Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 3 part 2

 

Original Network : Channel 7


Seperti biasa, Kade menangis dan mengadu kepada Lady Veena. Madam Kanda yang ikut mendengar langsung membantu Kade untuk membuat Lady Veena membenci Chuen. Dia memberitahu Madam Kanda bahwa Chuen adalah pembawa sial, jadi dia menyarankan supaya Lady Veena segera mengusir Chuen.

Mendengar itu, dengan lembut, Lady Veena menyuruh Kade untuk pergi dan cuci wajah terlebih dahulu serta bersantai.

“Tapi …” kata Kade.

“Kade. Lakukan apa yang Bibi mu suruh. Jangan keras kepala. Bibimu tidak akan pernah berpihak pada orang lain selain keponakannya. Khususnya anak kampungan itu. Dia tidak akan membiarkannya tinggal,” kata Madam Kanda, penuh arti. Dia secara tidak langsung mengingatkan Lady Veena bahwa ‘Kade’ adalah keponakan kandung, sedangkan ‘Chuen’ hanyalah anak kampungan. Jadi Lady Veena harus mengusir Chuen.

Dengan senang, Kade mencium pipi Lady Veena serta mengucapkan terima kasih. Kemudian dia pergi ke kamar nya.


“Hm. Aku sangat ingin melihatmu keluar dari rumah ini!”  gumam Kade dengan senang, membayangkan Chuen yang akan segera di usir.

Setelah Kade pergi, Madam Kanda langsung menanyai, kapan Lady Veena akan mengusir Chuen. Namun ternyata Lady Veena sama sekali tidak ada niat ataupun rencana untuk mengusir Chuen, makanya tadi dia tidak akan mengatakan apa- apa. Lalu Lady Veena menegaskan kepada Madam Kanda untuk menenangkannya. Sebagai Bibi, dia tentu saja mengasihi keponakannya, Kade. Jadi harta warisan yang dia rencanakan di awal, dia akan tetap memberikannya kepada Kade. Mengetahui itu, Madam Kanda langsung merasa tenang.

“Segalanya?” tanya Madam Kanda, memastikan.

“Apa kamu tidak akan menyisakan apapun untukku?” balas Lady Veena, bertanya dengan lembut. Dan Madam Kanda langsung tidak senang.

“Jadi sisanya untuk siapa?” tanya Madam Kanda.

“Untukku pribadi,” jawab Lady Veena. “Lagian aku belum mati ataupun menunjukkan tanda- tanda mau mati. Apa yang kamu pikirkan, Khun Kanda?” balas Lady Veena dengan masih bersikap ramah serta lembut.

“Aku minta maaf, jika kata- kataku membuatmu salah paham. Maaf ya,” kata Madam Kanda, langsung mengubah sikapnya. Supaya Lady Veena tidak merasa tidak senang.

Dikamar. Saat Kade tahu kalau harta Lady Veena tidak akan sepenuhnya di kasih padanya. Dia merasa kesal sama seperti yang Madam Kanda rasakan. Lalu mereka berdua pun mulai berdiskusi. Madam Kanda mengajarkan Kade bagaimana caranya menyenangkan Lady Veena, tanpa terlalu jelas dan terlihat lebih natural, sehingga Lady Veena akan senang dan lebih menyukai Kade. Kemudian mengenai Ton, Madam Kanda mengajarkan Kade bagaimana caranya menjebak seorang pria.

“Ma, aku menyesal kamu tidak punya anak perempuan yang lain, jadi kita bisa menjebak Tor juga. Karena Chuen bisa saja mendapatkan Khun Tor!” keluh Kade sambil cemberut.

“Jangan lupa, bahkan walaupun aku hanya punya satu anak perempuan, tapi aku masih memiliki keponakan,” kata Madam Kanda, menenangkan Kade.


Dirumah Chawal. Madam Kanda memberitahu keponakannya, Yupa, supaya dekati Tor dan dapatkan Tor. Lalu dia mengajarkan trik- trik wanita yang bisa membuat pria takluk. Awalnya Yupa agak ragu, tapi saat Madam Kanda menekankan bahwa Tor adalah pria yang tampan, kaya, dan memiliki masa depan yang cermelang, dia jadi tertarik.

“Aku akan memperkenalkanmu padanya,” kata Madam Kanda, saat akhirnya Yupa tampak tertarik pada Tor.

“Terima kasih, Bi,” kata Yupa, senang.


Diruang makan. Kanok, putra Madam Kanda dan Mr. Niwat. Untuk menyenangkan Madam Kanda, Kanok memberitahunya bahwa dia mendapatkan nilai 98 persen dilapornya. Mendengar itu, Yupa langsung memuji bahwa Kanok lebih pintar daripada Kade. Tapi Madam Kanda malah bersikap dingin. Menurutnya Kade adalah wanita, jadi tidak masalah bila nilai Kade bagus atau tidak disekolah. Sedangkan Kanok adalah pria.


Madam Kanda kemudian memberitahu Mr. Niwat bahwa dua hari lagi, mereka akan makan malam ditempat Lord Pichai, jadi kalau Mr. Niwat punya rencana, dia ingin Mr. Niwat membatalkannya. Dan Mr. Niwat menolak untuk pergi, karena dia tidak ingin merepotkan orang lain dengan makan ditempat mereka. Dan Madam Kanda langsung menekankan bahwa dia yang mau mentraktir keluarga Sarayut, bukan keluarga Sarayut yang mentraktir mereka. Dia melakukan ini, karena keluarga Sarayut telah membantu membesarkan Kade.

“Baiklah,” kata Mr. Niwat, mengalah. “Kalau begitu, aku akan memesankan buah untuk mereka nikmati juga,” jelasnya.

“Yupa,” panggil Madam Kanda. “Kamu belum punya gaun cantik, kan? Kemudian aku akan membawamu untuk beli besok,”

“Iya,” jawab Yupa, senang.

“Kita hanya mau makan, kenapa dia harus berpakaian cantik?” tanya Kanok, heran.

“Makan saja. Jangan banyak tanya,” balas Madam Kanda dengan sikap keras.


Ketika Ton sedang berganti pakaian, dia mendengar suara Chuen yang sedang bermain- main dengan Snow. Lalu saat dia melihat keluar dari jendela, dia tersenyum.


Ton datang ke halaman, dan bermain sebentar dengan Snow. Lalu setelah itu, dia menanyai Chuen, apakah Tor pergi bermain dengan teman- temannya, makanya Chuen sendirian. Dan Chuen diam, dia berpura- pura tidak dengar. Dengan sikap keras, Ton pun memanggil nama Chuen dan memberitahu bahwa dia bertanya.

“Aku dengar. Tapi aku tidak tahu kamu bicara dengan siapa,” kata Chuen.

“Disini hanya ada aku dan kamu,” kata Ton, tidak senang dengan sikap Chuen.


Tepat disaat Ton mengatakan itu, Pelayan Jan muncul dari semak- semak. Dan saat Pelayan Jan ketahuan, dia beralasan bahwa dia sedang mencari jangkrik.

“Aku suka jangkrik juga. Bisakah kamu menangkap kan sepuluh untukku?” tanya Chuen dengan sengaja, walaupun dia tahu Pelayan Jan berbohong.

“Sepuluh?!” balas Pelayan Jan, terkejut.

“Iya. Kemudian antarkan ke kamar ku ya,” pinta Chuen sambil tersenyum.

“Ya,” balas Pelayan Jan sambil mengertakkan giginya.

“Terima kasih,” kata Chuen. Lalu dia berjalan pergi.

Ketika Chuen berjalan pergi, Ton mengikutinya. Dengan sikap serius seperti biasa, Ton menegur Chuen yang sengaja mengerjai Pelayan Jan, kepadahal Chuen tahu bahwa tidak ada jangkrik disini. Dan menurutnya, Chuen kejam. Mendengar itu, Chuen langsung emosi.

“Kakek mengajarkanku mata untuk mata, gigi untuk gigi. Siapapun yang jahat padaku harus dibalas!” kata Chuen dengan suara keras, karena kesal pada Ton.

“Kemudian apa kamu senang?” tanya Ton.

“Iya, mengapa tidak?!” balas Chuen. “Sangat memuaskan melihat orang yang melukai kita mendapatkan hukuman yang setimpal.”

“Tidak benar!” kata Ton, menasehati.

“Benar! Kamu bilang itu tidak benar, karena kamu tidak pernah menjadi seorang korban. Kamu tidak pernah dibodohi sampai hidupmu berubah sepenuhnya! Orang yang tidak pernah terluka tidak akan pernah mengerti,” kata Chuen, penuh emosi dan rasa benci.


Mendengar perkataan Chuen yang penuh kebencian, Ton tertegun. Lalu dia memegang tangan Chuen yang ingin pergi. Dia menuntut penjelasan dari Chuen. Tapi Chuen tidak mau menjelaskan karena menurutnya Ton tidak akan mengerti.

“Jika kamu tidak memberitahuku, bagaimana aku membantumu?!” kata Ton, membujuk Chuen.

“Aku tidak butuh bantuan siapapun! Lepaskan!” balas Chuen, berteriak. “Bahkan jika kamu mematahkan tanganku, aku tetap tidak akan memberitahumu!”

Melihat sikap keras kepala Chuen, Ton pun menyerah. Dia melepaskan tangan Chuen dan berbalik serta berjalan pergi.

Didalam kamar. Ton merenungkan perkataan Chuen sebelumnya. “Siapa yang melukaimu, Chuencheewaa?” pikirnya, bertanya- tanya.


Madam Kanda menghampiri Mr. Niwat yang sedang diam mengingat- ingat masa lalu dihalaman. Dia tahu dan sangat yakin kalau Mr. Niwat pasti sedang memikirkan masa lalu. Dan Mr. Niwat menyangkal serta mengajak Madam Kanda untuk kembali ke dalam rumah. Tapi Madam Kanda tidak mau, dia ingin Mr. Niwat menjawabnya terlebih dahulu, apakah Mr. Niwat masih memikirkan tentang Cheewan.

“Apa gunanya mengungkit masa lalu?” tanya Mr. Niwat, tidak sabar dengan sikap Madam Kanda yang terlalu keras dan menekannya.

“Kamu tidak pernah melupakan dia! Bahkan jika dia jatuh ke dalam neraka, kamu masih tidak akan melupakan dia!” balas Madam Kanda dengan sedih.

Sikap Madam Kanda yang terlalu cemburuan, membuat Mr. Niwat tidak sabaran menghadapinya. Jadi dia ingin pergi saja. Dan Madam Kanda berusaha untuk menahannya. Namun Mr. Niwat mengabaikannya dan pergi.

Kanok yang mendengar keributan itu, menanyai Mr. Niwat, ada apa. Dan Mr. Niwat menghela nafas, lalu menjawab tidak ada. Setelah itu, diapun masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar. Kemudian Madam Kanda datang dan berteriak kepada Mr. Niwat untuk membuka pintu kamar. Dan ketika Kanok bertanya, ada apa. Dia menjawab bahwa Mr. Niwat mengkhianatinya dan tidak pernah mencintainya.

“Tenang, Ma. Aku selalu melihat Ayah mengalah padamu dan cinta mati padamu,” kata Kanok, menenangkan Madam Kanda yang berteriak- teriak.

“Cinta mati padaku? Ini menyumpahiku untuk mati! Berhenti! Kamu anak Ayahmu, kamu tidak pernah berpihak padaku!” bentak Madam Kanda, bersikap histeris.

Karena Madam Kanda terus berteriak, Mr. Niwat pun membuka pintu kamar. Dia sudah mengganti pakaian tidurnya menjadi kemeja rapi dan dia membawa koper. Lalu dia pergi, karena dia sangat tidak nyaman dan tidak tahan dengan sikap Madam Kanda.

“Kamu mau pergi melihat Cheewan, kan?! Kamu mau tidur di kuburannya, kan?! Jangan lupa gali kuburanmu untuk tidur disebelahnya!” teriak Madam Kanda. Lalu dia menangis.

Kanok berusaha membujuk Mr. Niwat agar jangan pergi. Tapi Mr. Niwat tetap mau pergi dan dia hanya memberitahu Kanok bahwa dia ingin menyendiri di tempat yang sepi.


Yupa datang dan mengibur Madam Kanda yang sedih. Dia meminta Madam Kanda untuk jangan menangis, mengenai Mr. Niwat, dia menyarankan agar Madam Kanda melepaskan saja Mr. Niwat. Ketika Kanok kembali dan mendengar itu, dia menegur Yupa untuk jangan bicara sembarangan. Lalu Yupa pun pergi untuk kembali ke kamarnya.


Setelah Yupa pergi, Kanok berjongkok di depan Madam Kanda. Dia menyarankan agar Madam Kanda mencuci muka dan beristirahat terlebih dahulu, karena Mr. Niwat pasti akan kembali. Tapi Madam Kanda tidak mau, karena dia khawatir Mr. Niwat tidak akan kembali. Lalu Madam Kanda menyebut nama ‘Cheewan’, menurutnya ini semua salah Cheewan, karena Mr. Niwat sampai saat ini masih belum bisa melupakan Cheewan.

“Jika Mama tidak membawa- bawa ‘Cheewan’, maka Ayah tidak akan ingat. Menurutku, Mama yang belum melupakannya,” kata Kanok, menganalisi.

“Kamu pikir begitu?” tanya Madam Kanda, memastikan.

“Ya. Aku lihat Mama yang selalu menyebut nama ‘Cheewan’ terlebih dahulu. Kamu harus melupakannya, lalu aku percaya Ayah juga akan melupakannya,” jelas Kanok dengan yakin.


Mr. Niwat datang ke rumah Lady Veena untuk menginap. Dia menjelaskan alasan kedatangan nya kepada Lady Veena, ini karena Madam Kanda masih belum melupakan tentang Cheewan. Mendengar itu, Lady Veena yakin kalau Mr. Niwat masih belum melupakan Cheewan juga. Lalu Lady Veena agak menyesal, karena dia tidak pernah bertemu Cheewan.

“Oh ya, aku dengar kamu mengadopsi anak?” tanya Mr. Niwat.

“Iya. Aku bertemu dengannya di Rungsit Farm. Dia tinggal dengan Kakek dan Ibunya. Dia anak yang baik, berbakti, jadi aku mengadopsinya. Kamu akan bertemu dengan nya besok,” kata Lady Veena dengan bersemangat.



Saat Lady Veena kembali ke kamar. Dia menceritakan kepada Lord Pichai mengenai pertengkaran antara Madam Kanda serta Mr. Niwat. Karena pertengkaran itulah, makanya malam ini Mr. Niwat ingin menginap di tempat mereka, dan besok pagi Mr. Niwat akan pergi.

“Kata orang mantan pacar Khun Niwat sangat cantik?” tanya Lord Pichai, penasaran.

“Aku dengar begitu juga. Tapi aku tidak pernah bertemu dia. Namun Ibu dan Ayah sangat menyukai Khun Kanda, karena dia menyenangkan di mata mereka. Jadi P’Niwat berpacaran sembunyi- sembunyi dengan wanita itu,” kata Lady Veena, merasa bersimpati kepada kisah percintaan Mr. Niwat.

1 Comments

Previous Post Next Post