Original Network : Channel 7
Malam hari.
Ketika datang berkunjung, Mr. Niwat mengucapkan terima kasih kepada Lady Veena,
sebab Lady Veena tidak memberitahukan kepada Madam Kanda bahwa semalam dia
menginap disini. Kemudian dia menanya- nanyai tentang Chuen, dan saat dia
mengetahui kalau nama Ibu Chuen adalah Choi, dia merasa agak kecewa.
Diruang
makan. Kade bersikap agak tidak sopan. Dia ingin meninggalkan meja makan begitu
saja untuk pergi memanggil Mr. Niwat yang sedang mengobrol dengan Lady Veena.
Dan Mr. Niwat pun menghentikan Kade agar jangan mengganggu Mr. Niwat dan Lady Veena
yang sedang mengobrol. Lalu kemudian, giliran Yupa yang bersikap tidak sopan.
Dihadapan Lord Pichai, dia menggosipi dimana Ton, kenapa Ton belum datang juga.
Mendengar itu, Lord Pichai tampak tidak senang. Dan Madam Kanda pun langsung
menegur serta menyuruh Yupa untuk minta maaf.
“Oops. Aku
minta maaf Paman Lord. Aku hanya orang yang agak terus terang,” kata Yupa,
meminta maaf sekaligus membela diri.
“Itu benar.
Yupa orang yang suka berterus terang, dia mengatakan apa yang dia rasakan. Aku
selalu mendisplinkan dia,” kata Madam Kanda, melindungi Yupa dengan sikap
berpura- pura mengeluh.
“Bagus jadi
orang yang berterus terang. Tapi perhatikan waktu dan tempat yang tepat,” balas
Lord Pichai, menasehati Yupa.
“Woah. Paman
hanya mengajarkanku beberapa kata saja, tapi aku mendapatkan banyak pengetahuan
dari itu,” puji Yupa, mengangkat telur. Tapi Lord Pichai mengabaikannya.
Kemudian Kade yang sedari tadi hanya diam saja, dia memijit jidatnya dan berpura- pura sakit kepala. Lalu dia pamit kepada Lord Pichai untuk kembali ke kamarnya dan beristirahat.
Tapi ternyata
bukannya kembali ke kamar, Kade malah pergi ke kamar Ton dan mengetuk pintunya.
Lalu saat Ton membuka pintu, Kade mulai mengomel. Dia menuduh kalau Ton pasti membenci
keluarganya, jadi Ton sengaja tidak bergabung makan malam bersama mereka. Lalu
dia mulai menangis.
“Siapa yang
memberitahumu itu?” tanya Ton dengan sikap lembut, karena tidak tega melihat
Kade yang menangis dihadapannya.
“Itu berarti
kamu tidak membenci ku? Dan keluarga ku?” tanya Kade dengan senang. Lalu dia
menghapus air matanya dan tersenyum.
“Mengapa aku
harus membenci mu?” balas Ton, bingung.
Dengan sangat
senang, Kade langsung memeluk Ton serta mengucapkan terima kasih. Mendengar
itu, Ton langsung mendorong Kade untuk melepaskannya. Dan Kade berpura- pura
sedih lagi serta menuduh kalau Ton membencinya. Dengan tegas, Ton pun
menekankan bahwa dia tidak membenci Kade, tapi dia tidak ingin Kade berperilaku
buruk dengan memeluk orang sembarangan seperti tadi. Lalu dia menyarankan Kade
untuk kembali ke kamar. Dan dengan sikap patuh, Kade mengiyakan.
Lalu ketika
Ton menutup pintu kamar, Kade tersenyum penuh kemenangan.
Kanok
berjalan- jalan disekitar rumah dan bertemu dengan Chuen dan Nanny Aon. Lalu
diapun bergabung dengan mereka berdua untuk mengobrol.
Sekali lagi,
Lord Pichai menawarkan keluarga Mr. Niwat untuk tinggal bersama mereka disini.
Dengan lemas, Madam Kanda menghela nafas, karena dia tahu kalau Mr. Niwat tidak
akan setuju. Tapi ternyata dia salah, karena kali ini Mr. Niwat mengatakan
bahwa dia setuju, namun mereka bukan tinggal secara gratis, tapi menyewa disini.
Dan Madam Kanda sangat senang sekali. Begitu juga dengan Yupa.
Pelayan Sa
datang dan memanggil Kanok yang sedang mengobrol dengan Chuen dan Nanny Aon,
karena Mr. Niwat dan Madam Kanda sudah akan pulang.
“Aku sedang
bersenang- senang. Dirumah tidak ada yang bisa diajak bermain ataupun tertawa.
Tidak bisa dibandingkan dengan P’Chuen,” kata Kanok, menolak pulang. Dan
mendengar perkataannya Chuen dan Nanny Aon tertawa.
“Oh, pulang
sana Khun Kanok. Jika tidak, Ibumu akan mengomelimu,” bisik Nanny Aon,
membujuk. Dan Kanok tertawa. Lalu Kanok pun pergi.
Setibanya
dirumah, Madam Kanda langsung menanyai Kanok, kemana Kanok sebelumnya pas
mereka dirumah Lord Pichai. Dan Kanok pun menjawab bahwa dia pergi ke rumah
kecil dan mengobrol dengan Nanny Aon serta Chuen. Mendengar nama ‘Chuen’, Madam
Kanda sangat tidak senang dan dia melarang Kanok untuk berhubungan dengan
Chuen. Dan Kanok menolak. Tapi dengan keras, Madam Kanda menegaskan supaya
Kanok dengarkan perintahnya. Jadi dengan terpaksa, Kanok pun mematuhi.
“Bibi jangan
khawatir, ketika kita pindah, aku akan memperhatikan dia untukmu,” kata Yupa,
ingin menyenangkan Madam Kanda.
“Seperti kamu
pernah dirumah aja!” balas Madam Kanda, menyindir. “Aku bersedia
memperkenalkanmu ke kelas atas dan mencarikan pria yang baik untukmu. Jadi dari
sekarang, jangan keluar berpesta lagi. Mengerti?” tegasnya, memperingatkan.
“Ya,” jawab
Yupa, pelan. Lalu saat Madam Kanda pergi, dia menatapnya dengan tatapan benci
dan kesal, karena Madam Kanda mengatur- aturnya.
Didalam
kamar. Mr. Niwat melihat- lihat foto ‘Cheewan’, kekasihnya dulu. “Cheewan,
semoga ini seperti apa yang aku pikirkan,” gumamnya. Lalu tiba- tiba Madam
Kanda masuk ke dalam kamar dan dia langsung menyimpan foto- fofo tersebut.
Ketika Nanny
Aon sedang berdoa, dia seperti mendengar sesuatu. Jadi dia mengintip dari
jendela. Dan dia melihat Chuen yang sedang duduk dengan murung di ayunan.
Setelah Chuen
selesai sarapan, Lady Veena memanggilnya ke ruang makan. Disana dia memberitahu
Chuen bahwa tampaknya belajar setiap minggu, tidak akan cukup untuk Chuen, jadi
dia menyarankan agar Chuen belajar setiap hari bersama Ton. Mendengar itu, Kade
langsung tidak setuju. Dia beralasan bahwa hal ini akan merepotkan Ton, apalagi
Ton harus mempersiapkan tugas akhir dan pergi belajar ke luar negri. Tapi Ton
sendiri tidak ada penolakan, karena dia berharap bisa mengajarkan Chuen agar
Chuen dapat segera bersekolah. Dan Lord Pichai juga setuju, kalau Ton
mengajarkan Chuen setiap harinya.
Dengan patuh,
Chuen pun mengiyakan semuanya.
Ton
memberikan pr kepada Chuen untuk dikerjakan, lalu sore nya dia akan mengecek pr
Chuen. Jika Chuen tidak selesai, maka dia akan menghukum Chuen. Dan Chuen tidak
peduli. Tapi kemudian Kade datang, dan Chuen sengaja ingin membuatnya merasa
jengkel. Jadi diapun mengubah sikapnya menjadi penurut.
“Khun Ton,
bisakah kamu mengajariku Inggris malam ini?” pinta Kade dengan sikap manja.
“Tidak bisa.
Apa kamu barusan tidak dengar, Lord dan Lady menyuruh Khun Ton untuk
mengajariku setiap sore?” kata Chuen, mengingatkan dengan sengaja, untuk
membuat Kade cemburu dan kesal.
“Nang Chuen!”
gertak Kade. (Nang, sepertinya adalah
kata kasar).
“Jeez!! Aku
cuma jawab Nang Kade,” balas Chuen.
Mendengar
Chuen berbicara kasar, Ton menegur Chuen. Lalu dia menyuruh Kade untuk pergi
dan tunggu dimobil. Dengan patuh, Kade pun mengiyakan. Dan Chuen melambai-
lambaikan tangannya dengan senang. Tapi ketika Ton melihat ke arahnya, dia
langsung berhenti melambaikan tangannya dan berpura- pura tidak ada melakukan
apapun.
Dengan kesal,
Kade mengeluh. Lalu pergi.
Setelah Kade
pergi, Ton mengingatkan Chuen sekali lagi. Jika Chuen tidak bisa menyelesaikan
pr yang diberikan, maka dia akan menghukum Chuen. Dia akan memberikan lebih
banyak pr kepada Chuen.
Dengan kesal,
Chuen mengeluh. Tapi Ton tidak peduli dan pergi.
Didalam
mobil. Kade mengeluhkan tentang Chuen kepada Ton. Lalu dia meminta Ton untuk
mengajarinya juga. Dan Ton menganggukkan kepalanya, tanda setuju. Dan Kade
sangat senang sekali.
Didalam
kamar. Chuen mengeluh, bagaimana dia bisa menyelesaikan begitu banyak pr.
Nan dan Nat
datang berkunjung. Lalu mereka bertemu dengan Chuen. Saat tahu kalau Chuen
ternyata adalah wanita, mereka berdua merasa terkejut.
“Wow! Ini
mawarmu? Cantik sekali,” kata Chuen, mendekati Nan dan Nat.
Melihat
kecantikan Chuen, Nan merasa terpesona serta terpaku. Melihat sikap kakak nya
itu, Nat langsung berdehem untuk menyadarkan Nan.
Chuen kembali
dengan membawa setangkai bunga mawar. Dengan senang, dia memberitahu Nanny Aon
bahwa bunga ini diberikan oleh Nan dan Nat. Dan dia menyukainya. Dia ingin
meletakkannya di dalam vas, tapi sayangnya dia tidak punya vas, jadi dia
berniat menaruhnya di dalam gelas saja.
“Khun Chuen,
jangan lupa kerjakan pr yang Khun Ton berikan padamu,” kata Nanny Aon,
mengingatkan Chuen. Dan Chuen mengiyakan. Lalu dia pergi.
Didalam
kamar. Chuen mencium bunga yang diberikan oleh Nan dan Nat dengan senang. Lalu
dia mulai belajar.
Nanny Aon
melaporkan aktifitas Chuen kepada Lady Veena. Lalu Lady Veena memberitahu Nanny
Aon bahwa dia sudah menemukan sekolah untuk Chuen, tapi dia mau menanyai
pendapat Ton terlebih dahulu, mau menempatkan Chuen di tingkat berapa.
Sebelumnya Ton ada mengatakan bahwa Chuen bisa ditempatkan di tingkat 7 atau 8, karena pengetahuan Chuen cukup
bagus.
“Oh. Ini agak
aneh,” gumam Nanny Aon, tidak menyangka kalau Chuen bisa sangat pintar,
kepadahal hanya diajarkan dirumah oleh Kakek Chom dan Ibu Choi.
“Memang ada
banyak hal aneh tentang keluarga ini,” kata Lady Veena, tapi dia tidak terlalu
peduli. “Khun Ton yang terbiasa mengabaikanku dan tidak pernah ingin berbicara
atau melihat ku, ketika Chuen datang, Khun Ton terlihat lebih relax. Ton jadi
sering berbicara denganku, dia membuat Chuen jadi bahan pembicaraan,” jelas
Lady Veena, senang.
Didalam
kamar. Ketika Kanok datang, Mr. Niwat langsung menyimpan foto- foto dulu yang
sedang dilihatnya. Lalu ketika Kanok pergi, Mr. Niwat melihat- lihat foto dulu itu
lagi. Dan dia teringat wajah Chuen.
Ton datang.
Jadi Nanny Aon pun memanggil Chuen. Dengan hati- hati, Chuen membuka pintu
kamarnya, lalu dia menanyai Nanny Aon, apakah Ton sudah pergi. Dan sayangnya,
Ton masih ada di halaman. Mengetahui itu, Chuen langsung menarik Nanny Aon ke
dalam kamar dan memohon agar Nanny Aon membantunya mengulur waktu. Sebab dia
belum selesai mengerjakan pr nya.
“Ah,” gumam
Nanny Aon, merasa khawatir untuk Chuen.
“Khun Ton mu
memberikanku begitu banyak pr! Inggris tidak banyak, tapi matematika. Dia
memberiku 5 pr yang sulit dan yang mudah,” keluh Chuen, merasa capek.
Nanny Aon
merasa khawatir untuk Chuen. Tapi dia tetap berpikir bahwa lebih baik Chuen
jujur kepada Ton. Dan Ton pasti akan mengerti. Tapi Chuen tidak percaya.
“Berapa yang
tersisa?” tanya Nanny Aon.
“Se..
sepuluh,” jawab Chuen, sambil tertawa malu.
Nan dan Nat
datang untuk mengunjungin Chuen. Tapi disana mereka malah bertemu dengan Ton.
Melihat bunga
yang Nan bawa, Ton menatapnya dengan heran. Dan Nan menjelaskan bahwa dia
membawakan bunga ini untuk Chuen.
“Mengapa kamu memberikan itu padanya?” tanya Ton, mengintrogasi Nan, curiga.
Makasih...
ReplyDeleteSemangat.... semangat...