Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 12 part 2

 

Original Network : Channel 7


Dini hari. Mr. Niwat menyalakan lampu kamar, dan membuat Madam Kanda yang masih tidur jadi terbangun. Dengan kesal, Madam Kanda pun mengeluh. Tapi kali ini, Mr. Niwat sama sekali tidak ikutan kesal dan bertengkar dengan Madam Kanda. Karena mood nya sedang baik. Sebab hari ini adalah hari pertunangan antara Tor dan Chuen.


“Tidur saja, jika kamu masih ingin tidur. Tapi jangan lupa untuk datang tepat waktu ke acara pertunangan nanti,” kata Mr. Niwat, mengingatkan.

“Terserah. Tunggu sampai Kade bertunangan dengan Khun Ton, kemudian aku akan bangun jam 1 pagi,” balas Madam Kanda.


Mendengar kata- kata Madam Kanda, Mr. Niwat tertawa geli. Karena tidak ada yang pernah bilang kalau Ton mau bertunangan dengan Kade. Dia tahu kalau ini hanya khayalan Madam Kanda saja. Lalu dia menasehati Madam Kanda untuk berhenti memasukkan ide ini ke dalam kepala Kade.

“Mengapa?” tanya Madam Kanda, marah. “Kamu pikir hanya Chuen, putri dari Istri sirihmu saja, yang bisa bertunangan dan menikah dengan pria baik? Tunggu dan lihat saja. Kade akan menikah dengan pria yang lebih baik. Dia akan menikah dengan Khun Ton, anak pertama Lord Pichai. Sementara Chuen hanya akan bertunangan saja,” katanya dengan sangat percaya diri.

“Khun Kanda,” keluh Mr. Niwat, capek.

“Keluar! Aku mau tidur! Matikan lampunya juga!” usir Madam Kanda.


Penata rias menandani Chuen, membuat Chuen menjadi sangat cantik sekali. Melihat itu, Lady Veena memuji Chuen. Dan Chuen balas memuji, kalau Lady Veena juga sangat cantik. Tapi dari awal sampai akhir, Chuen sama sekali tidak ada tersenyum. Dia tidak tampak seperti wanita yang bahagia karena akan segera bertunangan.


Acara pertunangan dimulai. Tor memasukkan cincin ke dalam jari Chuen. Melihat itu, Ton merasa sedih. Lalu setelah memasukkan cincin, Tor mengecup tangan Chuen. Dan kemudian Chuen menarik tangannya dari pegangan Tor.

Tor sama sekali tidak menyadari keanehan Chuen, karena dia larut didalam rasa bahagia nya sendiri. Dia mengira, kalau Chuen mungkin hanya sedang malu saja.


“Dia bersikap seperti tercekik. Menyebalkan. Chuen juga, rasakan!” keluh Kade didalam hati, saat melihat sikap Ton dan Chuen yang mirip. Mereka berdua sama- sama tidak ada tersenyum sama sekali, dan tampak seperti sedih.

Namun yang menyadari keanehan Ton dan Chuen ini, hanyalah Kade saja. Karena dari awal, dia terus memperhatikan mereka berdua. Sedangkan yang lain, tidak ada yang menyadari hal tersebut.


Yupa masih berhubungan dengan Songwut. Juga masih sering tidur bersama dengannya. Kali ini pada acara pertunangan Tor dan Chuen, Yupa tidak hadir, karena dia barusaja menghabiskan malam bahagia dengan Songwut. Lalu setelah bangun, Yupa merapikan diri dan mengajak Songwut untuk menonton bersama.

“Tumben, aku panggil dan kamu bersedia datang. Ditambah kamu bersikap begitu baik,” komentar Songwut, merasa ada yang aneh dengan Yupa.

“Jangan bicara terlalu banyak. Bersiap saja,” balas Yupa.



Setelah acara pertunangan selesai, berikutnya adalah acara makan- makan. Dalam acara ini, Madam Kanda serta Kade sudah pulang duluan, yang tinggal hanya Mr. Niwat saja.

Selagi Lady Veena dan Mr. Niwat mengobrol dengan para tamu. Tor mengobrol dengan Chuen. Tapi jika diperhatikan, hanya Tor yang sibuk berbicara, sedangkan Chuen hanya diam dan mendengarkan, sambil menatap ke arah Ton, yang juga menatap ke arah Chuen. Namun lagi- lagi, tidak ada satupun orang yang menyadari hal tersebut.


Dirumah sebelah. Madam Kanda merasa kesal, karena Mr. Niwat sibuk memberitahu orang- orang kalau dirinya adalah Ayah Chuen. Sedangkan Chuen, didepan orang- orang sebelumnya, Chuen pura- pura berbicara pada mereka, kepadahal biasanya tidak. Bukan hanya Madam Kanda saja yang merasa kesal, tapi Kade juga. Namun Kade kesal pada Ton, karena Ton bersikap seperti mau mati saja.

“Aku benci pria dengan banyak hati!” komentar Pelayan Jan.

“Siapa yang banyak hati? Khun Ton hanya mencintai satu orang saja,” kata si bodoh, Pelayan Juea, tanpa memperhatikan situasi. “Kamu bilang padaku kalau Khun Ton mencintai Chuencheewa dan bukan Khun Kade,” katanya, menyeret Pelayan Jan.


Dengan panik, Pelayan Jan memberikan tanda kepada Pelayan Juea supaya berhenti bicara. Sayangnya, Pelayan Juea sama sekali tidak mengerti. Haha…

Madam Kanda semakin merasa kesal, dan dia mengusir Pelayan Jan dan Pelayan Juea untuk pergi. Dengan patuh, Pelayan Jan langsung menyeret Pelayan Juea untuk pergi, sambil menutup mulutnya.



Kade merasa sedih, karena bukan hanya dia saja yang bisa melihat kalau Ton menyukai Chuen, tapi yang lain juga bisa. Tapi Madam Kanda menyuruh Kade untuk jangan mendengarkan mereka.

“Pergi mandi dan ganti pakaian. Berpakaian dengan cantik dan berdiri didekat Khun Ton,” perintah Madam Kanda dengan keras.

“Tapi Jan dan Juea …”

“Jangan dengarkan mereka. Mandi dan ganti pakaian. Percayai aku.”

“Kemudian, bagaimana dengan mu?” tanya Kade, ingin tahu.

“Aku tidak akan pergi. Aku begitu sebal dengan Ayahmu, sampai mau muntah,” jawab Madam Kanda sambil mendengus.

“Kemudian aku tidak akan pergi. Aku juga ingin muntah,” balas Kade, cemberut.

“Terserah,” kata Madam Kanda, tidak mau memaksa.

Disaat acara masih berlangsung, Chuen kembali ke kamar dan menangis. “Aku akan mencoba mencintai Khun Tor. Untuk memenuhi harapan setiap orang. Tidak peduli betapa besar aku mencintainya, aku tidak akan memberitahu siapapun. Karena aku tidak ingin siapapun tahu, betapa aku bodoh dan menyedihkan untuk mencintai seorang pria yang tidak mencintaiku,” gumamnya.


Lalu Tor datang dan mengetuk pintu kamar. Dia memanggil Chuen. Dan Chuen menjawab. Tapi dari suara Chuen, Tor merasa kalau Chuen terdengar seperti sedang menangis. Dan dia merasa khawatir, ada apa. Lalu Chuen beralasan, kemarin dia sedikit masuk angin. Kemudian dia menyuruh Tor untuk turun duluan, dan nanti dia akan menyusul.

“Chuen,” panggil Tor, khawatir.

“Turun lah duluan. Jangan biarkan orang bergosip. Kita baru saja bertunangan,” balas Chuen. Dan Tor mengerti serta pergi.

Setelah Tor pergi, Chuen lanjut menangis. Dia menangis dalam diam.

Songwut masih penasaran, tumben Yupa begitu baik padanya. Dan sambil tersenyum, Yupa menjawab bahwa mungkin, ini karena hari ini Songwut tampak tampan daripada biasanya.

Selesai berbasa- basi, Yupa pun mulai  curhat. Hari ini adalah hari pertunangan Tor dan Chuen, dan permasalahannya adalah pertunangan ini terjadi karena bantuan Madam Kanda dan Kade. Kepadahal jelas- jelas Madam Kanda serta Kade telah berjanji akan mendukungnya untuk mendapatkan Tor.

“Ooh… kamu patah hati!” gumam Songwut, akhirnya mengerti, kenapa Yupa bersikap begitu baik dan dekat dengannya.

“Ibu dan anak nya itu, mereka menggunakan ku memakai janji palsu. Mereka tidak pernah berniat bertanggung jawab sama sekali,” kata Yupa, penuh kebencian.


Yupa dan Songwut kemudian mulai merencanakan rencana jahat bersama. Bagi Songwut, Kade adalah hasrat nya, karena sejak pertama kali bertemu, dia sudah menyukai Kade, seandainya Yupa bersedia membantunya, maka dia tidak akan melupakan rasa terima kasih ini. Dan Yupa bersedia untuk membantu Songwut untuk mendapatkan Kade, sementara dirinya sendiri, dia akan mendapatkan Ton.

“Mm,” gumam Songwut, setuju.


Haha .. bukan hanya Yupa dan Songwut saja yang merencanakan hal buruk, Madam Kanda juga merencanakan hal buruk, tapi targetnya adalah Chuen. Memang Yupa dan Madam Kanda tidak berbeda, sebelas dua belas sifatnya.

Madam Kanda menyuruh Jab untuk menyelidiki dimana Kakek Chom tinggal. Lalu saat Chuen akan pergi menemui Kakek Chom, maka Jab harus bersiap untuk menculik Chuen. Dengan rencana ini, maka mereka akan memiliki alasan yang bagus, bila tiba- tiba Chuen menghilang.

Kemudian dengan mulut cerewet, Pelayan Juea terus- menerus menasehati Jab untuk mendengarkan Madam Kanda dengan baik. Sementara Pelayan Jan, dengan mulut manisnya, dia terus- menerus memuji- muji betapa pintarnya dan bagusnya rencana Madam Kanda yang penuh dengan kehati- hatian. Mendengar mereka berdua, Jab dan Madam Kanda merasa tidak sabaran. Jab memarahi Pelayan Juea. Dan Madam Kanda memarahi Pelayan Jan. Kemudian mereka berdua pergi, meninggalkan Pelayan Juea dan Pelayan Jan saja.


Disekolah. Teman- teman Chuen penasaran, kenapa Chuen tidak ada memakai cincin pertunangan kemarin. Apalagi Nid, dia paling penasaran, jadi dia terus bertanya. Tapi Chuen hanya tersenyum saja. Lalu Ying pun membantu Chuen mengalihkan topik. Kemudian mereka mulai membahas tentang perang yang terjadi di Korea, dan Thailand sebagai anggota United Nations, juga akan mengirimkan tentara nya ke sana.

“Apa Khun Tor mu juga akan pergi?” tanya Nid, mengkhawatirkan Chuen.

“Aku tidak tahu. Dia tidak ada memberitahu ku apapun,” jawab Chuen, cemas.


Ternyata, Tor juga akan ikut dalam perperangan. Tor memberitahu Lord Pichai dan Lady Veena bahwa sebelumnya dia tidak menginfokan ini, karena dia tidak ingin orang- orang khawatir pada hari bahagianya. Lalu dia akan pergi pada akhir bulan ini. Mengetahui ini, Lady Veena merasa terkejut dan khawatir, karena itu sangat cepat. Tapi Lord Pichai berpendapat lain, menurutnya Tor bisa mendapatkan kesempatan untuk melayani negara, ketika orang lain tidak memiliki kesempatan, ini membuat dia bangga pada Tor. Dan Tor mengiyakan dengan bangga, inilah alasan dia memilih menjadi tentara.

“Aku bangga padamu juga,” kata Lady Veena, tulus.

“Terima kasih Bibi,” kata Tor sambil tersenyum.


Ketika Chuen pulang, Tor yang sudah menunggu langsung menyapa nya dengan senyuman. Lalu dia menyuruh Chuen untuk mandi serta berganti pakaian, karena dia mau mengajak Chuen untuk berkencan, makan dan nonton. Tapi Chuen menolak. Lalu Tor pun membujuk dengan mengatakan, kalau ada hal penting yang ingin dia kasih tahu. Tapi Chuen tetap menolak, dengan alasan dia ada tugas, jadi jika Tor mau berkencan, maka mereka bisa pergi pas hari sabtu nanti, dan jika ada yang mau Tor bicarakan, maka mereka bisa berbicara di taman dekat danau.

Walaupun sebenarnya Ton sangat kecewa sekali, karena Chuen terus saja menolak ajakannya. Tapi akhirnya dia setuju untuk tidak pergi berkencan sekarang dan mengobrol di dekat danau saja.


Cuaca awalnya sangat cerah, tapi kemudian langit mulai bergemuruh, seolah- olah nanti mau hujan. Namun menurut Chuen, tidak apa- apa tetap makan diluar ruangan. Jadi Tor pun menyuruh Pelayan Sa untuk mengambilkan payung, untuk berjaga- jaga bila nanti tiba- tiba hujan.


Setelah itu, Tor menatap Chuen sambil tersenyum. Tapi kemudian, dia memperhatikan Chuen tidak ada memakai cincin pertunangan mereka. Dan dia merasa agak tidak senang. Jika Chuen tidak memakai cincin saat ke sekolah, maka dia tidak masalah, tapi sekarang kan Chuen sudah pulang sekolah, jadi seharusnya Chuen pakai. Dan Chuen beralasan bahwa dia tidak terbiasa, lalu dengan cepat dia mengalihkan pembicaraan, dia menanyai,  hal penting apa yang Tor ingin bicarakan padanya.

“Aku harus pergi ke perang di Korea akhir bulan ini,” kata Tor. Dan Chuen terkejut serta khawatir. “Takut aku mati, hm?” tanya Tor, merasa senang, melihat eksperesi khawatir Chuen.

“Ya ampun! Mengapa kamu bicara seperti itu?” keluh Chuen.


“Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku,” kata Tor, beneran senang.

“Bukan hanya aku. Setiap orang juga khawatir padamu,” kata Chuen.

Tor kemudian mulai membahas tentang rencana pernikahan mereka. Dia ingin setelah Chuen lulus, tanggal pernikahan mereka di majukan lebih cepat, setidaknya sebelum dia berangkat ke korea. Tapi mendengar itu, Chuen diam dan mengalihkan tatapan nya. Melihat itu, Tor merasa agak kecewa.


“Aku tidak tahu. Mungkin karena … aku tidak tahu kapan aku akan kembali,” kata Tor sambil menghela nafas.

“Kamu pasti akan kembali. Aku akan menunggumu,” kata Chuen, menyemangati.

Mendengar kata- kata semangat dari Chuen, mood buruk Tor berubah menjadi baik. Kemudian tiba- tiba saja, hujan turun sangat deras. Untungnya, mereka ada payung. Dan Chuen serta Tor pun buru- buru memakai payung tersebut, lalu mereka tertawa sambil berjalan bersama.


Ketika Chuen dan Tor kembali hujan- hujanan, Ton menyambut Chuen dengan ketus, karena hujan sederas ini, tapi mereka berdua malah masih diluar. Dan lalu Chuen pun membalas dengan ketus juga, dia menjelaskan bahwa sebelumnya, cuaca masih cerah, belum hujan. Kemudian Tor pun berusaha menengahi situasi. Tapi sayangnya, sikap Ton kepada Chuen masih saja ketus.


Lalu setelah masuk ke dalam rumah, Chuen dengan sengaja mengabaikan Ton dan hanya berbicara kepada Tor saja. Dia mengatakan bahwa dia mengerti dengan tugas Tor sebagai tentara. Setelah itu, dia pamit untuk kembali ke kamar dan belajar.



Saat Chuen telah pergi, Tor dan Ton mengobrol berdua di ruang tamu. Sebenarnya sih, Tor yang lebih ingin bicara. Dia mengatakan kepada Ton bahwa dia akan mempercayakan Chuen pada Ton. Mendengar kata ‘percayakan’, Ton tertawa, karena Chuen sudah dewasa dan bisa menjaga diri sendiri, apalagi ada Lady Veena dan Lord Pichai disini. Namun Tor menegaskan bahwa dia serius, karena di antara semua orang, hanya Ton yang bisa terus mengikuti Chuen. Mendengar kata ‘terus mengikuti’, Ton mendengus, karena jika dia melakukan itu, maka Chuen akan semakin membencinya.

“Chuen tidak membencimu. Tapi dia lebih perhatian padamu. Lebih daripada kepadaku,” kata Tor dengan sedikit sedih.

“Baiklah. Aku akan melakukan apa yang aku bisa,” janji Ton.

“Terima kasih,” kata Tor, dengan tulus.


Hujan turun semakin deras. Dan turun sangat lama sekali. Sampai langit sudah gelap, hujan masih saja turun. Bahkan disertai petir. Dan didalam kamar, ntah kenapa Tor merasa agak gelisah. Duduk salah, diri salah.

Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Tor memantapkan dirinya untuk datang ke kamar Chuen.


“Um, ada apa?” tanya Chuen, ketika Tor tiba- tiba datang dan mengetuk pintu kamarnya serta memanggilnya.

“Aku ingin berbicara padamu mengenai cincin tunangan kita,” kata Tor. Mendengar itu, Chuen dengan gugup menutupi jarinya yang masih belum ada mengenakan cincin.


“Aku baru selesai membaca,” jelas Chuen, merasa agak bersalah.

“Tidak apa. Aku disini bukan mau memarahimu. Tapi aku datang … cincin itu di berikan oleh Khun Ton,” kata Tor, menjelaskan.


Setelah Tor mengatakan itu dan pergi, Chuen pergi ke kamar Ton. Saat Ton membuka pintu, dia terkejut melihat kalau yang datang adalah Chuen.

Chuen datang untuk bertanya, kenapa Ton begitu baik padanya, bahkan sampai Ton memberikan cincin kepadanya. Dan Ton merespon dengan sikap dingin, sebab cincin itu mulanya adalah cincin milik Lord Pichai untuk Ibu Kandungnya, jadi menurutnya tidak apa bila memberikan cincin tersebut kepada Tor untuk pertunangan dengan Chuen.


Merasakan sikap dingin Ton, Chuen merasa agak tidak nyaman. Dia mengira Ton memiliki sedikit perasaan padanya, karena Ton memberikan cincin tersebut. Tapi ternyata tampaknya tidak. Dan Chuen kecewa.

“Mengapa kamu tidak memakai cincin nya?” tanya Ton, memperhatikan jari Chuen. Dan Chuen tidak menjawab, dia berbalik dan pergi begitu saja.

Post a Comment

Previous Post Next Post