Original Network : Channel 7
Seperti
biasa, Kade menangis dan mengadu kepada Lady Veena. Madam Kanda yang ikut
mendengar langsung membantu Kade untuk membuat Lady Veena membenci Chuen. Dia
memberitahu Madam Kanda bahwa Chuen adalah pembawa sial, jadi dia menyarankan
supaya Lady Veena segera mengusir Chuen.
Mendengar
itu, dengan lembut, Lady Veena menyuruh Kade untuk pergi dan cuci wajah
terlebih dahulu serta bersantai.
“Tapi …” kata
Kade.
“Kade.
Lakukan apa yang Bibi mu suruh. Jangan keras kepala. Bibimu tidak akan pernah
berpihak pada orang lain selain keponakannya. Khususnya anak kampungan itu. Dia
tidak akan membiarkannya tinggal,” kata Madam Kanda, penuh arti. Dia secara
tidak langsung mengingatkan Lady Veena bahwa ‘Kade’ adalah keponakan kandung,
sedangkan ‘Chuen’ hanyalah anak kampungan. Jadi Lady Veena harus mengusir
Chuen.
Dengan
senang, Kade mencium pipi Lady Veena serta mengucapkan terima kasih. Kemudian
dia pergi ke kamar nya.
“Hm. Aku
sangat ingin melihatmu keluar dari rumah ini!”
gumam Kade dengan senang, membayangkan Chuen yang akan segera di usir.
Setelah Kade
pergi, Madam Kanda langsung menanyai, kapan Lady Veena akan mengusir Chuen.
Namun ternyata Lady Veena sama sekali tidak ada niat ataupun rencana untuk
mengusir Chuen, makanya tadi dia tidak akan mengatakan apa- apa. Lalu Lady
Veena menegaskan kepada Madam Kanda untuk menenangkannya. Sebagai Bibi, dia
tentu saja mengasihi keponakannya, Kade. Jadi harta warisan yang dia rencanakan
di awal, dia akan tetap memberikannya kepada Kade. Mengetahui itu, Madam Kanda
langsung merasa tenang.
“Segalanya?”
tanya Madam Kanda, memastikan.
“Apa kamu
tidak akan menyisakan apapun untukku?” balas Lady Veena, bertanya dengan
lembut. Dan Madam Kanda langsung tidak senang.
“Jadi sisanya
untuk siapa?” tanya Madam Kanda.
“Untukku
pribadi,” jawab Lady Veena. “Lagian aku belum mati ataupun menunjukkan tanda-
tanda mau mati. Apa yang kamu pikirkan, Khun Kanda?” balas Lady Veena dengan
masih bersikap ramah serta lembut.
“Aku minta
maaf, jika kata- kataku membuatmu salah paham. Maaf ya,” kata Madam Kanda,
langsung mengubah sikapnya. Supaya Lady Veena tidak merasa tidak senang.
Dikamar. Saat
Kade tahu kalau harta Lady Veena tidak akan sepenuhnya di kasih padanya. Dia
merasa kesal sama seperti yang Madam Kanda rasakan. Lalu mereka berdua pun
mulai berdiskusi. Madam Kanda mengajarkan Kade bagaimana caranya menyenangkan
Lady Veena, tanpa terlalu jelas dan terlihat lebih natural, sehingga Lady Veena
akan senang dan lebih menyukai Kade. Kemudian mengenai Ton, Madam Kanda
mengajarkan Kade bagaimana caranya menjebak seorang pria.
“Ma, aku
menyesal kamu tidak punya anak perempuan yang lain, jadi kita bisa menjebak Tor
juga. Karena Chuen bisa saja mendapatkan Khun Tor!” keluh Kade sambil cemberut.
“Jangan lupa,
bahkan walaupun aku hanya punya satu anak perempuan, tapi aku masih memiliki
keponakan,” kata Madam Kanda, menenangkan Kade.
Dirumah
Chawal. Madam Kanda memberitahu keponakannya, Yupa, supaya dekati Tor dan
dapatkan Tor. Lalu dia mengajarkan trik- trik wanita yang bisa membuat pria
takluk. Awalnya Yupa agak ragu, tapi saat Madam Kanda menekankan bahwa Tor
adalah pria yang tampan, kaya, dan memiliki masa depan yang cermelang, dia jadi
tertarik.
“Aku akan
memperkenalkanmu padanya,” kata Madam Kanda, saat akhirnya Yupa tampak tertarik
pada Tor.
“Terima
kasih, Bi,” kata Yupa, senang.
Diruang
makan. Kanok, putra Madam Kanda dan Mr. Niwat. Untuk menyenangkan Madam Kanda,
Kanok memberitahunya bahwa dia mendapatkan nilai 98 persen dilapornya.
Mendengar itu, Yupa langsung memuji bahwa Kanok lebih pintar daripada Kade.
Tapi Madam Kanda malah bersikap dingin. Menurutnya Kade adalah wanita, jadi
tidak masalah bila nilai Kade bagus atau tidak disekolah. Sedangkan Kanok
adalah pria.
Madam Kanda
kemudian memberitahu Mr. Niwat bahwa dua hari lagi, mereka akan makan malam
ditempat Lord Pichai, jadi kalau Mr. Niwat punya rencana, dia ingin Mr. Niwat
membatalkannya. Dan Mr. Niwat menolak untuk pergi, karena dia tidak ingin
merepotkan orang lain dengan makan ditempat mereka. Dan Madam Kanda langsung
menekankan bahwa dia yang mau mentraktir keluarga Sarayut, bukan keluarga
Sarayut yang mentraktir mereka. Dia melakukan ini, karena keluarga Sarayut
telah membantu membesarkan Kade.
“Baiklah,”
kata Mr. Niwat, mengalah. “Kalau begitu, aku akan memesankan buah untuk mereka
nikmati juga,” jelasnya.
“Yupa,”
panggil Madam Kanda. “Kamu belum punya gaun cantik, kan? Kemudian aku akan
membawamu untuk beli besok,”
“Iya,” jawab
Yupa, senang.
“Kita hanya
mau makan, kenapa dia harus berpakaian cantik?” tanya Kanok, heran.
“Makan saja.
Jangan banyak tanya,” balas Madam Kanda dengan sikap keras.
Ketika Ton
sedang berganti pakaian, dia mendengar suara Chuen yang sedang bermain- main
dengan Snow. Lalu saat dia melihat keluar dari jendela, dia tersenyum.
Ton datang ke
halaman, dan bermain sebentar dengan Snow. Lalu setelah itu, dia menanyai
Chuen, apakah Tor pergi bermain dengan teman- temannya, makanya Chuen
sendirian. Dan Chuen diam, dia berpura- pura tidak dengar. Dengan sikap keras,
Ton pun memanggil nama Chuen dan memberitahu bahwa dia bertanya.
“Aku dengar.
Tapi aku tidak tahu kamu bicara dengan siapa,” kata Chuen.
“Disini hanya
ada aku dan kamu,” kata Ton, tidak senang dengan sikap Chuen.
Tepat disaat
Ton mengatakan itu, Pelayan Jan muncul dari semak- semak. Dan saat Pelayan Jan
ketahuan, dia beralasan bahwa dia sedang mencari jangkrik.
“Aku suka
jangkrik juga. Bisakah kamu menangkap kan sepuluh untukku?” tanya Chuen dengan
sengaja, walaupun dia tahu Pelayan Jan berbohong.
“Sepuluh?!”
balas Pelayan Jan, terkejut.
“Iya.
Kemudian antarkan ke kamar ku ya,” pinta Chuen sambil tersenyum.
“Ya,” balas
Pelayan Jan sambil mengertakkan giginya.
“Terima
kasih,” kata Chuen. Lalu dia berjalan pergi.
Ketika Chuen
berjalan pergi, Ton mengikutinya. Dengan sikap serius seperti biasa, Ton
menegur Chuen yang sengaja mengerjai Pelayan Jan, kepadahal Chuen tahu bahwa
tidak ada jangkrik disini. Dan menurutnya, Chuen kejam. Mendengar itu, Chuen
langsung emosi.
“Kakek
mengajarkanku mata untuk mata, gigi untuk gigi. Siapapun yang jahat padaku
harus dibalas!” kata Chuen dengan suara keras, karena kesal pada Ton.
“Kemudian apa
kamu senang?” tanya Ton.
“Iya, mengapa
tidak?!” balas Chuen. “Sangat memuaskan melihat orang yang melukai kita
mendapatkan hukuman yang setimpal.”
“Tidak
benar!” kata Ton, menasehati.
“Benar! Kamu
bilang itu tidak benar, karena kamu tidak pernah menjadi seorang korban. Kamu
tidak pernah dibodohi sampai hidupmu berubah sepenuhnya! Orang yang tidak
pernah terluka tidak akan pernah mengerti,” kata Chuen, penuh emosi dan rasa
benci.
Mendengar
perkataan Chuen yang penuh kebencian, Ton tertegun. Lalu dia memegang tangan
Chuen yang ingin pergi. Dia menuntut penjelasan dari Chuen. Tapi Chuen tidak
mau menjelaskan karena menurutnya Ton tidak akan mengerti.
“Jika kamu
tidak memberitahuku, bagaimana aku membantumu?!” kata Ton, membujuk Chuen.
“Aku tidak
butuh bantuan siapapun! Lepaskan!” balas Chuen, berteriak. “Bahkan jika kamu
mematahkan tanganku, aku tetap tidak akan memberitahumu!”
Melihat sikap
keras kepala Chuen, Ton pun menyerah. Dia melepaskan tangan Chuen dan berbalik
serta berjalan pergi.
Didalam
kamar. Ton merenungkan perkataan Chuen sebelumnya. “Siapa yang melukaimu, Chuencheewaa?” pikirnya, bertanya- tanya.
Madam Kanda
menghampiri Mr. Niwat yang sedang diam mengingat- ingat masa lalu dihalaman.
Dia tahu dan sangat yakin kalau Mr. Niwat pasti sedang memikirkan masa lalu.
Dan Mr. Niwat menyangkal serta mengajak Madam Kanda untuk kembali ke dalam
rumah. Tapi Madam Kanda tidak mau, dia ingin Mr. Niwat menjawabnya terlebih
dahulu, apakah Mr. Niwat masih memikirkan tentang Cheewan.
“Apa gunanya
mengungkit masa lalu?” tanya Mr. Niwat, tidak sabar dengan sikap Madam Kanda
yang terlalu keras dan menekannya.
“Kamu tidak
pernah melupakan dia! Bahkan jika dia jatuh ke dalam neraka, kamu masih tidak
akan melupakan dia!” balas Madam Kanda dengan sedih.
Sikap Madam
Kanda yang terlalu cemburuan, membuat Mr. Niwat tidak sabaran menghadapinya.
Jadi dia ingin pergi saja. Dan Madam Kanda berusaha untuk menahannya. Namun Mr.
Niwat mengabaikannya dan pergi.
Kanok yang
mendengar keributan itu, menanyai Mr. Niwat, ada apa. Dan Mr. Niwat menghela
nafas, lalu menjawab tidak ada. Setelah itu, diapun masuk ke dalam kamar dan
mengunci pintu kamar. Kemudian Madam Kanda datang dan berteriak kepada Mr.
Niwat untuk membuka pintu kamar. Dan ketika Kanok bertanya, ada apa. Dia
menjawab bahwa Mr. Niwat mengkhianatinya dan tidak pernah mencintainya.
“Tenang, Ma.
Aku selalu melihat Ayah mengalah padamu dan cinta mati padamu,” kata Kanok,
menenangkan Madam Kanda yang berteriak- teriak.
“Cinta mati
padaku? Ini menyumpahiku untuk mati! Berhenti! Kamu anak Ayahmu, kamu tidak
pernah berpihak padaku!” bentak Madam Kanda, bersikap histeris.
Karena Madam
Kanda terus berteriak, Mr. Niwat pun membuka pintu kamar. Dia sudah mengganti
pakaian tidurnya menjadi kemeja rapi dan dia membawa koper. Lalu dia pergi,
karena dia sangat tidak nyaman dan tidak tahan dengan sikap Madam Kanda.
“Kamu mau
pergi melihat Cheewan, kan?! Kamu mau tidur di kuburannya, kan?! Jangan lupa
gali kuburanmu untuk tidur disebelahnya!” teriak Madam Kanda. Lalu dia
menangis.
Kanok
berusaha membujuk Mr. Niwat agar jangan pergi. Tapi Mr. Niwat tetap mau pergi
dan dia hanya memberitahu Kanok bahwa dia ingin menyendiri di tempat yang sepi.
Yupa datang
dan mengibur Madam Kanda yang sedih. Dia meminta Madam Kanda untuk jangan
menangis, mengenai Mr. Niwat, dia menyarankan agar Madam Kanda melepaskan saja
Mr. Niwat. Ketika Kanok kembali dan mendengar itu, dia menegur Yupa untuk
jangan bicara sembarangan. Lalu Yupa pun pergi untuk kembali ke kamarnya.
Setelah Yupa
pergi, Kanok berjongkok di depan Madam Kanda. Dia menyarankan agar Madam Kanda
mencuci muka dan beristirahat terlebih dahulu, karena Mr. Niwat pasti akan
kembali. Tapi Madam Kanda tidak mau, karena dia khawatir Mr. Niwat tidak akan
kembali. Lalu Madam Kanda menyebut nama ‘Cheewan’, menurutnya ini semua salah
Cheewan, karena Mr. Niwat sampai saat ini masih belum bisa melupakan Cheewan.
“Jika Mama
tidak membawa- bawa ‘Cheewan’, maka Ayah tidak akan ingat. Menurutku, Mama yang
belum melupakannya,” kata Kanok, menganalisi.
“Kamu pikir
begitu?” tanya Madam Kanda, memastikan.
“Ya. Aku
lihat Mama yang selalu menyebut nama ‘Cheewan’ terlebih dahulu. Kamu harus
melupakannya, lalu aku percaya Ayah juga akan melupakannya,” jelas Kanok dengan
yakin.
Mr. Niwat
datang ke rumah Lady Veena untuk menginap. Dia menjelaskan alasan kedatangan
nya kepada Lady Veena, ini karena Madam Kanda masih belum melupakan tentang
Cheewan. Mendengar itu, Lady Veena yakin kalau Mr. Niwat masih belum melupakan
Cheewan juga. Lalu Lady Veena agak menyesal, karena dia tidak pernah bertemu
Cheewan.
“Oh ya, aku
dengar kamu mengadopsi anak?” tanya Mr. Niwat.
“Iya. Aku bertemu dengannya di Rungsit Farm. Dia tinggal dengan Kakek dan Ibunya. Dia anak yang baik, berbakti, jadi aku mengadopsinya. Kamu akan bertemu dengan nya besok,” kata Lady Veena dengan bersemangat.
Saat Lady
Veena kembali ke kamar. Dia menceritakan kepada Lord Pichai mengenai pertengkaran
antara Madam Kanda serta Mr. Niwat. Karena pertengkaran itulah, makanya malam
ini Mr. Niwat ingin menginap di tempat mereka, dan besok pagi Mr. Niwat akan
pergi.
“Kata orang
mantan pacar Khun Niwat sangat cantik?” tanya Lord Pichai, penasaran.
“Aku dengar begitu juga. Tapi aku tidak pernah bertemu dia. Namun Ibu dan Ayah sangat menyukai Khun Kanda, karena dia menyenangkan di mata mereka. Jadi P’Niwat berpacaran sembunyi- sembunyi dengan wanita itu,” kata Lady Veena, merasa bersimpati kepada kisah percintaan Mr. Niwat.
Semangat...
ReplyDeleteLanjut terus...