Didalam
kantor. Met membertitahu Win bahwa ada seseorang yang sengaja menrusak rem
mobil mereka. Dan ketika mendengar itu Win merasa kesal, lalu ia bertanya pada
Met,”Bagaimana situasi Nam?” tanya nya.
“Aku masih
mencari cara untuk menanganinnya.” Jawab Met.
“Tidak. Aku
berubah pikiran. Sekarang, aku ingin tau dimana Nam menyembunyikan semua
dokumen itu. Aku pikir kita memerlukan sebuah pegangan, yaitu bukti milik
Prapas.” Tegas Met.
“Kamu pikir
Khun Nam masih memiliki bukti itu?” tanya Met.
“Aku tidak
tau. Tapi pertama2 culik Nam dulu, kemudian paksa dia menceritakan pada kita,
dimana dia menyembunyikan dokumen itu.”
“Apa yang
akan kamu lakukan dengan bukti itu?”
“Untuk
keamanan. Aku sudah tidak bisa mempercayai siapapun lagi.” Balas Win dengan
menatap tajam ke arah depan.
Dicafe.
Pimdao, Gun dan Prim, menemui seorang pengacara untuk meminta bantuannya. Jadi
setelah mereka selesai menjelaskan, Pengacara itu memberitahu,”Kasus Khun Nam harusnya
bukan masalah. Karena tidak ada bukti yang menyebutkan bahwa Khun Pim adalah
pelakunya. Juga untuk kasus pencucian uang, kita akan menyerahkan kepolisi.”
Pim pun
terlihat sudah benar2 pasrah dengan situasi yang dia alami. Serta Pim juga
menyalahkan dirinya sendiri, karena sudah terlalu bodoh mempercayai orang
seperti itu. Mendengar itu Gun pun mengingatkan Pim untuk tetap tenang.
Tepat ketika
itu Win dan Dear berjalan dengan mesra, masuk kedalam café. Melihat itu, Pim
segera berdiri dan menghampiri mereka, lalu menampar Win. Tapi Gun dengan sigap
menghentikan Pim untuk tetap tenang. Begitu juga dengan Prim yang ikut
menenangkan Pim.
“Kamu
menggunakan perusahaan ku untuk pencucian uang! Dan barang2 setan itu. Jangan
pernah berpikir bahwa aku tidak tau apa yang kalian berdua lakukan! Kamu dan
Khun Dear.” Kata Pim menluapkan semua rasa kesalnya pada Win.
“Apa yang
kamu bicarakan? Aku tidak mengerti.” Balas Win, berpura2 polos dan tidak
mengerti.
“Kamu tidak
mengerti, hah?! Apa yang kamu lakukan, merusak hidupku! Apa yang pernah aku
lakukan ke kamu Win?!”
Dengan
tersenyum, Win membalas perkataan Pim dengan ejekan,”Hidup mu rusak karena
aku?! Aku tidak melihat itu, karena dari apa yang aku lihat, kamu baik2 saja.
Dan kelihatannya, kamu lebih bahagia sekarang daripada saat kamu bersama dengan
ku. Aku mengira bodyguard mu ini menggantikan tempatku sekarang?”
Gun menjadi
emosi dan bergerak maju untuk memukul Win, tapi di tahan oleh Prim. Win sendiri
tidak menghentikan ocehannya, mengejek Pim. Dan ketika mendengar semua itu,
mata Pim menjadi berkaca2,”Bagaimana bisa aku mencintai kamu dulu?”
Tanpa
perasaan Win pamit pada mereka dengan nada sinis, lalu ia dan Dear berjalan
masuk. Tapi Pim menahan Win dan akan menampar Win lagi, tapi kali ini Win
menahan tangan Pim. Begitu juga dengan Gun yang menahan Pim untuk tidak
bertindak seperti itu.
“Jangan
pikir, apa yang kamu lakukan bisa sukses! Karena aku memiliki sesuatu yang bisa
mengirimkan kamu ke penjara!” teriak Pim marah.
Tapi lagi2
Gun menghentikannya,”Khun Pim! Cukup! Tenang.”
“Aku tidak
tau apa yang kamu punya, tapi aku tidak takut. Pergi sana kepolisi, jika kamu
bisa!” teriak Win membalas Pim.
Dengan sedih
Pim pun menangis dan menutup matanya dengan perasaan frustasi.
Saat sedang
makan. Dear protes kepada Win bahwa ia tidak tahan untuk tinggal didunia yang
sama dengan Pim lagi. Karena setiap ia mendengar berita tentang Pim, ia merasa
sakit. Tapi Win meminta Dear untuk sabar.
“Sekarang,
kita mungkin bisa menggunakan Pimdao untuk mendapatkan bukti. Dokumen milik
Prapas. Karena mereka sudah tau bahwa dokumen itu ada dengan Nam. Anak buah Met
melihat Pim diam2 mengunjungin Nam. Siapa tau, mungkin Nam bisa bicara dan
menceritaka padanya.” Jelas Win.
“Itu tidak
sulit. Hanya bunuh Nam dan Pimdao saja. Lalu semua masalah akan selesai.” Kata
Dear memberikan solusi.
“Tapi aku
harus memliki bukti ditanganku. Aku memikirkan apa yang kamu bilang. Jika Ayah
berencana melakukan sesuatu padaku, aku akan menggunakan dokumen ini untuk
bernegosisai dengannya.” Jelas Win lagi, tapi mendengar itu Dear menghela
nafasnya, jadi Win mengenggam tangan Dear dan melanjutkan,”ini untuk kemanan ku
dan masa depan kita. Tunggu sebentar saja lagi, sayang.”
Pim
mengunjungin Nam lagi. Lalu dengan sedih Pim mengelus kepala Nam dan meminta
maaf, karena ia tidak bisa membantu Nam sama sekali. Begitupun dengan Nam yang
juga membalas bahwa ia juga meminta maaf.
Pim pun
memeluk Nam sambil berkata pelan,”Untuk kasus mu Nam, kita tidak memliki banyak
bukti. Apakah kamu mengingat sesuatu apapun itu? Malam saat kejadian itu, Win
menginginkan beberapa bukti atau dokumen dari kamu?” tanya Pim.
Mendengar
itu, Nam mulai tertawa sendiri,”Bukti! Hahahah…”
Pim berusaha
untuk mendapatkan informasi, tapi Nam tidak berhenti tertawa. Lalu berjalan
naik keatas tempat tidur,”Bukti ku. Bukti ku.”
“Nam. Dimana
bukti itu? Apa itu?” tanya Pim lembut.
“Aku tidak
akan memberikan nya kepada siapapun. Aku menyimpan itu dan tidak akan
memberikannya. Aku bilang, aku tidak akan memberikannya. Aku tidak akan
memberikannya! Aku tidak akan memberikannya!” kata Nam terus menerus, mulai
histeris sendiri.
Jadi Pim
memegang kedua tangan Nam dan menahannya,”Nam tenang. Nam tenang. Pelan2 ..
pikirkan dengan hati2, dan ceritakan padaku, bukti apa itu? Tenanglah.”
Perlahan Nam
mulai menjadi tenang dan mengingat bahwa dulu ia menyimpan semua bukti itu
didalam laptopnya. Lalu tiba2 Nam terbangun dan berkata,”Dimana itu?! Dimana
bukti itu?! Siapa yang mengambilnya?! Siapa?!” teriak Nam, histeris lagi.
Pim pun
terlihat panik dan meminta Nam untuk jangan memikirkan itu lagi. Tapi Nam masih
tidak tenang, jadi Pim lalu mengelus lembut punggung Nam, lalu menyelimutinya.
Dan setelah itu, dengan sedih Pim menatap kearah Nam, serta akan pergi keluar.
Tiba2 Nam
mengatakan sesuatu,”E-mail.”
Mendengar
itu, Pim pun berbalik lagi. Dan mendekati Nam yang terus berkata,”E-mail. Itu
didalam E-mail. E-mail.” Kata Nam sambil meneteskan airmatanya.
Tapi Pim
tidak melihat itu dan hanya menepuk pelan bahu Nam, lalu ia dengan buru2
keluar.
Dan dengan semangat Pim segera memanggil dan memberitahu Gun.
Dibelakang mereka, anak buah Met ikut mendengarkan.
Jade telah
keluar dari rumah sakit.
Ketika Gun
dan Pim pulang. Gun segera meminta Wit untuk melakukan hacking komputer, karena
ia itu merupakan keahlian Wit. Dan ketika mendengar itu, dengan bangga Wit
membunsungkan dadanya.
Lalu Wit pun
mulai mencoba untuk membuka paksa e-mail milik Nam. Dengan mereka semua
berdiri, memperhatikan Wit dengan perasaan cemas serta gugup.
Pagi
harinya. Dengan penuh perhatian, Koy membangunkan Wit yang tertidur diatas meja.
Sedangkan Koy sendiri berencana pergi untuk menemui Nam dulu, karena menurutnya
mungkin saja Nam akan ingat.
Dengan
senang, Wit tersenyum,“Aku senang kamu mengkhawatirkan aku.”
“Mm.. aku memang
mengkhawatirkan setiap orang.” Balas Koy sedikit gugup, lalu ia pun pamit
pergi. Tapi Wit menghentikannya, lalu berkata.”Aku senang. Kamu telah baikan
dengan Khun Pim.”
Wit mendekati
Nam dan memegang tangannya,“Tidak peduli apapun alasanmu, aku bangga padamu. Aku
tidak jatuh cinta kepada orang yang salah.” Kata Wit sambil tersenyum.
Koy terlihat
senang mendengar itu dan ikut tersenyum. Tapi ketika sadar bahwa Wit telah
memegang tangannya lama sekali. Jadi dengan agak canggung Koy menarik
tangannya,”Apa yang kamu bilang itu? aku pergi sekarang.” Kata Koy, lalu ia pun
berbalik dan berjalan pergi, dengan senyum lebar diwajahnya.
Seperti
biasa, Koy menemani Pim untuk menjeguk Nam. Tapi kali ini tampaknya mereka
mulai akrab dan lebih baik dari sebelumnya.
“Terima
kasih banyak ya. Udah temanin dan jaga aku selama waktu ini. Aku tau kamu tidak
suka aku. Tapi aku masih akan berterima kasih padamu. Terima kasih ya.” Kata Pim,
tulus.
Koy pun tersenyum
membalasnya. Lalu Koy pun menyuruh Pim untuk masuk duluan. Sedangkan dia
sendiri akan pergi ke kamar mandi bentar.
Saat Pim
sedang menandatanganin dokumen untuk menjenguk dan diperiksa. Dua orang pria
bermasker lewat dan masuk ke dalam ruangan Nam, seorang dari mereka memakai
pakaian perawat, sedangkan seorang lagi duduk dikursi roda sebagai pasien.
Pria perawat
itu menutup mulut Nam menggunakan kain bius, tapi Nam membrontak dengan kuat. Tepat
ketika itu, Pim masuk dan melihat hal tersebut, tapi Pria pasien segera memukul
Pim. Tapi Pim tidak habis akal dan mengambil vas bunga kecil didekatnya, lalu memukul
pria itu.
Pria perawat
itu yang telah berhasil membuat Nam tertidur, segera membantu rekannya. Tapi Pim
segera memukulnya. Tidak selesai sampai disitu saja, karena Pria pasien segera
menutup mulut Pim dengan kain bius juga, sehingga Pim pingsan.
Tepat ketika
itu, Koy masuk dan langsung berteriak memanggil bantuan. Sayangnya Pria perawat
mendekati Koy dan segera memukul perut Koy, hingga Koy kesakitan. Lalu mereka
pergi membawa Pim pergi dari sana.
Gun heran
ketika ia melihat, dua orang perawat serta penjaga, terlihat panik. Jadi Gun
pun mengikuti mereka masuk kedalam ruangan Nam. Lalu Koy segera memberitahu
Gun,”P’Gun, seseorang menculik Khun Pim. Aku minta maaf. Aku tidak mengira itu bisa
terjadi.” Jelas Koy.
Mendengar
itu, Gun segera berlari pergi. Dan dengan masih agak tampak kesakitan, Koy
berlari mengikuti Gun, meninggalkan Nam yang diurus oleh para perawat.
“Tunggu aku.
Kemana kamu akan pergi?! P’Gun! Kemana kamu?!” teriak Koy kepada Gun yang
berlari menurunin anak2 tangga dengan terburu2.
Met
mengabarkan pada Win apa yang terjadi yaitu anak2 buahnya telah salah menculik
orang. Karena yang seharusnya mereka culik adalah Nam, bukan Pim. Jadi ketika
mendengar hal itu, Win pun menjadi sangat marah besar pada Met.
Ketika itu,
Gun dan Koy masuk menemui Win.
“Dimana kamu
membawa Pimdao?!” tanya Gun, marah.
Tapi Win
tidak terlihat takut sedikit pun,”Nampaknya kalian berdua saling mencintai. Kamu
berani datang kesini, bukankah kamu takut mati?” balas Win dengan nada mengejek
Gun.
“Aku tanya
dimana kamu membawa Pimdao?!” tanya Gun lagi dengan tatapan marah.
Lalu Gun
berniat mendekati Win, tapi Met segera menendang Gun dan lalu beberapa anak2
bauh Win masuk serta menahan Gun dan Koy, sehingga mereka tidak bisa perbuat
apa2. Dear yang teryanta juga berada disana, diam memperhatikan itu.
Win memukul
Gun,”Itu untuk hari itu.” kata Win, lalu ia pun memukul dan menendang Gun.
Dengan sombong
Win berbicara pada Gun, tanpa memperdulikan Koy,”Jika kamu ingin Pimdao,
kemudian bawakan bukti milik Nam padaku. Kemudian aku akan mengembalikan
Pimdao.”
“Aku tidak
punya.” Tegas Gun.
“Aku tidak
peduli, kamu punya atau ga! Jika kamu mau Pimdao, kamu harus memiliki itu.”
kata Win lalu memukul Gun lagi.
Gun dan Koy
tidak ada disana lagi. Hanya tinggal Win dan Ak didalam ruangan.
“Apa yang
kamu lakukan pada Pimdao? Apa rencana kamu?” tanya Ak.
“Tidak ada. Aku
hanya ingin menggunakan Pimdao untuk mendapatkan Dokumen Prapas.” Jawab Win.
Ak pun
menjadi kesal mendengar itu,”Apa maksud kamu, hah? Masih ada dokumen milik
Prapas yang tertinggal?!” kata Ak sambil memukul meja.
“Dokumen itu
akan membuatku, kamu, dan Akara Chemical hancur.” Jawab Win dengan nada yang
sangat percaya diri.
Lalu Win pun
mengiyakan perintah Ak dan pergi. Tapi Ak terlihat tidak percaya. Sehingga Ak
menyuruh anak buahnya untuk mengikuti dan mengawasi Win,”Ketika ia mendapatkan
dokumen itu. Bunuh dia langsung.”
Wit telah
berhasil membuka e-mail milik Nam, jadi dengan senang ia memanggil Jade yang
sedang berada didapur.
“Buka itu
dan lihat bukti apa yang mereka bicarakan.” Kata Jade bersemangat.
Disana Wit
menemukan sebuah folder dengan nama Akara. Jadi ia pun buru2 membukanya. Lalu pada
saat itu Gun dan Koy pulang dengan tampang lesu dan lemas.
Jade dengan
semangat memberitahu Gun dan Koy. Dan Wit pun segera memperlihatkan itu pada
Gun. Tapi saat itu Jade yang tidak melihat Pim bersama mereka berdua, bertanya,”Dimana
Pim?”
“Khun Pim diculik oleh anak buah Kawin.” Jelas Koy.
Win serta Met datang menemui Pim didalam gudang. Disana Pim
duduk dalam keadaan tangan terikat kebelakang.
“Siapa yang menyuruh kalian untuk mengikat Khun Pimdao
seperti itu? Lepaskan dia.” Kata Win, lalu lanjutnya,”Beri dia sedikit
penghormatan sebagai artis.”
Setelah ikatan nya dilepaskan, Pim maju dan hendak
memukul Win. Tapi Win menahan tangan Pim,”Tenang, sayang.” Kata Win lembut.
“Aku bukan kekasih mu!” balas Pim tajam dan melepaskan
tangannya dari Win.
“Kamu sangat membenci ku sekarang? Dulu, kamu ingin aku
memeluk dan mencium mu.”
“Asal kamu tau, kamu menganggu! Kamu membunuh Ayahku dan
melakukan hal2 seperti itu! Aku ingin tau. Win, bagaimana bisa kamu melakukan
ini? Mengapa? Apa yang telah kuperbuat padamu?!”
“Ayah kamu sendiri yang ikut campur! Bukan hanya hidupmu
aja yang berantakan. Hidupku juga berantakan karena Ayah kamu!”
“Itu karena kamu Iblis! Jangan berpikir, kamu bisa dengan
mudah menghancurkan hidupuku! Orang seperti kamu harusnya menghabiskan hidupnya
dipenjara!” kata Pim sambil menatap kesekelilingnya sesaat, lalu mengambil
sebuah kayu,”Jangan mendekat!”
Dan Met berusaha untuk menghentikan Pim, tapi Pim langsung
memukulnya dan melarikan diri. Anak2 buah Win ingin mengejar Pim, tapi Win menghentikan
mereka dan mengeluarkan pistolnya. Dorr.. !! tembak Gun kearah Pim.
Tapi tembakan itu tidak mengenai Pim dan hanya untuk menakutinya.
Dan benar saja, karena hal itu, Pim berhenti berlari dengan ketakutan. Lalu anak
buah Win pun menahan Pim.
Ditempat lain. Gun mengirimkan dokumen milik Nam kepada
Win. Dan ketika mendapatkan pesan tersebut, Gun tersenyum senang sambil
berjalan menghampiri Pimdao yang terikat.
Gun, Jade, Wit, dan Koy menanti dengan cemas. Lalu Gun
mengangkat telpon dari Win.
Dan Win menaruh hpnya tepat ditelinga Pim,”Suruh dia
untuk datang menemui ku disini. Sendiri!” perintah Win.
Win emosi dan hendak memukul Pim, tapi tidak jadi, lalu
ia pun menjauh dari Pim,”Bawa semua dokumen2 itu ke Gudang Akara Chemical. Dan yang
paling penting, kamu harus datang sendiri. Jangan bermain jebakan. Atau aku
tidak akan bisa menjamin keselamatan Pimdao.” Ancam Win, lalu menembak.
Gun dan yang lain, ketika mendengar itu, menjadi tambah panik dan cemas.
Tags:
Game Maya