Sinopsis Drama Korea : TUNNEL Episode 02




Content and Images Copyrights By OCN

Tangan Kwang Ho bergerak kecil. Kwang Ho mulai sadar dan bangkit. Kwang Ho mulai melihat sekeliling dan bertanya-tanya kemana pelaku pergi. Dia menyesal karena tidak bisa melihat wajah pelaku tadi.

Kwang Ho berjalan gontai menuju terowongan.



Sebuah mobil putih melaju ugal-ugalan di jalanan. Didalamnya ada seorang anak yang masih muda dengan wajah luka mengemudinya. Dia dikejar oleh mobil lain.


Kwang Ho sudah sampai dimulut terowongan dan heran karena kabut didepan terowongan tebal sekali, tidak seperti saat dia datang. Kwang Ho terus berjalan sambil memegangi kepalanya yang terluka.

Dan semakin Kwang Ho berjalan, terowongan semakin berubah.


Kedua mobil masih berkejaran di tengah jalan.  Anak muda itu terlihat takut sementara orang yang mengejarnya terlihat tersenyum menyeringai.

Lampu merah menyala dan anak itu menginjak gas semakin kuat melewatinya. Pengejar akhirnya kehilangan jejak.


Kwang Ho tiba di jalan raya. Dia melihat jalan didepannya dan mulai menyeberang.

Anak muda yang membawa mobil lega karena berhasil lolos dari pengejar. Anak itu kemudian mulai membuka dashboard dan mencari sesuatu sembari menyetir. Di dalam dashboard ada sebuah SIM atas nama Park Kwang Ho.

Kwang Ho menyeberang jalan dan anak muda yang menyetir kaget karena ada orang didepannya dan menginjak rem kuat. Untunglah dia tidak menabrak Kwang Ho.

Tentu saja, Kwang Ho kaget. Dia segera menyuruh anak itu keluar. Dia membuka pintu mobil tetapi terkunci. Kwang Ho mengetuk kaca jendela dan menyuruh anak itu untuk keluar. Anak itu takut. Kwang Ho memberitahu kalau dia polisi, jadi cepat keluar. Tetapi, anak itu malah menginjak gas kuat dan berlalu pergi.

Kwang Ho jadi marah. Bagaimana bisa anak muda itu menabrak lari seorang detektif. Tiba-tiba, di belakangnya, sebuah mobil melaju kencang dan menekan klakson keras, Kwang Ho segera menghindar. Kwang Ho jadi makin kesal.

Kwang Ho terus berjalan menuju kantor polisi. Dia terus melangkah dan tidak menyadari kantor yang berbeda dari biasanya.

Kwang Ho masuk ke ruangan dan berbaring di sofa dengan mata terpejam. Kwang Ho memanggil Sung Shik tetapi tidak ada jawaban. Kwang Ho terus menyuruh Sung Shik untuk membawakan kotak P3K. Tidak ada jawaban.

Kwang Ho hendak bangkit tetapi tidak kuat. Dia meraih handuk yang ada di meja dan menggunakannya untuk membersihkan darah di kepalanya. Kwang Ho heran karena kantor sangat sepi.


Dia bangkit sambil memegang kepalanya. Dia melihat ke samping dan merasa heran karena melihat seorang pria asing duduk bekerja di meja. Kwang Ho segera pergi ke meja pria tersebut.

Pria itu sedang menggunakan earphone dan melihat “Laporan Pembunuhan Seorang Perawat Dengan Tersangka Jung Ho Young”. Pria itu kemudian memeriksa berkas tersebut dan Kwang Ho melihat dari belakang.


“Hei, siapa kau dan kenapa membaca dokumen orang lain?” tanya Kwang Ho pada pria tersebut.

Pria itu heran melihat pria asing didepannya. Dia melepaskan earphone-nya dan bertanya apa ada yang bisa dibantu? Kwang Ho lebih bingung lagi dan bertanya kembali siapa pria itu.

Pria itu bangkit dan menghela nafas. Dia memperkenalkan dirinya adalah Letnan Kim Sun Jae.

“Dia pasti bocah sinting yang kabur dari rumah sakit jiwa,” ujar Kwang Ho pada dirinya sendiri.


Sun Jae tersinggung. Tapi Kwang Ho malah menyuruh Sun Jae meletakkan berkas yang dibacanya (yang sedang dipegangny) di meja dan menarik Sun Jae pergi dengannya. Sun Jae melepaskan tangannya. Kwang Ho memperingatinya untuk tidak melawan dan menariknya pergi dari sana.

Sun Jae melepaskan tangan Kwang Ho dan balas menariknya. Dia menyuruh Kwang Ho untuk menenangkan dirinya dan pulanglah ke rumah. Kwang Ho melepaskan tangannya dan balik menyuruh Sun Jae ke RSJ.

Sun Jae mengancam Kwang Ho jika terus bersikap seperti ini, dia bisa ditahan atas tuduhan menghalangi keadilan. Kwang Ho tertawa dan bertanya darimana Sun Jae belajar berkata semacam itu? Kwang Ho sudah kesal dan mendorong Sun Jae keluar dari ruangan. Kwang Ho bahkan mengunci ruangan dan menyuruh Sun Jae untuk tidak pernah kembali lagi.


Diluar, emosi Sun Jae tersulut. Dia hendak masuk tetapi ruangan dikunci oleh Kwang Ho. Sun Jae menghela nafas dan pergi.



Kwang Ho ke meja Sun Jae. Dia melihat ponsel di meja dan bingung benda apa itu? Dia juga heran karena bentuk telepon berubah. Kwang Ho mencobanya dan menelpon Ketua Tim.

“Ketua Tim. Mari cepat kita kerahkan dua skuadron petugas. Belum satu jam berlalu, kalau kita mencari ..” ujar Kwang Ho langsung.

“Apa? Sepertinya kau salah sambung,” jawab suara dari telpon seberang. Suara wanita. Dan dia langsung mematikan telelpon Kwang Ho.



Kwang Ho bingung. Padahal dia sudah menekan nomor yang benar tapi kenapa bisa salah? Kwang Ho kemudian mencari buku telepon darurat dan membuka laci. Saat itu, dia baru sadar, meja yang ditempatinya berbeda. Tidak ada mesin tik tetapi yang ada benda berlayar besar (komputer).




Kwang Ho bangkit dari kursinya dan melihat sekeliling ruangan. Berkas yang biasanya tertumpuk sudah hilang dan berganti dengan lemari tersusun. Semuanya berbeda. Kwang Ho merasa bingung.

Dia mendengar suara mesin dan dari mesin keluar kertas. Itu mesin fotocopy-fax. Kwang Ho mengambil kertas yang keluar dari mesin itu yang ternyata surat Perintah Mutasi.



Kwang Ho membacanya dan heran karena nama yang tertera di kertas sama dengannya. Park Kwang Ho tapi anehnya tanggal lahir orang tertera di kertas adalah 1998.01.20. Kwang Ho merasa herang karena sekarang baru tahun 1985. Dia lanjut membaca surat tersebut yang berisi bahwa orang tersebut dipindahtugaskan sejak tanggal 05 Desember 2016. Kwang Ho semakin bingung.



Sun Jae sudah kembali dengan membawa kunci ruangan. Dia membukanya dan menuju ke Kwang Ho. Kwang Ho melipat kertas di tangannya dan heran karena Sun Jae bisa masuk lagi. Sun Jae menyuruh Kwang Ho untuk menurut selagi dia masih baik tetapi Kwang Ho tetap berpikir Sun Jae adalah orang gila.  

Sun Jae menarik jaket Kwang Ho dan menyuruhnya untuk mengikutinya tetapi Kwang Ho lebih sigap. Dia mengeluarkan borgolnya dan memborgol tangan Sun Jae dan mengaitkannya di terali besi di ruangan.

Sun Jae benar-benar kesal. Dia bertanya apa dia (Kwang Ho) adalah polisi? Kwang Ho menjawab, “Pikirmu siapa lagi?”

“Beritahu aku namamu!” perintah Sun Jae.  “Dan ini tidak lucu! Lepaskan!”

Kwang Ho menjawab kalau dia juga tidak ada waktu meladeni Sun Jae bermain. Kwang Ho melihat jam tangannya menunjukkan pukul 23:25KST dan merasa heran kemana semua orang padahal mereka harus menangkap penjahat. Kwang Ho kemudian berjalan pergi dan Sun Jae berteriak menyuruhnya untuk melepaskannya dulu.

Kwang Ho memeriksa laci meja. Sun Jae berteriak memberitahu kalau dia adalah Letnan Kim Sun Jae. Kwang Ho masih mencari buku nomor daruratnya dan mengabaikan Sun Jae. Sun Jae berteriak kesal.  
Kwang Ho kemudian meraih senter yang ada di meja dan pergi keluar meninggalkan Sun Jae. Sun Jae berteriak menyuruhnya untuk melepaskannya.




Kwang Ho berjalan dalam kabut. Tapi anehnya, dia melihat gedung-gedung pencakar langit. Kwang Ho merasa heran dan bingung.

“Malam itu, dunia yang kutinggali ini mendadak  berubah total.”


Keesokan Harinya,

Para detektif sudah datang ke kantor. Mereka kaget karena melihat Sun Jae yang diborgol dan tertidur.  Song Min Ha mendekat dan hendak membangunkan Sun Jae tapi rekannya, Kwak Tae Hee  menyuruh Min Ha jangan membangunkannya. Tae Hee merasa senang karena ada yang memborgol Sun Jae dan bahkan memfotonya agar bisa di sebar kalau Sun Jae berani mengusiknya.

Ketua Tim datang dan bertanya apa yang mereka lakukan? Dan tepat saat itu, Sun Jae terbangun. Ketua Tim menyuruh mereka untuk bersiap karena akan melakukan rapat. Dan saat itu, Kwang Ho juga terbangun dari tidurnya. Dia ternyata juga menginap di kantor.

Kwang Ho yang melihat ada banyak orang, malah mengira mereka adalah petugas RSJ yang datang untuk menjemput Sun Jae. Dia bahkan menceramahi Sun Jae yang menggangu pekerjaannya menangkap penjahat dan mengacau.

Kwang Ho mendekat ke arah Sun Jae dan Min Ha berusaha menghentikannya, tetapi Kwang Ho melewatinya. Dia membuka borgol Sun Jae dan memberitahu yang lain kalau Sun Jae terus berkata dia polisi, sehingga dia memborgolnya.



Sun Jae yang sudah di bebaskan, segera mendorong tubuh Kwang Ho. Semua kaget. Sun Jae yang sudah sangat marah bertanya siapa Kwang Ho dan darimana dia? Kwang Ho mengabaikannya dan marah karena berani mendorong tubuhnya. Kwang Ho menarik nafas panjang.


“Baiklah. Dari Kepolisian Hwayang : Park Kwang Ho,” beritahu Kwang Ho. Ketua Tim terkejut mendengarnya dan menatap Kwang Ho.

“Sebentar. Kalau dia Park Kwang Ho, bukankah dia yang dimutasi ke kantor polisi kita ini? Park Kwang Ho, kan?” ujar Min Ha. Dia bahkan memeluk Kwang Ho dan berkata “Senang bertemu denganmu, Maknae. Aku, aku Song Min Ha sunbae. Ketua Tim, kita kedatangan maknae baru. Aku bukan lagi maknae di sini.”

“Bicara apa kau?” tanya Kwang Ho bingung.


“Zaman sekarang gampang sekali jadi polisi. Aish….” gerutu Sun Jae dan menuju mejanya.

Kwang Ho bingung dengan omongan mereka. Dan Ketua Tim terus menatap Kwang Ho penasaran.


“Biar kuperkenalkan anggota baru kita. Dia maknae kita. Hei, Maknae,” perkenalkan Min Ha kepada semuanya.

“Maknae? Pantatku!” gerutu Kwang Ho dalam hatinya sambil menatap Min Ha.

“Dia bertugas di Divisi Patroli Soojeong selama dua tahun.”

“Aku jadi petugas patroli selama 4tahun, tahu!”

“Dia tidak pengalaman dalam kasus pembunuhan.”

“Aku di divisi itu 10tahun, tahu!”

“Dia seorang Kopral.”

“Aku bukan Kopral, tapi Sersan!”

“Dia lahir tahun 1988, jadi dia dan aku sebaya. Tapi, aku Sunbae-nya. Hahahaha,” ujar Min Ha senang. Dia bahkan menyuruh Kwang Ho untuk bicara.


Kwang Ho menghela nafasnya. Dia kemudian teringat dengan kertas dari mesin fotocopy yang dilihatnya semalam. Seseorang bernama Park Kwang Ho yang lahir tahu 1988 dan dipindahtugaskan ke kantor polisi Hwayang tahun 2016. Kwang Ho mendesis tidak percaya. Dan Ketua Tim terus melihatnya.

Kwang Ho bangkit dan berkata dengan suara pelan : “Ya. Namaku adalah Park Kwang Ho. Tapi bukan Park Kwang Ho yang itu.”

Sun Jae mendengarnya. Dan semua orang juga bingung. Kwang Ho segera pergi keluar kantor.

Kwang Ho menghela nafas dan merasa bingung dengan semua yang dialaminya.


Min Ha memberikan surat mutasi Park Kwang Ho pada Ketua Tim. Ketua benar-benar kaget karena nama pria tadi benar-benar adalah Park Kwang Ho.  Tae Hee datang dan berkata kalau mereka tidak sadar kalau satu tim (Kwang Ho dan Sun Jae).  Dan dia malah berpikir kalau Sun Jae adalah pasien yang kabur dari RSJ. Tae Hee bahkan tertawa senang karena mengira Kwang Ho yang pandai menilai orang.

Min Hae memainkan borgol yang digunakan Kwang Ho untuk memborgol Sun Jae dan heran karena borgol-nya sangat berat. Dan borgol itu terlihat seperti borgol jaman dulu.

“Ketua Tim, bukannya Anda dulu memakai yang begini?” tanya Tae Hee.

Ketua Tim mengambil borgol itu dan mencoba memegangnya. Dia merasa bingung.



Ketua teringat saat dulu dia latihan memakainkan borgol ke tangan pada Kwang Ho. Ketua Tim adalah Sung Shik. (Author akan sebut dia di 2016 sebagai Ketua Sung Shik).


 Kwang Ho berjalan di jalanan. Dia masih tidak percaya kalau dia berada di tahun 2016, 30tahun dari masa aslinya. Dia melihat sekeliling dan penampilan serta teknologi sudah berubah. Kwang Ho menghela nafas.

 Di meja Sung Shik kita melihat plakat nama : Ketua Tim Kejahatan Serius Unit Satu : Jeon Sung Shik

Sung Shik sedang sibuk membongkar barang-barang lamanya. Dan dia menemukan apa yang dicarinya. Foto Kepolisisan Hwayang 30tahun lalu. Fotonya bersama rekan-rekannya dan ketua tim dulu.
Sung Shik melihat foto sunbae-nya dulu dan benar-benar mirip dengan pria yang memberitahu namanya adalah Park Kwang Ho. Sung Shik terperangah kaget : “Masa dia anak sunbae-nim? Tidak mungkin.”

Sung Shik kemudian menghubungi seseorang dan meminta riwayat hidup Park Kwang Ho yang baru dimutasi kemari pagi ini.

Tahun 1986
Sung Shik, Ketua Tim dan rekan-rekannya serta Yeon Sook sedang mencari Kwang Ho. Mereka memeriksa terowongan dan berteriak-teriak memanggil namanya.

Sung Shik kemudian menemukan senter yang biasa dibawa Kwang Ho di pinggir terowongan dengan posisi menyala. Dia mengambilnya dan memberikannya pada Ketua Tim. Ketua mulai menelusuri. Dan Yeon Sook mengambil senter tersebut.

Ketua Tim kemudian menemukan sebuah batu dengan bercak darah, tidak jauh dari tempat ditemukannya senter tersebut.

“Kwang Ho, dasar bodoh!” ujar Ketua Tim dan menangis.



Yeon Sook mendengarnya dan mendekat. Dia tampak kosong. Dan ketika dia melihat batu dengan bercak darah tersebut, Yeon Sook langsung pingsan. Semua panik.

Tahun 2016



Kwang Ho pergi ke daerah rumahnya dan teringat kemesraannya dengan istrinya di jalan tersebut. Kwang Ho kemudian mulai menelusuri jalan tersebut yang sudah tampak berbeda. Kwang Ho terus berjalan seperti dulu dia melewati jalan tersebut ke rumahnya.

“Apa-apaan ini. Bahkan rumaku sudah lenyap,” ujar Kwang Ho tidak percaya. Dulu, rumah Kwang Ho berada tepat di ujung jalan tersebut, namun di tahun 2016, rumah itu sudah tidak ada dan merupakan ruas jalan.

Tahun 1986

Yeon Sook terbangun dari pingsannya.  Dr. Kim segera bertanya keadaannya tetapi Yeon Sook malah bertanya mengenai Kwang Ho. Dr. Kim terdiam. Yeon Sook yang tahu ada yang tidak beres, memberitahu kalau dia baik-baik saja dan hanya syok tadi. Dia permisi untuk pulang.


“Yeon Sook-ssi. Kau sedang hamil,” beritahu Dr. Kim. Yeon Sook kaget.

Tahun 2016

“Yeon Sook-ah. Ini jelas tahun 2016,” gumam Kwang Ho yang duduk di pinggir jalan. “Kalau tidak, mana mungkin rumah kita hilang? Yeon Sook-ah, dimana kau? Apa yang harus  kulakukan? Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa mendadak aku disini?” Kwang Ho menunduk frustasi. Tapi, dia kemudian teringat ketika dia mengejar penjahat di terowongan dan terluka. “Terowongan itu. Aku sampai kemari setelah dari sana. Kalau bisa kemari, mestinya juga bisa kembali. Aku bisa kembali kalau melewati terowongannya lagi. Aku bisa kembali.”


Kwang Ho bangkit dan kemudian naik ke sebuah taksi yang terpakir di dekat sana. Supir taksi bertanya dia hendak kemana? Kwang Ho menjawab kalau dia ingin ke suatu tempat yang ada terowongannya. Kwang Ho berbalik dan kaget melihat wajah  supir taksi yang mirip Reporter Oh.

“Reporter Oh, ngapain kau disini?”

“Apa? Margaku memang Oh, tapi…Anda kenal aku?” tanya supir bingung.

Kwang Ho kemudian melihat ke dashboard mobil dan disana ada sebuah kartu Surat Ijin Pengemudi Taksi dengan nama Oh Ji Hoon. Kwang Ho kemudian meminta maaf karena dia salah mengenali orang dan memintanya mengantar ke sebuah terowongan tua. Supir mencoba berpikir dan berkata dia tahu tempatnya.


Supir Oh mengantar Kwang Ho ke tempat yang ada terowongannya. Kwang Ho melirik argo taksi yang menunjukkan angka 11400.  Sepertinya supir taksi sengaja berputar-putar karena dia terus membawa Kwang Ho ke tempat yang tidak ada terowongannya dan berkata kalau dia salah jalan.

Mereka sudah sampai di sebuah bangunan. Supir Oh meminta Kwang Ho untuk membayar argo taksinya tetapi Kwang Ho tidak mau karena Supir Oh membawanya ke tempat yang salah daritadi.

“Sudah kuduga. Tampangmu mirip sekali dengan Reporter jelek itu,” gerutu Kwang Ho. “Hei, aku baru akan bayar kalau kau antarkan dengan benar.”

Supir Oh tetapi meminta Kwang Ho membayar. Dia juga menghina pakaian Kwang Ho yang aneh dan bahkan gelandangan saja tidak akan berpakaian seperti itu. Dia menuduh Kwang Ho yang tidak punya uang dan dari awal memang tidak niat bayar.

Kwang Ho emosi dan hendak meninjunya. Supir Oh jadi ketakutan. Kwang Ho berkata kalau dia bukannya tidak bisa bayar tetapi tidak mau bayar! Kwang Ho hendak pergi tetapi Supir Oh menarik lengan bajunya.


Seorang wanita, Shin Jae Yi, membuka pintu mobil taksi dan hendak masuk. Tetapi, Supir Oh menghentikannya dan menyuruhnya untuk naik taksi lain saja karena dia masih harus bicara dengan si brengsek (Kwang Ho) yang tidak mau membayar ongkos taksi.  


Jae Yi memberitahu kalau dia yang akan membayarnya dan naik ke dalam taksi. Kwang Ho menghampiri dan mengetuk kaca jendela taksi. Dia bertanya kenapa Jae Yi mau membayar ongkosnya. Sementara, Supir Oh malah senang dan segera naik ke dalam taksinya.

Kwang Ho masih terus mau bertanya tetapi Jae Yi mengabaikannya. Supir Oh kemudian menjalankan taksinya meninggalkan Kwang Ho. Kwang Ho berteriak kesal. Dan kemudian baru sadar kalau dia tidak tahu tempatnya berada sekarang. Di depan bangunan ada tulisan Rumah Sakit Jiwa Hwayang.

Kwang Ho memegang kepalanya dan berpikir. Kalau ini rumah sakir jiwa maka terowongannya…. dan dia ingat di depan terowongan dulu ada tanda penunjuk jalan 500m dari Rumah Sakit Jiwa Hwayang. Kwang Ho sadar kalau tempatnya sudah dekat dari terowongan.

Kwang Ho hendak berjalan pergi ketika mendengar suara teriakan dari RSJ tersebut. Dia menoleh dan melihat seorang suster berlari keluar ketakutan dan kemudian rekan-rekannya secara panik menghampirinya dan kemudian masuk kedalam RSJ.

Kwang Ho tidak bisa mengabaikannya dan masuk ke dalam RSJ.

Di sebuah tanah, terdapat sebuah ponsel yang menyala ditengah tumpukan daun kering. Ada seseorang yang menelpon ke ponsel tersebut.


Dan scene beralih ke Song Min Ha yang melapor kepada Ketua Sung Shik kalau Kwang Ho tidak mengangkat telponnya. Tae Hee mengeluh kalau sudah lama sejak terakhir ada anggota baru yang menghilang di hari pertamanya bekerja. Ketua Sung Shik tidak mendengarkan mereka dan memandangi kertas yang berisi riwayat hidup Park Kwang Ho 1988.

Ketua Sung Shik kemudian menyuruh Tae Hee dan Min Hae untuk segera ke TKP. Sun Jae juga bangkit dari kursinya dan hendak pergi tetapi Ketua Sung Shik memanggilanya.


“Salah siapa sehingga semua partnermu selalu mundur? Kau hanya tamu disini. Aku tidak habis pikir mengapa lulusan akademi kepolisian kemari. Bagi orang seperti kami, tempat ini adalah rumah. Sebagai tamu, kau sudah menetap terlalu lama,” ujar Ketua Sung Shik pada Sun Jae.

“Itu sebabnya, saya tidak pernah meminta makanan. Karena saya tamu,” tegas Sun Jae.

“Itu aritnya kau tidak mau pergi? Kudengar kau bahkan mencari posisi di unit lain. Jangan melakukan hal yang tidak kami sukai.”

Sun Jae menghela nafas dan beranjak pergi. “Kenapa tidak boleh?” tanyanya sambil berjalan pergi.

“Lakukan sesukamu. Dan Park Kwang Ho … akan jadi partnermu mulai sekarang.”

Sun Jae terdiam mendengarnya.



Kwang Ho masuk ke dalam RSJ. Dia melihat sebuah ruangan yang dikerumuni pasien dan ditutupi oleh para perawat. Kwang Ho melangkah masuk tetapi perawat melarangnya. Kwang Ho menunjukkan identitas polisinya.


Di sebuah ruangan, seorang wanita dalam posisi duduk, tewas dengan luka tusukan pensil di belakang telinganya, dekat leher. Dan terlihat ada tato hitam di dekat luka tusukan.

Flashback



Dulu, Kwang Ho pernah menginterogasi seorang wanita yang memiliki tato hitam di belakang telinganya dekat leher. Namanya, Lee Sun Ok.

“Namaku jadul sekali kan? Ayahku yang memilihnya,” ujar Sun Ok.

Kwang Ho hanya menatap tajam padanya. Dan rekannya bertanya, “Kau memberi minuman vitamin pada Kang Chul Gu pada tanggal 01 Juli?”

“Mana aku ingat!? itu 3bulan lalu.”

“Dia meninggal 2jam setelah menghabiskan minuman pemberianmu. Bagaimana bisa kau tidak ingat hari kematian tunanganmu sendiri?”

Sun Ok mendengus dan balas bertanya memang ahjussi ingat semua wanita ynag pernah tidur dengannya? Apa dia mengingat apa yang dimakannya dalam sehari?

Rekan Kwang Ho meneriaki Sun Ok untuk menjawab dengan benar dan Kwang Ho menegurnya untuk tidak berteriak.


Kwang Ho kemudian mengeluarkan cokelat dari saku celananya dan memberikannya pada Sun Ok. Dia memberitahu kalau Sun Joo (adik Sun Ok) yang memberitahunya kalau Sun Ok menyukai cokelat itu. Sun Ok mendengus dan mengembalikan cokelat itu pada Kwang Ho.

Kwang Ho kemudian mulai bicara santai. Dia menyebut Sun Ok yang membesarkan adiknya dengan sangat baik. Dan wajar bagi Sun Ok untuk marah karena Chul Gu (tunangan Sun Ok) memukul adiknya. Kwang Ho lanjut berkata kalau dia tahu seharusnya dia tidak boleh membicarakan mendiang, tapi Chul gu memang buruk karena melakukan kekerasan pada Sun ok dan Sun Joo.   

“Dia layak mendapatkan hukuman, kan?”ujar Kwang Ho dan menatap Sun Ok. “Tapi, Sun Ok-ah, kita tidak pernah tahu dimana dan bagaimana bukti akan terungkap. Jika kau mendapat tambahan hukuman akibat penyangkalan, bagaimana Sun Joo? Siapa yang akan menjaganya? Kau tidak ingin dia jadi sepertimu, kan? Kita berpikir realistis saja. Bertahanlah kalau memang kau tidak melakukannya, tapi jika iya, cepat akui saja. Kau pikir apa alasanku tidak memborgolmu didepan Sun Joo? Sebab kau berjanji akan jujur sesampainya di kantor polisi. Tak apa, Sun Ok-ah. Katakan. Hum.”


Sun Ok terdiam dan berpikir semua perkataan Kwang Ho. “Itu …” Sun Ok membuka suara tetapi seseorang kemudian masuk danmenyuruh Kwang Ho untuk ke suatu tempat karena ada hal darurat. Kwang Ho menyuruhnya untuk nanti dulu tapi orang tersebut tetap memaksanya. Kwang Ho terpaksa pergi meninggalkan Sun Ok. Mata Sun Ok berlinang air mata.



Kwang Ho mengeluh karena harus terus mengurus orang-orang dari pusat. Dia kemudian masuk ke dalam ruang interogasi Sun Ok lagi dan meminta maaf karena hal tadi. Tapi, Kwang Ho terkejut karena Sun Ok sedang memakan cokelatnya dengan tenang. Ekspresinya berubah dari tadi menjadi lebih santai.

Dia berbalik menatap Kwang Ho dan tersenyum. “Aku tidak membunuhnya, ahjussi.” Kwang Ho menghela nafas.

Flashback END

“Akhirnya, kau tertangkap juga,” ujar Kwang Ho menatap mayat Sun Ok.


Polisi tiba ditempat tersebut. Tae Hee dan Min Ha kaget karena Kwang Ho bisa tiba disini padahal tadi tidak ada di kantor. Tae Hee membenarkan dan berkata kalau dia bahkan mengira Kwang Ho sembunyi karena tadi Kwang Ho bilang dia bukan ‘Kwang Ho’.

“Aku memang bukan Park Kwang Ho yang itu,” tegas Kwang Ho dan pergi.

Sun Jae tiba dan berpas-pasan dengan Kwang Ho yang pergi. Dia menyuruh Kwang Ho untuk jangan pernah kembali lagi.

Tae Hee dan Min Ha heran melihat mereka berdua.

“Taruhan mereka akan mencetak rekor! Tim mereka pasti bubar dalam waktu singkat. Aku senang kalau mereka berakhir di rumah sakit,” ujar Tae Hee.


Kwang Ho berjalan dan sudah tiba di terowongan. Kwang Ho tersenyum menatap terowongan yang sudah tidak terawat tersebut. “Yeon Sook-ah. Tunggu sebentar saja. Aku datang.”


Kwang Ho berlari masuk ke dalam terowongan dan berteriak memanggil nama Yeon Sook. Dia sampai di seberang pintu terowongan dan terhenyak. Di depannya hanya ada sampah berserakan dan tanah tidak terawat. Dia belum kembali ke tahun 1986. Kwang Ho merasa heran karena tidak ada perubahan.

Kwang Ho kembali berlari masuk ke dalam terowongan dan sama saja. Tidak ada yang berubah. Kwang Ho terus mencoba.

Tahun 1986
Yeon Sook juga masuk ke dalam terowongan dan memanggil nama Kwang Ho.

Tahun 2016
Kwang Ho terus masuk ke dalam terowongan berulang kali sambil memanggil nama Yeon Sook.

Tahun 1986

Yeon Sook berjalan di dalam terowongan dengan cemas. Hingga, dia melihat peluit yang diberikannya pada Kwang Ho di pinggir terowongan. Yeon Sook menatap peluit itu lama. Tangannya bergetar ketika mengambil peluit tersebut. Dia menangis melihat peluit tersebut. Dia menangis memanggil nama Kwang Ho.

Tahun 2016
Kwang Ho sudah sangat lelah berlari bolak balik. Dia terus memanggil nama Yeon Sook.

Tahun 1986


Yeon Sook menangis sedih. Dan tiba-tiba, dia mendengar suara Kwang Ho memanggilnya. Yeon Sook terkejut mendengarnya dan segera berdiri melihat terowongan. Suara itu berasal dari belokan terowongan. Yeon Sook berjalan dengan penuh harapan. Suaran Kwang Ho semakin jelas. Yeon Sook senang mendengar suara Kwang Ho mendekat. Dia tersenyum dan melihat Kwang Ho didepannya berlari.

Dan…
Tahun 2016

Kwang Ho masih di tahun 2016 dan berlari melewati Yeon Sook yang berdiri di dekatnya di tahun 1986.

Tahun 1986

Yeon Sook terbelalak ketika menyadari tidak ada siapapun. Tidak ada Kwang Ho. Dia menangis histeris.

Tahun 2016
Kwang Ho juga menangis karena tidak bisa kembali juga. Dia memegangi lehernya tetapi tidak ada peluit pemberian Yeon Sook. Kwang Ho terduduk lemas di pinggir.

Tahun 1986
Yeon Sook menangis. “Harus bagaimana aku dan bayi kita?” ratap Yeon Sook.

Tahun 2016
“Tidak berhasil. Aku tidak bisa kembali. Kenapa hal ini terjadi padaku?” ratap Kwang Ho. “Apa sebenarnya salahku?” teriaknya frustasi. Kwang Ho menangis dan berteriak memanggil nama Yeon Sook.

Kantor Polisi Hwayang

Kwang Ho berdiri di depan kantor polisi dan menatapnya. Dia melihat surat mutasi Kwang Ho 1988, yang ada ditangannya (yang dia ambil dari mesin fc+fax).

“Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi sampai aku kembali, aku akan menjadi dia.”

Sun Jae lewat di sampingnya dan bertanya sambil terus berjalan kenapa dia datang kembali. Kwang Ho heran mendengar perkataan Sun Jae. Dia kemudian ingat ketika Sun Jae memperkenalkan dirinya sebagai Letnan. Kwang Ho heran kenapa bocah ingusan seperti Sun Jae sudah menjadi Letnan.


Mereka berdua masuk ke ruangan. Ketua Sung Shik terus memandang Kwang Ho. Min Ha bertanya kenapa Kwang Ho terus sibuk dan menghilang. (Min Ha memanggil Kwang Ho dengan sebutan maknae). Kwang Ho melihat sekeliling dan memastikan kalau Kwang Ho asli tidak ada kan?

Tae Hee menyapanya dan bertanya kenapa mereka bisa datang bersamaan? Apa karena sudah menjadi partner makanya mereka pergi bersama?  Kwang Ho kaget karena dia menjadi partner Sun Jae.

“Orang gila lawan orang gila. Perpaduan sempurna,” ujar Tae Hee.

Ketua Sung Shik menyuruh Tae Hee bicara omong kosong dan memerintahkan Sun Jae untuk segera memulai briefing.
Rapat dimulai. Sun Jae menjelaskan mengenai korban, Lee Sun Ok.

“Korban, Lee Sun Ok, adalah pembunuh berantai wanita pertama di Korea. Dia ditahan tahun 1990 dengan tuduhan membunuh 3 pria,” beritahu Sun Jae.

Kwang Ho kaget mendengar Sun Ok yang membunuh 3 orang pria.

“Dia dirawat di Rumah Sakit Jiwa Okyin setahun lalu setelah menjalani pidana. Seluruh anggota keluarganya sudah meninggal, dan tidak ada teman yang pernah mengunjunginya. Penyebab kematian : pendarahan berlebih. Kita perlu melakukan autopsi untuk mendapatkan rinciannya, tapi tim forensik memberi kesaksian tersebut di TKP. Tiga sidik jari dan DNA ditemukan di pensil itu, dan saat ini tengah diperiksa.”

“Ada ikatan mencurigakan?” tanya Ketua Sung Shik dan Kwang Ho bersamaan. Ketua Sung Shik terkejut dan menatap Kwang Ho yang lanjut berkata : “Fakta bahwa si pembunuh menusuknya di leher menunjukkan kekecewaan yang mendalam. Jika kita fokus menginvestigasi keluarga para korban pembunuhannya…”

Sun Jae segera menunjukkan daftar keluarga korban di layar. Kwang Ho memuji Sun Jae yang ternyata sudah mencarinya dulu. “Kudengar, dia bertemu seseorang sebelum meninggal.”



“Dia jarang dapat kunjungan, jadi semua merasa itu aneh,” timpal Tae Hee. “Tapi asrsip pengunjung di sana buruk sekali. Bahkan CCTV rumah sakit itu tidak berfungsi.”

Kwang Ho malah merasa lebih bingung dan bertanya-tanya apa itu CCTV.  

Min Ha kemudian memberitahu kalau salah satu kamera di area parkirnya berfungsi, tapi tidak ada seorang wanitapun yang tampak.  Kwang Ho kaget dan berdiri. Dia bertanya apa Sun Ok bertemu dengan wanita? Kwang Ho ingat saat di depan RSJ itu, ada seorang wanita yang naik ke taksi. Kwang Ho berkata ada wanita yang naik taksi di depan RSJ itu.

Ketua Sung Shik mulai melakukan pembagian tugas. Dia memerintah Min Ha dan Tae Hee untuk mencari tahu alibi para tersangka. Dan untuk Kwang Ho dan Sun Jae, dia memerintah untuk melacak taksi tersebut.  Dan dapatkan juga sample DNA sebagai pembanding.

Sun Jae dan Kwang Ho keluar hendak mencari taksi tersebut. Kwang Ho menatap Sun Jae yang berdiri di depannya dan teringat saat dia memborgol tangan Sun Jae.

“Soal semalan, maaf (banmal). Aih, maafkan aku (formal),” ujar Kwang Ho.

“Jangan minta maaf,” jawab Sun Jae ketus.

“Apa?”

“Bersiap saja menderita.”

Kwang Ho menghela nafas keras tidak percaya. Ternya kunyuk itu (Sun Jae) pendendam.    

Sun Jae bertanya apa Kwang Ho ingat nama perusahaan taksinya. Tetapi Kwang Ho hanya ingat di badan mobil taksi ada garis kuning dan hijaunya. Sun Jae yakin itu pasti Dojin Taxi. Dia bahkan bertanya apa Kwang Ho tidak bisa bahasa korea? Bagaimana bisa detektif mengingat sesuatu dari warna? Kwang Ho berusaha menahan amarahnya.

Ketua Sung Shik menelpon seseorang. Hyung-nim nya dari divisi patroli. Dia menelpon karena ingin bertanya mengenai Park Kwang Ho (1988) yang pernah menjadi bawahannya.


Sun Jae dan Kwang Ho sudah berhasil menemukan Supir Oh. Supir Oh memberitahu kalau wanita yang dibawanya semalam dari RSJ, turun di Universitas Hwayang. Supir Oh kemudian mendekat ke Kwang Ho dan bertanya apa benar dia adalah polisi?

“Kalau iya, apa urusannya denganmu?” tanya Kwang Ho menantang.

 Sun Jae menelpon Ketua Sung Shik dan memberitahu kalau mereka mendapat petunjuk. Putri dari korban terakhir Lee Sun Ok, Seo Jin Man : Seo Jung Eun. Dan pengemudi taksi memberitahu kalau dia mengantar wanita tersebut ke universitas Hwayang yang merupakan universitas dimana Jung Eun adalah mahasiswi disana.

Kwang Ho mendengarnya dan bertanya-tanya apa benar nama wanita itu Seo Jung Eun?  Dia juga penasaran apa yang digunakan Sun Jae itu radio atau telepon?

Kwang Ho hendak pergi mengikuti Sun Jae tetapi Supir Oh menghentikannya dan bertanya penasaran ada apa? Kwang Ho memarahinya yang ingin tahu urusan yang tidak ada hubungannya dengannya. Kwang Ho bahkan mengatakan Supir Oh yang semakin terlihat seperti Reporter Oh. Kwang Ho kemudia pergi dan Supir jadi penasaran dengan Reporter Oh yang selalu di sebut Kwang Ho.



Mereka pergi ke Universtas Hwayang. Sun Jae meminta kepada pihak universitas untuk memberikan jadwal kelas Seo Jung Eun dari jurusan Sosiologi. Sun Jae kemudian pergi ke kelas Jung Eun.

Di dalam kelas, Jae Yi sedang mengajar dan Sun Jae memperhatikannya.

Sementara itu, Kwang Ho pergi ke ruang siaran dan meminta izin kepada petugas siaran untuk membuat pengumuman.

“Aku sedang mencari seorang wanita yang membayari biaya taksiku. Aku harus membayar hutangku, tapi lupa menanyakan namanya. Aku ingin berterimakasih padanya. Kau yang merasa membayarkan taksi untukku di depan Rumah Sakit Jiwa Okyin, tolong sekarang… tolong datang ke ruang siaran.”

Sun Jae mendatangi Jung Eun dan Jung Eun malah bingung mengenai Lee Sun Ok. Dia memberitahu kalau semalam dia pergi ke Busan dengan ibunya.


Ponsel Sun Jae berbunyi. Min Ha menelpon dan memberitahu kalau dia sudah mengonfirmasinya dengan isteri Seo Jin Man dan dia di Busan bersama puterinya. Dan dia juga menemukan catatan hotelnya. Sun Jae mengerti. Dia mematikan telpon dan berterimakaih pada Jung Eun untuk waktunya.


Jae Yi keluar  kelas dan berpas-pasan dengan Sun Jae. Saat itu, Kwang Ho datang dan melihatnya.

Mereka bertiga bicara bersama di kelas. Kwang Ho sendiri sedang mencoba fasilitas di kelas itu, dimana jika dia menekan sebuah tombol dilayar, lampu akan mati semua dan ketika dia menekannya lagi lampu hidup semua. Dia merasa kagum.


Jae Yi memanggilnya dan bertanya bukankah Kwang Ho ingin membayar hutangnya?  Kwang Ho bertanya apa dia tahu kenapa mereka kemari?

“Entahlah. Kalian yang harus jelaskan, karena kalian yang mencariku.”

“Orang yang bertemu denganmu kemarin, Lee Sun Ok-ssi, meninggal,” beritahu Sun Jae.

Tapi, tidak tampak ekspresi terkejut dari wajah Jae Yi. “Aku mengerti. Lalu?”

“Kenapa kau menemui dia? Lee Sun Ok-ssi?” tanya Sun Jae.

“Aku seorang kriminolog yang tertarik mempelajari karakter wanita pembunuh. Itu sebabnya aku mewawancarai dia. Mau kuberikan rekaman wawancaranya?”

“Ck! Belajar, pantatku!” dengan Kwang Ho. “Kenapa kau mempelajari orang sinting?”

“Detektif, kenapa kau memburu seorang pembunuh? Korbannya toh tetap meninggal.”

Kwang Ho mendengus tidak percaya mendengar perkataan Jae Yi. Sun Jae langsung bangkit dan memberitahu kalau mereka akan mengofirmasi ucapan Jae Yi dulu.

Sun Jae menemui Rektor Hong Hye Won. Hye Won memberitahu kalau dia membawa Prof. Shin dari Inggris kemari agar bisa membantunya di sini. Bahkan saat masih disana, dia sudah mewawancara banyak sekali wanita pembunuh di penjara dan mengajukan disertasinya. Dia psikolog ksriminal. Tentu itu berdasarkan latar belakang pendidikannya. Aku yakin dia tidak punya niat lain.

“Kemarin, Anda mendapat izin dari kepolisian dan pimpinan penjara?” tanya Sun Jae.

“Aku yakin tidak perlu karena dia sudah menjalani penuh masa hukumannya. Aku sudah memeriksanya dengan Kepala Departemen Umum Yoon.”

Sun Jae kemudian berkata kalau dia tau Hye Won juga adalah seorang psikolog karena dia sering  melihatnya di TV. Dia bertanya, sebagai seorang psikolog orang seperti apa Nona Shin di mata Anda?”

“Apa maksudnya itu?”

“Seperti yang Anda dengar. Katanya, mempelajari otak para kriminal dapat mengikis batas antara kebaikan dan keburukan seseorang.”

”Jangan-jangan, kau mengira Prof. Shin mampu membunuh seseorang?”

”Saya tidak bilang begitu.” Merkeka saling menatap tajam.




Jae Yi di ruangan kelas menatap keluar jendela. Hye Won masuk dan mengajaknya bicara. Jae Yi menatap Kwang Hodan Sun Jae yang berjalan pergi.

Ketua Sung Shik pergi menemui sunbae yang tadi di telponnya. Mereka saling menyapa.

Ketua Sung Shik dan sunbae sedang minum berdua. Ketua Sung Shik kaget karena sunbae memberitahu kalau semua foto Park Kwang Ho menghilang.  Sunbae memberitahu kalau dia memeriksanya setelah bertelepon dengan Sung Shik tetapi foto Park Kwang Ho tidak ada sama sekali. Bahkan foto di riwayat dirinya menghilang.

“Tapi, kenapa kau butuh foto Kwang Ho?”

“Aku menghubungi karena ingin memastikan sesuatu, sih. Hyung nim, ingat tahun 1986?”

“Kau juga bertambah tua rupanya. Jadi suka membicarakan masalalu. Tentu aku ingat. Saat itu pertama kalinya kita kenalan di Provinsi Gangwon.”

“Saat itu, timku dibubuarkan setelah salah satu detektif menghilang, sehingga aku dikirm ke Provinsi Gangwon.”

”Ya, itu benar. Bukankah detektif itu Sunbae-mu? Kau sangat dekat dengannya. Iya, kan? Kau terus menyebut namanya setiap kali mabuk, sampai kami pikir Kwang Ho itu nama wanita.  Ah, sebentar. Namanya juga Kwang Ho.”

“Benar. Nama sunbae itu juga Kwang Ho. Park Kwang Ho. Kami bahkan tidak menemukan tubuhnya.”

“Itu sebabnya kau benci kehilangan temanmu.”

“Tapi… bagaimana kalau kubilang orang hilang itu… muncul kembali di depanku, dengan wujud sama persis seperti 30tahun lalu?”

Sunbae terkejut mendengarnya dan menyangka kalau Ketua Sung Shik sudah mabuk.   

Departemen Bedah dan Pengobatan Organ Dalam
 Kwang Ho dan Sun Jae sedang menemui Dr. Mok Jin Woo terkait hasil otopsi Sun Ok. Dr. Mok Jin Woo menyimpulkan bahwa korban adalaah pengguna tangan kanan dan ada patah tulang di sebelah kanan. Dilihat dari angle dan arah pensilnya, ini perbuatan korban sendiri. Sama halnya dengan darah di tangan kanan. Jejak darah yang tertinggal berasal dari pensilnya.

“Lau bagaimana dengan DNA 2 wanita di pensil itu?”

“Pertama punya Lee Sun Ok. Kami tidak bisa mengidentifikasi satunya karena tidak ada sample pembanding. Meskipun ketahuan punya siapa, hasil autopsi tidak akan berubah. Ini bunuh diri.”

Kwang Ho kemudian mengeluh kalau mereka sudah membuang uang dengan sia-sia. Dr. Mok melihatnya dan bertanya apa dia tidak mau memperkenalkan diri? Kwang Ho memperkenalkan dirinya.

“Tapi, ini tidak bisa menjelaskan motifnya. Selama 26tahun dia tetap bertahan hidup setelah membunuh orang lain. Kenapa mendadak bunuh diri?”

“Entahlah. Mungkin si pemilik pensil yang dapat memberitahu kita.”

Dan pemilik pensil itu adalah Jae Yi.


Kwang Ho bertanya dengan banmal kepada Sun Jae kalau ini adalah bunuh diri jadi untuk apa lagi mereka menemuinya? Sun Jae berkata kalau dia harus memeriksa sesuatu. Dia juga protes karena Kwang Ho yang  bicara banmal padanya.

“Kau tahu berapa umurku?” protes Kwang Ho, namun teringat, “Auh… disini aku kelahiran 1988.” “Maksudku, kau tidak dengar kata Ketua Tim? Kasus ditutup.”

Sun Jae mengabaikannya dan terus berjalan pergi. Kwang Ho jadi sangat jengkel.



Jae Yi sedang memakai pensilnya. Sun Jae datang ke ruangannya dan berkata kalau ada satu hal lagi yang ingin ditanyakan. Sun Jae menatap ruangan Jae Yi. Ada sebuah lukisan. Dan tangan Jae Yi sedang memegang pensil.

“Apa yang kau bicarakan dengan Lee Sun Ok?”

Jae Yi dengan tenang mengeluarkan alat perekamnya. Dia memutar rekaman wawancaranya dengan Sun Ok.

Flashback


“Ada tiga beruang di sebuah rumah… dia selalu bernyanyi. Tiga beruang… kemudian, aku harus ikut bernyanyi. Tiga beruang… jika tidak, aku dipukuli. Tiga beruang… Arggghhh, aku terus mendengar lagu itu di telingaku. Bajingan itu tetap membuatku kesal setelah dia mati,” marah Sun Ok kesal. Tetapi tidak lama kemudian, dia tertawa senang.

“Orang-orang berpikir aku hanya membunuh 3orang. Tapi aku akan memberitahu nona sebuah rahasia,” ujarnya mendekat ke Jae Yi. Dia melihat sekeliling.

”Sebenarnya, aku membunuh ayahku juga,” beritahu Sun Ok. “Kau harusnya melihat wajah dia,” ujar Sun Ok tersenyum.

“Aku akan mengajukan pertanyaan terakhir,” ujar Jae Yi tenang.

“Sayang sekali. Aku menyukaimu. Kau tidak akan kemari lagi?”

Jae Yi menatap tajam Sun Ok. “Mulai sekarang, kau tidak akan bisa membunuh orang lain. Jika seorang pembunuh tidak dapat membunuh, masih adakah alasan  bagi mereka hidup … atau tidak?” tanyanya dingin.

Sun Ok tersenyum.

Flashback END


Jae Yi mematikan rekamannya. “Lalu, dia tersenyum,” ujar Jae Yi.

Sun Jae memandangnya.

Flashback


Dan Jae Yi menjatuhkan pensil yang ada di tangannya. Pensil berguling ke arah Sun Ok. Sun Ok melihat pensil itu.

Flashback END


Kantor Polisi Hwayang
Kwang Ho sedang berpikir pasti ada jalan baginya untuk kembali. Dia teringat saat pelaku berjalan meninggalkan terowongan. Kwang Ho marah karena semua ini terjadi gegara bajingan itu.

Min Ha melihatnya dan bertanya kenapa dai serius sekali.

“Hei! Sudah kubilang jangan memanggilkau Maknae!” tegur Kwang Ho.

“Lalu, aku harus memanggilmu bagaimana lagi?”

“Terserahlah. Tersangka pembunuhan tahun 1986 sudah tertangkap, kan? Lebih jelasnya, para wanita terbunuh sejak 1985.”


“Aku tidak pernah dengar. Ah… tanya saja pada Ketua Tim kita. Dia bertugas disini sejak 1985,” beritahu Min Ha.

Kwang Ho kaget dan bertanya siapa namanya? Namun, seorang ahjumma kemudian datang dan bertanya dimana Park Kwang Ho? Kwang Ho yang mendengarnya segera pergi bersembunyi tetapi Min Ha memberitahu ahjumma itu.


Kwang Ho berbalik dan menghampiri ahjumma. Ahjumma menatapnya dari atas kebawah. Kwang Ho takut akan ketahuan.  Tetapi, ternyata ahjumma juga tidak tahu wajah Kwang Ho (1988)  karena Ahjumma adalah pemilik tempat yang disewa Kwang Ho. Ahjumma bertanya kenapa dia tidak bisa dihubungi? Padahal barangnya sudah sampai, tapi dia tidak muncul! Ahjumma, kemudian menarik Kwang Ho untuk ke rumah.

Ahjumma membawa Kwang Ho ke tempat tinggalnya. Dia juga memberikan kunci kamar Kwang Ho dan kemudian pergi.


Kwang Ho menghela nafas. Dia masuk kedalam rumah dan melihat ada kardus-kardus yang belum dibuka. Kwang Ho terduduk di kasur dan melihat sekeliling. Dia tidak percaya kalau dia bisa punya tempat tinggal. Kwang Ho berbaring dan berteriak agar bisa segera kembali.




Yeon Sook membangunkan Kwang Ho. Kwang Ho membuka mata dan terkejut melihat Yeon Sook. Dia segera memeluk Yeon Sook dan memegang wajah Yeon Sook. Yeon Sook bingung melihat tingkah suaminya.   Kwang Ho memandang sekeliling dan bertanya ini tahun 1986 kan? Bukan 2016? Yeon Sook bingung dan menduga Kwang Ho yang habis bermimpi. Kwang Ho juga jadi bingung.

Kwang Ho memberitahu Yeon Sook walaupun Yeon Sook tidak akan percaya kalau dia pergi ke tahun 2016. Dan ada banyak bajingan di sana. Tapi, dia lega karena bisa kembali melihat Yeon Sook lagi.


Seseorang mengetuk pagar rumahnya dengan kasar. Yeon Sook menduga kalau itu pasti Sung Shik. Kwang Ho segera bersemangat karena akan menemui rekannya. Dia membuka pintu tetapi yang berdiri adalah Sun Jae. Kwang Ho kaget dan berteriak memanggil Yeon Sook.



Kwang Ho terbangun. Dia masih ada di tahun 2016 dan bermimpi tadi. Dia merasa putus asa.



Di suatu tempat, seseorang berpakaian hitam mencekik seorang wanita dan di dekat kaki wanita itu ada tanda titik. Mirip seperti korban tahun 1985-1986.

Kwang Ho sedang mencuci muka di kamar mandi dan merasa kesal dengan suara ribut dari luar.  

Kwang Ho menukar pakaiannya dengan yang ada di kardus. Dia pergi ke halte bus dan bertanya kepada  seorang wanita bus yang menuju kantor polisi Hwayang tetapi wanita itu juga tidak tahu.

Sebuah bus berhenti. Kwang Ho bertanya pada supir apa bus lewat kantor polisi Hwayang? Supir menjawab dengan gerakan tangannya, tidak.


Sebuah bus berhenti lagi. Orang-orang naik dengan menempelkan dompet mereka. Kwang Ho melihat di mobil bus ada penunjuk kalau bus melewati kantor polisi Hwayang. Dia bertanya memastika ke supir. Dan supir membenarkan.



Kwang Ho masuk dan menempelkan tangan ke mesin pemindai kartu mengikuti orang-orang sebelumnya. Dia kemudian hendak masuk kedalam tapi supir menghentikannya dan bertanya apa yang dia lakukan? Kwang Ho balik bertanya harusnya seperti apa? Supir mengusirnya keluar.

Kwang Ho berdiri bingung di halte. Sebuah mobil patroli lewat dan Kwang Ho segera menghentikannya. Dia memberitahu kalau dia adalah sunbae dan detektif kasus pembunuhan. Dia minta di antarkan ke kantor polisi.


Mobil patroli mengantarkannya sampai depan kantor polisi. Kwang Ho berterimakasih. Petugas patroli kesal melihat kelakuannya.

Kwang Ho menghela nafas sebelum masuk. Dia juga mengeluh celana yang dipakainya yang sangat ketat.


Di dalam ada Jae Yi bersama Ketua Sung Shik. Kwang Ho berkata kalau Jae Yi adalah orang yang mempelajari orang gila.

“Mulai hari ini, Prof. Shin Jae Yi akan mendampingi tim kita selaku psikolog kriminal. Aku tahu kalian sudah bertemu dengan dia. Silakan menyapa,” perkenalkan Ketua Sung Shik.


Kwang Ho bingung dengan istilah psikolog kriminal. Tae Hee memberitahu kalau itu artinya dia menjadi profiler kita.

“Aku psikolog, bukan profiler kriminal,” koreksi Jae Yi. “Dan, aku memang tertarik dengan orang-orang gila. Aku mempelajari para wanita gila. Mohon bimbingannya.”

“Penjahat tidak untuk dipelajari, tapi di tangkap!” ujar Kwang Ho. “Terlebih kau itu wanita. Juga, bagaimana caramu memahami jalan pikiran penjahat? Memang kau dukun?”

Ketua Sung Shik terus memperhatikan Kwang Ho. Kwang Ho menyadari dan segera diam. Tapi ternyata, dia menegur Kwang Ho yang sangat kasar.

Tae Hee mulai mengulurkan tangannya, hendak menyalami Jae Yi, namun diabaikan. Jae Yi bahkan berkata dia akan memeriksa kasus yang ada.


Telepon berbunyi. Ketua Sung Shik menyuruh Min Hae mengangkatnya tetapi Min Ha malah menyuruh Kwang Ho untuk mengangkatnya. Dia memanggil Kwang Ho, maknae lagi.

“Sudah kubilang jangan panggil aku begitu. Kau minta dihajar, ya?”

“Lalu aku harus bagaimana? ‘Park Kwang Ho-ssi, bisa tolong jawab teleponnya?’ Aish… Lupakan saja. Biar aku yang angkat.”

Min Ha mengangkatnya dan ternyata ada kasus baru. Di Gunung Sungyoo, di temukan potongan tubuh manusia. Semua kaget.




Mereka mulai melakukan penyisiran. Di temukan kaki mayat yang terpotong. Kwang Ho hendak melihat ke daerah lain ketika tiba-tiba dia melihat tanda di kaki mayat.

Kwang Ho segera melewati police line dan turun ke dalam lubang. Sun Jae heran melihatnya. Kwang Ho membersihkan noda di dekat tumit kaki mayat dan ada 5tanda titik.

“Kenapa ini ada disini?” ujar Kwang Ho.

Dia ingat dulu, mereka menemukan 6titik di mayat  korban dan bukannya 5titik.







Scene berganti silih berganti. Dari 1titik, 2titik, 3titik, 4titik dan  6titik. Dan titik ke-5 adalah korban yang dibunuh terakhir. 
NEXT EPISODE

1 Comments

Previous Post Next Post