Sinopsis Lakorn : Chuen Cheewa (2016) Episode 12 part 3

 

Original Network : Channel 7

Siang hari. Chuen makan siang di rumah kecil, bersama dengan Nanny Aon. Tapi Nanny Aon sama sekali tidak merasa bersemangat, karena dia sedih dan mengkhawatirkan Tor. Dengan sangat yakin, Chuen menenangkan Nanny Aon untuk tidak perlu khawatir, karena dia percaya Tor akan pulang dengan selamat. Lalu Chuen mengalihkan pembicaraan supaya Nanny Aon tidak sedih. Dia membahas tentang gaun yang dikenakan pada hari pertunangannya. Namun Nanny Aon malah semakin khawatir pada Tor.


Gaun yang Chuen kenakan pada hari pertunangan, berwarna ungu. Dan itu adalah warna pilihan Chuen sendiri, karena menurut Chuen itu bagus. Tapi Nanny Aon tidak setuju, karena ungu adalah warna janda, jadi ada pantangan untuk jangan mengenakan warna ungu pada hari pertunangan ataupun hari pernikahan. Buktinya tidak lama setelah pertunangan, Tor pergi untuk berperang di Korea.

“Ng… mari berhenti membahas tentang ini. Aku makan dulu ya,” kata Chuen sambil tersenyum kecil, dia merasa agak tidak enak tiba- tiba.


Perang yang Tor lakukan sangat berat. Ada tembakan, ledakan, dan serangan, dar mana-mana, sehingga bila dia tidak berhati- hati, maka dia bisa saja kehilangan nyawanya.


Walaupun Tor mengalami kesulitan dan menghadapi bahaya didalam perang di Korea, tapi di dalam surat yang dikirimkannya pada Chuen, dia tidak menyebutkan apa kesulitannya supaya Chuen jangan menjadi khawatir. Dia hanya menjelaskan bahwa sekarang, dia masih baik- baik saja dan dia membawa foto Chuen sepanjang waktu sebagai dukungan moral untuk dirinya sendiri. Lalu, dia tidak tahu, kapan perang akan berakhir, tapi dia ingin Chuen bangga pada dirinya, jadi dia akan melakukan tugasnya sebaik mungkin.

Selesai membaca surat itu, Chuen berdoa. “Buddha tolong lindungi Khun Tor.”


Untuk mencari kesempatan, bertemu dengan Kakek Chom ataupun Bawahan Mun, maka Jab dengan berbaik hati selalu datang untuk membantu Wing menyapu di dekat gerbang. Lalu suatu hari, kesempatan nya muncul.

Bawahan Mun datang ke kediaman Pichai Sarayut. Dia ingin memeriksa keadaan Chuen, karena dia kasihan pada Chuen, sebab Kakek Chom terlalu keras pada Chuen. Sayangnya, sekarang Chuen sedang berada di sekolah. Jadi Bawahan Mun pun pamit serta pergi.

Melihat itu, Jab berhenti membantu Wing dan beralasan bahwa dia baru teringat, kalau Bibinya ada menyuruhnya untuk membeli sesuatu, jadi dia pamit dan pergi.


Sebenarnya itu hanyalah kebohongan Jab saja. Alasan sebenarnya, Jab mau pergi adalah untuk mengikuti Bawahan Mun, bukan pergi untuk berbelanja.


Setelah menemukan dimana Kakek Chom tinggal, Jab melapor kepada Madam Kanda. Lalu rencana pun siap untuk dimulai.

Siang hari. Saat Chuen sedang membaca sendirian di taman, Jab menghampirinya dan memberitahu bahwa ada seseorang yang datang mencari Chuen, orang itu mengatakan kalau dia adalah Kakek Chom.

Mendengar itu, Chuen merasa agak penasaran ada apa dan juga senang. Dia berterima kasih kepada Jab, lalu pergi. Dan Jab memperhatikan itu dengan perasaan puas.


Didepan gerbang. Ternyata yang datang bukanlah Kakek Chom ataupun Bawahan Mun, namun orang lain. Dan Chuen agak kecewa.

Pria berkemeja kotak- kotak yang datang ini, dia memberitahu Chuen bahwa dia tinggal dijalan yang sama seperti Kakek Chom dan Bawahan Mun. Dia datang, karena Bawahan Mun yang menyuruhnya. Bawahan Mun menyuruhnya untuk memberitahu Chuen kalau Kakek Chom sedang sangat sakit sekarang.

“Ada apa dengan Kakek?” tanya Chuen, khawatir.

“Paman Mun bilang dia tiba- tiba pingsan. Sebenarnya Paman Mun ingin ke sini, tapi dia khawatir tentang Kakek Chom. Dia sering menggunakan jasa ku, jadi dia menyuruhku untuk datang memberitahu mu,” kata Pria kotak, menjelaskan dengan detail dan baik.

“Terima kasih,” kata Chuen, lalu dia berniat untuk pergi ke rumah Kakek Chom.



“Khun Chuen,” panggil Pria kotak. “Kamu tidak akan memberitahu siapapun dulu?” tanyanya, mengingatkan.

“Tidak apa. Kamu ikut juga?” balas Chuen.

“Iya. Aku sekalian pulang,” jawab Pria Kotak.

Dari jauh, melihat Chuen mengikuti Pria kotak pergi, Jab tersenyum puas.

Pria kotak mengikuti Chuen menaiki taksi yang sama. Dan di dalam taksi, Pria kotak bersikap sangat bersahabat. Dia berterima kasih kepada Chuen, karena sudah membiarkannya untuk menumpang. Lalu saat supir taksi, memasuki jalan yang berbeda dari seharusnya, dia langsung membantu Chuen untuk mempertanyakan si supir.

“Jika kamu sedang buru- buru, maka lebih baik lewat sini,” kata si supir, menjelaskan kepada Chuen yang tampak cemas.

“Tidak apa- apa, Khun Chuen,” kata Pria kotak, menenangkan Chuen.

“Baiklah. Hanya ambil jalan tercepat saja,” kata Chuen, mengerti.


Disatu sisi. Orang- orang yang mengkhawatirkan, kemana Chuen. Disatu sisi yang lain, yaitu sisi Madam Kanda. Dia serta orang- orang di dekatnya merasa sangat senang, karena Jab berhasil menculik calon pengantin nya, Chuen.


“Ini terjadi belum terlalu lama dan kamu sudah memanggil Chuencheewa, menantu keponakan?” komentar Yupa, merasa agak geli.

“Tidak peduli apa, dia pasti akan menjadi menantu keponakan hari ini,” kata Pelayan Juea sambil tertawa. Dan Pelayan Jan setuju.

“Ma, aku ingin melihat wajahnya, apa yang akan dia lakukan? Betapa malunya dia, saat Jab menjadi suaminya?!” kata Kade sambil tertawa senang.

“Nona, dengarkan baik- baik. Aku akan membawakan menantu keponakan ku ini untuk bekerja padamu,” kata Pelayan Jan, mengangkat telur Kade.

“Aku juga ingin tahu bagaimana Khun Niwat akan menyambut menantu nya ini,” kata Madam Kanda, merasa bersemangat untuk tahu.


Chuen mulai merasa ada yang salah, jadi dia meminta si supir untuk berhenti. Tapi si supir menolak untuk berhenti. Dan Pria kotak membujuk Chuen untuk sabar. Namun ntah, kenapa Chuen merasa seperti memang ada sesuatu yang salah, jadi dia tetap bersikeras untuk turun. Disaat inilah, sikap Pria kotak dan si supir mulai berubah.

“Akankah kamu menghentikan mobilnya Kiew?” canda Pria kotak pada si supir.

“Tidak!” jawab Kiew sambil tersenyum.

“Dia jawab tidak. Jadi duduk saja. Kita akan segera tiba disana kok,” kata Pria kotak. Lalu dia mengeluarkan pistol dan menaruhnya di dekat tubuh Chuen. “Jangan buka pintu,” ancamnya.

“Aku begitu bodoh. Aku seharusnya sudah menebak dari awal,” kata Chuen, menyesal serta kesal pada dirinya sendiri. Dan Pria kotak tertawa.


Karena tidak mungkin bisa kabur, maka Chuen pun terpaksa harus menurut. Lalu sesampainya mereka di kamp (rumah si penjahat), Chuen memeriksa ke sekeliling untuk mencari cara supaya bisa kabur. Dan Pria kotak menyadari itu.

“Komunitas disini, terisolasi. Orang- orang tidak akan memperhatikan,” kata Pria kotak, menjelaskan pada Chuen. “Jika kamu mau berteriak, maka pria itu juga akan mati,” kata Pria kotak sambil mengarahkan pistolnya ke arah pria yang sedang mengintip dari jauh.

Melihat pistol yang diarahkan padanya, pria yang mengintip merasa ngeri dan langsung masuk ke dalam rumah untuk menghindar.


Ternyata pria yang mengintip ini adalah salah satu teman Kanok, namanya Korn. Saat dia masuk ke dalam rumah, dia menceritakan kepada Kanok dan Rakdee, teman mereka satu lagi, mengenai hal ini. Namun Kanok serta Rakdee tidak terlalu peduli, lebih tepat nya sih mereka tidak mau peduli, karena ini bukan urusan mereka.

“Ketika aku melihatnya, dia mengingatkan ku pada adikku,” kata Korn, peduli. “Bukankah kamu juga punya saudara perempuan?” tanyanya pada Kanok.

Mendengar ini, Kanok yang awalnya tidak peduli, jadi peduli.


Pria kotak dan Kiew, mereka mengikat Chuen di kursi supaya Chuen tidak bisa bergerak maupun kabur. Bahkan mereka juga mengikat mulut Chuen, supaya Chuen tidak bisa berteriak. Setelah semuanya selesai, dengan puas mereka berdua tertawa dan keluar dari dalam rumah, meninggalkan Chuen sendirian disana.


Seperti biasa, sikap Pelayan Jan dan Pelayan Juea sangat menyebalkan. Disaat orang lain tidak nafsu makan, mereka berdua malah sibuk makan, dan ketika Chef Yhong mengatai mereka, mereka berdua malah bilang bahwa mereka makan biar ada kekuatan untuk menangis nanti, jika  beneran terjadi sesuatu pada Chuen. Dan dengan emosi, Chef Yhong pun mulai bertengkar dengan mereka berdua.

Tepat disaat itu, Jab datang. Dan sialnya, dia terkena lemparan telur oleh Chef Yhong yang awalnya ingin melempar itu pada Pelayan Jan dan Pelayan Juea.

Puas mengejek Chef Yhong, dan juga karena takut di lemparin sayur- sayuran oleh Chef Yhong, maka Pelayan Jan dan Pelayan Juea pun langsung kabur. Dan Jab berlari mengikuti mereka berdua.


“Hei, Jab, mengapa kamu kembali?” tanya Pelayan Jan, heran.

“Yeah, kenapa? Mengapa kamu tidak menjaga gadis itu, Chuencheewa?” tanya Pelayan Juea, heran juga.

“Aku punya rencana bagus. Jika aku menghilang dengan Khun Chuen, maka mereka akn mencurigaiku. Mereka juga akan mencurigai kalian!” jawab Jab, menjelaskan.

“Kamu begitu pintar sepertiku!” puji Pelayan Juea, bangga.


Kanok, Korn, dan Rakdee, mereka bertiga datang ke rumah Pria kotak dan menanyai, apakah ada wanita didalam rumah. Karena barusan Korn ada melihat, Pria kotak mengarahkan pistol kepada seorang wanita dan memaksa wanita itu untuk masuk ke dalam rumah. Namun Pria kotak menyangkal.

“Aku melihat dengan kedua mataku sendiri!” kata Korn.

“Tidak ada. Tidak ada siapapun didalam!” balas Pria kotak, terus menyangkal.

Didalam rumah. Chuen mendengar keributan yang terjadi diluar, jadi dengan berkerja keras, dia mencoba melepaskan ikatan ditangannya.


Diluar rumah. Kanok dan kedua temannya mulai bertarung melawan Pria kotak. Sialnya, disaat mereka sudah berhasil menahan Pria kotak, Kiew datang.

Mendengar keributan yang terjadi, para warga datang dan berkumpul untuk menonton, tapi tidak ada satupun yang maju untuk membantu sama sekali.


Selagi Kanok dan kawan- kawan sibuk bertarung melawan Pria kotak dan Kiew. Chuen berusaha sangat keras untuk melepaskan ikatan ditangannya, sampai dia sendiri terjatuh dari kursi. Dan harus berjalan dengan terseret- seret di lantai kayu yang kasar, demi menggapai pecahan kaca kecil yang ada di lantai.

Kanok dan kedua kawannya, kalah melawan Pria kotak dan Kiew.

Tapi untungnya, didalam rumah, Chuen berhasil memotong tali yang mengikat tangannya. Kemudian setelah itu, dia memotong juga ikatan dikakinya.

“Aku sudah bilang, jangan buat aku marah!” kata Pria kotak, sambil memandang rendah Kanok dan kawan- kawan, yang berhasil dikalahkannya.

“Darimana mereka berasal?” tanya Kiew, heran.

“Mereka tetangga sebelah. Apa yang harus kita lakukan pada mereka?” balas Pria kotak.

“Diamkan mereka. Dan bawa gadis cantik pergi,” jawab Kiew, menyarankan. “Oh ya, lebih baik bakar mereka saja,” jelasnya.

“Bagaiman dengan P’Jab?”

“Kita kita sudah selesai, kirimkan kabar padanya,” jawab Kiew.


Setelah memutuskan semuanya, Kiew masuk ke dalam rumah untuk membawa Chuen pergi. Tapi pada saat dia baru saja membuka pintu, Chuen yang bersembunyi didekat pintu langsung memukuli nya dengan teko serta dengan nampan yang ada didekatnya. Ketika Pria kotak masuk dan melihat itu, dia langsung membantu Kiew untuk mengalahkan Chuen.

Sebagai cewek, Chuen otomatis tidak mungkin bisa mengalahkan dua orang preman seperti Kiew dan Pria kotak, secara sendirian. Namun untung nya, tepat ketika dia tidak bisa mengalahkan mereka berdua, Kanok dan kawan- kawan datang dengan membawa tongkat kayu. Mereka datang dan menyelamatkan Chuen.


Disaat itu, ketika Kanok dan Chuen saling bertatapan. Mereka berdua sama- sama merasa terkejut serta tidak menyangka bakal begitu kebetulan bisa bertemu disini. Lalu setelah kedua preman tersebut, berhasil dikalahkan, Chuen dengan tulus mengucapkan terima kasih pada Kanok, juga kepada kedua teman Kanok.

“Bagaimana kamu bisa sampai di culik?” tanya Kanok, perhatian.

“Aku tidak tahu juga,” jawab Chuen, lalu dia berpikir sebentar. “Tapi aku mungkin kenal siapa,” jelasnya. “Oh ya, apa yang kamu lakukan disini?”


“Ceritanya panjang,” jawab Kanok, tidak mau menceritakan.

“Ayo panggil polisi untuk menangkap mereka. Kemudian pulang dan mandi,” ajak Korn, mengingatkan Chuen dan Kanok.

“Kanok, kamu kenal dia?” tanya Rakdee, heran, melihat kedekatan antara Kanok serta Chuen, yang tampak saling mengenal.

“Iya. Ini kakak ku,” jawab Kanok. Dan kedua temannya terkejut.

“Mari bicarakan nanti saja. Kita harus memanggil polisi,” kata Chuen dengan serius.



Pelayan Jan datang ke kamar Madam Kanda dengan panik. Dia menangis pada Madam Kanda dan melapor kalau Jab sudah ditangkap. Mendengar itu, Madam Kanda,  Yupa, serta Kade, merasa terkejut dan takut, mereka takut akan terlibat. Sementara si bodoh, Pelayan Juea, dia malah menangis seperti seolah-olah Jab sudah mau meninggal saja.

“Dia ditangkap! Bukan mati!” kata Pelayan Jab, memarahi Pelayan Juea.

“Iya. Tapi ini seperti dia sudah mati!” jawab Pelayan Juea.

Diruang tamu. Mr. Niwat begitu marah, karena ulah Madam Kanda, dan dia berniat mengusir mereka semua. Tapi Chuen tidak setuju. Sebenarnya, Chuen membenci Madam Kanda yang merencanakan semua hal ini, bagaimana mungkin dia tidak merasa benci dan marah. Namun Kanok serta kedua temannya sangat baik, walaupun awalnya mereka tidak tahu siapa sih gadis yang diculik, tapi mereka tetap maju dan datang untuk menyelamatkan nya. Jadi bagaimana bisa Chuen membalas kebaikan Kanok dengan mengusir Madam Kanda serta Kade, karena bagaimanapun Madam Kanda adalah Ibu Kanok.



“Jika begitu, aku akan mengusir mereka untuk tinggal di tempat lain saja. Kembali ke rumah lama!” kata Mr. Niwat, memutuskan.

“Tidak boleh juga,” balas Chuen. “Bagaimana perasaan Kanok nantinya? Dia tidak banyak berbicara, tapi aku tahu dia seseorang yang selalu berpikir berlebihan,” jelas Chuen, mengenal sifat Kanok dengan baik. “Mereka bertiga orang yang baik.”

Melihat sikap Chuen yang tahu bagaimana untuk membalas budi, Ton tersenyum.


Setelah kumpul- kumpul diruang tamu bubar, Ton datang ke kamar Chuen dan mengajak Chuen untuk berbicara berdua. Lalu mereka berdua pun pergi ke dekat kolam renang.

“Khun Tor akan bangga padamu,” kata Ton, memuji Chuen.

“Terima kasih. Tapi aku hanya orang biasa, yang tahu mencintai, membenci, dan serakah. Jika aku benar- benar orang baik, aku tidak akan marah dan membenci Bibi Kanda. Aku melakukan itu sebelumnya, karena aku berhutang terima kasih padanya,” jelas Chuen.


Ketika Mr. Niwat datang, Madam Kanda sudah menebak kalau Mr. Niwat pasti mau mengusirnya, jadi dia sudah bersiap. Tapi ternyata tidak, dan dia agak tidak menyangka. Lalu Mr. Niwat pun memberitahukan alasannya, Chuen tidak akan mempermasalahkan kejahatan Madam Kanda, semuanya demi Kanok. Tapi kepada Pelayan Jan dan Pelayan Juea, Mr. Niwat mengusir mereka berdua.



Dengan panik, Pelayan Jan dan Pelayan Juea langsung menangis dan memohon kepada Mr. Niwat untuk jangan mengusir mereka berdua. Alasan Pelayan Jan, ini semua ulah Jab, dan dia tidak tahu apa- apa. Alasan Pelayan Juea, dia bukan Bibi dari Jab, bahkan dia sama sekali tidak ada hubungan sedikit pun dengan Jab.

“Berhenti membuat alasan!” bentak Mr. Niwat. “Pergi dari sini. Kalian berdua. Aku tidak mau melihat wajah kalian lagi!” jelasnya dengan tegas. Lalu dia pergi.


Chuen dan Mr. Niwat secara pribadi datang untuk menjemput Kanok pulang.


Dirumah. Lord Pichai memberikan nasihat baik kepada Madam Kanda. Dan dia juga memohon. Dia berharap Madam Kanda, ketika Kanok pulang, jangan mencari masalah, jangan marahin Kanok, dan membuat Kanok melarikan diri lagi. Karena bagaimanapun Kanok adalah putra Madam Kanda. Namun Madam Kanda tidak mau menerima masukan baik ini. Sebab Kanok telah mencuri perhiasannya.

“Kamu pilih, kamu lebih baik kehilangan perhiasanmu atau putramu?” tanya Lord Pichai dengan tajam. Dan Madam Kanda mengalihkan wajahnya dengan ekpresi masih keras kepala. “Tidak peduli seberapa berharganya asetmu, itu tidak sebeharga seperti darah dagingmu sendiri. Itu pendapatku,” jelasnya.

Mendengar ini, Madam Kanda terdiam. Dan kali ini ekspresi nya tampak melembut, tidak keras kepala seperti dulu lagi.


Sesampainya dirumah, Chuen mengajak Kanok untuk keluar dari mobil. Tapi Kanok takut, dia takut pada Ibunya. Mendengar ini, Mr. Niwat menasehati Kanok, setiap orang tua memiliki cara yang berbeda dalam mengekpresikan cinta anak mereka, tapi percayalah setiap orang tua akan memegang anak mereka didalam hati.

“Ayo, Kanok,” ajak Chuen. Dan kali ini, Kanok mau keluar dari dalam mobil.


Saat masuk ke dalam rumah, Kanok pertama- tama berlutut didekat Lord Pichai dan Lady Veena. Dia memberikan hormat pada mereka. Kemudian dia merangkak dan berlutut dalam- dalam, di bawah kaki Madam Kanda. Setelah itu, dia menatap Madam Kanda, dan meminta maaf dengan tulus.

“Aku sedih. Kamu tidak seharusnya melakukan ini padaku,” kata Madam Kanda dengan sikap keras.

“Aku sedih. Kamu tidak seharusnya melakukan ini padaku,” kata Madam Kanda dengan sikap keras.

“Aku tidak akan melakukan itu lagi,” janji Kanok. Lalu dia memeluk Madam Kanda.

“Kamu berpikir, aku tidak mencintaimu kan? Aku hanya punya dua anak, mengapa aku tidak mencintaimu? Tapi kamu sering melukai perasaanku,” kata Madam Kanda dengan sedih. Sambil balas memeluk Kanok sedikit.

“Aku tidak akan melakukan itu lagi. Aku akan fokus belajar sampai lulus, lalu aku akan mencari uang dan membayar kembali perhiasaanmu,” janji Kanok, dengan tulus.

“Kamu hanya mencintai orang lain!” kata Madam Kanda, mendorong Kanok sedikit.


Melihat sikap Madam Kanda yang mulai mau bersikap keras kepala lagi, Mr. Niwat pun buru- buru untuk menghentikan itu. Dengan perhatian, dia mengajak Kanok untuk kembali ke rumah, bersih- bersih dan bergantian pakaian, lalu dia akan membawa Kanok untuk memotong rambut. Dan dengan patuh, Kanok mengiyakan. Lalu dia pergi dengan Mr. Niwat.


Setelah mereka berdua pergi, Lady Veena langsung menasehati Madam Kanda untuk jangan bersikap keras, karena Kanok baru saja pulang dan pasti masih agak sensitif.

“Aku Ibunya. Aku tahu apa yang harus aku lakukan,” kata Madam Kanda, bersikap keras kepala. Lalu dia pergi.


Melihat itu, Lord Pichai hanya bisa menggeleng- gelengkan kepala saja. Lalu dia menghibur Lady Veena agar jangan sedih dan kecewa, karena bagaimanapun Lady Veena sudah melakukan yang terbaik. Juga dia percaya, setiap orang memiliki karma nya masing- masing.

Post a Comment

Previous Post Next Post