Original Network : Channel 7
Akibat surat dari Kakek Chom,
mood Chuen jadi menurun. Tapi kemudian Snow datang. Snow bersikap sangat lucu.
Dan hal itu membuat mood Chuen jadi meningkat.
Pelayan Jan sedang makan dan
bersantai di dapur, kemudian tiba- tiba Chuen dan Snow datang. Dengan sinis,
dia mengejek Chuen ‘kampungan’. Mendengar itu, Snow pun menggonggong pada
Pelayan Jan. Karena jengkel pada sikap Chuen yang melawannya dan Snow yang
terus menggonggong padanya, Pelayan Jan pun mengambil sesuatu dan
melemparkannya kepada Chuen. Tepat disaat itu, Chef Yohng datang dan melindungi
Chuen serta memuji Snow.
“Woow … woow …” gonggong Snow.
“Oh! Kenapa kamu terus menggonggong?!
Aku akan menamparmu!” teriak Pelayan Jan, emosi dengan sikap Snow.
“Berhenti! Jika kamu berani
memukul Snow, pukul dia didepan Khun Ton. Karena Snow adalah anjing Khun Ton,”
kata Chuen, menghentikan Pelayan Jan.
“Benar,” kata Chef Yohng, setuju.
Lalu dia tertawa dengan keras.
Chuen pergi berjalan- jalan
ditaman. Dan bertemu dengan Loy yang sedang merapikan bunga- bunga. Lalu diapun
menghampiri Loy serta membantunya.
Kade kebetulan lewat dan melihat
itu, jadi diapun menghampiri mereka berdua. Dia menyuruh Chuen untuk
memotongkan beberapa bunga mawar padanya. Dan Chuen merasa khawatir, trik
apalagi yang ingin Kade lakukan sekarang. Tapi Loy juga tidak tahu, namun Loy
menyuruh Chuen untuk potongkan saja beberapa mawar dan berikan kepada Kade, karena
Cuma potong bunga saja, pasti tidak akan ada masalah.
“Aku takut ada masalah
setelahnya,” keluh Chuen. Lalu dia memotongkan beberapa bunga mawar yang Kade
minta.
Setelah memotongkan beberapa
bunga mawar, Chuen berdiri dan mendekati Kade. Lalu dia memberikan bunga
tersebut kepada Kade. Tapi tiba- tiba Kade malah menarik tangannya sehingga
mereka berdua terjatuh. Kade jatuh dibawah. Dan Chuen jatuh diatas, menimpa
dirinya. Kemudian Kade langsung berteriak ‘Tolong’ serta menuduh Chuen ingin
melecehkannya. Dengan panik, Chuen pun langsung berdiri.
Mendengar suara teriakan Kade,
Lady Veera dan Nanny Aon langsung keluar dari rumah. Lalu Kade pun langsung
komplain kepada Lady Veena dan menfitnah Chuen.
“Baiklah. Baiklah. Ayo bicara di
dalam,” kata Lady Veena.
Didalam rumah. Kade langsung berbicara duluan. Dia memberitahu Lady Veena
bahwa dia ingin mengambil beberapa mawar untuk diletakkan didalam vas
bungannya. Lalu saat dia melihat Chuen sedang menanam bunga, dia meminta Chuen
untuk tolong potongkan beberapa bunga. Kemudian ketika Chuen membawakan bunga
untuknya, Chuen tiba- tiba menarik tangannya dan memeluknya. Dan dia sangat
jijik sekali.
Setelah Kade selesai bicara, Lady
Veena mengizinkan Chuen untuk berbicara. Chuen pun memberitahu Lady Veena bahwa
Kade yang menarik tangannya. Lalu tiba- tiba setelah itu, Kade mulai berteriak
‘Tolong’ dan menfitnahnya.
Karena cerita antara Kade dan
Chuen berbeda. Maka Nanny Aon pun menyarankan untuk memanggil Loy sebagai
saksi. Dan Lady Veena setuju. Tapi Kade sangat tidak setuju.
“Dia juga orang kampung, jadi dia
pasti akan berpihak padanya!” kata Kade.
“Kade. Chuen bukan pelayan,”
tegur Lady Veena dengan tegas.
Lalu Nanny Aon pun pergi untuk
memanggil Loy.
Setelah Nanny Aon memanggil Loy.
Dia segera pergi ke kamar Ton dan meminta bantuan Ton. Bahkan Snow juga ikut
datang supaya Ton membantu Chuen.
“Si kecil Chuen mungkin memang
mesum,” kata Ton dengan acuh. Dia tidak mau membantu Chuen ataupun terlibat
dalam masalah Chuen.
“Oh! Khun Ton. Wajah Chuen tidak
terlihat seperti orang mesum,” kata Nanny Aon, membela Chuen.
Setelah Loy menceritakan apa yang
terjadi. Dengan panik, Kade meminta Lady Veena untuk jangan mempercayai Loy,
karena Loy pasti akan berpihak pada Chuen. Lalu dia terus mendesak Lady Veena
untuk mengusir Chuen.
“Lady, jika aku membuatmu merasa
tidak nyaman, aku akan pulang ke Rungsit,” kata Chuen, tidak tahan dengan Kade.
“Bagus! Pergi! Pergi!” teriak
Kade dengan bersemangat.
Melihat sikap Kade, Lady Veena
menyuruh Kade untuk kembali ke kamar dan dia akan berbicara kepada Chuen.
Karena sikap Lady Veena tampak seperti tidak mau dibantah, maka sambil cemberut
Kade pun terpaksa pergi. Setelah itu, Lady Veena juga menyuruh Nanny Aon dan
Loy untuk pergi.
Jadi akhirnya, disana hanya
tinggal Lady Veena dan Chuen saja.
Kade pergi ke kamar Ton dan
mengeluh padanya. Lalu dia meminta Ton agar bantu dia membujuk Lord Pichai dan
Lady Veena untuk mengusir Chuen. Namun Ton menolak, karena dia tidak mau ikut
campur. Lalu Ton mengingatkan Kade bahwa tidak layak bagi Kade, seorang wanita,
berdiri didepan kamarnya seperti ini. Karena seseorang bisa saja salah paham,
ketika melihat mereka berdua.
“Aku tidak masalah,” kata Kade
dengan senang.
“Aku mau membaca,” balas Ton.
Lalu dia langsung masuk ke dalam kamar.
Dengan kesal, Kade mengentakkan
kakinya dan terpaksa pergi.
Lady Veena mempertanyakan, apakah
Chuen menyukai Kade. Dan Chuen langsung menjawab tidak. Lalu diapun memberitahu
bahwa dia akan mengirimkan surat kepada Kakeknya supaya datang dan jemput dia.
Karena Kade terus menfitnahnya dan membuatnya merasa tidak nyaman.
“Kamu tidak perlu pergi kemana-
mana,” kata Lady Veena dengan lembut. “Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi
aku akan memberimu kesempatan untuk membukti kan dirimu sendiri. Lalu
menjauhlah dari Kade, jadi tidak akan ada masalah lagi,” jelasnya.
“Baiklah. Terima kasih banyak,”
kata Chuen, mengerti.
Nanny Aon merasa khawatir pada
Chuen, jadi diapun pergi ke kamar Chuen dan mengetuk pintu kamar Chuen dan memanggil- manggil Chuen.
Tapi Chuen sama sekali tidak ada menjawab.
Takut ada apa- apa dengan Chuen,
maka Nanny Aon pun langsung pergi dan memanggil Ton. Lalu dia mengajak Ton
untuk ikut dengannya.
Diluar kamar. Nanny Aon dan Ton
memanggil- manggil nama Chuen. Lalu setelah cukup lama, Chuen keluar dari dalam
kamar. Dan melihat Chuen baik- baik saja, Nanny Aon merasa sangat lega.
Lalu seperti biasa, setiap kali
Ton dan Chuen bertemu, mereka pasti akan berdebat serta bertengkar. “Hei, aku
dengar kamu mencoba melecehkan Khun Kade?” tanya Ton.
“Aku sudah bilang. Aku lebih baik
memerkosa kerbau!” balas Chuen.
“Perhatikan mulutmu! Bagaimana
kamu bisa membandingkan orang dengan kerbau. Kelihatanya aku bukannya hanya
harus mengajarimu mata pelajaran disekolah. Aku juga harus mengajari tata
krama,” tegur Ton dengan keras.
“Kakek dan Ibuku sudah
mengajariku!” balas Chuen, bersikap memberontak.
Kemudian Chuen mendorong Ton,
sehingga Ton pun terjatuh. Lalu Chuen berniat untuk memukulinya, tapi akhirnya
tanpa sengaja dia malah terjatuh dan terpeluk tubuh Ton.
Ketika tubuh Chuen jatuh diatas
tubuhnya, Ton seperti merasakan sesuatu. Jadi dia diam tertegun. Lalu ketika
Nanny Aon maju untuk membantu mereka berdiri, diapun tersadar dari rasa
tertegunnya.
Tanpa mengatakan apapun, Chuen
masuk ke dalam kamarnya. Dan melihat itu, Ton menggeleng- gelengkan kepalanya.
Didalam kamar. Setelah agak
tenang, Chuen membuka dan membaca surat dari Ibu Choi.
Chuen ku tersayang, sejak kamu lahir, kita
tidak pernah terpisah. Tapi kali ini aku harus melepaskanmu pergi. Untuk masa depanmu.
Jadi aku ingin kamu fokus bersekolah supaya bisa membalas kebaikan Lord Pichai
dan Lady Veena.
Satu hal yang aku ingin kamu ingat setiap
kamu bernafas, yaitu tahu berterima kasih. Lord Pichai dan Lady Veena adalah
penyelamatmu. Jangan membuat mereka merasa tidak nyaman, okay sayang?
Tahu berterima kasih adalah simbol orang
baik. Chuen ku tersayang, ingat itu didalam hatimu.
Mencintai dan merindukanmu selalu, dari
Ibumu.
Setelah membaca surat dari Ibu
Choi, Chuen merasa agak dilema. Mana yang harus diikutinya, perkataan Kakek
Chom untuk balas dendam. Atau perkataan Ibu Choi untuk tahu berterima kasih.
Kade menemui Ibunya, Madam Kanda,
dan mengadu. Ketika Madam Kanda tahu kalau Chuen tidak tertarik kepada Kade,
dan Lady Veena masih belum mau mengusir Chuen. Dia mulai berpikiran buruk. Dia
menebak, apakah mungkin Lady Veena menyukai Chuen, makanya Lady Veena
melindungi Chuen.
Karena pikiran tersebutlah, Madam
Kanda semakin ingin menyingkirkan Chuen.
Malam hari. Madam Kanda mengajak
Mr. Niwat untuk pindah ke rumah Lady Veena supaya mereka bisa lebih dekat
dengan Kade. Lagian Lady Veena sudah setuju, dan rumah yang dimaksud kosong.
Tapi Mr. Niwat tidak setuju.
“Kenapa kamu harus mengirimkan
Kade untuk tinggal dengannya?!” tanya Mr. Niwat, tidak mengerti dengan Madam
Kanda.
“Warisan. Apa kamu ngerti arti
kata ‘warisan’? Lady tidak punya anak. Makanya aku ingin Kade pergi dan
menunggu warisan darinya. Jadi itu tidak akan sia- sia. Juga aku memiliki
rencana yang lebih dalam dari itu, aku ingin anak tiri Lady bersama dengan
Kade,” jelas Madam Kanda, memberitahukan rencananya.
Mr. Niwat tidak setuju dengan Madam Kanda. Tapi Madam Kanda tidak peduli, karena dia melakukan ini demi putri mereka. Dan Mr. Niwat pun diam, karena tidak bisa melawan.