Original Network :
Channel 7
Dini
hari. Mr. Niwat menyalakan lampu kamar, dan membuat Madam Kanda yang masih
tidur jadi terbangun. Dengan kesal, Madam Kanda pun mengeluh. Tapi kali ini,
Mr. Niwat sama sekali tidak ikutan kesal dan bertengkar dengan Madam Kanda.
Karena mood nya sedang baik. Sebab hari ini adalah hari pertunangan antara Tor
dan Chuen.
“Tidur
saja, jika kamu masih ingin tidur. Tapi jangan lupa untuk datang tepat waktu ke
acara pertunangan nanti,” kata Mr. Niwat, mengingatkan.
“Terserah.
Tunggu sampai Kade bertunangan dengan Khun Ton, kemudian aku akan bangun jam 1
pagi,” balas Madam Kanda.
Mendengar
kata- kata Madam Kanda, Mr. Niwat tertawa geli. Karena tidak ada yang pernah
bilang kalau Ton mau bertunangan dengan Kade. Dia tahu kalau ini hanya khayalan
Madam Kanda saja. Lalu dia menasehati Madam Kanda untuk berhenti memasukkan ide
ini ke dalam kepala Kade.
“Mengapa?”
tanya Madam Kanda, marah. “Kamu pikir hanya Chuen, putri dari Istri sirihmu
saja, yang bisa bertunangan dan menikah dengan pria baik? Tunggu dan lihat
saja. Kade akan menikah dengan pria yang lebih baik. Dia akan menikah dengan
Khun Ton, anak pertama Lord Pichai. Sementara Chuen hanya akan bertunangan
saja,” katanya dengan sangat percaya diri.
“Khun
Kanda,” keluh Mr. Niwat, capek.
“Keluar!
Aku mau tidur! Matikan lampunya juga!” usir Madam Kanda.
Penata
rias menandani Chuen, membuat Chuen menjadi sangat cantik sekali. Melihat itu,
Lady Veena memuji Chuen. Dan Chuen balas memuji, kalau Lady Veena juga sangat
cantik. Tapi dari awal sampai akhir, Chuen sama sekali tidak ada tersenyum. Dia
tidak tampak seperti wanita yang bahagia karena akan segera bertunangan.
Acara
pertunangan dimulai. Tor memasukkan cincin ke dalam jari Chuen. Melihat itu,
Ton merasa sedih. Lalu setelah memasukkan cincin, Tor mengecup tangan Chuen.
Dan kemudian Chuen menarik tangannya dari pegangan Tor.
Tor
sama sekali tidak menyadari keanehan Chuen, karena dia larut didalam rasa
bahagia nya sendiri. Dia mengira, kalau Chuen mungkin hanya sedang malu saja.
“Dia bersikap
seperti tercekik. Menyebalkan. Chuen juga, rasakan!” keluh Kade
didalam hati, saat melihat sikap Ton dan Chuen yang mirip. Mereka berdua sama-
sama tidak ada tersenyum sama sekali, dan tampak seperti sedih.
Namun
yang menyadari keanehan Ton dan Chuen ini, hanyalah Kade saja. Karena dari
awal, dia terus memperhatikan mereka berdua. Sedangkan yang lain, tidak ada
yang menyadari hal tersebut.
Yupa
masih berhubungan dengan Songwut. Juga masih sering tidur bersama dengannya.
Kali ini pada acara pertunangan Tor dan Chuen, Yupa tidak hadir, karena dia
barusaja menghabiskan malam bahagia dengan Songwut. Lalu setelah bangun, Yupa
merapikan diri dan mengajak Songwut untuk menonton bersama.
“Tumben,
aku panggil dan kamu bersedia datang. Ditambah kamu bersikap begitu baik,”
komentar Songwut, merasa ada yang aneh dengan Yupa.
“Jangan
bicara terlalu banyak. Bersiap saja,” balas Yupa.
Setelah
acara pertunangan selesai, berikutnya adalah acara makan- makan. Dalam acara
ini, Madam Kanda serta Kade sudah pulang duluan, yang tinggal hanya Mr. Niwat
saja.
Selagi
Lady Veena dan Mr. Niwat mengobrol dengan para tamu. Tor mengobrol dengan
Chuen. Tapi jika diperhatikan, hanya Tor yang sibuk berbicara, sedangkan Chuen
hanya diam dan mendengarkan, sambil menatap ke arah Ton, yang juga menatap ke
arah Chuen. Namun lagi- lagi, tidak ada satupun orang yang menyadari hal
tersebut.
Dirumah
sebelah. Madam Kanda merasa kesal, karena Mr. Niwat sibuk memberitahu orang-
orang kalau dirinya adalah Ayah Chuen. Sedangkan Chuen, didepan orang- orang
sebelumnya, Chuen pura- pura berbicara pada mereka, kepadahal biasanya tidak.
Bukan hanya Madam Kanda saja yang merasa kesal, tapi Kade juga. Namun Kade
kesal pada Ton, karena Ton bersikap seperti mau mati saja.
“Aku
benci pria dengan banyak hati!” komentar Pelayan Jan.
“Siapa
yang banyak hati? Khun Ton hanya mencintai satu orang saja,” kata si bodoh,
Pelayan Juea, tanpa memperhatikan situasi. “Kamu bilang padaku kalau Khun Ton
mencintai Chuencheewa dan bukan Khun Kade,” katanya, menyeret Pelayan Jan.
Dengan
panik, Pelayan Jan memberikan tanda kepada Pelayan Juea supaya berhenti bicara.
Sayangnya, Pelayan Juea sama sekali tidak mengerti. Haha…
Madam
Kanda semakin merasa kesal, dan dia mengusir Pelayan Jan dan Pelayan Juea untuk
pergi. Dengan patuh, Pelayan Jan langsung menyeret Pelayan Juea untuk pergi,
sambil menutup mulutnya.
Kade
merasa sedih, karena bukan hanya dia saja yang bisa melihat kalau Ton menyukai
Chuen, tapi yang lain juga bisa. Tapi Madam Kanda menyuruh Kade untuk jangan
mendengarkan mereka.
“Pergi
mandi dan ganti pakaian. Berpakaian dengan cantik dan berdiri didekat Khun
Ton,” perintah Madam Kanda dengan keras.
“Tapi
Jan dan Juea …”
“Jangan
dengarkan mereka. Mandi dan ganti pakaian. Percayai aku.”
“Kemudian,
bagaimana dengan mu?” tanya Kade, ingin tahu.
“Aku
tidak akan pergi. Aku begitu sebal dengan Ayahmu, sampai mau muntah,” jawab
Madam Kanda sambil mendengus.
“Kemudian
aku tidak akan pergi. Aku juga ingin muntah,” balas Kade, cemberut.
“Terserah,”
kata Madam Kanda, tidak mau memaksa.
Disaat
acara masih berlangsung, Chuen kembali ke kamar dan menangis. “Aku akan mencoba
mencintai Khun Tor. Untuk memenuhi harapan setiap orang. Tidak peduli betapa
besar aku mencintainya, aku tidak akan memberitahu siapapun. Karena aku tidak
ingin siapapun tahu, betapa aku bodoh dan menyedihkan untuk mencintai seorang
pria yang tidak mencintaiku,” gumamnya.
Lalu
Tor datang dan mengetuk pintu kamar. Dia memanggil Chuen. Dan Chuen menjawab.
Tapi dari suara Chuen, Tor merasa kalau Chuen terdengar seperti sedang
menangis. Dan dia merasa khawatir, ada apa. Lalu Chuen beralasan, kemarin dia
sedikit masuk angin. Kemudian dia menyuruh Tor untuk turun duluan, dan nanti
dia akan menyusul.
“Chuen,”
panggil Tor, khawatir.
“Turun
lah duluan. Jangan biarkan orang bergosip. Kita baru saja bertunangan,” balas
Chuen. Dan Tor mengerti serta pergi.
Setelah
Tor pergi, Chuen lanjut menangis. Dia menangis dalam diam.
Songwut
masih penasaran, tumben Yupa begitu baik padanya. Dan sambil tersenyum, Yupa
menjawab bahwa mungkin, ini karena hari ini Songwut tampak tampan daripada
biasanya.
Selesai
berbasa- basi, Yupa pun mulai curhat.
Hari ini adalah hari pertunangan Tor dan Chuen, dan permasalahannya adalah
pertunangan ini terjadi karena bantuan Madam Kanda dan Kade. Kepadahal jelas-
jelas Madam Kanda serta Kade telah berjanji akan mendukungnya untuk mendapatkan
Tor.
“Ooh…
kamu patah hati!” gumam Songwut, akhirnya mengerti, kenapa Yupa bersikap begitu
baik dan dekat dengannya.
“Ibu
dan anak nya itu, mereka menggunakan ku memakai janji palsu. Mereka tidak
pernah berniat bertanggung jawab sama sekali,” kata Yupa, penuh kebencian.
Yupa
dan Songwut kemudian mulai merencanakan rencana jahat bersama. Bagi Songwut,
Kade adalah hasrat nya, karena sejak pertama kali bertemu, dia sudah menyukai
Kade, seandainya Yupa bersedia membantunya, maka dia tidak akan melupakan rasa
terima kasih ini. Dan Yupa bersedia untuk membantu Songwut untuk mendapatkan
Kade, sementara dirinya sendiri, dia akan mendapatkan Ton.
“Mm,”
gumam Songwut, setuju.
Haha
.. bukan hanya Yupa dan Songwut saja yang merencanakan hal buruk, Madam Kanda
juga merencanakan hal buruk, tapi targetnya adalah Chuen. Memang Yupa dan Madam
Kanda tidak berbeda, sebelas dua belas sifatnya.
Madam
Kanda menyuruh Jab untuk menyelidiki dimana Kakek Chom tinggal. Lalu saat Chuen
akan pergi menemui Kakek Chom, maka Jab harus bersiap untuk menculik Chuen.
Dengan rencana ini, maka mereka akan memiliki alasan yang bagus, bila tiba-
tiba Chuen menghilang.
Kemudian
dengan mulut cerewet, Pelayan Juea terus- menerus menasehati Jab untuk
mendengarkan Madam Kanda dengan baik. Sementara Pelayan Jan, dengan mulut
manisnya, dia terus- menerus memuji- muji betapa pintarnya dan bagusnya rencana
Madam Kanda yang penuh dengan kehati- hatian. Mendengar mereka berdua, Jab dan
Madam Kanda merasa tidak sabaran. Jab memarahi Pelayan Juea. Dan Madam Kanda
memarahi Pelayan Jan. Kemudian mereka berdua pergi, meninggalkan Pelayan Juea
dan Pelayan Jan saja.
Disekolah.
Teman- teman Chuen penasaran, kenapa Chuen tidak ada memakai cincin pertunangan
kemarin. Apalagi Nid, dia paling penasaran, jadi dia terus bertanya. Tapi Chuen
hanya tersenyum saja. Lalu Ying pun membantu Chuen mengalihkan topik. Kemudian
mereka mulai membahas tentang perang yang terjadi di Korea, dan Thailand
sebagai anggota United Nations, juga akan mengirimkan tentara nya ke sana.
“Apa
Khun Tor mu juga akan pergi?” tanya Nid, mengkhawatirkan Chuen.
“Aku
tidak tahu. Dia tidak ada memberitahu ku apapun,” jawab Chuen, cemas.
Ternyata,
Tor juga akan ikut dalam perperangan. Tor memberitahu Lord Pichai dan Lady
Veena bahwa sebelumnya dia tidak menginfokan ini, karena dia tidak ingin orang-
orang khawatir pada hari bahagianya. Lalu dia akan pergi pada akhir bulan ini.
Mengetahui ini, Lady Veena merasa terkejut dan khawatir, karena itu sangat
cepat. Tapi Lord Pichai berpendapat lain, menurutnya Tor bisa mendapatkan
kesempatan untuk melayani negara, ketika orang lain tidak memiliki kesempatan,
ini membuat dia bangga pada Tor. Dan Tor mengiyakan dengan bangga, inilah
alasan dia memilih menjadi tentara.
“Aku
bangga padamu juga,” kata Lady Veena, tulus.
“Terima
kasih Bibi,” kata Tor sambil tersenyum.
Ketika
Chuen pulang, Tor yang sudah menunggu langsung menyapa nya dengan senyuman.
Lalu dia menyuruh Chuen untuk mandi serta berganti pakaian, karena dia mau
mengajak Chuen untuk berkencan, makan dan nonton. Tapi Chuen menolak. Lalu Tor
pun membujuk dengan mengatakan, kalau ada hal penting yang ingin dia kasih
tahu. Tapi Chuen tetap menolak, dengan alasan dia ada tugas, jadi jika Tor mau
berkencan, maka mereka bisa pergi pas hari sabtu nanti, dan jika ada yang mau
Tor bicarakan, maka mereka bisa berbicara di taman dekat danau.
Walaupun
sebenarnya Ton sangat kecewa sekali, karena Chuen terus saja menolak ajakannya.
Tapi akhirnya dia setuju untuk tidak pergi berkencan sekarang dan mengobrol di
dekat danau saja.
Cuaca
awalnya sangat cerah, tapi kemudian langit mulai bergemuruh, seolah- olah nanti
mau hujan. Namun menurut Chuen, tidak apa- apa tetap makan diluar ruangan. Jadi
Tor pun menyuruh Pelayan Sa untuk mengambilkan payung, untuk berjaga- jaga bila
nanti tiba- tiba hujan.
Setelah
itu, Tor menatap Chuen sambil tersenyum. Tapi kemudian, dia memperhatikan Chuen
tidak ada memakai cincin pertunangan mereka. Dan dia merasa agak tidak senang.
Jika Chuen tidak memakai cincin saat ke sekolah, maka dia tidak masalah, tapi
sekarang kan Chuen sudah pulang sekolah, jadi seharusnya Chuen pakai. Dan Chuen
beralasan bahwa dia tidak terbiasa, lalu dengan cepat dia mengalihkan
pembicaraan, dia menanyai, hal penting
apa yang Tor ingin bicarakan padanya.
“Aku
harus pergi ke perang di Korea akhir bulan ini,” kata Tor. Dan Chuen terkejut
serta khawatir. “Takut aku mati, hm?” tanya Tor, merasa senang, melihat
eksperesi khawatir Chuen.
“Ya
ampun! Mengapa kamu bicara seperti itu?” keluh Chuen.
“Terima
kasih sudah mengkhawatirkan ku,” kata Tor, beneran senang.
“Bukan
hanya aku. Setiap orang juga khawatir padamu,” kata Chuen.
Tor
kemudian mulai membahas tentang rencana pernikahan mereka. Dia ingin setelah
Chuen lulus, tanggal pernikahan mereka di majukan lebih cepat, setidaknya
sebelum dia berangkat ke korea. Tapi mendengar itu, Chuen diam dan mengalihkan
tatapan nya. Melihat itu, Tor merasa agak kecewa.
“Aku
tidak tahu. Mungkin karena … aku tidak tahu kapan aku akan kembali,” kata Tor
sambil menghela nafas.
“Kamu
pasti akan kembali. Aku akan menunggumu,” kata Chuen, menyemangati.
Mendengar
kata- kata semangat dari Chuen, mood buruk Tor berubah menjadi baik. Kemudian
tiba- tiba saja, hujan turun sangat deras. Untungnya, mereka ada payung. Dan
Chuen serta Tor pun buru- buru memakai payung tersebut, lalu mereka tertawa
sambil berjalan bersama.
Ketika Chuen dan Tor kembali hujan- hujanan, Ton menyambut Chuen dengan ketus, karena hujan sederas ini, tapi mereka berdua malah masih diluar. Dan lalu Chuen pun membalas dengan ketus juga, dia menjelaskan bahwa sebelumnya, cuaca masih cerah, belum hujan. Kemudian Tor pun berusaha menengahi situasi. Tapi sayangnya, sikap Ton kepada Chuen masih saja ketus.
Lalu
setelah masuk ke dalam rumah, Chuen dengan sengaja mengabaikan Ton dan hanya berbicara
kepada Tor saja. Dia mengatakan bahwa dia mengerti dengan tugas Tor sebagai
tentara. Setelah itu, dia pamit untuk kembali ke kamar dan belajar.
Saat
Chuen telah pergi, Tor dan Ton mengobrol berdua di ruang tamu. Sebenarnya sih,
Tor yang lebih ingin bicara. Dia mengatakan kepada Ton bahwa dia akan
mempercayakan Chuen pada Ton. Mendengar kata ‘percayakan’, Ton tertawa, karena
Chuen sudah dewasa dan bisa menjaga diri sendiri, apalagi ada Lady Veena dan
Lord Pichai disini. Namun Tor menegaskan bahwa dia serius, karena di antara
semua orang, hanya Ton yang bisa terus mengikuti Chuen. Mendengar kata ‘terus
mengikuti’, Ton mendengus, karena jika dia melakukan itu, maka Chuen akan
semakin membencinya.
“Chuen
tidak membencimu. Tapi dia lebih perhatian padamu. Lebih daripada kepadaku,”
kata Tor dengan sedikit sedih.
“Baiklah.
Aku akan melakukan apa yang aku bisa,” janji Ton.
“Terima
kasih,” kata Tor, dengan tulus.
Hujan
turun semakin deras. Dan turun sangat lama sekali. Sampai langit sudah gelap,
hujan masih saja turun. Bahkan disertai petir. Dan didalam kamar, ntah kenapa
Tor merasa agak gelisah. Duduk salah, diri salah.
Setelah
berpikir cukup lama, akhirnya Tor memantapkan dirinya untuk datang ke kamar
Chuen.
“Um,
ada apa?” tanya Chuen, ketika Tor tiba- tiba datang dan mengetuk pintu kamarnya
serta memanggilnya.
“Aku
ingin berbicara padamu mengenai cincin tunangan kita,” kata Tor. Mendengar itu,
Chuen dengan gugup menutupi jarinya yang masih belum ada mengenakan cincin.
“Aku
baru selesai membaca,” jelas Chuen, merasa agak bersalah.
“Tidak
apa. Aku disini bukan mau memarahimu. Tapi aku datang … cincin itu di berikan
oleh Khun Ton,” kata Tor, menjelaskan.
Setelah
Tor mengatakan itu dan pergi, Chuen pergi ke kamar Ton. Saat Ton membuka pintu,
dia terkejut melihat kalau yang datang adalah Chuen.
Chuen
datang untuk bertanya, kenapa Ton begitu baik padanya, bahkan sampai Ton
memberikan cincin kepadanya. Dan Ton merespon dengan sikap dingin, sebab cincin
itu mulanya adalah cincin milik Lord Pichai untuk Ibu Kandungnya, jadi
menurutnya tidak apa bila memberikan cincin tersebut kepada Tor untuk
pertunangan dengan Chuen.
Merasakan
sikap dingin Ton, Chuen merasa agak tidak nyaman. Dia mengira Ton memiliki
sedikit perasaan padanya, karena Ton memberikan cincin tersebut. Tapi ternyata
tampaknya tidak. Dan Chuen kecewa.
“Mengapa kamu tidak memakai cincin nya?” tanya Ton, memperhatikan jari Chuen. Dan Chuen tidak menjawab, dia berbalik dan pergi begitu saja.