Original Network :
Channel 7
Siang
hari. Chuen makan siang di rumah kecil, bersama dengan Nanny Aon. Tapi Nanny
Aon sama sekali tidak merasa bersemangat, karena dia sedih dan mengkhawatirkan
Tor. Dengan sangat yakin, Chuen menenangkan Nanny Aon untuk tidak perlu
khawatir, karena dia percaya Tor akan pulang dengan selamat. Lalu Chuen
mengalihkan pembicaraan supaya Nanny Aon tidak sedih. Dia membahas tentang gaun
yang dikenakan pada hari pertunangannya. Namun Nanny Aon malah semakin khawatir
pada Tor.
Gaun
yang Chuen kenakan pada hari pertunangan, berwarna ungu. Dan itu adalah warna
pilihan Chuen sendiri, karena menurut Chuen itu bagus. Tapi Nanny Aon tidak
setuju, karena ungu adalah warna janda, jadi ada pantangan untuk jangan
mengenakan warna ungu pada hari pertunangan ataupun hari pernikahan. Buktinya
tidak lama setelah pertunangan, Tor pergi untuk berperang di Korea.
“Ng…
mari berhenti membahas tentang ini. Aku makan dulu ya,” kata Chuen sambil
tersenyum kecil, dia merasa agak tidak enak tiba- tiba.
Perang
yang Tor lakukan sangat berat. Ada tembakan, ledakan, dan serangan, dar
mana-mana, sehingga bila dia tidak berhati- hati, maka dia bisa saja kehilangan
nyawanya.
Walaupun
Tor mengalami kesulitan dan menghadapi bahaya didalam perang di Korea, tapi di
dalam surat yang dikirimkannya pada Chuen, dia tidak menyebutkan apa
kesulitannya supaya Chuen jangan menjadi khawatir. Dia hanya menjelaskan bahwa
sekarang, dia masih baik- baik saja dan dia membawa foto Chuen sepanjang waktu
sebagai dukungan moral untuk dirinya sendiri. Lalu, dia tidak tahu, kapan
perang akan berakhir, tapi dia ingin Chuen bangga pada dirinya, jadi dia akan
melakukan tugasnya sebaik mungkin.
Selesai
membaca surat itu, Chuen berdoa. “Buddha
tolong lindungi Khun Tor.”
Untuk
mencari kesempatan, bertemu dengan Kakek Chom ataupun Bawahan Mun, maka Jab
dengan berbaik hati selalu datang untuk membantu Wing menyapu di dekat gerbang.
Lalu suatu hari, kesempatan nya muncul.
Bawahan Mun datang ke kediaman Pichai Sarayut. Dia ingin memeriksa keadaan Chuen, karena dia kasihan pada Chuen, sebab Kakek Chom terlalu keras pada Chuen. Sayangnya, sekarang Chuen sedang berada di sekolah. Jadi Bawahan Mun pun pamit serta pergi.
Melihat
itu, Jab berhenti membantu Wing dan beralasan bahwa dia baru teringat, kalau
Bibinya ada menyuruhnya untuk membeli sesuatu, jadi dia pamit dan pergi.
Sebenarnya
itu hanyalah kebohongan Jab saja. Alasan sebenarnya, Jab mau pergi adalah untuk
mengikuti Bawahan Mun, bukan pergi untuk berbelanja.
Setelah
menemukan dimana Kakek Chom tinggal, Jab melapor kepada Madam Kanda. Lalu
rencana pun siap untuk dimulai.
Siang
hari. Saat Chuen sedang membaca sendirian di taman, Jab menghampirinya dan
memberitahu bahwa ada seseorang yang datang mencari Chuen, orang itu mengatakan
kalau dia adalah Kakek Chom.
Mendengar
itu, Chuen merasa agak penasaran ada apa dan juga senang. Dia berterima kasih
kepada Jab, lalu pergi. Dan Jab memperhatikan itu dengan perasaan puas.
Didepan
gerbang. Ternyata yang datang bukanlah Kakek Chom ataupun Bawahan Mun, namun
orang lain. Dan Chuen agak kecewa.
Pria
berkemeja kotak- kotak yang datang ini, dia memberitahu Chuen bahwa dia tinggal
dijalan yang sama seperti Kakek Chom dan Bawahan Mun. Dia datang, karena
Bawahan Mun yang menyuruhnya. Bawahan Mun menyuruhnya untuk memberitahu Chuen
kalau Kakek Chom sedang sangat sakit sekarang.
“Ada
apa dengan Kakek?” tanya Chuen, khawatir.
“Paman
Mun bilang dia tiba- tiba pingsan. Sebenarnya Paman Mun ingin ke sini, tapi dia
khawatir tentang Kakek Chom. Dia sering menggunakan jasa ku, jadi dia
menyuruhku untuk datang memberitahu mu,” kata Pria kotak, menjelaskan dengan
detail dan baik.
“Terima
kasih,” kata Chuen, lalu dia berniat untuk pergi ke rumah Kakek Chom.
“Khun
Chuen,” panggil Pria kotak. “Kamu tidak akan memberitahu siapapun dulu?”
tanyanya, mengingatkan.
“Tidak
apa. Kamu ikut juga?” balas Chuen.
“Iya.
Aku sekalian pulang,” jawab Pria Kotak.
Dari
jauh, melihat Chuen mengikuti Pria kotak pergi, Jab tersenyum puas.
Pria
kotak mengikuti Chuen menaiki taksi yang sama. Dan di dalam taksi, Pria kotak
bersikap sangat bersahabat. Dia berterima kasih kepada Chuen, karena sudah
membiarkannya untuk menumpang. Lalu saat supir taksi, memasuki jalan yang
berbeda dari seharusnya, dia langsung membantu Chuen untuk mempertanyakan si
supir.
“Jika
kamu sedang buru- buru, maka lebih baik lewat sini,” kata si supir, menjelaskan
kepada Chuen yang tampak cemas.
“Tidak
apa- apa, Khun Chuen,” kata Pria kotak, menenangkan Chuen.
“Baiklah.
Hanya ambil jalan tercepat saja,” kata Chuen, mengerti.
Disatu
sisi. Orang- orang yang mengkhawatirkan, kemana Chuen. Disatu sisi yang lain,
yaitu sisi Madam Kanda. Dia serta orang- orang di dekatnya merasa sangat
senang, karena Jab berhasil menculik calon pengantin nya, Chuen.
“Ini
terjadi belum terlalu lama dan kamu sudah memanggil Chuencheewa, menantu
keponakan?” komentar Yupa, merasa agak geli.
“Tidak
peduli apa, dia pasti akan menjadi menantu keponakan hari ini,” kata Pelayan
Juea sambil tertawa. Dan Pelayan Jan setuju.
“Ma,
aku ingin melihat wajahnya, apa yang akan dia lakukan? Betapa malunya dia, saat
Jab menjadi suaminya?!” kata Kade sambil tertawa senang.
“Nona,
dengarkan baik- baik. Aku akan membawakan menantu keponakan ku ini untuk
bekerja padamu,” kata Pelayan Jan, mengangkat telur Kade.
“Aku
juga ingin tahu bagaimana Khun Niwat akan menyambut menantu nya ini,” kata
Madam Kanda, merasa bersemangat untuk tahu.
Chuen
mulai merasa ada yang salah, jadi dia meminta si supir untuk berhenti. Tapi si
supir menolak untuk berhenti. Dan Pria kotak membujuk Chuen untuk sabar. Namun
ntah, kenapa Chuen merasa seperti memang ada sesuatu yang salah, jadi dia tetap
bersikeras untuk turun. Disaat inilah, sikap Pria kotak dan si supir mulai
berubah.
“Akankah
kamu menghentikan mobilnya Kiew?” canda Pria kotak pada si supir.
“Tidak!”
jawab Kiew sambil tersenyum.
“Dia
jawab tidak. Jadi duduk saja. Kita akan segera tiba disana kok,” kata Pria kotak.
Lalu dia mengeluarkan pistol dan menaruhnya di dekat tubuh Chuen. “Jangan buka
pintu,” ancamnya.
“Aku
begitu bodoh. Aku seharusnya sudah menebak dari awal,” kata Chuen, menyesal
serta kesal pada dirinya sendiri. Dan Pria kotak tertawa.
Karena
tidak mungkin bisa kabur, maka Chuen pun terpaksa harus menurut. Lalu
sesampainya mereka di kamp (rumah si penjahat), Chuen memeriksa ke sekeliling
untuk mencari cara supaya bisa kabur. Dan Pria kotak menyadari itu.
“Komunitas
disini, terisolasi. Orang- orang tidak akan memperhatikan,” kata Pria kotak,
menjelaskan pada Chuen. “Jika kamu mau berteriak, maka pria itu juga akan
mati,” kata Pria kotak sambil mengarahkan pistolnya ke arah pria yang sedang
mengintip dari jauh.
Melihat
pistol yang diarahkan padanya, pria yang mengintip merasa ngeri dan langsung
masuk ke dalam rumah untuk menghindar.
Ternyata
pria yang mengintip ini adalah salah satu teman Kanok, namanya Korn. Saat dia
masuk ke dalam rumah, dia menceritakan kepada Kanok dan Rakdee, teman mereka
satu lagi, mengenai hal ini. Namun Kanok serta Rakdee tidak terlalu peduli,
lebih tepat nya sih mereka tidak mau peduli, karena ini bukan urusan mereka.
“Ketika
aku melihatnya, dia mengingatkan ku pada adikku,” kata Korn, peduli. “Bukankah
kamu juga punya saudara perempuan?” tanyanya pada Kanok.
Mendengar
ini, Kanok yang awalnya tidak peduli, jadi peduli.
Pria
kotak dan Kiew, mereka mengikat Chuen di kursi supaya Chuen tidak bisa bergerak
maupun kabur. Bahkan mereka juga mengikat mulut Chuen, supaya Chuen tidak bisa
berteriak. Setelah semuanya selesai, dengan puas mereka berdua tertawa dan
keluar dari dalam rumah, meninggalkan Chuen sendirian disana.
Seperti biasa, sikap Pelayan Jan dan Pelayan Juea sangat menyebalkan. Disaat orang lain tidak nafsu makan, mereka berdua malah sibuk makan, dan ketika Chef Yhong mengatai mereka, mereka berdua malah bilang bahwa mereka makan biar ada kekuatan untuk menangis nanti, jika beneran terjadi sesuatu pada Chuen. Dan dengan emosi, Chef Yhong pun mulai bertengkar dengan mereka berdua.
Tepat
disaat itu, Jab datang. Dan sialnya, dia terkena lemparan telur oleh Chef Yhong
yang awalnya ingin melempar itu pada Pelayan Jan dan Pelayan Juea.
Puas
mengejek Chef Yhong, dan juga karena takut di lemparin sayur- sayuran oleh Chef
Yhong, maka Pelayan Jan dan Pelayan Juea pun langsung kabur. Dan Jab berlari
mengikuti mereka berdua.
“Hei,
Jab, mengapa kamu kembali?” tanya Pelayan Jan, heran.
“Yeah,
kenapa? Mengapa kamu tidak menjaga gadis itu, Chuencheewa?” tanya Pelayan Juea,
heran juga.
“Aku
punya rencana bagus. Jika aku menghilang dengan Khun Chuen, maka mereka akn
mencurigaiku. Mereka juga akan mencurigai kalian!” jawab Jab, menjelaskan.
“Kamu
begitu pintar sepertiku!” puji Pelayan Juea, bangga.
Kanok,
Korn, dan Rakdee, mereka bertiga datang ke rumah Pria kotak dan menanyai,
apakah ada wanita didalam rumah. Karena barusan Korn ada melihat, Pria kotak
mengarahkan pistol kepada seorang wanita dan memaksa wanita itu untuk masuk ke
dalam rumah. Namun Pria kotak menyangkal.
“Aku
melihat dengan kedua mataku sendiri!” kata Korn.
“Tidak
ada. Tidak ada siapapun didalam!” balas Pria kotak, terus menyangkal.
Didalam
rumah. Chuen mendengar keributan yang terjadi diluar, jadi dengan berkerja
keras, dia mencoba melepaskan ikatan ditangannya.
Diluar
rumah. Kanok dan kedua temannya mulai bertarung melawan Pria kotak. Sialnya,
disaat mereka sudah berhasil menahan Pria kotak, Kiew datang.
Mendengar
keributan yang terjadi, para warga datang dan berkumpul untuk menonton, tapi
tidak ada satupun yang maju untuk membantu sama sekali.
Selagi
Kanok dan kawan- kawan sibuk bertarung melawan Pria kotak dan Kiew. Chuen
berusaha sangat keras untuk melepaskan ikatan ditangannya, sampai dia sendiri
terjatuh dari kursi. Dan harus berjalan dengan terseret- seret di lantai kayu
yang kasar, demi menggapai pecahan kaca kecil yang ada di lantai.
Kanok
dan kedua kawannya, kalah melawan Pria kotak dan Kiew.
Tapi
untungnya, didalam rumah, Chuen berhasil memotong tali yang mengikat tangannya.
Kemudian setelah itu, dia memotong juga ikatan dikakinya.
“Aku
sudah bilang, jangan buat aku marah!” kata Pria kotak, sambil memandang rendah
Kanok dan kawan- kawan, yang berhasil dikalahkannya.
“Darimana
mereka berasal?” tanya Kiew, heran.
“Mereka
tetangga sebelah. Apa yang harus kita lakukan pada mereka?” balas Pria kotak.
“Diamkan
mereka. Dan bawa gadis cantik pergi,” jawab Kiew, menyarankan. “Oh ya, lebih
baik bakar mereka saja,” jelasnya.
“Bagaiman
dengan P’Jab?”
“Kita
kita sudah selesai, kirimkan kabar padanya,” jawab Kiew.
Setelah
memutuskan semuanya, Kiew masuk ke dalam rumah untuk membawa Chuen pergi. Tapi
pada saat dia baru saja membuka pintu, Chuen yang bersembunyi didekat pintu
langsung memukuli nya dengan teko serta dengan nampan yang ada didekatnya.
Ketika Pria kotak masuk dan melihat itu, dia langsung membantu Kiew untuk
mengalahkan Chuen.
Sebagai
cewek, Chuen otomatis tidak mungkin bisa mengalahkan dua orang preman seperti
Kiew dan Pria kotak, secara sendirian. Namun untung nya, tepat ketika dia tidak
bisa mengalahkan mereka berdua, Kanok dan kawan- kawan datang dengan membawa
tongkat kayu. Mereka datang dan menyelamatkan Chuen.
Disaat
itu, ketika Kanok dan Chuen saling bertatapan. Mereka berdua sama- sama merasa
terkejut serta tidak menyangka bakal begitu kebetulan bisa bertemu disini. Lalu
setelah kedua preman tersebut, berhasil dikalahkan, Chuen dengan tulus mengucapkan
terima kasih pada Kanok, juga kepada kedua teman Kanok.
“Bagaimana
kamu bisa sampai di culik?” tanya Kanok, perhatian.
“Aku
tidak tahu juga,” jawab Chuen, lalu dia berpikir sebentar. “Tapi aku mungkin
kenal siapa,” jelasnya. “Oh ya, apa yang kamu lakukan disini?”
“Ceritanya
panjang,” jawab Kanok, tidak mau menceritakan.
“Ayo
panggil polisi untuk menangkap mereka. Kemudian pulang dan mandi,” ajak Korn,
mengingatkan Chuen dan Kanok.
“Kanok,
kamu kenal dia?” tanya Rakdee, heran, melihat kedekatan antara Kanok serta
Chuen, yang tampak saling mengenal.
“Iya.
Ini kakak ku,” jawab Kanok. Dan kedua temannya terkejut.
“Mari
bicarakan nanti saja. Kita harus memanggil polisi,” kata Chuen dengan serius.
Pelayan
Jan datang ke kamar Madam Kanda dengan panik. Dia menangis pada Madam Kanda dan
melapor kalau Jab sudah ditangkap. Mendengar itu, Madam Kanda, Yupa, serta Kade, merasa terkejut dan takut,
mereka takut akan terlibat. Sementara si bodoh, Pelayan Juea, dia malah
menangis seperti seolah-olah Jab sudah mau meninggal saja.
“Dia
ditangkap! Bukan mati!” kata Pelayan Jab, memarahi Pelayan Juea.
“Iya.
Tapi ini seperti dia sudah mati!” jawab Pelayan Juea.
Diruang
tamu. Mr. Niwat begitu marah, karena ulah Madam Kanda, dan dia berniat mengusir
mereka semua. Tapi Chuen tidak setuju. Sebenarnya, Chuen membenci Madam Kanda
yang merencanakan semua hal ini, bagaimana mungkin dia tidak merasa benci dan
marah. Namun Kanok serta kedua temannya sangat baik, walaupun awalnya mereka
tidak tahu siapa sih gadis yang diculik, tapi mereka tetap maju dan datang
untuk menyelamatkan nya. Jadi bagaimana bisa Chuen membalas kebaikan Kanok
dengan mengusir Madam Kanda serta Kade, karena bagaimanapun Madam Kanda adalah
Ibu Kanok.
“Jika
begitu, aku akan mengusir mereka untuk tinggal di tempat lain saja. Kembali ke
rumah lama!” kata Mr. Niwat, memutuskan.
“Tidak
boleh juga,” balas Chuen. “Bagaimana perasaan Kanok nantinya? Dia tidak banyak
berbicara, tapi aku tahu dia seseorang yang selalu berpikir berlebihan,” jelas
Chuen, mengenal sifat Kanok dengan baik. “Mereka bertiga orang yang baik.”
Melihat
sikap Chuen yang tahu bagaimana untuk membalas budi, Ton tersenyum.
Setelah
kumpul- kumpul diruang tamu bubar, Ton datang ke kamar Chuen dan mengajak Chuen
untuk berbicara berdua. Lalu mereka berdua pun pergi ke dekat kolam renang.
“Khun
Tor akan bangga padamu,” kata Ton, memuji Chuen.
“Terima
kasih. Tapi aku hanya orang biasa, yang tahu mencintai, membenci, dan serakah.
Jika aku benar- benar orang baik, aku tidak akan marah dan membenci Bibi Kanda.
Aku melakukan itu sebelumnya, karena aku berhutang terima kasih padanya,” jelas
Chuen.
Ketika
Mr. Niwat datang, Madam Kanda sudah menebak kalau Mr. Niwat pasti mau mengusirnya,
jadi dia sudah bersiap. Tapi ternyata tidak, dan dia agak tidak menyangka. Lalu
Mr. Niwat pun memberitahukan alasannya, Chuen tidak akan mempermasalahkan
kejahatan Madam Kanda, semuanya demi Kanok. Tapi kepada Pelayan Jan dan Pelayan
Juea, Mr. Niwat mengusir mereka berdua.
Dengan
panik, Pelayan Jan dan Pelayan Juea langsung menangis dan memohon kepada Mr.
Niwat untuk jangan mengusir mereka berdua. Alasan Pelayan Jan, ini semua ulah
Jab, dan dia tidak tahu apa- apa. Alasan Pelayan Juea, dia bukan Bibi dari Jab,
bahkan dia sama sekali tidak ada hubungan sedikit pun dengan Jab.
“Berhenti
membuat alasan!” bentak Mr. Niwat. “Pergi dari sini. Kalian berdua. Aku tidak
mau melihat wajah kalian lagi!” jelasnya dengan tegas. Lalu dia pergi.
Chuen
dan Mr. Niwat secara pribadi datang untuk menjemput Kanok pulang.
Dirumah.
Lord Pichai memberikan nasihat baik kepada Madam Kanda. Dan dia juga memohon.
Dia berharap Madam Kanda, ketika Kanok pulang, jangan mencari masalah, jangan
marahin Kanok, dan membuat Kanok melarikan diri lagi. Karena bagaimanapun Kanok
adalah putra Madam Kanda. Namun Madam Kanda tidak mau menerima masukan baik ini.
Sebab Kanok telah mencuri perhiasannya.
“Kamu
pilih, kamu lebih baik kehilangan perhiasanmu atau putramu?” tanya Lord Pichai
dengan tajam. Dan Madam Kanda mengalihkan wajahnya dengan ekpresi masih keras
kepala. “Tidak peduli seberapa berharganya asetmu, itu tidak sebeharga seperti
darah dagingmu sendiri. Itu pendapatku,” jelasnya.
Mendengar
ini, Madam Kanda terdiam. Dan kali ini ekspresi nya tampak melembut, tidak
keras kepala seperti dulu lagi.
Sesampainya
dirumah, Chuen mengajak Kanok untuk keluar dari mobil. Tapi Kanok takut, dia
takut pada Ibunya. Mendengar ini, Mr. Niwat menasehati Kanok, setiap orang tua
memiliki cara yang berbeda dalam mengekpresikan cinta anak mereka, tapi
percayalah setiap orang tua akan memegang anak mereka didalam hati.
“Ayo,
Kanok,” ajak Chuen. Dan kali ini, Kanok mau keluar dari dalam mobil.
Saat
masuk ke dalam rumah, Kanok pertama- tama berlutut didekat Lord Pichai dan Lady
Veena. Dia memberikan hormat pada mereka. Kemudian dia merangkak dan berlutut
dalam- dalam, di bawah kaki Madam Kanda. Setelah itu, dia menatap Madam Kanda,
dan meminta maaf dengan tulus.
“Aku
sedih. Kamu tidak seharusnya melakukan ini padaku,” kata Madam Kanda dengan
sikap keras.
“Aku
sedih. Kamu tidak seharusnya melakukan ini padaku,” kata Madam Kanda dengan
sikap keras.
“Aku
tidak akan melakukan itu lagi,” janji Kanok. Lalu dia memeluk Madam Kanda.
“Kamu
berpikir, aku tidak mencintaimu kan? Aku hanya punya dua anak, mengapa aku
tidak mencintaimu? Tapi kamu sering melukai perasaanku,” kata Madam Kanda
dengan sedih. Sambil balas memeluk Kanok sedikit.
“Aku
tidak akan melakukan itu lagi. Aku akan fokus belajar sampai lulus, lalu aku
akan mencari uang dan membayar kembali perhiasaanmu,” janji Kanok, dengan tulus.
“Kamu
hanya mencintai orang lain!” kata Madam Kanda, mendorong Kanok sedikit.
Melihat
sikap Madam Kanda yang mulai mau bersikap keras kepala lagi, Mr. Niwat pun
buru- buru untuk menghentikan itu. Dengan perhatian, dia mengajak Kanok untuk
kembali ke rumah, bersih- bersih dan bergantian pakaian, lalu dia akan membawa
Kanok untuk memotong rambut. Dan dengan patuh, Kanok mengiyakan. Lalu dia pergi
dengan Mr. Niwat.
Setelah
mereka berdua pergi, Lady Veena langsung menasehati Madam Kanda untuk jangan
bersikap keras, karena Kanok baru saja pulang dan pasti masih agak sensitif.
“Aku
Ibunya. Aku tahu apa yang harus aku lakukan,” kata Madam Kanda, bersikap keras
kepala. Lalu dia pergi.
Melihat itu, Lord Pichai hanya bisa menggeleng- gelengkan kepala saja. Lalu dia menghibur Lady Veena agar jangan sedih dan kecewa, karena bagaimanapun Lady Veena sudah melakukan yang terbaik. Juga dia percaya, setiap orang memiliki karma nya masing- masing.