Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 2 part 4

 

Original Network : Channel 7


Dari jauh, Ton memperhatikan Chuen yang sedang bermain- main dengan Snow. Lalu disaat itu, Tor pulang. Dan ketika Tor menyapanya, dia mengangguk pelan.


Setelah memberikan hormat kepada Ton, Tor menghampiri Chuen dan memegang kepalanya. Dengan perhatian, Tor menanyai, bagaimana kabar Chuen, dan kapan Chuen akan mulai belajar bersama dengan Ton. Dan Chuen menjawab bahwa siang ini, baru mereka akan mulai belajar. Mengetahui itu, Tor pun meminta Chuen untuk menunggunya berganti pakaian, lalu dia akan membawa Chuen makan diluar.

“Oh, baguslah. Aku tidak ingin belajar dengan Tuan Kutu,” kata Chuen. Dan Tor tertawa mendengar panggilan ‘Tuan Kutu’. Dengan senang, Chuen pun mengatakannya lagi, “Tuan Kutu Buku. Aku tidak ingin belajar dengan Kutubuku!” katanya  sambil menatap Ton.

Mendengar itu, Ton merasa kesal dan mengabaikan mereka berdua.


Setelah Tor selesai mandi dan mengganti baju. Dia datang ke kamar Ton, dia mau meminta izin. Tapi pada saat berbicara, dia tanpa sengaja kecoplosan dan memanggil Ton dengan sebutan ‘Tuan Kutu’ yang berasal dari ‘Kutu Buku’. Dan mendengar itu, Ton merasa kesal, tapi dia tidak menunjukkan nya.

“Khun Ton, aku ingin membawa Chuen makan diluar dan makan es krim. Aku jamin dia akan kembali tepat waktu untuk belajar,” kata Tor dengan cepat.

“Aku tidak izinkan. Karena aku perlu mendisplinkan dia sebelum belajar. Terlebih dia seperti ini, terlebih aku harus mendisplinkannya,” kata Ton dengan sikap keras.

Karena Ton tidak memberikan izin, maka Tor pun jadi tidak berani untuk membawa Chuen jalan. Mengetahui itu, Chuen protes. Lalu saat Chuen ingin mencari Ton untuk berbicara, Ton sudah muncul duluan. Dengan tegas, Ton memberitahu Chuen bahwa dia tidak mengizinkan Chuen pergi. Karena sebagai seorang guru, Ton merasa dia harus mendisplinkan Chuen.

“Kapan aku setuju menjadi muridmu?” tanya Chuen.

“Sejak Lady Veena menyuruhku untuk mengajarimu,” tegas Ton dengan keras.


Melihat Chuen dan Ton terus berdebat. Tor pun membujuk Chuen untuk belajar bersama dengan Ton terlebih dahulu. Lalu setelah itu, dia akan mengajak Chuen untuk makan es krim serta menonton. Mendengar itu, Chuen langsung menatap Tor dengan tatapan berbinar dan senang.

“Khun Ton. Ayo belajar sekarang. Jadi aku bisa segera keluar bersama Khun Tor,” kata Chuen dengan sopan. Dia mengubah sikapnya kepada Ton dan menjadi lebih baik.

Dengan capek, Ton menggeleng kan kepalanya.

Sebelum pelajaran dimulai, Ton menasehati Chuen untuk lebih antusias. Dan Chuen melawan dengan mengatakan bahwa dia tidak mau belajar. Lalu Ton pun mengingatkan Chuen atas apa yang Kakek Chom dan Ibu Choi telah ajarkan, serta niat mereka membiarkan Chuen untuk mengikuti Lord Pichai dan Lady Veena. Itu semua karena mereka ingin, Chuen memiliki masa depan yang baik.

Mendengar itu, Chuen menundukkan kepalanya. Dia merasa malu dan merasa bersalah, karena telah bersikap malas.



“Chuen. Pria tidak seharusnya menangis,” kata Ton dengan canggung, ketika Chuen tiba- tiba saja mulai menangis.

“Aku sedih karena telah mengecewakan, Kakek, Ibu, Lord, dan Lady,” kata Chuen, menyadari kesalahannya.

Kemudian Chuen menunjukkan buku- buku yang telah di ajarkan oleh Kakek Chom dan Ibu Choi kepadanya. Dan Ton melihat buku- buku tersebut dengan serius.


Selesai mengajar, Ton melapor kepada Lord Pichai dan Lady Veena bahwa Chuen sudah ada mempelajari English, matematika, dan yang lainnya. Ini berarti Kakek Chom dan Ibu Choi adalah orang yang berpendidikan. Dan mungkin mereka berdua juga berasal dari Bangkok, tapi kemudian mereka pindah ke Rungsit.

“Dimana Chuen? Aku mau menanyainya,” kata Lord Pichai, tertarik pada latar belakang keluarga Chuen.

“Dia pergi dengan Khun Tor,” jawab Ton. Lalu dia pamit dan pergi.


Lady Veena menemui kakak nya, Mr. Niwat. Dia memberitahu Mr. Niwat bahwa Lord Pichai mengizinkan keluarga Mr. Niwat untuk pindah dan tinggal di tempat mereka. Dengan senang hati, Madam Kanda mengiyakan. Tapi Mr. Niwat merasa tidak enak. Lalu dengan sikap manja, Kade membujuk Mr. Niwat untuk setuju, supaya keluarga mereka bisa berkumpul bersama.

“Kita bisa menyewakan rumah lama kita,” kata Kade, menyarankan Mr. Niwat.

“Tidak bisa, sayang. P’ Yupas masih tinggal disana,” tolak Madam Kanda.

“Tidak apa. Ajak dia tinggal dengan kita saja,” kata Kade, memutuskan secara sembarangan tanpa menanyai pendapat Lady Veena.

“Untuk P’Yupa, kita lihat nanti dulu,” kata Lady Veena, dengan sikap ramah. Dan Madam Kanda merasa lega.

Kade menghampiri Ton dan memeluknya dengan erat. Lalu dia menanyai, dimana Tor. Dan Ton pun menjawab bahwa Tor pergi keluar bersama Chuen. Mengetahui itu, Kade mulai mengomel dan berbicara buruk tentang Chuen lagi. Karena dia tidak ingin, Chuen dekat dengan Tor. Jadi dia terus menekankan bahwa Chuen adalah orang mesum.

“Khun Kade!” tegur Ton.

“Aku minta maaf,” balas Kade. Lalu dia mengalihkan topik. “Ibu dan Ayahku akan pindah ke sini minggu depan,” katanya dengan senang.

“Bagus,” respon Ton dengan sikap datar.

Ketika Ton dan Kade kembali dari luar, ternyata Nat dan Nan datang berkunjung ke rumah mereka. Dan Nat serta Nan mengajak Ton untuk jalan- jalan keluar.

“Kalian hanya mengundang Khun Ton?!” protes Kade, tidak senang.

“Kami mengundang semuanya. Khun Tor dan juga adik barumu,” kata Nat, menyebut tentang Chuen.


Saat Kade ingin menjelekkan tentang Chuen, Ton langsung menghentikannya. Dan Kade pun langsung mengubah kata- katanya. “Dia bukan adik baru disini. Dia pelayan.”

“Eh, tapi Khun Tor memberitahu kami bahwa Chuen adik barunya,” balas Nan, heran.

Sebelum Kade sempat mengomel, Ton langsung menyela. “Mau pergi sekarang?” tanyanya. Dan Nat mengiyakan. Tapi Kade menghalangi Ton untuk jangan pergi.

Kade meminta Ton untuk tinggal dan mengajarinya. Dan dengan halus, Ton menolak. Karena itu, Kade pun langsung mengubah sikapnya. Dia juga ingin ikut berjalan keluar dengan mereka.

Walaupun Nan kurang menyukai Kade, tapi dia tidak mengatakan apapun dan membiarkannya untuk ikut.


Sesampainya di kota. Chuen sangat bersemangat sekali. Dan secara kebetulan, ketika mereka berdua ingin makan, mereka bertemu dengan Ton serta kawan- kawan. Jadi akhirnya, setelah itu, mereka berenam pun berjalan- jalan bersama.

Walaupun sikap Kade masih menyebalkan seperti biasa, tapi Chuen sudah agak kebal. Jadi dia mengabaikan Kade.

Malam hari. Chuen menceritakan tentang harinya kepada Nanny Aon. Lalu setelah itu, mereka mengosipi sikap buruk Kade yang menyebalkan.

“Kepribadian Khun Kade sama seperti Ibunya. Tapi Ayahnya baik. Setiap orang menyukainya,” kata Nanny Aon, memberitahu.

“Apa Ayahnya adalah kakak laki- laki Lady Veena?” tanya Chuen.

“Iya. Namanya Mr. Niwat,” jawab Nanny Aon.

Mendengar nama Niwat Chawal disebut, Chuen langsung terlonjak. Dan itu membuat Nanny Aon, heran ada apa Dengan gugup, Chuen beralasan bahwa dia mengantuk. Lalu diapun pamit untuk kembali ke kamar dan tidur.

Didalam kamar. Chuen duduk dan merenung. “Kade adalah putri Mr. Niwat Chawal. Eh, aku harusnya sudah menduga ini dari awal,” pikirnya dengan sinis.


Ton dan Tor jalan- jalan di sekitar rumah. Tor memberitahu kan satu rahasianya kepada Ton. Dia merasa kalau wajah Chuen sangat cantik seperti seorang gadis, lebih cantik daripada Kade. Jadi terkadang dia memiliki perasaan, jika Chuen seorang gadis. Dan dia ingin menikahi Chuen.

“Tor,” kata Ton dengan keras.

“Oh ya, jika Chuen seorang gadis, jangan rebut dia dariku ya,” kata Tor, memperingatkan. Lalau dia tertawa. “Aku serius.”

“Gila! Si kecil Chuen itu adalah pria,” balas Ton.


Chuen menuliskan surat untuk Kakek Chom. Dalam suratnya, dia memberitahu tentang hubungan antara Kade dan Mr. Niwat.

Tiba- tiba saja, ketika sedang asyik menulis, Chuen merasakan ‘datang bulan’ nya datang. Dan dia merasa terkejut.

Chuen lalu pergi ke kamar Nanny Aon dan memanggilnya. Lalu dengan suara pelan, dia berbisik ditelinga Nanny Aon. Pertama kali mendengar, Nanny Aon menganggukkan kepalanya, tapi kemudian dia terkejut dan mengira bahwa dia pasti salah mendengar. Jadi Chuen pun berbisik lagi di telinganya.

“Bisakah kamu meminta seseorang membelikannya untukku?” pinta Chuen, gugup.

Nanny Aon segera menemui Lady Veena dan melaporkan padanya bahwa Chuen adalah seorang gadis. Mengetahui itu, Lady Veena sangat senang, karena dia tidak menyangka bahwa Chuen adalah seorang gadis. Dan sebenarnya lebih menyukai anak cewek, daripada anak cowok. Jadi karena itulah, dia merasa senang.

“Besok kamu dan Yohng rapikan kamar di sayap kiri,” perintah Lady Veena. Dan mereka berdua mengiyakan dengan patuh. “Nanny, ayo. Aku ingin lihat anakku,” katanya dengan bersemangat.


Lady Veena datang menemui Chuen. Dengan perhatian, dia menanyai, kenapa Chuen selama ini berpura- pura menjadi anak cowok. Dan Chuen menjawab bahwa Kakek Chom sengaja membesarkannya sebagai anak cowok, karena Kakek Chom tidak ingin dia menjadi lemah seperti Ibu Choi.

“Ada apa dengan Ibumu?” tanya Lady Veena, ingin tahu.

“Aku tidak tahu. Kakek dan Ibu mengatakan aku masih kecil,” jawab Chuen.

“Lalu nama aslimu apa? Atau hanya Chuen?” tanya Nanny Aon.

“Nama asliku Chuencheewa Chaona,” jawab Chuen.

Mendengar nama itu, Lady Veena dan Ibu Choi memuji nama Chuen. Dan Chuen pun merasa lega, karena mereka berdua mau menerimanya.

Lord Pichai tertawa saat mengetahui kalau Chuen adalah seorang gadis. Dan Lady Veena juga sangat senang sekali, bahkan dia sudah memikirkan harus mendadani Chuen seperti apa nantinya.

“Lady, kamu bertingkah seperti sedang bermain boneka,” komentar Lord Pichai, geli. “Oh, apa yang akan Ton dan Tor katakan tentang ini? Jika mereka tahu Chuen adalah gadis,” gumamnya, tertarik. Lalu dia tertawa.

Keesokan harinya. Pelayan diseluruh rumah langsung tahu bahwa Chuen adalah seorang gadis. Dan ketika Pelayan Jan mengetahui itu juga, dia langsung berprasangka buruk terhadap Chuen yang selama ini ternyata menyamar sebagai anak cowok.

Namun para pelayan di dapur, terutama Chef Yohng, mereka mengabaikan Pelayan Jan yang terus berbicara buruk.


Pelayan Jan datang ke kamar Kade dan memberitahu nya bahwa Chuen adalah seorang gadis. Mendengar itu, Kade yang awalnya masih tidur langsung terbangun.



Diruang makan. Ketika Ton menyebut tentang Chuen, ekspresi wajah Lord Pichai tampak berubah menjadi sangat serius. Dan melihat itu, Ton heran ada apa.

1 Comments

Previous Post Next Post