Sinopsis K-Drama
: Happiness Episode 02 part 2
A new day, a new problem, a new happiness,
Jam baru
pukul 06.10, tapi Yi Hyun sudah mendapat telepon untuk bertemu dari Tae Seok.
Ini mengenai kasus kematian massal di penampungan tunawisma kemarin. Tae Seok
sudah memutuskan akan mengeluarkan laporan sore ini kepada pers bahwa
orang-orang di penampungan tunawisma diberikan obat ‘Next’. Dan dengan efek
samping yang ada, obat akan ditarik dari pasaran dan mereka yang ketahuan
menjualnya akan dijatuhi hukuman berat.
“Kenapa
kau memberitahukan hal ini padaku?”
“Karena
kita harus mengerjakan ini bersama. Kami mengirim surat ke kantormu meminta
bantuanmu.”
Yi Hyun
menolak. Baru juga menolak, dia sudah mendapat telepon dari atasannya yang
menunjuknya menangani kasus ini bersama Tae Seok. Mau tidak mau, Yi Hyun harus
bekerja sama. Dia diberikan ponsel Jong Tae dan diperintahkan untuk menyamar
menjadi Jong Tae, temui pengedarnya dan tangkap. Dan untuk mempermudah
pekerjaannya, Tae Seok memberikan uang dalam jumlah banyak untuk digunakan Yi Hyun ‘membujuk’ si
pengedar agar mau bertemu. Dia boleh menggunakan uangnya sebanyak apapun, tapi
harus menunjukkan tanda terima bukti pembayaran dan sisanya harus dikembalikan.
Sebelum
Tae Seok pergi, Yi Hyun membahas fakta mengenai Tae Seok yang pernah bekerja di
perusahaan farmasi dalam Tim Daya Saing yang Ditingkatkan. Tae Seok tidak ada
niat sama sekali menyembunyikan masa lalunya. Dia membenarkan fakta yang
disebutkan Yi Hyun serta menjelaskan kalau tim itu bekerja mencuri produk perusahaan
pesaing.
“Hubungi
aku jika kamu menemukan pengedarnya. Aku akan datang sebagai pengamat,” ujar
Tae Seok, mengakhiri pembicaraan.
Sementara
Yi Hyun bekerja, Sae Bom menghabiskan hari dengan melihat produk – produk
furniture di Instagram. Moodnya kelihatan bagus. Tapi, dalam sekejap berubah
saat mendapat telepon dari Ibunya. Ibunya, Kim Bok Nam, dirawat di rumah sakit,
entah untuk penyakit apa, tapi dia kelihatan sehat. Sae Bom sepertinya ingin
cepat mengakhiri percakapan karena dia bilang kalau dia lelah setelah dites
untuk penyakit menular.
“Ibu tahu
penyakit menggigit yang dibicarakan orang-orang?”
“Penyakit
orang gila itu?”
“Penyakit
itu ada namanya?”
“Ya. Itu
diciptakan dari ‘penyakit anjing gila.’ Mereka bilang manusia juga bisa terkena
rabies. Astaga. Pemilik anjing mengalami masa sulit belakangan ini.”
“Ya,
pokoknya penyakit itu. Aku dites untuk penyakit itu dan kini aku dikarantina.
Aku bermimpi menggigit seseorang semalam.”
Ny. Kim
jelas cemas. Apa Yi Hyun tidak keberatan berada di dekatnya? Sae Bom menjawab
dengan sedikit berbohong kalau dia Yi Hyun tidak keberatan dan mereka saling
mencintai. Mereka juga akan mengadakan pesta pernikahan setelah dia sembuh dan
akan mengundang Ny. Kim. Selesai mengatakan itu, Sae Bom langsung mengakhiri
telepon.
Sae Bom
beneran suntuk di rumah sendirian. Pas sekali diatas meja ada katalog mengenai
fasilitas yang ada di apartemen ini. Salah satunya adalah tempat gym. Saat dia
keluar rumah, Seo Yoon ada di depan apartemennya untuk memberikan kartu ucapan
terimakasih atas tteok. Sepertinya, Sae Bom telah menjadi role model Seo
Yoon. Seo Yoon terus saja mengikutinya.
Sebelum
pergi ke arena gym, Sae Bom pergi ke kamar 601 untuk menegurnya atas keributan
yang sudah dibuatnya dari kemarin malah hingga sekarang. Yang menyambut kali
ini adalah Joo Hyeong dan dia meminta maaf atas yang keriibutan yang terjadi.
Alasannya sih mereka sedang melakukan renovasi dan memindahkan perabot.
Terdengar tidak masuk akal karna memindahkan barang di malam hari?
Dari Seo
Yoon, Sae Bom tahu sedikit mengenai penghuni 601. Joo Hyeong dan istrinya
sama-sama dokter tapi Joo Hyeong hanya berdiam diri di rumah. Ibunya bilang ada
masalah hukum.
Huft! Sae
Bom mampir ke ruangan gym dan ingin mendaftar untuk berolahraga disana. Sayang,
dia tidak diizinkan masuk hanya karena dia adalah penyewa dari unit sewa umum.
Menjengkelkan bukan?! Untungnya, Sae Bom bukan orang yang suka ambil pusing.
Nggak dikasih masuk, yah udah. Dia pergi berolahraga ke taman. Disana ada
fasilitas olahraga gratis yang bisa dipakai siapapun tanpa memandang orang itu
berasal dari unit penyewa atau pembeli.
--
Disisi
lain, Seung Young sepertinya sudah tertular penyakit tersebut. Dia tidak pulang
ke rumah dan mengabaikan telepon dari istrinya. Dan sepertinya, dia pun
menyadari hal itu dan entah apa yang direncanakannya, dia melukai lengan
tangannya sendiri. Setelah itu, dia baru menelepon Sae Bom untuk meminta
bantuan. Dia mengakui sudah tercakar oleh korban Jong Tae dan tidak berani
memberitahu siapapun karena takut. Lukanya juga tidak mau sembuh.
Tidak
membuang waktu, Sae Bom segera bergegas ke tempat Seung Young dan membawanya ke
tempat karantinanya waktu itu. Sepanjang perjalanan, Sae Bom menyakinkannya
kalau dia akan baik-baik saja. Jalani saja test dan semuanya akan baik-baik
saja setelah beristirahat. Yang terutama, dia tidak merasa haus, ‘kan? Tidak
ada jawaban.
Sebelum
menjalani pemeriksaan, Seung Young diharuskan memakai alat pengaman mulut dan
diborgol. Ah, dan ternyata, tujuan Seung Young melukai lengannya dengan pisau
adalah untuk berbohong. Dia berbohong pada Ji Soo kalau itu adalah bekas luka
cakaran yang didapatkannya, padahal yang sebenarnya, dia dicakar di sekitar
leher. Ji Soo yang sudah berpengalaman, tentu sedikit curiga soalnya bekas itu
seperti sayatan pisau dan masih baru. Meskipun aneh, dia tetap mengambil sampel
darah dari luka Seung Young untuk pemeriksaan.
Berdasarkan
pengalaman Seung Young, orang yang terkena cakaran dari si penderita penyakit
gila, warna bekas lukanya berbeda. Area disekitar luka berubah menjadi hitam
kemerahan. Dan itulah yang terjadi pada bekas luka disekitar leher Seung Young.
Mendengar penjelasan Ji Soo, sorot matanya Seung Young menunjukkan kalau dia
sedikit takut. Dia pasti semakin yakin kalau dirinya sudah tertular. Tapi, mau
kabur juga tidak bisa karena Ji Soo tidak melepaskan borgolnya sampai hasil
pemeriksaan keluar. Saat dia meminta borgol ditangannya dilepaskan, Ji Soo
hanya melepaskan satu tangan sementara tangan lain masih dikaitkan dengan
borgol ke kursi.
Seung Young
ditinggal sendirian di ruangan itu karena Ji Soo akan mengambil darah Sae Bom
untuk pemeriksaan. Dan saat itulah Seung Young bergumam pada dirinya sendiri
kalau semua akan baik-baik saja. Tidak akan terjadi apapun. Dia hanya akan
mendapat uang lalu pulang. Setelah menyakinkan dirinya, Seung Young melepaskan
pengaman mulutnya.
Di ruang
pengambilan darah, Sae Bom mengajak Ji Soo berbincang. Sikap Ji Soo padanya
sudah tidak sedingin sebelumnya. Kali ini, Ji Soo sudah bisa diajak sedikit
bicara. Ji Soo menjelaskan lebih detail mengenai penyakit gila ini. Jika
tergigit, pasti akan terinfeksi apapun yang terjadi. Kondisi akan semakin
memburuk dan waktu akan berkurang dalam keadaan sadar. Mereka tidak akan pernah
tahu kapan si penderita merasa haus dan mengincar manusia, makanya penderita
tidak diizinkan bertemu dengan pengunjung. Untuk pengobatan, sampai sekarang
masih belum ditemukan.
“Saat
keadaan memburuk, mereka selalu haus. Mereka menggila dan menyerang setiap kali
melihat manusia. Satu-satunya yang bisa kami lakukan sekarang adalah
memperlambat prosesnya sebelum mereka mencapai titik tersebut.”
“Jadi,
benar bahwa tidak ada yang keluar dari sini hidup-hidup,” gumam Sae Bom.
Ji Soo
melanjutkan kalau Sae Bom sangat beruntung karena tidak tertular meskipun sudah
tekena cakaran. Dan jika Seung Young seberuntungnya, dia juga akan bisa keluar.
Sayangnya,
Seung Young tidak seberuntung Sae Bom. Dia juga menyadari itu. Makanya, dia
melukai tangannya dan berbohong kalau itu luka yang didapatkan dari luka
cakaran korban Jong Tae, padahal bukan. Tujuannya ke sana, bukan untuk sukarela
menjalani test, melainkan menyusup masuk ke markas rahasia tersebut dengan
memanfaatkan Sae Bom. Makanya, saat dia ditinggal sendirian, dia kabur dengan
membawa kursi, dimana borgol pada tangannya terkait.
Sae Bom
masih berusaha percaya padanya dan meneleponnya. Seung Young mengangkat
teleponnya hanya untuk memberitahu kalau dia punya keluarga. Jika dia mati
ditempat ini, keluarganya tidak akan pernah tahu. Dan dia sudah punya cara
untuk tetap aman dan menghasilkan uang. Setelah mengatakan itu, dia mematikan
ponselnya.
Tidak
butuh waktu lama bagi Sae Bom untuk berpikir dan menyimpulkan semuanya. Dia
sadar kalau Seung Young berbohong mengenai lukanya dan berniat menjual
informasi rahasia penyakit itu kepada reporter. Seluruh pasukan juga sudah
dikerahkan untuk mencari Seung Young. Sae Bom meminta Ji Soo memberitahunya
dimana dia mengarantina semua pasien kritis?
“Mereka
dikarantina di gudang pendingin tempat kami menyimpan makanan. Tapi jumlahnya
terus naik, jadi kami harus memindahkan mereka.”
“Jadi,
mereka dipindahkan kemana?”
Ji Soo
meneguk ludah sebelum menjawab, “Truk pendingin.”
Jawaban
yang membuat Sae Bom, speechless.
Dan di
sanalah Seung Young sekarang setelah mengikuti beberapa petugas. Dia masuk ke
dalam salah satu truk pendingin yang berjejeran dilapangan. Dengan lampu
ponsel, dia bisa melihat kalau truk itu berisi banyak sekali tubuh para
penderita kritis yang dibaringkan diatas ranjang yang disusun dan dibatasi
dengan plastik tebal. Semuanya terlihat seperti mayat. Meskipun sudah seperti
mayat, tapi para penderita itu masih tetap di rantai.
Disaat
dia masih shock melihat pemandangan yang ada dihadapannya, pintu truk sudah
dikuci dari luar. Petugas yang melewati tempat itu, melihat truk dalam keadaan
terbuka dan tanpa memeriksa, mereka mengunci. Seung Young sudah tidak bisa
mundur lagi. Daripada semua usahanya menjadi sia-sia, dia memilih untuk terus
lanjut. Dia menelepon reporter yang mengajak kerja sama dan meminta dikirimkan
uang bayarannya dulu, baru dia mengirimkan video yang diinginkan mereka. Dia
takut akan tertipu, jadi setidaknya kirimkan dulu setengah uangnya.
Saat
berteleponan itu, dia sempat berteriak dan terlihat ada pergerakan oleh para pasien
yang tadi tertidur. Sepertinya, mereka terbangun oleh suara berisik Seung
Young. Seung Young benar-benar sudah gila! Dia bukannya berteriak meminta
pertolongan, tapi malah merekam aksi ‘zombie’ yang terjadi dihadapannya, dimana
para pasien merangkak turun dari kasur dan berusaha mendekatinya.
--
Yi Hyun
berhasil mengajak si pengedar obat ‘Next’ untuk bertemu dan dia membawa Tae
Seok dengan Jung Kook. Yang masuk bersamanya untuk bertemu hanya Tae Seok
sementara Jung Kook menunggu di dalam mobil. Mereka bertemu di sebuah gedung
kosong.
Sudah
bisa diduga, perkelahian tidak terelakkan karena yang datang bukanlah Lee Jong
Tae. Si pengedar datang bersama 2 rekan dan Yi Hyun berhasil mengalahkan
semuanya. Sudah tersudut, si pengedar ketakutan dan memberitahu kalau obat yang
dia inginkan ada di dalam bagasi.
Sh*t!
Yang berada di dalam bagasi bukan obat, melainkan orang yang sudah terkena
penyakit gila. Begitu pintu bagasi dibuka, penderita itu langsung menyerang Yi
Hyun. Untungnya, Yi Hyun cepat tanggap untuk menghindar dan si penderita juga
nggak bisa bergerak banyak karena dalam lehernya diikat rantai. Namun, si
penderita tidak mau melepaskan cengkramannya dari Yi Hyun. Tae Seok harus turun
tangan untuk membantu, jika tidak, Yi Hyun bisa mati. Sebelum menembak si
penderita, dia sempat ragu sesaat karna teringat dengan istrinya yang juga
terbaring di rumah sakit dengan penyakit yang sama. Namun, pilihan harus
dibuat. Dor!! Setelah itu, Tae Seok langsung menutup bagasi.
Dimata Yi
Hyun, Tae Seok menembak manusia. Tapi, dimata Tae Seok, tidak. Suara tembakan
itu terdengar hingga keluar. Tentu saja Jung Kook jadi masuk ke dalam karena
mengira sesuatu untuk terjadi.
Sekarang
saatnya menginterogasi si pengedar. Dan benar, ternyata penderita yang tadi
menyerang Yi Hyun juga mengosumsi banyak obat Next. Dan setelah kondisinya
menjadi seperti itu, si pengedar malah menjadikannya seperti anjing. Dia
menyebut si penderita itu adalah anjing penjaga terbaik yang tidak perlu diberi
makan! Anj! Aish!!
“Kau juga
meminum pilnya, bukan? Kau akan berakhir seperti dia,” ujar Tae Seok,
menghentikan tawanya.
Interogasi
harus dihentikan sementara karena Tae Seok mendapatkan telepon mengenai yang
terjadi di markas rahasia. Yi Hyun awalnya nggak peduli, tapi begitu mendengar
Sae Bom juga ada di markas, dia langsung bergegas.
--
Semua
pasukan berkumpul di truk pendingin dengan peralatan pengaman. Disaat itu, Sae
Bom mendapat telepon dari Seung Young yang berujar kalau semua bukan manusia.
Setelah itu, sambungan telepon terputus. Sae Bom mencoba menelepon balik dan
terdengar suara dering telepon dari salah satu truk pendingin. Ji Soo langsung
memerintahkan pasukan untuk membuka truk tersebut.
“TIDAK!
JANGAN DI BUKA!” teriak Sae Bom.
Terlambat.
pintu udah dibuka. Dan terlihat ada banyak sekali tangan pasien yang menjulur
keluar, hendak kabur dan haus darah. Sekuat tenaga, semua pasukan mendorong
kembali para pasien ke dalam. Semua sudah terdorong, namun, pintu sulit ditutup
karena sebuah kursi menahan pintu! Yap, itu adalah kursi yang terbogol ke
tangan Seung Young. Seung Young ada di dalam sana dan sudah dalam keadaan
terinfeksi.
H A P P I N E S S