Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 3 part 1

 

Original Network : Channel 7


Dengan sikap serius, Ton menyarankan Lord Pichai supaya peringatkan Lady Veena mengenai Chuen. Sebab menurutnya, Lady Veena terlalu memanjakan si kecil Chuen.

“Hei, Ton. Aku ingin kamu mengingat perkataan ini. Jangan pikirkan dia,” kata Lord Pichai dengan sangat serius.

“Tapi aku…”

“Ton. Jangan pikirkan dia,” tegas Lord Pichai.

“Aku tidak memikirkan dia,” balas Ton dengan sikap canggung.

Mendengar itu, Lord Pichai tertawa. Tor serta yang lain juga ikut tertawa pelan.


Kade datang ke ruang makan dan pamit kepada Lord Pichai, karena dia mau pergi menemui Madam Kanda. Lalu setelah Lord Pichai mengiyakan, Kade langsung buru- buru pergi. Dan Tor merasa penasaran, ada apa.

Lady Veena membawa Chuen berbelanja baju- baju wanita yang cantik.


Kade melaporkan kepada Madam Kanda mengenai Chuen adalah seorang gadis. Mengetahui itu, Madam Kanda sangat terkejut. Lalu kemudian dia menyuruh Kade untuk tenang. Tapi Kade tidak bisa tenang, karena dia takut Chuen akan menjadi lebih cantik daripadanya, lebih baik daripadanya.

“Tidak mungkin aku akan membiarkan dia lebih cantik dan lebih baik daripadamu,” kata Madam Kanda, menenangkan Kade yang panikan. “Aku disini. Aku tidak akan membiarkan siapapun lebih baik darimu. Aku akan bertarung sampai mati,” lanjutnya.


Ton dan Tor menyambut kepulangan Lady Veena dan Chuen. Melihat betapa cantiknya Chuen, Tor merasa sangat terpana padanya. Tapi kemudian Chuen malah terjatuh, karena dia tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi. Dan melihat itu, Tor langsung tertawa.

“Khun Ton. Khun Tor,” panggil Lady Veena untuk membantu Chuen. Dan Ton serta Tor pun langsung mendekat. Lalu Tor membantu Chuen untuk berdiri.

“Maaf ya, aku tidak bermaksud tertawa,” kata Tor, merasa tidak enak. Tapi dia masih terus tersenyum. Dan dengan cemberut, Chuen diam.

Ton yang berada didekat mereka juga tersenyum. Dan melihat sikap lucu Chuen, dia menggelengkan kepalanya dengan pelan.


Dengan bahagia, Tor menemui Ton yang berada didalam kamar. Dia bahagia karena ternyata Chuen benar- benar seorang gadis. Namun Ton bersikap biasa saja, dan bahkan dia mulai bertanya- tanya, mengapa selama ini Chuen mengaku sebagai anak cowok. Dan dia jadi curiga kepada Chuen.

Diruang tamu. Chuen memberitahukan alasannya selama ini menjadi anak cowok. Ini semua karena Kakek Chom ingin dia menjadi orang yang kuat. Tapi dia tidak tahu kenapa Kakek Chom melakukan ini. Dan namanya aslinya adalah Chuencheewa.

Setelah Chuen pergi, dengan serius Lord Pichai memberitahu Lady Veena bahwa dia tidak bisa mempercayai Kakek Chom. Karena pasti ada sesuatu.


Ditepi kolam.

“Kamu mulai meragukan Chuen?” tanya Lady Veena.

“Bukan begitu, tapi aku hanya punya perasaan aneh. Kamu begitu menginginkan anak gadis, tapi kamu mengabaikan sesuatu,” jawab Lord Pichai, menjelaskan.

Setelah mengingatkan Lady Veena untuk waspada. Lord Pichai pun pergi.

Chuen kembali ke dalam kamarnya. Dia merasa agak malu, karena pas jatuh tadi, Tor serta Ton melihat dan menertawainya. “Aku seharusnya tidak jatuh,” gumamnya.


Tor menarik Ton untuk ikut dengannya dan minta maaf kepada Chuen. Tapi Ton tidak mau. Namun karena Tor terus membujuknya untuk ikut, maka akhirnya diapun ikut.

Ketika Ton dan Tor datang, Nanny Aon mengetuk kamar Chuen dan memanggil nama Chuen. Lalu sebelum Nanny Aon sempat menyebut nama Ton, Ton langsung berbicara dengan keras.

“Aku tidak terlibat,” tegas Ton.

“Oh, baiklah,” kata Nanny Aon, mengerti. “Khun Chuen. Khun Tor datang sendiri untuk melihatmu,” katanya, tidak menyebut nama Ton.

“Nanny, sepertinya akhir- akhir ini kamu telah menjadi sekretarisnya ya,” sindir Ton.


“Chuen! Aku datang untuk meminta maaf!” kata Tor, berteriak.

“Ayo kembali Khun Tor. Aku capek dengannya bermain sulit untuk didapatkan,” kata Ton dengan ketus.

Chuen yang berada di dalam kamar merasa malu untuk keluar. Tapi saat dia mendengar nada menjengkelkan Ton, diapun merasa emosi dan keluar.

Lalu seperti biasa, Ton dan Chuen mulai berdebat lagi. Kemudian Ton pergi. Dan Chuen sangat senang sekali, karena orang yang tidak menyenangkan dimata dan telinganya, pergi.


Tepat ketika Kade pulang, dia melihat Ton sedang sendirian. Jadi dia langsung menyuruh supir untuk berhenti. Dan lalu dia berlari ke arah Ton. Melihat itu, dengan polos, Pelayan Juea tertawa dan mengomentari kalau Kade begitu bodoh, karena lebih enak naik mobil daripada lari.

“Juea! Kamu panggil putriku bodoh? Turun dan jalan,” perintah Madam Kanda, tidak senang. Dan dengan sedih, Juea pun turun dari mobil.


Tor teringat percakapannya dengan Ton kemarin malam. Lalu dia pun jadi percaya diri bahwa dia pasti akan bisa mendapatkan Chuen. Karena Ton tidak mungkin menjadi saingannya nanti.


Madam Kanda datang menemui Lady Veena. Menggunakan kata- kata hasutan yang sangat halus, Madam Kanda berusaha membuat Lady Veena agar mencurigai Chuen dan tidak menyukai Chuen.

“Terima kasih sudah mengingatkan ku,” kata Lady Veena.

Kemudian Madam Kanda membahas tentang hubungan antara Kade dan Ton. Dia secara tidak langsung, melalui kata- katanya, dia mencoba membuat Lady Veena berpikiran bahwa Kade dan Ton sangat cocok. Tapi sayangnya, dia gagal. Karena menurut Lady Veena, Ton dan Kade masih kecil. Apalagi Ton akan melanjutkan sekolah keluar negri.

Karena gagal, Madam Kanda agak tidak senang. Tapi dia tidak menunjukkan rasa tidak senangnnya. Jadi Lady Veena tidak tahu.

Didapur. Pelayan Jan dan Pelayan Juea menikmati makanan sampai puas. Lalu mereka mulai berkhayal, jika Kade dan Ton bersama, maka mereka akan sejahtera, karena keluarga Sarayut sangat kaya. Kemudian mereka menggosipi tentang Chuen yang tiba- tiba berubah menjadi gadis.

“Kamu ingin lihat dia?” tanya Pelayan Jan. Dan Pelayan Juea mengiyakan.


Dari jauh, dibalik semak- semak, saat Pelayan Juea melihat Chuen, dia memuji betapa cantiknya Chuen, bahkan Chuen jauh lebih cantik daripada Kade. Mendengar itu, Pelayan Jan tidak senang dan memukulinya. Lalu karena hal itu, mereka berdua pun ketahuan oleh Tor. Dan Pelayan Jan langsung menarik Pelayan Juea untuk berjongkok supaya tidak ketahuan.

“Siapa?” tanya Tor. Tapi tidak ada yang menjawab. “Aku tanya siapa?!” tanyanya lagi.

Dengan polosnya, Pelayan Juea berdiri dan mengangkat tangannya. “Ini aku Juea.”

“Bodoh! Mengapa kamu menjawab dia?!” keluh Pelayan Jan dengan suara pelan.

“Jan juga disini,” lapor Pelayan Juea dengan sikap sangat polos.


Akhirnya, karena sudah ketahuan oleh Tor. Makanya Pelayan Juea dan Pelayan Jan pun keluar dari bersembunyian. Lalu Pelayan Jan menjelaskan bahwa dia hanya sedang berjalan- jalan saja dengan Pelayan Juea disekitar sini. Tapi Nanny Aon tidak percaya, dia yakin kalau Pelayan Juea dan Pelayan Jan pasti datang untuk memata- matai Chuen. Dengan sikap sangat polosnya, Pelayan Juea mengangguk kan kepalanya. Dan Pelayan Jan langsung mencubitnya dengan keras.

“Nanny, kamu salah paham. Aku beneran hanya membawa P’Juea untuk jalan- jalan,” kata Pelayan Jan, berbohong tanpa rasa malu sama sekali.

“Itu benar. Kita sedang jalan- jalan saja,” kata Pelayan Juea sambil memegang pinggangnya yang sakit karena di cubit.

Mendengar perkataan Pelayan Jan dan Pelayan Juea, yang jelas sekali berbohong. Nanny Aon mendengus. Lalu Tor mengizinkan mereka berdua untuk pergi.

“Lainkali jika kalian ingin datang melihatku, tidak perlu sembunyi- sembunyi. Aku tidak akan meminta bayaran. Kalian bisa lihat secara gratis!” sindir Chuen. Lalu dia dan Nanny Aon tertawa.

Ditepi kolam. Dengan sabar, sampai membaca buku, Ton mendengarkan segala keluhan dan omelan Kade mengenai Chuen. Lalu ketika sudah waktunya untuk mengajar Chuen, Ton pun pamit dan berniat untuk pergi ke tempat Chuen. Hal itu membuat Kade tidak senang dan mulai mengeluh serta mengomel. Dia juga menghentikan Ton supaya jangan pergi ke tempat Chuen.

“Aku mau pergi untuk melakukan pekerjaanku,” kata Ton dengan serius.

“Pekerjaan mengajarin si kecil Chuen!” sindir Kade dengan ketus, karena cemburu.



“Aku tidak suka kata- kata sindiran. Aku tidak suka mendengar kata vulgar,” tegur Ton dengan tegas. “Untuk Chuen, Ayahku menyuruhku. Jadi aku harus menjalankannya.”

“Itu berarti kamu tidak benar- benar ingin mengajari Chuen, tapi Paman Lord memaksa mu, kan?” tanya Kade, merasa lega. “Ku kira kamu jatuh dalam pesona Chuen juga.”

“Khun Kade. Aku tidak suka orang mengatur ku. Ingat itu,” balas Ton, memperingatkan Kade. Lalu dia pergi.

Post a Comment

Previous Post Next Post