, sehingga Kida pun
terjatuh. Dan Makoto tertawa.
“Aku lagi menguji seberapa
kagetnya orang dengan ledakan jarak jauh,” kata Makoto, menjelaskan sambil
tertawa.
“Jangan diuji coba padaku!” keluh
Kida, kesal.
***
Pagi. Jalanan sedang sepi, dan
Makoto ingin menyebrang begitu saja. Tapi Yocchi langsung menarik tangannya dan
menghentikannya. Karena sebelum menyebrang, mereka harus menekan tombol
penyebrangan terlebih dahulu.
“Lampu lalu lintas itu ada karena
berguna,” kata Yocchi, menasehati.
“Kalau tombolnya enggak ditekan,
tombolnya enggak berguna, ‘kan?” tebak Makoto. “Aku paham kok,” tegasnya.
“Benar. Nanti bakal repot,” balas
Yocchi. “Kalau mati,” jelasnya.
Setelah lampu menjadi
penyebrangan menjadi hijau, Yocchi dan Makoto menyebrang bersama- sama sambil
membahas tentang pesta Natal. Yocchi menawarkan diri untuk membeli bahan.
Sedangkan Makoto menjaga dirumah.
Dibengkel. Dengan bersemangat,
Makoto memberitahu Kida bahwa dia mau melamar Yocchi, dan dia meminta agar Kida
membantunya. Dia berencana mengejutkan Yocchi dan dia menyebut ini sebagai
‘rencana lamaran’. Mendengar itu, Kida diam sesaat, lalu dia mengomentari kalau
nama yang Makoto berikan begitu jelek. Dan Makoto tertawa.
“Rencana seperti apa?” tanya
Kida, bersedia membantu.
Makoto kemudian menjelaskan
rencana lamarannya. Nanti malam, Yocchi akan pergi membeli ayam. Setelah dari
toko, Yocchi pasti akan pulang melewati jalan di alun- alun dekat persimpangan
lampu lalu lintas. Disitu, dia akan menyalakan kembang api. Sekarang, musim
dingin, itu intinya. Lalu, dia akan memberikan cincin ke Yocchi di bawah
kembang api musim dingin. Dan dia ingin, Kida menjadi orang yang membantunya
menyalakan kembang api.
“Baiklah,” kata Kida, mau
membantu.
“Terima kasih,” kata Makoto
dengan senang. “Omong- omong, aku punya kostum santa Klaus untukmu. Suasana itu
penting, loh,” jelasnya. “Eh, ini juga penting,” katanya sambil menunjukkan
cincin yang disiapkannya untuk Yocchi.
Melihat cincin yang Makoto
siapkan, Kida merasa kagum, karena itu sangat bagus. Lalu dengan gugup, Makoto
bertanya, apakah Yocchi akan bahagia.
“Sudah jelas dia bahagia, ‘kan!”
kata Kida, menyemangati.
Setelah pulang dari toko, Yocchi
berjalan pulang sambil tersenyum. Lalu disaat itu, salju mulai turun secara
perlahan.
Kida sudah memakai baju santa,
kembang api juga sudah siap. Melihat itu, Makoto merasa puas dan bersemangat.
Yocchi menekan lampu
penyebrangan. Lalu dia berdiri dan menunggu sampai lampu penyebrangan berubah
menjadi hijau.
Makoto merasa kalau Yocchi
terlalu lama. Jadi diapun berniat untuk pergi dan menjemput Yocchi. Sementara
Kida tetap menunggu ditempat.
Lampu penyebrangan menjadi hijau.
Makoto berjalan sambil tersenyum
penuh semangat.
Setelah agak lama, Yocchi dan
Makoto belum kembali juga. Jadi Kida pun pergi untuk memeriksa sudah dimana
mereka berdua.
***
Kida sampai ditempat acara besar
Natal diadakan. Dan dari headphone yang dikenakannya, dia bisa mendengarkan
suara obrolan Makoto dan Lisa.
“Bagaimana pesta Ayahmu?” tanya Makoto.
“Aku sangat lelah dan merepotkan,” jawab
Lisa, mengeluh. “Tapi, sekarang aku tak lelah. Karena Makoto menyewa ruang
semewah ini. Disini dekat dengan acara, dan kita bisa bersama sampai
pertunjukan.”
Kida pergi ke belakang panggung
acara. Dia menyetrum pengurus layar, dan mengambil alih tempatnya. Dia juga
mengganti pakaian santa yang dikenakannya menjadi pakaian biasa. Lalu dia
menyambungkan laptop yang dibawa nya ke layar besar dipanggung.
Dua Host acara diatas panggung
mengumumkan kepada para penonton bahwa hari ini mereka kedatangan tamu super
mewah nantinya. Yaitu Lisa. Lalu mereka mengajak para penonton untuk menyalakan
pohon Natal dan hitung mundur bersama- sama.
“Lima… empat… tiga… dua… satu…”
seru para penonton. Lalu pohon Natal besar yang ada disana menyala dengan
indahnya. Dan para penonton merasa sangat senang.
Kemudian tiba- tiba tampilan
layar besar dipanggung berubah. Layar besar menunjukkan video langsung Lisa
yang berada ditempat Makoto.
“Video dari ruang tunggu?” tanya
para penonton, merasa heran dan bersemangat melihat Lisa yang muncul dilayar
besar.
Dibelakang panggung. Beberapa petugas menanyai Kida, apa maksudnya ini. Dan Kida berpura- pura tidak tahu. Lalu dia berpura- pura memeriksa nya.