Sinopsis Doctor Cha Episode 15
Menyadari ada
masalah dengan kesehatannya, Jeong Suk pun melakukan pemeriksaan dengan Roy.
Dan hasil pemeriksannya tidak begitu baik. Ternyata, karena terlalu sibuk Jeong
Suk beberapa kali lupa mengonsumsi obatnya. Dari hasil pemeriksaan Jeong Suk,
ada dua kemungkinan : penolakan transplantasi atau gagal lever akut. Untuk
pastinya, mereka harus melakukan biopsi dan perawatan steroid. Jeong Suk harus
segera menjalani perawatan.
Jeong Suk shock dengan
hasil pemeriksaannya. Bahkan, saat udah tau dia harus segera menjalani
pengobatan, yang dikhawatirkan oleh Jeong Suk malah pekerjaannya sebagai
residen. Dia meminta Roy memberikannya waktu untuk menyelesaikan semua
urusannya terlebih dahulu sebelum menjalani perawatan. Roy bisa mengerti dan
hanya menyuruh Jeong Suk untuk sesegera mungkin menyelesaikan semuanya dan
menjalani pengobatan.
Dikepala Jeong Suk
sekarang, ada banyak hal yang dia pikirkan. Terutama mengenai kenangannya
selama menjadi residen. Waktunya tidak banyak karena itu Jeong Suk berusaha
sebaik mungkin untuk menyelesaikan semuanya. Namun, di mata rekan-rekan
residennya, dia terlihat sangat sehat dan melakukan semuanya dengan baik.
Roy juga merasa
kasihan pada Jeong Suk. Eh, tiba-tiba saja dia malah kedatangan saudara yang
waktu itu ditemuinya di kantor polisi. Saudaranya datang untuk menanyakan
jawabannya, mengenai transplanasi sumsum. Dia juga menawarkan uang agar Roy
bersedia melakukannya. (Dan ternyata, pria tua itu adalah ayah kandung Roy.
Kemarin ku kira kakeknya). Dan karena permintaan saudaranya tersebut, Roy jadi
memikirkan hal lain. Dia memanggil So Ra dan meminta tolong untuk memesankan
test fungsi lever yaitu pindai CT dan MRI. Ah, ya jalankan juga pemindaian CT
sebesar satu milimeter untuk lever.
Setelah mendengar
semua pemeriksaan itu, So Ra sedikit kaget. Setaunya, semua pemeriksaan itu
untuk kanker lever atau transplantasi lever. Roy tidak mau menjelaskan
alasannya dan hanya meminta So Ra membantunya.
--
Mari kita melihat
sejenak ke kehidupan Ny. Kwak.
Dan benar kan, dia
kena investasi bodong. Ckckckc. Kantor polisi menghubunginya untuk memberitahu
kalau dia telah menjadi korban penipuan untuk investasi pembangunan di lokasi
sanotarium. Ada seseorang yang melapor dan setelah diselidiki sama kepolisian,
ada nama Ny. Kwak sebagai salah seorang investor. Jadi, ny. Kwak diminta datang
ke kantor polisi Seodaemun untuk memberikan pernyataan.
Ny. Kwak langsung
stress. Pas sekali, pacarnya menelpon. Ah, salah, dia hanya meninggalkan pesan
suara. Pacarnya bilang kalau dia meminta maaf atas masalah investasi. Dia juga
menjadi korban dan kehilangan uangnya. Dan wanita yang waktu itu dilihat Ny.
Kwak bersamanya adalah wanita yang pernah dia pacari setelah istrinya
meninggal. Dan karena permasalahan uang itu, dia terpaksa kembali rujuk dengan
pacarnya tersebut. Terus, dia meminta Ny. Kwak melupakannya dan memulai hidup
baru.
Makin stress lah Ny.
Kwak. Udah kehilangan uang, sekarang dia juga kehilangan pacar. Seolah belum
cukup, dia malah nggak sengaja pas-pasan dengan temannya. Temannya ternyata
udah tau kalau investasi yang diikuti ny. Kwak adalah investasi bodong dan dia
memastikan kalau uang yang dia pinjamkan pada Ny. Kwak masih aman. Astaga, Ny.
Kwak ternyata berhutang pada teman-temannya.
--
di RS Univ. Gusan,
Seung Hi mulai
menghindari Jeong Suk. Saat jam makan siang, dia lebih memilih makan di
ruangannya daripada makan bersama di kantin. Jeong Suk sedikit sedih, tapi ada
rasa terimakasih karena rekan-rekan residennya masih tetap mau makan siang
bersamanya.. Untuk pertama kalinya, dia mengungkapkan rasa terimakasihnya
tersebut. Jeong Suk juga menasehati mereka untuk menjalin hubungan baik dengan
rekan residen lain karena akan melelahkan jika harus terus melihat musuh
sepanjang waktu.
Baru saja di
bicarakan, udah ada contoh. Prof. Lim dengan Prof. Yoon lagi-lagi bertengkar.
Kali ini karena prof. Lim memaksa prof. Yoon untuk menerima undangan pernikahan
adiknya, Bong Suk. Prof. Yoon nggak mau, tapi prof. Lim nggak nyerah dan malah
menyuruh anggotanya untuk membacakan surat undangan tersebut dengan keras
sementara dia menahan prof. Yoon agar nggak pergi. Setelah mendengar isi
undangan tersebut, Prof. Yoon langsung menangis patah hati. Sementara prof. Lim
sangat bahagia.
--
Setelah menghadapi
banyak masalah, ny. Kwak langsung menelepon In Ho dan membawanya ke firma
hukum. Dia ingin mereka mendiskusikan mengenai perceraian In Ho dan pembagian
harta gono-gini. In Ho nggak mau, tapi Ny. Kwak memaksa karena ini masalah
penting.
Pengacara yang
dimintai konsultasi, memberitahu kalau perceraian ini akan sulit karena sudah
sangat jelas bahwa In Ho yang bersalah. Jika melakukan tuntutan hukum, In Ho
yang akan dirugikan. Dan mengenai pembagian aset akan tergantung pada
kontribusi pasangan, tapi belakangan ini, pekerjaan rumah makin dianggap
penting. Jadi, ada kasus dimana pembagian aset adalah 50:50.
Ny. Kwak nggak
terima dan protes keras karena menurutnya, Jeong Suk nggak menghasilkan apapun
tapi kenapa malah dapat setengah harta. Udah gitu, dia juga mau tau nasib
gedung yang dia beli dengan nama Jeong Suk. Ternyata, Ny. Kwak membeli gedung
itu dengan nama Jeong Suk demi menghindari pajak dan Jeong Suk nggak tau sama
sekali mengenai gedung itu. Pengacara menjelaskan kalau hal yang dilakukan Ny.
Kwak itu sama seperti pengalihan kepemilikan dan dia bisa dihukum karena itu.
Berdasarkan hukum pidana, lima tahun penjara atau bisa juga di denda kurang
dari 200 juta won.
In Ho shock. Tidak
nyangka kalau Ibunya melakukan hal ilegal demikian. Dan saat makan siang
bersama, In Ho baru tau kalau Ibunya ternyata terkena penipuan invetasi sebesar
300 juta won. Dan uang yang dipakai untuk investasi adalah uang pinjaman.
Makanya, Ibunya bersikeras menyuruh In Ho agar meminta Jeong Suk mengembalikan
kepemilikan gedung rahasia itu padanya, agar dia bisa menjualnya sesegera
mungkin meski dengan harga murah. Jika dia nggak bisa mengembalikan uang
teman-temannya, dia bisa dikucilkan.
Ah, Ny. Kwak menyarankan
agar In Ho mengajukan pinjaman saja ke bank. Huft, tapi itu tidak mungkin
karena tahun lalu, In Ho sudah melakukann pinjaman besar untuk membayar hipotek
rumah. Dan suku bunga juga meningkat akhir-akhir ini. Bunga yang dibayarkannya
saja tiap bulan sudah sangat besar!
Meskipun In Ho
seperti sudah nyerah pada Ibunya dan tidak ingin membantu, tapi nalurinya
sebgaai anak tetap saja tidak tega untuk mengabaikan Ibunya. Pada akhirnya, dia
mengajak Jeong Suk bertemu di sebuah café. Jeong Suk awalnya mengira In Ho
sudah tau mengenai penyakitnya yang kambuh, tapi ternyata dugaannya salah. In
Ho hendak membahas mengenai gedung yang dibeli menggunakan namanya tanpa
sepengetahuannya. Jeong Suk pun ngaku kalau dia udah tau mengenai gedung itu
saat mengajuka pinjaman kredit untuk membiayai les I Rang. Eh, In Ho malah
marah karena Jeong Suk selama ini pura-pura. Tanpa basa basi lagi, dia menyuruh
Jeong Suk menjual gedung tersebut karena Ibunya terlibat masalah uang.
Jeong Suk menolak.
Dia tidak mau menjual gedung tersebut. In Ho kaget dan nada bicaranya langsung
melembut untuk membujuk Jeong Suk. Jeong Suk udah nggak sebodoh dulu yang
langsung iba. Dia menolak dan menyarankan biar In Ho anggap saja gedung itu
sebagai pembagian aset perceraian mereka. In Ho langsung berteriak-teriak dan
mengungkit kalau mereka belum cerai, dan andaikan iya pun, Jeong Suk nggak ada
kontribusi pada semua asetnya. Jeong Suk nggak gentar dan tetap pada
keputusannya. Dia hanya akan ambil gedung sementara rumah mereka akan menjadi
milik In Ho. Dia juga nggak akan menjual gedung dan akan mengklaim apapun yang
terdaftar atas namanya.
Ah, mengenai uang
yang dibutuhkan Ny. Kwak, In Ho kan bisa menjual rumahnya kemudian pindah ke
rumah yang lebih kecil. Atau jika tidak, dia bisa pindah ke pinggiran dan
membeli rumah yang besar. Intinya, jual rumah.
Disaat anaknya lagi
pusing mencari uang untuk menyelesaikan masalah Ibunya, Ny. Kwak malah
mabuk-mabukan dan datang ke rumah Ny. Oh. Untung, dia punya besan yang baik.
Tidak hanya menerima Ny. Kwak yang datang dalam keadaan mabuk, dia juga
membuatkan sarapan untuknya. Ny. Kwak yang udah sadar, merasa amat malu.
Setelah itu, dia mulai membahas perceraian In Ho dengan Jeong Suk. Ny. Kwak
bilang kalau dia sayang sama Jeong Suk. Baginya, Jeong Suk bukan hanya sekedar
menantu tapi seperti kakak yang menerima dan memahami semua keluh kesahnya.
Ny. Oh menasehati
kalau Ny. Kwak harusnya memperlakukan seorang menantu sebagai membantu, bukan
kakak. Dia juga bilang kalau udah dewasa, dia harus bisa hidup mandiri. Dia
juga nggak terima Ny. Kwak bilang suka sama Jeong Suk sekarang. Selama ini,
putrinya sangat tersiksa secara fisik dan mental. Meski begitu, putrinya tetap
berusaha memahami mertuanya dan mengalah pada mertuanya tersebut. Meski
putrinya tidak membenci Ny. Kwak, tapi sebagai Ibu, dia nggak bisa menyuruh
putrinya untuk tetap hidup bersama di dalam rumah itu hanya demi kenyamanan Ny.
Kwak. Biarkan saja anak-anak mereka yang menangani.
--
Di RS, Univ, Gusan,
Jeong Suk sedang
menangani pasien lansia berusia 95 tahun. Jeong Suk sudah menetapkan kalau
pasien itu akan menjadi pasien terakhirnya. Pasien itu mempunyai keluhan tidak
bertenaga dan tidak bisa mencerna. Rekan-rekan residen menilai kalau itu
pengaruh usia tua, tapi Jeong Suk tidak sepemikiran dan tetap melakukan
pemeriksaan menyeluruh. Ternyata, hasilnya memang pasien menderita penyakit dan
harus segera di operasi. Jika tidak dioperasi, resiko kematiannya akan tinggi.
Jeong Suk langsung pergi menyampaikan hasil tersebut kepada pihak keluarga
pasien.
Di saat yang sama,
In Ho kedatangan tamu. Tamu itu adalah teman Ibunya. Tujuannya, untuk nagih
hutang Ny. Kwak. Dia sengaja memberitahu In Ho, hm, tapi lebih tepatnya ngancam
agar Ny. Kwak membayar hutang. Jika tidak, dia akan mengekspos hutangnya. Huah,
In Ho langsung panas dingin karena itu bisa merusak reputasinya. Hm, lagi
stress begini, mendadak Ibunya malah menelpon dan menyarankannya untuk pinjam
uang saja ke Seung Hi. Astagaaa!!
Tapi In Ho juga udah
buntu. Dan saat berpas-pasan dengan Seung Hi, dia akhirnya memberanikan diri
mengajak Seung Hi ketemu malam ini.
--
Wali pasien lansia
(Ny. Lee Pan Sim) tiba-tiba datang menemui Jeong Suk. Dia datang untuk
marah-marah karena Jeong Suk melakukan pemeriksaan menyeluruh dan menemukan
penyakit Ibunya. Hm, seluruh keluarga itu sepertinya sudah mengharapkan
kematian Ny. Lee dan sudah memesankan rumah duka juga. Bagi mereka, hidup Ibu
mereka sudah terlalu lama. Bahkan sebagai seorang anak yang udah berusia 80
tahun, dia merasa muak apalagi Ibunya.
Dan benar saja, saat
Jeong Suk menemui pasien dan memberitahunya kemungkinan hidup, Ny. Lee tidak
bahagia. Dia malah menangis karena kali ini gagal lagi untuk meninggal. Bagi
Ny. Lee, umur panjangnya ini adalah hukuman. Akan lebih baik jika dia pergi
saat anak-anaknya sedih melepaskan kepergianya.
Jeong Suk tentu
sedih mendengar ucapan Ny. Lee padahal dia sendiri berusaha untuk tetap hidup.
Setelah selesai
dengan Ny. Lee, Jeong Suk pergi ke ruang kepala departemen. Dia mengajukan cuti
ke Prof. Lim. Awalnya, dia dimarahi karena jika Jeong Suk cuti, residen lain
akan kesusahan. Jeong Suk akhirnya jujur memberitahu keadaannya yang harus
segera menjalani pengobatan. Jeong Suk berharap kalau dia bisa diizinkan untuk
cuti, bukan mengundurkan diri. Dan itu adalah permintaan sulit.
Prof. Lim langsung
mengadakan pertemuan untuk semua dokter di departemen kedokteran keluarga. Dia
memberitahu mengenai Jeong Suk, juga permintaannya mengenai cuti. Ini adalah
permintaan sulit. Prof. Lim bilang dia masih mempertimbangkan, apakah Jeong Suk
mendapat izin cuti atau diminta mengundurkan diri. Karena kondisi Jeong Suk pun
nggak pasti.
--
Roy menelepon Jeong
Suk untuk bertemu. Dia mau memberitahu kalau misalkan kondisi Jeong Suk
memburuk dan butuh transplantasi lever, dia bisa melakukannya. Jeong Suk tentu
merasa hal itu nggak masuk akal. Roy merasa itu masuk akal karena ayahnya saja
yang mendadak muncul bisa memintanya transplantasi sumsum. Menurutnya, lebih
baik Jeong Suk yang sering membantunya daripada ayah yang tidak pernah merawatnya.
Meski Roy udah bilang gitu, tetap saja Jeong Suk sulit mengiyakan.
Saat malam tiba,
Jeong Suk membereskan semua barang-barangnya. Dia akan mulai menjalani
pengobatannya. Di parkiran, dia malah berpas-pasan dengan In Ho. Tanpa tau
kesehatan istrinya, In Ho malah bicara kejam. Dia menyalahkan Jeong Suk terkait
hutang Ibunya. Jeong Suk hanya menanggapi dengan dingin kalau itu kan salah Ny.
Kwak.
In Ho udah ketemu
sama Seung Hi. Awalnya, dia basa basi mengucapkan terimakasih karena sudah
mengobati ibu mertuanya. Dan saat mau pinjam uang, In Ho langsung tegang. Dia
mulai berimajinasi mengenai berbagai cara meminjam uang yang akan disetujui
Seung Hi. Pertama, dia akan mencoba dengan merayu. Kedua, dia akan mencoba
dengan memohon. Tapi, hasil akhir dari kedua cara itu sudah jelas, Seung Hi
akan menolak. Setelah berkali-kali memikirkannya, In Ho tetap nggak bisa
mengemukakan kalau dia mau pinjam uang.
Ya udah, karena In
Ho nggak kunjung bicara, Seung Hi yang bicara. Dia membahas kondisi kesehatan
Jeong Suk dan bahwa Jeong Suk udah berhenti menjadi residen. Seung Hi speechless
karena In Ho nggak tau apapun.
--
Di rumah Ny. Oh,
Jeong Suk membuatkan
makan malam untuk kedua anak dan Ibunya. Setelah makan malam selesai, Jeong Suk
baru memberitahu mengenai kondisi kesehatannya dan bahwa dia akan menjalani
pengobatan. Jika pengobatan tidak sukses, dia harus operasi lagi. Kedua anaknya
dan Ibunya shock. Ny. Oh langsung menyalahkan diri, merasa ini gegara
dia sakit waktu itu sehingga membuat Jeong Suk kelelahan. Jeong Suk langsung
menyangkal kalau itu bukan salah siapapun.
--
In Ho yang udah tau
sakit Jeong Suk, mulai teringat betapa sampahnya dirinya. Mulai dari dia
mengabaikan Jeong Suk saat pertama kali sakit, membelikan hadiah yang sama
seperti Seung Hi, meremehkannya yang ingin menjadi residen dan membuat berbagai
cara agar berhenti menjadi residen. Terus, dia juga menuduh Jeong Suk menyukai
Roy dan terakhir berkata kasar soal pembagian harta. Semua itu, membuat In Ho
sangat amat menyesal.
Esok harinya, dia
langsung pergi menemui Roy untuk tau kondisi kesehatan Jeong Suk secara
mendetail. Karena secara resmi Roy tetap adalah suami Jeong Suk, yang artinya
dia adalah keluarga Jeong Suk, maka Roy tetap harus memberitahu kondisi pasien.
Setelah mendengarkan semuanya, In Ho langsung bilang kalau dia akan mendonorkan
lever nya pada Jeong Suk jika dibutuhkan. Roy tidak senang mendengarnya, kenapa
baru sekarang? In Ho menjawab, meski sudah terlambat, dia tetap mau
melakukannya.
Setelah dari tempat
Roy, dia ke ruang rawat Jeong Suk. Dia
juga menyampaikan akan mendonorkan lever ke Jeong Suk, jika dibutuhkan. Respon Jeong
Suk sama seperti Roy, kenapa baru sekarang? In Ho menundukan kepala dan
memberikan jawaban yang sama. Jeong Suk menegaskan kalau dia nggak membutuhkan
lever In Ho. Soalnya, dulu saat dia butuh, In Ho nggak mau memberikannya. Ah,
apa dia mendonorkan lever agar dia mengembalikan gedung Ny. Kwak? Nggak usah
khawatir, karena dia sudah menghubungi agen real estate untuk menjual gedung
tersebut dan memberikan nomor In Ho sebagai penjual.
In Ho malah
berteriak frustasi karena Jeong Suk membuatnya seolah-olah dia adalah bajingan
hingga akhir. Setelah berteriak, dia langsung berlutut, memohon agar diberikan
kesempatan terakhir untuk menebus luka yang sudah diberikannya. Jeong Suk
akhirnya menangis dan tetap menolak menerima lever In Ho karena pada akhirnya,
dia akan tetap menceraikan In Ho. Lebih baik, selesaikan semuanya baik-baik.
Jika dia mati, maka itu takdirnya.
In Ho mulai menyalahkan
dirinya. Jeong Suk langsung berteriak marah kalau ini bukan salahnya. Ini salah
dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga kesehatan. Ini takdirnya.
Ucapan Jeong Suk itu
membuat In Ho semakin sedih dan marah pada diri sendiri.
Sementara itu, Roy
datang menjenguk Jeong Suk. Jeong Suk lagi berdiri menatap keluar jendela. Ternyata
kamar jendelanya menghadap langsung ke arah rumah duka. Roy langsung ingin
menukar kamarnya, tapi Jeong Suk menolak. Mereka mulai berbincang sejenak dan
Roy menawarkan Jeong Suk melakukan sesuatu. Setelah memikirkannya sesaat, ada
sesuatu yang diinginkannya.
Baru saja bicara
dengan Roy, dia malah nggak sengaja melihat Seung Hi. Mereka pun bicara di atap
gedung. Seung Hi untuk pertama kalinya, akhirnya meminta maaf ke Jeong Suk. Jeong
Suk mengira perasaannya tidak akan berubah setelah mendengar permintaan maaf
Seung Hi, tapi ternyata, setelah mendengarnya, perasaannya sedikit membaik. Jeong
Suk juga bercerita kalau saat mereka kuliah, ketika pertama kali melihat Seung
Hi, dia mengira mereka bisa berteman. Saat itu, Jeong Suk menggagumi Seung Hi
yang kaya tapi tidak sombong.
“Selama ini, kau dan
aku… sudah melalui banyak hal. Sekarang aku, ingin hidup tenang. Kuharap kau
juga begitu,” ujar Jeong Suk.
Begitu Jeong Suk
pergi, air mata Seung Hi tumpah.
--
In ho baru aja
selesai operasi dan lagi berdiam diri di kamar mandi. Eh, dia nggak sengaja
mendengar pembicaraan putranya dengan seorang residen lain. Residen itu
memberitahu Jung Min mengenai test yang dilakukan Roy dan rumor kalau Roy akan
mendonorkan lever untuk Jeong Suk. Wah, saat mendengar itu, In Ho langsung
ngamuk dan pergi mencari Roy.
Roy ada di showroom
motor. Begitu ketemu, dia langsung ngamuk dan melarang Roy menjadi pendonor.
Roy nggak mau. Mereka berdebat sengit mengenai siapa yang harus menjadi pendonor.
Dan perdebatan itu dilihat sama Jeong Suk yang baru aja selesai berganti
pakaian.
Ya udah, keduanya
nyuruh Jeong Suk milih siapa yang dia mau jadi pendonor.
Dan Jeong Suk
memilih…