Gun,
Jade, Wit, serta Koy berkumpul bersama untuk membahas cara menolong Pim. Lalu
Gun pun mulai memberikan pengarahan kepada mereka semua,”Jade, bawa dokumen2
ini kepada Boss. Untuk kamu Wit, tetap disini. Aku yakin mereka akan datang
untuk mengambil bukti itu, karena mereka tidak akan pernah percaya bahwa aku
telah membawa semuanya untuk mereka. Dan aku sendiri akan pergi menemui
mereka.” Jelas Gun.
Mendengar
itu Wit segera mendekat kepada Gun dan mengingatkan bahwa ini akan sangat
membahayakan Gun sendiri nantinya. Apalagi bila Boss mereka menolak untuk
menolong mereka. Tapi Gun tidak mau serta bersikeras bahwa ia akan tetap pergi
kesana, lalu ia berkata,”Koy, tinggalkan tempat ini. Cari tempat yang aman untuk
tinggal. Ketika semuanya telah selesai, kami akan menghubungin kamu.” Jelas Gun
lagi.
Koy
berdiri dan berkata,”Tidak, P’Gun. Bagaimana bisa aku pergi ketika hidup kalian
sedang dalam bahaya disini?” katanya menolak perkataan Gun.
Wit
berdiri menengahi mereka, lalu berkata pada Koy,”Lakukan saja apa yang P’Gun
katakan.”
Dengan
berat hati Koy pun tidak berkata apa2 lagi dan menerima perkataan Gun tersebut.
Jade
memberikan bukti dokumen2 yang telah mereka dapatkan pada Boss mereka dikantor.
Tapi Boss malah tidak bisa membantu mereka, karena mereka harus mengikuti semua
prosedur yang ada terlebih dahulu, baru mereka bisa bertindak.
“Tapi
kita tidak punya banyak waktu,Boss.” Protes Jade keras.
“Jika
aku mengizinkan kamu melakukan itu dan lalu gagal. Kamu, aku, dan mungkin
setiap orang diunit kita akan terkena masalah.” Tegas Boss. Jadi Jade pun hanya
bisa mengiyakan saja.
Gun
sampai ke gudang tempat ia dan Win berjanji untuk bertemu. Disana sebelum
masuk, anak buah Win memeriksa Gun terlebih dahulu, baru ia masuk dan
memberitahukan itu kepada Win yang saat itu sedang berada bersama Pim didalam
gudang.
Mendengar
kabar dari anak buahnya, Win berkata pada Pim,”Aku berbahagia untuk kamu, Pim.
Kamu tidak akan mati sendirian hari ini.”
Lalu
Win beserta semua anak buahnya pergi keluar, meninggalkan Pim yang masih
terikat dikursi sendirian. Dan setelah Win keluar, Pim berusaha untuk
melepaskan dirinya, tapi ia tidak bisa, sehingga ia merasa frustasi.
“Dimana
barangnya?!” tanya Win pada Gun.
“Dimana
Khun Pim?” balas Gun.
Tapi
Win tidakmau memberitahu Gun dulu, jadi Gun pun melemparkan flashdisk miliknya
kepada Win. Lalu Win pun memberikan itu kepada Met dan ia mengambil pistol dari
Met. Dan dengan perlahan Win berjalan mendekati Gun,”Kamu yakin ini sudah semuanya?”
tanya Win.
Gun
mengangguk kan kepalanya tanda iya. Setelah itu Win langsung memukul kepala Gun
dengan pistol ditangannya, sedangkan Met pergi kedalam mobil, membuka data
didalam flashdisk milik Gun, lalu ia pun tersenyum puas, ketika telah melihat
bahwa isinya benar.
“Biarkan
aku memberitahumu sesuatu. Sekarang temammu ada ditanganku. Itu berarti kamu
harus menyelematkan dua nyawa sebagai ganti semua bukti2 itu.” Kata Win dengan
kejam.
“Aku
sudah memberikan padamu semua bukti itu.” Balas Gun.
Anak2
buah Win sedang berada didalam apatermen Wit. Mereka menahan Wit dengan menaruh
pistol dikepala Wit dan yang satu lagi menghancurkan laptop milik Wit sampai
hancur.
Tapi
Wit tidak diam begitu saja, karena saat orang yang menahannya agak lengah, Wit
melepaskan dirinya dan memukul orang itu. Serta melawan orang yang
menghancurkan laptopnya. Tapi ketika sedang bertarung, seorang dari mereka,
menembak perut Wit menggunakan pistol. Sehingga Wit pun jatuh terbaring
dilantai.
Tiba2
alarm kebakaran berbunyi, jadi dengan terburu2 mereka berlari keluar dari sana.
Lalu ternyata orang yang menyembunyikan alarm itu adalah Koy.
Koy
masuk dan melihat keadaan Wit yang terbaring dilantai sambil memengangin
perutnya yang berdarah. Koy pun panik dan terus memanggil nama Wit,”Tunggu Wit.
Tunggu Wit. Wit, kamu harus baik2 saja.”
“Koy,
apa kamu mencintai ku?” kata Wit dengan nada yang sudah agak berat.
“Apa
yang kamu katakan?! Jangan bicara dulu sekarang. Tunggulah disini sebentar!”
“Aku..
mencintai ..kamu.” kata Wit lagi, lalu pingsan.
Koy
tambah panik, ”Aku mencintai kamu juga. Bangun dan dengarkan aku! Wit! Bangun
Wit! Bangun Wit! Aku mencintai kamu juga Wit! Kamu dengar aku kan Wit?!” kata
Koy sambil menangis dan memeluk Wit.
Met
yang telah selesai memeriksa isi flashdisk Gun datang memberitahu Win. Dan
setelah itu Win pun mempersilahkan Gun untuk masuk kedalam gudang serta
membebaska Pim. Jadi Gun menatap mereka dengan pandangan berhati2, lalu ia pun
masuk.
Dibelakangnya,
Win berkata pelan,”Aku tidak akan membiarkan kamu pergi dengan mudah. Ini
waktunya untuk bermain, Anjing kecil.”
“Boss,aku
tidak berpikir bahwa ia hanya akan mencopy kesini saja.” Kata Met yang berdiri
disebelah Win.
“Tidak
mungkin dia akan memberikan semua itu kepada kita! Dokumen2 itu mungkin telah diserahkan kepada
polisi sekarang. Yang paling penting adalah melarikan diri duluan. Kamu pergi
dan tanganin semua dokumen kepergianku dan Khun Dear.” Jelas Win.
“Iya,
Boss.”
“Kita
masih memiliki waktu sambil mereka mengecek apakah dokumen2 ini berguna atau
tidak. Tapi sekarang, ayo bereskan masalah ini duluan.” Lanjut Win dengan
tatapan kejam.
Gun
berusaha mencari dimana keberadaan Pim, tapi tidak ketemu. Tapi tiba2 Pim
berteriak memanggil Gun. Mendengar itu Gun segera berlari kearah sumber suara
dan menemukan Pim sedang duduk terikat dikursi, jadi ia segera membantu
melepaskan ikatan Pim.
Dear
datang kelokasi juga. Lalu dengan senang Win memberitahu Dear,”Ini waktunya
untuk bermain Khun Dear.” Katanya sambil menyerahkan pistol miliknya kepada
Dear.
Lalu
dengan sinis serta tatapan kejam, Dear berkata,”Aku sudah menunggu ini sejak
lama, Pimdao.”
Gun
telah melepaskan ikatan Pim. Setelah itu Pim langsung berdiri dan memeluk Gun
dengan erat. Tapi saat Gun melepaskan pelukannya dan Pim melihat darah didahi
Gun, ia pun menjadi khawatir,”Aku sudah bilang ke kamu, kalau itu bahaya. Kamu harusnya
tidak membahayakan hidupmu.” Kata Pim sambil memegang dahi Gun.
Gun
pun langsung menenangkan Pim,”Aku baik2 saja. Bukankah aku udah bilang ke kamu,
tidak peduli apapun bahayanya. Hidupku adalah untuk melindungin mu. Aku akan
membawa kamu keluar dari sini.”
“Bagaimana
bisa kita melarikan diri, ketika disitu ada banyak orang? Kamu harusnya tidak
membahayakan dirimu sendiri demi aku.” Balas Pim.
“Jangan
khawatir. Kita akan keluar dari sini. Percaya aku! Ayo!” kata Gun sambil
menarik tangan Pim untuk pergi. Tapi sebelum mereka berhasil keluar, Dear
datang dan menembakan pistolnya kearah mereka, ditemanin oleh Win yang juga
membawa pistol.
Untungnya,
peluru yang ditembakan tidak mengenai mereka, mungkin itu hanya untuk mengertak
mereka saja. Dan karena itu, Pim pun menjadi tambah panik.
Lalu
perlahan Win serta Dear berjalan mendekati mereka. Dan Dear berkata,”Pimdao. Ini
waktunya untuk bermain game terakhir. Di gudang ini ditempat kamu akan mati. Jangan
takut.”
“Kami
akan memberi kalian kesempatan untuk berlari. Karena itu tidak akan
menyenangkan, jika kalian tidak berlari. Ayo kita mulai game nya! Satu…” kata Win,
melanjutkan kata2 Dear.
Gun dan
Pim pun segera berlari menjauhi mereka berdua. Tapi dengan langkah perlahan,
Dear serta Win mengikuti mereka. Dan Dear terus menembakan pistolnya kearah
mereka berdua,”Larilah! Pastikan kamu bisa melarikan diri kali ini. Hahahha…”
Pim
terlihat sangat ketakutan, tapi Gun tidak. Dengan begitu tenang, Gun menjaga
Pim dan membawa Pim untuk terus berlari di antara rak2 barang digudang. Sehingga
mereka bisa terhindar dari tembakan Dear.
“Kemana
kamu Pimdao? Kamu tidak bisa melarikan diri.” Teriak Dear masih sambil terus
menembak. Tapi Gun dan Pim telah berhasil menjauh dari mereka. Lalu dengan
kesal, Dear memandang kearah Win.
“Aku
akan membantumu, Sayang.” Kata Win lembut.
Gun
dan Pim yang telah berhasil menjauhi Win dan Dear sesaat tadi, kini terjebak. Karena
Win tiba2 muncul dihadapannya sambil mengarahkan pistolnya, begitu juga dengan
Dear yang berdiri di belakang mereka. Sehingga Gun menjadi kebingungan.
Lalu
Dear pun langsung menembak lurus kearah Pim. Dan Gun yang menyadari itu segera
memeluk Pim, sehingga Pim tidak terluka. Tapi sebaliknya Gun lah yang terluka. Pada
saat itu, lagi2 dengan sigap Gun membawa Pim untuk bersembunyi.
Dear
sendiri pun ingin langsung mengejar mereka, tapi Win menghentikannya,”Khun
Dear, tenanglah.”
“Mengapa?
Aku ingin membunuh mereka.” Protes Dear.
“Kedua
tikus itu tidak akan pernah bisa melarikan diri dari kucing seperti kamu. Jadi ayo
biarkan mereka lari sedikit lebih lama. Sehingga itu akan menjadi tambah menarik
untuk kita.” Kata Win sambil memegang Dear.
Lalu
Dear ikut tersenyum.
Pim
merobek bajunya sendiri dan mengikatkannya di lengan Gun yang terluka,”Pakailah
ini untuk menghentikan pendarahan nya dulu.”
“Khun
Pim. Aku akan mengalihkan mereka, lalu kamu coba carilah pintu keluar.” Kata Gun.
Tapi Pim menolak dan tidak mau meninggalkan Gun sendirian, tapi Gun memaksa
Pim,”Kamu harus pergi.” Kata Gun, lalu menarik Pim untuk meninggalkannya.
Tapi
tepat pada saat itu Win dan Dear muncul. Sambil mengarahkan pistol, Win
berkata,”Kami sudah memberi cukup waktu. Mari kita selesaikan urusan kita
sekarang. Silahkan, Khun Dear.”
Saat
Win mempersilahkan Dear untuk maju, tanpa segan Dear segera maju dan
mengarahkan pistolnya lagi pada mereka. Tapi kali ini Pim segera melawan dan
menendang Dear, hingga Dear hampir terjatuh, tapi Win yang berdiri dibelakang
Dear segera menahannya agar tidak terjatuh.
Met dan
anak buah datang kesana. Lalu Win berlari mengejar mereka berdua, sedangkan
Dear memberikan perintah pada Met untuk menahan mereka dari arah belakang.
Gun
dan Pim berhasil keluar, tapi sayangnya mereka menemui jalan buntu. Karena arah
mereka berlari, mengarah kelaut. Sehingga mereka menjadi terdesak, ketika Win
dan Dear serta anak2 buahnya datang mengeejar mereka.
“Itu
cukup. Game Over. Kalian tidak akan bisa melarikan diri lagi.” Kata Win, lalu
perintahnya pada anak2 buahnya,”Pisahkan mereka berdua!”
Jadi
anak2 buah Gun menarik Pim dan Gun agar terpisah, lalu menahan kedua tangan mereka,
sehingga mereka sulit untuk melepaskan diri. Lalu sambil tersenyum Win
bertanya,”Siapakah yang harus kutembak duluan? Laki2 atau perempuan?”
“Biarkan
Khun Pim pergi! Aku sudah memberikan apa yang kamu inginkan! Tapi jika kamu
sangat ingin mengambil nyawa seseorang, bunuh aku!” teriak Gun.
“Kamu
pikir, aku percaya kamu tidak memberikan dokumen itu kepada polisi?! Kamu pikir
aku bodoh, Mr. Bodyguar?! Huh?! Aku akan memberi kamu kesempatan untuk kamu
tidak mencampuri ini. Kesempatan supaya kamu tidak kehilangan apapun, tapi kamu
tidak mau! Kamu memilih ini! Dan sekarang, tidak akan ada lagi kesempatan! Hari
ini, kamu akan mati!” kata Win sambil mengarahkan pistolnya pada Gun.
Tapi
tiba2 Pim berteriak,”Jangan! Jangan Win! Jangan sakiti dia. Aku mohon. Lepaskan
dia. Lepaskan dia. Jika kamu marah atau benci padaku, maka bunuh aku saja. Dia tidak
tau apapun. Jadi lepaskan dia.”
Mendengar
kata2 Pim, Win sama sekali tidak tersentuh, malah sebaliknya, Win tertawa dan
berkata,”Tidak tau apapun?! Kamu percaya itu?!” lalu Win berjalan mendekat
kepada Pim,”Biar aku memberitahumu. Alasan hidupmu menjadi berantakan adalah
karena dia! Dia yang menyebabkan segalanya. Itu dia!” tunjuk Win ke arah Gun.
“Apa
yang kamu bicarakan?” tanya Pim tidak mengerti.
“Kamu
tidak percaya aku? Kesini.” Kata Win sambil menyeret tangan Pim mendekati Gun,”Tanya
dia langsung. Apakah dia mecintai kamu? Atau dia pernah bilang cinta ke kamu?!
Coba aja tanya! Tanya!”
Lalu
kepada Gun, Win berkata,”Katakan padanya. Gadis yang kamu lindungin ini, kamu
mecintai dia. Bilanglah! Bicara! Katakan!” kata Win sambil mengarahkan
pistolnya dibawah dagu Gun.
Pim
menangis, memohon,”Win berhenti! Win, jangan sakiti Gun. Aku mohon.”
Gun
tidak berbicara apapun dan hanya bisa terdiam menatap Pim. Lalu dengan bangga
Win mealnjutkan,”Kamu tidak bisa kan. Itu karena aku telah bicara jujur. Segala
yang dia lakukan itu adalah untuk istrinya! Aku membunuh istrinya! Kamu dengar
aku?! Aku membunuh istri mu!”
Gun
menjadi emosi dan ingin memukul Win, tapi tidak bisa. Karena anak2 buah Win
menahan Gun dengan erat, sehingga Gun tidak bisa melakukan apapun. Dan hanya
bisa berteriak,”Aku akan membunuhmu! Kawin! Brengsek kamu!”
Pim
sendiri terliha antara masih mau percaya dan tidak,”Ini tidak benar. Seseorang tolong
bilang bahwa ini tidak benar. Ini tidak benar kan, Gun?”
Gun
menatap Pim dengan sedih tapi tidak menjawab. Dan Win tersenyum puas,”Sejak
kamu akan mati, ceritakan aja kepada Pim kebenarannya! Ceritalah!” lalu
lanjutnya pada Pim,”Bahkan kata cinta aja, dia tidak bisa bilang ke kamu. Baiklah.
Aku akan mengulang sekali lagi, sebelum kamu mati dengannya. Dai ingin balas
dendam untuk kematian istrinya. Dia tidak punya perasaan padamu. Kamu hanya
alatnya! Hahahah..”
Pim
mendekati Gun perlahan dan memegang tangannya,”Gun, beritahu padaku. Tidak apa2
jika kamu tidak mecintai aku. Aku tidak marah pada mu, walaupun kamu tidak cinta
aku. Tapi beritahu aku, dimasa lalu, segala yang kamu lakukan untukku, oerasaan
mu, itu tidak seperti yang dia katakan kan? Beritahu aku bahwa itu tidak benar.
Aku akan mempercayai kamu.”
“Maaf.”
Balas Gun. Lalu Pim pun melepaskan tangan Gun dan menamparnya, sebelum Gun bisa
berbicara lebih lanjut.
“Berhenti.
Jangan katakan apapun! Aku tidak mau mendengarkan kebohongan kamu! Bukankah aku
memberitahu padamu untuk jujur padaku?! Betapa sedihnya aku, dua orang yang
sangat aku percayai, berbohong padaku. Aku sudah muak! Cukup!”
“Khun
Pim. Itu tidak seperti apa yang kamu pikirkan.”
“Berhenti.
Jangan bicara apapun lagi!”
Gun
berusaha untuk meminta maaf, tapi karena sudah sangat terlalu sedih, Pim tidak
mau mendengarkannya lagi. Gun juga sama sedihnya. Melihat itu Dear tersenyum
dan memotong pembicaraan mereka,”Apakah kalian sudah selesai mengucapkan kata2
perpisahan?”
Dear
mendekati Pim dan memegang wajah Pim agar menatapnya,”Sekarang kamu tau? Betapa
sakitnya aku?!”
“Apa
yang kamu mau? Berhenti bersikap kekanak2an!” teriak Pim. Tapi Dear kesal dan
memukul kepala Pim dengan pistonya sehingga dahi Pim berdarah serta ia jatuh
ketanah. Dan dengan sangat kasar, Dear menarik rambut Pim supaya ia berdiri dan
memukulnya lagi.
Pim
sudah lemas karena semua itu dan tidak bisa berbuat apapun lagi. Jadi Dear
memanfaatkan itu dan mengarahkan pistolnya pada Pim,”Matilah, Pimdao!” katanya
lalu menembak Pim.
Melihat
itu, Gun segera melepaskan dirinya dengan sekuat tenaga dan akan menahan Pim
yang hendak terjatuh ke sungai. Tapi sayangnya, mereka berdua langsung jatuh
bersama. Dan Dear yang tidak bisa menerima itu, menembakan pistol nya ke dalam
sungai. Begitu juga dengan para anak2 buah yang ikut menembak dengan sembarang
kedalam sungai.
“Temukan
badan mereka. Kemudian aku baru yakin bahwa mereka telah mati.” Perintah Win.
Pada
saat itu Jade beserta tim datang kesana.
Flashback
Saat
Jade sudah pamit dan akan pergi. Boss nya menghentikan dia dan berkata,”Aku
siap mengambil resiko dengan kamu untuk ini.”
Flasback
End
Win
tidak takut dan bahkan gentar,”Mengapa kamu disini?!”
“Kami
mendapatkan informasi bahwa ada seseorang yang diculik disini.” Balas Jade
keras.
“Tapi
aku pikir kamu datang ketempatku seperti ini, aku bisa membuat laporan masuk
tanpa izin. Disana tidak ada terjadi apapun seperti yang kamu bicarakan! Jadi pergilah!”
Teriak Win.
Jade
terdiam dan mau tidak mau, mereka pun terpaksa pergi dari sana.
Dirumah
sakit. Wit sedang menjalani operasi. Dan Koy yang menunggu diluar terus berdoa
dengan perasaan cemas. Lalu ia pun terduduk dilantai sambil menangis.
Jade
datang dan segera menghampiri Koy. Jadi dengan sangat sedih Koy menceritakan
nya dan menangis. Tepat ketika itu, Dokter keluar dari ruang operasi. Dan untungnya
Wit berhasil diselamatkan, karena peluru itu tidak menembak kebagian organ2
pentingnya.
Mendengar
itu, Jade dan Koy menjadi lega. Dan tersenyum. Tapi Jade masih tidak tau
bagaimana Gun dan merasa khawatir tentang itu.
Tags:
Game Maya