Dengan rasa cemburu dan kebencian yang amat besar. Dear
berteriak pada Pim,”Aku dan Kawin adalah suami-istri! Kami saling mencintai!”
“Jadi yang terjadi selama ini adalah ulah kamu?!” kata
Pim dengan suara bergetar, syok.
“Kamu menjadi lebih pintar sekarang, ya. Tapi sudah
telat. Sejujurnya, aku ingin memberi kamu pilihan. Kamu mau mati langsung? Atau
kamu mau seperti teman kamu? Hah?! Seperti nya itu ide yang bagus. Untuk
seseorang yang suka mencuri barang orang lain!” kata Dear dengan nada
mengancam. Kilat pun bercahaya dan langit juga sedang bergemuruh.
“Jadi alasan Nam seperti ini adalah karena kamu?!” kata
Pim, tapi Dear malah menertawainya, lalu Pim pun melanjutkan,”Aku tidak pernah
mengira kamu akan seperti ini!”
Karena emosi oleh sikap Dear, dengan sekuat tenaga Pim
melepaskan tangannya yang ditahan dan menampar Dear. Tapi dengan sigap juga,
para anak buah Dear, menahan tangan Pim lagi. Dan hujan pun turun dengan
derasnya kemudian.
“Lepaskan aku brengsek! Kamu Iblis! Bagaimana kamu bisa
melakukan itu kepada temanku?!” teriak Pim, marah kepada Dear.
Lalu Dear mendekati Pim dan balas menampar Pim. Lalu ia
mengeluarkan pistol dan mengarahkan pada Pim,”Ucapkan selamat tinggal pada dunia
ini, Pimdao. Kamu harus berterimakasih padaku, karena aku membiarkan kamu mati
dengan nyaman. Dan tidak seperti teman kamu!”
Pim pun tidak tahan lagi dan dengan lebih kuat, ia
melepaskan dirinya dari para anak buah Pim dan langsung bergerak menahan Dear.
Pim mengancam para anak buah Dear untuk tidak mendekatinya, karena jika tidak
ia akan menembaknya. Mendengar itu para anak buah Dear pun menjadi ragu untuk
mendekat, sedangkan Dear sendiri malah tersenyum tanpa merasa takut sedikit
pun.
“Tembak!” teriak Dear pada anak2 buahnya. Mendengar itu,
Pim segera memukul jatuh Dear dan lari untuk bersembunyi. Dan para anak2 buah
Dear pun segera ikut berlari untuk mengejar Pim.
Saat sampai dirumah sakit. Jade sudah tidak sadarkan diri
lagi. Dan Gun berserta Wit terus berteriak, meminta Jade untuk tetap kuat. Lalu
Jade pun di bawa masuk oleh para suster dan dokter ke dalam ruang Emergency
untuk dioperasi.
Para anak buah Dear, tidak berhasil menemukan Pim. Dan
Pim sendiri bersembunyi dibalik pepohonan dengan perasaan takut dan sedih,”Win,
bagaimana bisa kamu melakukan ini kepadaku? Mengapa Win?” kata Pim kepada
dirinya sendiri sambil menangis.
Koy keluar kamar dan mendengar suara air dikamar mandi,
jadi ia pun mengira bahwa Pim saat itu sedang mandi. Tepat ketika itu, Gun dan
Wit pulang kerumah, mengabarkan pada Koy bahwa Jade tertembak. Dan saat ini
Jade masih berada dirumah sakit.
Lalu Gun menanyai Koy tentang keberadaan Pimdao. Yang
langsung dijawab Koy bahwa Pimdao sedang mandi. Tapi Gun tidak percaya,
dikarenakan sekarang masih jam 3 pagi. Jadi Gun mengetok pintu kamar mandi,
tapi tidak ada jawaban. Lalu Gun pun membuka pintu kamar mandi begitu saja dan
melihat catatan yang ditinggalkan oleh Pim.
Gun pun menjadi cemas dan keluar untuk mencari Pimdao.
Sedangkan Koy jadi merasa bersalah karena hal itu.
Met mengabarkan kepada Win bahwa mereka telah berhasil
melarikan diri. Dan setelah mendengar itu Win pun langsung memukul Met berkali2
sampai mulut Met berdarah. Sambil memukul Win berteriak marah,”Melarikan diri?
Lari?! Lari?! Lari?!”
Met pun hanya bisa meminta maaf saja pada Win. Tapi Win
memarahinya,”Pergi urus semuanya! Jika mereka masih hidup, itu berarti mereka akan
mencari dokumen itu.”
“Maksud Anda, mereka tidak mempunyai dokumen itu?” tanya
Met.
“Ekh.. kamu bodoh ya! Jika mereka punya itu, mereka tidak
akan melakukan itu kepada kita. Gunakan otak kamu untuk berpikir sedikit.” Kata
Win.
Gun pergi keapatermen Pim untuk mencarinya. Karena bisa
saja Pimdao pulang kembali ke apartemennya. Tapi Gun ternyata salah, karena
Pimdao tidak berada disana. Jadi ia pun menjadi tambah khawatir dan pergi dari
sana.
Ditempat lain. Koy bertanya pada dirinya sendiri dengan
perasaan bersalah,”Apakah aku telah melakukan kesalahan lagi?”
“Jangan berpikir terlalu banyak.” Balas Wit, menenangkannya.
“Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk kepada Khun
Pimdao?”
“Jangan berpikir seperti itu, Koy. Mungkin saja tidak ada
yang terjadi pada Khun Pim.”
“Itu hanya kamu yang mengerti aku. Terima kasih ya, Wit.”
Kata Koy sambil tersenyum oleh karena segala kebaikan Wit yang telah
menenangkannya. Dan mereka pun saling tersenyum.
Tapi tiba2 terdengar suara ketukan dipintu. Sehinga
mereka pun langsung bersikap waspada. Dengan perlahan Wit mengeluarkan pistol
nya dan membuka pintu, tapi ternyata tidak ada siapapun, kosong. Lalu tanpa
sengaja ketika Wit melihat kebawah, ia melihat Pim yang pingsan dilantai.
Gun, Prim, Koy, dan Wit berkumpul didalam kamar, menunggu
dokter yang sedang memeriksa keadaan Pim. Yang untungnya, Pim tidak
kenapa-napa, hanya dengan istirahat sebentar saja, kondisi Pim akan kembali
membaik.
Wit dan Koy mengantar dokter itu keluar. Sedangkan Gun
segera duduk disebelah Pim dan memegangin tangan Pim,”ini salahku, aku tidak
bisa menjaga Khun Pimdao dengan baik.” Kata Gun pada Prim yang berdiri
dibelakangnya.
“Tidak ada yang ingin ini terjadi. Kamu telah melakukan
yang terbaik.” Kata Prim menyemangati Gun, lalu ia memberitahu Gun,”Aku membawa
dokumen2 yang kamu butuhkan. Aku mengambilnya untuk kamu.” Kata Prim, lalu
keluar dari dalam kamar.
“Mengapa kamu melakukan itu? Jika sesuatu terjadi padamu,
maka bagaimana aku akan hidup.” Kata Gun lirih kepada Pim yang masih tertidur,
lalu dengan lembut ia membelai kepada Pim.
Gun dan Wit duduk dengan tenang, membaca semua dokumen
yang diberikan oleh Prim.
“Ini semua adalah dokumen P Star Channel yang kamu mau.”
Kata Prim.
“Rencana Win begitu sempurna. Dia menggunakan kepercayaan
Pimdao untuk menyakitinya. Tepatnya ketika proses penanda tanganan transaksi
keuangan. Aku yakin Khun Piimdao tidak membca detail nya ketika menanda
tanganin dokumen ini.” Kata Gun.
“Itu benar. Itu semua karena kepercayaan. Siapa sih yang
akan mengira, orang yang mereka cintai dan akan nikahi akan melakukan hal
seperti ini.” Timpal Wit.
“Ini salahku. Aku tidak cukup memperhatikan ini. Aku
mengira, jika Pimdao menjadi GM dan Kawin hanya menjadi Shareholder serta dia hanya
mengatur hal2 yang kecil aja, disana ga mungkin ada masalah.” Kata Prim
menyalahkan dirinya.
Gun membesarkan hati Prim untuk tidak menyalahkan dirinya
sendiri. Karena yang terpenting sekarang adalah mereka harus menemukan solusi
untuk bagaimana melaporkan hal ini ke polisi.
Dikamar. Pim bermimpi sambil bicara memanggil nama
Nam,”Nam, tolong baik2. Nam. Nam. Nam.”
Koy langsung mendekati Pim dan memanggilnya,”Khun Pim!
Khun Pim! Apa yang salah?”
Pim pun terbangun dan langsung berlari keluar kamar
sambil terus memanggil nama ‘Nam’. Mereka semua pun langsung menahan Pim dan
menenangkannya. Tapi Pim tidak tenang serta khawatir kepada Nam, jadi ia
memohon pada Prim untuk mengantarnya menemui Nam.
Tapi Gun menasehati Pim untuk tenang dulu. Karena jika ia
sudah pulih, mereka pasti akan membawa dia menemui Nam. Akhirnya, Pim pun
menjawab,”Ya.” Sambil masih menangis.
Gun, Pim yang memakai topi serta berjalan dengan terus
menundukan kepalanya, dan Koy datang kerumah sakit untuk menemui Nam. Gun
memberikan surat persetujuan dari kepolisian kepada petugas jaga, untuk agar
mereka boleh berbicara dengan korban. Tapi dikarenakan kondisi korban yang
masih belum stabil, suster melarang mereka untuk masuk. Terutama pria.
Tapi Gun beralasan bahwa ia tidak akan masuk. Melainkan
hanya Koy dan Pim saja yang akan masuk kedalam. Dan pada saat itu, terlihat
seorang pria bersembunyi didekat tangga dan memperhatikan mereka.
Nam duduk termenung, menatap kosong kedepan. Suster pun
menjelaskan pada mereka,”Ketika dia ditanyai mengenai kejadian waktu itu. Dia
akan mulai berteriak.”
Dengan perasaan amat sedih, Pim mendekati Nam dan
memanggil namanya. Nam sendiri tampak masih mengenali Pim, saat Pim membuka
topinya. Lalu dengan sedih Nam memegang tangan Pim, lalu wajahnya, dan akhirnya
memeluk Pim sambil menangis tersedu2,”Pim. Pim. Aku minta maaf.”
Koy berdiri dibelakang mereka dan memperhatikan itu
dengan haru.
Lalu Koy dan Pim pun keluar dari dalam ruangan Nam. Koy
yang melihat sikap khawatir Gun pada Pim, akhirnya pamit untuk menunggu didalam
mobil saja, meninggalkan mereka berdua. Serta orang yang mengintip tadi, sudah
tidak terlihat didekat tangga lagi.
“Hari itu ketika aku ingin menemui Win, tapi aku malah melihat
Dear. Dia bilang padaku, dia yang menyebabkan Nam menjadi seperti ini.” Cerita
Pim.
“Khun Dear? Aku tidak percaya ini. Pertama kali aku
mengira itu adalah Kawin.” Kata Gun.
“Mengapa kamu mengira itu Win?”
“Karena dia membutuhkan beberapa bukti dari Khun Nam. Dia
juga pernah sekali, mengirim orang untuk mencari itu dirumah Nam. Itu alasan
kenapa aku mengira bahwa itu adalah Kawin yang melakukannya.”
Pim pun berdiri dan memegang tangan Gun,”Sekarang
waktunya. Kamu harus menceritakan segala yang kamu ketahui tentangku. Karena
sekarang, semuanya itu terjadi dalam hidupku. Aku mohon. Ini adalah waktunya
aku tau. Ceritakanlah.”
Gun pun akhirnya menceritakan segalanya kepada Pim. Lalu
Pim syok dan bertanya,”Win ada dibalik semua ini? Termasuk kematian orang
tuaku?”
Pim menangis dengan sedih, tapi Gun segera
menenangkannya,”Kamu harus kuat, untuk dapat melawan mereka.” Kata Gun.
“Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?” tanya Pim.
“Apa yang harus kamu lakukan sekarang adalah membuat Khun
Nam mengatakan bukti apa yang ia miliki tentang Kawin. Aku percaya, itu akan
menjadi kunci untuk menyelesaikan semuanya.” Balas Gun.
“Bisakah aku bertanya satu hal?” tanya Pim. Dan dibalas
angukan dari Gun. Jadi Pim melanjutkan,”Sejak kamu menceritakan kepadaku
segalanya, kamu tidak menyembunyikan apapun lagi, kan?”
Gun terlihat ragu. Lalu Pim mengenggam tangan
Gun,”Bagaimana bila begini, dari sekarang, jika kamu mengetahui sesuatu, maka
kamu harus menceritakan nya padaku. Jangan sembunyikan. Tidak peduli apapun
itu, jangan bohong padaku. Baik itu berita baik atau buruk. Bisakah kamu
berjanji?”
Gun pun menlap air mata Pim dan memeluknya. Tapi ia tidak
mengatakan apapun.
Setiap hari, Pim selalu datang untuk menjenguk Nam.
Merawatnya. Menyuapinya. Bahkan saat malam, Pim selalu memeriksa semua dokumen
yang ada, untuk menyelidiki.
Begitu juga dengan Wit dan Koy yang saling bekerja sama.
Koy juga selalu ikut dengan Pim saat akan menjenguk Nam.
Dan terlihat seorang pria yang kemarin bersembunyi, masih ada. Mengawasi
mereka.
Pim selalu memeriksa semua dokumen yang ada, satu
persatu. Sambil ia pun kelelahan dan tertidur. Tapi dengan penuh perhatian, Gun
membereskan semua dokumen itu dan menyelimuti Pim. Mengelus kepala Pim serta
mengecup kening Pim.
Dikantor. Ak melakukan meeting dan disana ia berkata pada
semua orang yang hadir,”Aku sudah bertambah tua. Jadi aku berpikir untuk
mengangkat ketua Akara Chemical baru yang
bisa membawa kita ke era yang baru.” Kata Ak sambil menepuk pundak Win
dihadapan mereka semua.
Win masuk kedalam ruangan dengan tersenyum senang. Tapi
segera, saat Met melaporkan bahwa Pim datang menemui Nam, ia menjadi
emosi,”Perhatikan mereka. Temukan cara untuk membawa Nam keluar sebelum mereka
tau lebih lagi daripada apa yang mereka ketahui sekarang.” Kata Win.
Diapatermen. Dear emosi juga, karena Pimdao yang berhasil
lepas darinya. Tapi saat Win datang memanggilnya, raut wajah Dear langsung berubah,”Ada
apa, Win?” tanya Dear sambil tersenyum.
“Ayah melangkah turun dari Akara Chemical. Dan aku akan
menjadi ketua selanjutnya.” Cerita Win dengan senang.
“Apa kamu yakin?”
“Ayah yang bilang itu saat meeting. Mengapa? Mengapa kamu
pikir Ayah tidak akan melakukan itu?” tanya Win saat ia melihat raut tidak
percaya diwajah Dear.
Dear pun mengenggam tangan Win,“Kawin. Aku tau ayah lebih
dari siapapun. Percayalah. Ayah tidak akan membiarkan kita bersama.”
“Tapi aku telah melakukan segala yang Ayah inginkan.”
“Karena itulah. Lagipula sekarang, Akara Chemical tidak
memerlukan kamu lagi.” Kata Dear cepat, berusaha untuk menyakinkan Win, lalu
lanjutnya,”Kawin. Jika aku bertanya pada kamu, antara aku dan Akara Chemical,
apa yang akan kamu pilih? Bagiku, aku sudah siap membuang segalanya. Dan
meninggalkan tempat ini. Ini untuk kamu.”
Win terlihat masih bimbang.
Didalam mobil, Win masih memikirkan perkataan Dear
padanya. Tapi tiba2 Met memberitahu Win bahwa mobil mereka tidak bisa berhenti,
karena saat ia berusaha menginjak rem. Remnya tidak berfungsi. Jadi akhirnya
Win pun menjadi panik.
Tags:
Game Maya