Original Network : Channel 7
Dengan sikap
serius, Ton menyarankan Lord Pichai supaya peringatkan Lady Veena mengenai
Chuen. Sebab menurutnya, Lady Veena terlalu memanjakan si kecil Chuen.
“Hei, Ton. Aku
ingin kamu mengingat perkataan ini. Jangan pikirkan dia,” kata Lord Pichai
dengan sangat serius.
“Tapi aku…”
“Ton. Jangan
pikirkan dia,” tegas Lord Pichai.
“Aku tidak
memikirkan dia,” balas Ton dengan sikap canggung.
Mendengar
itu, Lord Pichai tertawa. Tor serta yang lain juga ikut tertawa pelan.
Kade datang
ke ruang makan dan pamit kepada Lord Pichai, karena dia mau pergi menemui Madam
Kanda. Lalu setelah Lord Pichai mengiyakan, Kade langsung buru- buru pergi. Dan
Tor merasa penasaran, ada apa.
Lady Veena
membawa Chuen berbelanja baju- baju wanita yang cantik.
Kade
melaporkan kepada Madam Kanda mengenai Chuen adalah seorang gadis. Mengetahui
itu, Madam Kanda sangat terkejut. Lalu kemudian dia menyuruh Kade untuk tenang.
Tapi Kade tidak bisa tenang, karena dia takut Chuen akan menjadi lebih cantik
daripadanya, lebih baik daripadanya.
“Tidak
mungkin aku akan membiarkan dia lebih cantik dan lebih baik daripadamu,” kata
Madam Kanda, menenangkan Kade yang panikan. “Aku disini. Aku tidak akan
membiarkan siapapun lebih baik darimu. Aku akan bertarung sampai mati,”
lanjutnya.
Ton dan Tor
menyambut kepulangan Lady Veena dan Chuen. Melihat betapa cantiknya Chuen, Tor
merasa sangat terpana padanya. Tapi kemudian Chuen malah terjatuh, karena dia
tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi. Dan melihat itu, Tor langsung
tertawa.
“Khun Ton.
Khun Tor,” panggil Lady Veena untuk membantu Chuen. Dan Ton serta Tor pun
langsung mendekat. Lalu Tor membantu Chuen untuk berdiri.
“Maaf ya, aku
tidak bermaksud tertawa,” kata Tor, merasa tidak enak. Tapi dia masih terus
tersenyum. Dan dengan cemberut, Chuen diam.
Ton yang
berada didekat mereka juga tersenyum. Dan melihat sikap lucu Chuen, dia
menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Dengan
bahagia, Tor menemui Ton yang berada didalam kamar. Dia bahagia karena ternyata
Chuen benar- benar seorang gadis. Namun Ton bersikap biasa saja, dan bahkan dia
mulai bertanya- tanya, mengapa selama ini Chuen mengaku sebagai anak cowok. Dan
dia jadi curiga kepada Chuen.
Diruang tamu.
Chuen memberitahukan alasannya selama ini menjadi anak cowok. Ini semua karena
Kakek Chom ingin dia menjadi orang yang kuat. Tapi dia tidak tahu kenapa Kakek
Chom melakukan ini. Dan namanya aslinya adalah Chuencheewa.
Setelah Chuen
pergi, dengan serius Lord Pichai memberitahu Lady Veena bahwa dia tidak bisa
mempercayai Kakek Chom. Karena pasti ada sesuatu.
Ditepi kolam.
“Kamu mulai
meragukan Chuen?” tanya Lady Veena.
“Bukan
begitu, tapi aku hanya punya perasaan aneh. Kamu begitu menginginkan anak
gadis, tapi kamu mengabaikan sesuatu,” jawab Lord Pichai, menjelaskan.
Setelah
mengingatkan Lady Veena untuk waspada. Lord Pichai pun pergi.
Chuen kembali
ke dalam kamarnya. Dia merasa agak malu, karena pas jatuh tadi, Tor serta Ton
melihat dan menertawainya. “Aku seharusnya tidak jatuh,” gumamnya.
Tor menarik
Ton untuk ikut dengannya dan minta maaf kepada Chuen. Tapi Ton tidak mau. Namun
karena Tor terus membujuknya untuk ikut, maka akhirnya diapun ikut.
Ketika Ton
dan Tor datang, Nanny Aon mengetuk kamar Chuen dan memanggil nama Chuen. Lalu
sebelum Nanny Aon sempat menyebut nama Ton, Ton langsung berbicara dengan
keras.
“Aku tidak
terlibat,” tegas Ton.
“Oh,
baiklah,” kata Nanny Aon, mengerti. “Khun Chuen. Khun Tor datang sendiri untuk
melihatmu,” katanya, tidak menyebut nama Ton.
“Nanny,
sepertinya akhir- akhir ini kamu telah menjadi sekretarisnya ya,” sindir Ton.
“Chuen! Aku
datang untuk meminta maaf!” kata Tor, berteriak.
“Ayo kembali
Khun Tor. Aku capek dengannya bermain sulit untuk didapatkan,” kata Ton dengan
ketus.
Chuen yang
berada di dalam kamar merasa malu untuk keluar. Tapi saat dia mendengar nada
menjengkelkan Ton, diapun merasa emosi dan keluar.
Lalu seperti
biasa, Ton dan Chuen mulai berdebat lagi. Kemudian Ton pergi. Dan Chuen sangat
senang sekali, karena orang yang tidak menyenangkan dimata dan telinganya,
pergi.
Tepat ketika
Kade pulang, dia melihat Ton sedang sendirian. Jadi dia langsung menyuruh supir
untuk berhenti. Dan lalu dia berlari ke arah Ton. Melihat itu, dengan polos,
Pelayan Juea tertawa dan mengomentari kalau Kade begitu bodoh, karena lebih
enak naik mobil daripada lari.
“Juea! Kamu
panggil putriku bodoh? Turun dan jalan,” perintah Madam Kanda, tidak senang.
Dan dengan sedih, Juea pun turun dari mobil.
Tor teringat
percakapannya dengan Ton kemarin malam. Lalu dia pun jadi percaya diri bahwa
dia pasti akan bisa mendapatkan Chuen. Karena Ton tidak mungkin menjadi
saingannya nanti.
Madam Kanda
datang menemui Lady Veena. Menggunakan kata- kata hasutan yang sangat halus,
Madam Kanda berusaha membuat Lady Veena agar mencurigai Chuen dan tidak
menyukai Chuen.
“Terima kasih
sudah mengingatkan ku,” kata Lady Veena.
Kemudian
Madam Kanda membahas tentang hubungan antara Kade dan Ton. Dia secara tidak
langsung, melalui kata- katanya, dia mencoba membuat Lady Veena berpikiran
bahwa Kade dan Ton sangat cocok. Tapi sayangnya, dia gagal. Karena menurut Lady
Veena, Ton dan Kade masih kecil. Apalagi Ton akan melanjutkan sekolah keluar
negri.
Karena gagal,
Madam Kanda agak tidak senang. Tapi dia tidak menunjukkan rasa tidak senangnnya.
Jadi Lady Veena tidak tahu.
Didapur.
Pelayan Jan dan Pelayan Juea menikmati makanan sampai puas. Lalu mereka mulai
berkhayal, jika Kade dan Ton bersama, maka mereka akan sejahtera, karena
keluarga Sarayut sangat kaya. Kemudian mereka menggosipi tentang Chuen yang
tiba- tiba berubah menjadi gadis.
“Kamu ingin
lihat dia?” tanya Pelayan Jan. Dan Pelayan Juea mengiyakan.
Dari jauh,
dibalik semak- semak, saat Pelayan Juea melihat Chuen, dia memuji betapa
cantiknya Chuen, bahkan Chuen jauh lebih cantik daripada Kade. Mendengar itu,
Pelayan Jan tidak senang dan memukulinya. Lalu karena hal itu, mereka berdua
pun ketahuan oleh Tor. Dan Pelayan Jan langsung menarik Pelayan Juea untuk
berjongkok supaya tidak ketahuan.
“Siapa?”
tanya Tor. Tapi tidak ada yang menjawab. “Aku tanya siapa?!” tanyanya lagi.
Dengan
polosnya, Pelayan Juea berdiri dan mengangkat tangannya. “Ini aku Juea.”
“Bodoh!
Mengapa kamu menjawab dia?!” keluh Pelayan Jan dengan suara pelan.
“Jan juga
disini,” lapor Pelayan Juea dengan sikap sangat polos.
Akhirnya,
karena sudah ketahuan oleh Tor. Makanya Pelayan Juea dan Pelayan Jan pun keluar
dari bersembunyian. Lalu Pelayan Jan menjelaskan bahwa dia hanya sedang
berjalan- jalan saja dengan Pelayan Juea disekitar sini. Tapi Nanny Aon tidak
percaya, dia yakin kalau Pelayan Juea dan Pelayan Jan pasti datang untuk
memata- matai Chuen. Dengan sikap sangat polosnya, Pelayan Juea mengangguk kan
kepalanya. Dan Pelayan Jan langsung mencubitnya dengan keras.
“Nanny, kamu
salah paham. Aku beneran hanya membawa P’Juea untuk jalan- jalan,” kata Pelayan
Jan, berbohong tanpa rasa malu sama sekali.
“Itu benar.
Kita sedang jalan- jalan saja,” kata Pelayan Juea sambil memegang pinggangnya
yang sakit karena di cubit.
Mendengar
perkataan Pelayan Jan dan Pelayan Juea, yang jelas sekali berbohong. Nanny Aon
mendengus. Lalu Tor mengizinkan mereka berdua untuk pergi.
“Lainkali
jika kalian ingin datang melihatku, tidak perlu sembunyi- sembunyi. Aku tidak
akan meminta bayaran. Kalian bisa lihat secara gratis!” sindir Chuen. Lalu dia
dan Nanny Aon tertawa.
Ditepi kolam.
Dengan sabar, sampai membaca buku, Ton mendengarkan segala keluhan dan omelan
Kade mengenai Chuen. Lalu ketika sudah waktunya untuk mengajar Chuen, Ton pun
pamit dan berniat untuk pergi ke tempat Chuen. Hal itu membuat Kade tidak
senang dan mulai mengeluh serta mengomel. Dia juga menghentikan Ton supaya
jangan pergi ke tempat Chuen.
“Aku mau
pergi untuk melakukan pekerjaanku,” kata Ton dengan serius.
“Pekerjaan
mengajarin si kecil Chuen!” sindir Kade dengan ketus, karena cemburu.
“Aku tidak
suka kata- kata sindiran. Aku tidak suka mendengar kata vulgar,” tegur Ton
dengan tegas. “Untuk Chuen, Ayahku menyuruhku. Jadi aku harus menjalankannya.”
“Itu berarti
kamu tidak benar- benar ingin mengajari Chuen, tapi Paman Lord memaksa mu,
kan?” tanya Kade, merasa lega. “Ku kira kamu jatuh dalam pesona Chuen juga.”
“Khun Kade. Aku tidak suka orang mengatur ku. Ingat itu,” balas Ton, memperingatkan Kade. Lalu dia pergi.