Original Network :
Channel 7
Dear Chuencheewa,
sudah lama ya dan juga tidak terasa, aku sudah berada disini selama 3 bulan.
Tapi rasanya sudah seperti 3 tahun. Karena aku sangat merindukanmu.
Dalam beberapa
hari, itu sudah akan memasuki Tahun Baru. Jika aku dirumah, kita bisa merayakan
dan bersenang- senang bersama. Aku bisa memberitahu setiap orang bahwa kamu
adalah tunanganku. Aku adalah pria paling beruntung di dunia.
Setiap kali aku
maju untuk melayani negaraku. Aku akan selalu meletakkan foto mu didekat
hatiku, sebagai dukungan moral ku, untuk melewati hari yang buruk.
Apa kamu
merindukanku? Aku sangat merindukanmu.
Membaca
surat dari Tor, Chuen meneteskan air mata, tanpa kenapa.
Dimedan
perang. Ketika Tor dan yang lainnya sedang tidur, letakkan besar terjadi dan
meledak disana.
Pagi
hari. Dimeja makan. Mr. Niwat menanyai Chuen, apa yang Tor tulis disurat,
karena dia ingin tahu. Dan Chuen pun menjawab. Tor tidak ada menulis apapun
tentang perang disana, mungkin karena Tor tidak ingin dia khawatir.
“Apa
ada banyak tentara yang mati?” tanya Kade, tanpa berpikir. Dan setiap orang
langsung menatap ke arahnya. Menyadari kalau dia telah salah berbicara, Kade
menjadi agak gugup, “Aku hanya khawatir
tentang Khun Tor,” jelasnya. Dan setiap orang berhenti menatapnya. “Tapi
kelihatannya dia tidak akan cepat mati kok,” candanya. Dan setiap orang kembali
menatapnya lagi. “Ah… aku percaya … “ kata Kade, ingin menjelaskan.
“Kade,
mari ganti topik,” sela Lady Veena. Lalu setiap orang diam dan lanjut makan.
Chuen
menghampiri Ton yang sedang duduk membaca dihalaman. Dia datang untuk menanyai,
apakah dalam surat yang Tor tulis untuk Ton, Tor ada menyebutkan apapun tentang
perang. Karena dia khawatir.
“Dia
tidak memberitahumu, karena dia tidak ingin kamu merasa khawatir. Jadi kamu tahu dia baik- baik saja,
itu sudah cukup,” kata Ton, menenangkan Chuen. “Tenang. Khun Tor akan baik-
baik saja. Ujian sudah dekat, fokus saja pada itu,” jelasnya.
“Terima
kasih,” kata Chuen dengan lemas. Lalu dia pergi.
Malam
hari. Chuen mendengar suara seperti suara Tor, yang memanggil namanya. Lalu
diapun terbangun. Kemudian dia pergi ke dekat jendela untuk memeriksa, siapa
diluar. Tapi karena cahaya malam tampak gelap, jadi Chuen tidak tahu siapa sih
yang berdiri diluar dan memanggilnya itu. Jadi diapun keluar dari kamar dan pergi
ke halaman luar.
Dihalaman.
Chuen mencari- cari sosok yang memanggilnya. Lalu tiba- tiba saja, dari
belakang nya, terdengar suara Tor memanggilnya. Dan saat dia berbalik, dia
terkejut melihat Tor ada dihalaman.
“Khun
Tor!” kata Chuen, senang dan terkejut. Lalu dia ingin mendekati Tor, tapi ntah
kenapa kakinya tidak bisa bergerak. “Kamu sudah pulang? Mengapa kamu tidak
memberitahuku? Disurat terakhir, kamu juga tidak ada mengatakan apapun,”
tanyanya, bingung dan ingin tahu.
“Chuen,
aku datang untuk mengucapkan selamat tinggal,” kata Tor.
“Selamat
tinggal?! Kamu kan baru pulang. Atau kamu sudah harus segera kembali ke Korea?”
tanya Chuen, heran. “Baiklah, ayo masuk dulu, setiap orang akan senang,”
ajaknya.
“Chuen.
Aku pergi,” kata Tor. Lalu dia berbalik dan berjalan pergi.
“Kamu
mau pergi kemana?” tanya Chuen. Lalu dia berteriak- teriak memanggil Tor. Tapi
tidak peduli berapa kalipun Chuen memanggil, Tor tetap berjalan pergi.
Pagi hari. Chuen terbangun dari mimpinya. Dan dia mengerutkan keningnya, “Mimpi yang aneh,” gumamnya.