“Dari
hasil pemeriksaan, kita bisa mengambil kesimpulan. Sepertinya kepalanya
terpukul oleh benda keras dan itu berakibat kepada penglihatannya.” Jelas
Dokter pada Prim serta Gun yang berdiri agak jauh membelakangin.
“Maksud
Anda, Pim akan buta?” tanya Prim. Dan Dokter mengiyakan.
Mereka
berdua masuk kedalam ruangan Pim. Dan Pim bertanya,”Siapa ya?”
“Ini
aku Prim. Pim, kamu tidak perlu khawatir. Dokter bilang bahwa kamu bisa sembuh.”
“Berapa
persen kemungkinan nya? Berapa hari? Berapa bulan? Tahun? Sejujurnya, aku tidak
bisa menerima ini. Akan lebih baik bila aku mati.”
Gun
mendekati ranjang Pim dan mengenggam tangannya,”Khun Pimdao. Kamu harus tetap
kuat.”
Pim
menarik tangannya dari Gun dan meminta pada Prim bahwa ia hanya ingin sendirian
bersama dengan Prim saja. Gun menyentuh kaki Pim, tapi Pim menariknya
juga,”Cukup. Aku tidak mau mendengar suara kamu. Keluar! Keluar!” kata Pim dan
melemparakan bantalnya pada Gun.
Prim
berusaha menenangkan Pim, tapi Pim tetap berteriak menyuruh Gun untuk keluar.
Jadi dengan sedih Gun melangkah mundur secara perlahan dan keluar.
“Aku
tidak ingin dekat dengan nya! Aku tidak ingin mendengar suaranya! Aku tidak mau
ia ada didalam hidupku!” kata Pim menangis dipelukan Prim.
Gun
berlatih dan memukul. Sedangkan Pim terus menangis sendirian.
“Khun
Pim, aku minta maaf! aku minta maaf!” kata Gun sambil jatuh berlutut dilantai.
Jade dan Wit yang melihat itu merasa bersimpati dengan keadaan Gun. Begitu juga
dengan Koy yang ternyata juga ada berdiri tidak jauh dari situ.
Koy
serta Wit dan Gun datang menjenguk Pim. Lalu disana Pim menanyakan kepada
mereka,”Siapa?”
“Ini
aku Koy. Aku membawakan makanan untukmu. Kamu harus makan.”
“Koy
kamu datang dengan siapa?” tanya Pim.
“Dia
datang denganku, Wit.” Jawab Wit.
“Dan….?”
“P’Gun
tidak datang. Bukankah kamu tidak mau dia datang, kan?” kata Koy. Tapi Wit
segera menyenggol tangan Koy, saat ia melihat wajah sedih Gun dibelakang
mereka.
Koy
pun memberikan makanan yang dibawanya pada Pim, lalu Wit memberikan tatapan
kode pada Gun untuk mendekat dan membantu. Jadi Gun mendekat, sedangkan Wit dan
Koy mundur menjauh. Tapi saat Gun akan mengambil kan sendok untuk Pim, tanpa
sengaja tangannya bersentuhan dengan Pim. Sehingga Pim menyadari bahwa Gun ada disana.
“Ini
Gun, kan? Iya kan?” tanya Pim dan melepaskan tangan Gun, lalu
lanjutnya,”Seperti apa kalian melihat aku? Mengapa kalian berbohong padaku?!
Kalian semua keluar! Keluar!” teriak Pim dan membuang semua makanan didekatnya.
Lalu
saat Pim merasakan bahwa mereka tidak juga akan pergi. Ia pun bangun,”Jika
kalian tidak pergi, kemudian aku pergi.”
Pim
akan berjalan pergi, tapi karena tidak dapat melihat. Pim terjatuh dan mereka
semua berusaha menolong dan menenangkan Pim. Lalu Pim mulai menangis,”Berhenti!
Jangan ganggu aku! Keluar. Aku tidak mau melihat wajah mu. Aku tidak mau
mendengarkamu! Keluar! Keluar! Keluar! Kalian keluar!”
“Khun
Pim bisakah kamu tenang dulu?!” teriak Koy, lalu,”Tidak seorangpun yang senang
melihat kamu seperti ini. Semuanya khawatir padamu. Dan segala yang terjadi,
bukan hanya kamu yang merasa sedih tentang itu. P’Gun sedih juga.”
“Berhenti
bicara! Aku tidak mau dengar! Aku bilang keluar! Keluar! Keluar!”
Koy
pun menarik Wit untuk pergi. Sedangkan Gun tetap berada disana untuk membantu Pim, tapi Pim
tetap menolak dan menyuruh Gun untuk keluar serta berteriak sambil menangis.
Jadi Gun menjauh perlahan dan membuka pintu tapi menutupnya lagi. Berpura2
bahwa ia keluar, tapi tidak.
Gun
berdiri menatap sedih kearah Pim yang masih menangis dengan keras.
Diluar.
Koy serta Wit terlihat khawatir, tapi sayangnya, mereka tidak bisa berbuat
apa2. Lalu Koy bercerita,”Melihat P’Gun seperti ini, aku bersimpati padanya.
P’Radee adalah masa lalu. Kita harus mulai dari awal lagi.”
“Hey!
Sejak kapan kamu bisa berpikir seperti ini?”
“Sejak
hari saat kamu akan mati. Aku merasa tidak seharusnya kita sampai kehilangan
orang yang kita cintai lagi. P’Gun mungkin berpikir sama.” Jelas Koy.
Wit
tersenyum dan berdiri didekat Koy serta menanyakan perasaan Koy padanya. Dan
Koy tiba2 terlihat canggung serta diam. Wit pun menghela nafas,”Kamu sama
seperti Pim. Bertindak kekanakan, tidak mau bicara yang sebenarnya, dan membuat
orang yang kamu cintai sedih. Hey aku akan bertanya lagi, apa kamu mecintai
aku?”.
“Baiklah..
aku hanya suka. Apa itu cukup?” tanya Koy sambil tersenyum.
“Tidak
cukup.” Balas Wit.
“Baiklah.
Aku pergi sekarang” kata Koy meninggalkan Wit. Tapi Wit segera mengejarnya dan
meminta Koy untuk mengatakan cinta padanya.
Prim
masuk kedalam ruangan Pim. Disana ia melihat Pim dan Gun yang duduk berjauhan
dalam diam. Jadi Prim mendekati Pim dan memeluknya. Pim pun menangis,”Prim aku
tidak ingin hidup lagi. Aku mau mati! Aku tidak tau apa yang harus kulakukan
lagi! Aku capek! Aku sakit. Sangat sakit.”
Prim
terus menenangkan Pim. Dan Gun menangis mendegar itu.
Pim
sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, disana Prim dan Gun yang masih
diam, mereka menemani Pim. Dan lalu pembantu Pim keluar memberi salam kepada
mereka, tapi Gun memberikan tanda diam dan jangan menyapa nya.
Pim
menyapa kedua orang tuanya yang telah tiada lagi didiunia,”Ma, Pa, semuanya
telah berlalu sekarang. Kalian tidak perlu mengkhawatirkan aku lagi. Aku akan
membaik.” Kata Pim menangis.
Diluar.
Prim bertanya kepada Gun apakah ia yakin mau melanjutkan seperti ini. Dan Gun
mengiyakan, ia kan selalu menemani Pim sampai dia sembuh. Mendengar itu Prim
menghibur Gun,”Percaya aku. Kalian berdua cocok. Jangan biarkan kesalah pahaman
seperti ini menyakiti kalian.”
Pim
makan sendiri dimeja makan, dibantu oleh pembantunya. Dan disana Gun terus
berdiri mengawasi Pim makan. Dan saat Pim ingin mengambil air minum dengan
meraba2 di meja, Gun membantunya dengan mengambil dan menaruh gelas itu didekat
Pim, sehingga ia bisa menemukannya.
Saat
malam ketika Pim duduk diluar, dibantu oleh pembantunya. Gun juga disana
memperhatikan. Lalu saat Gun melihat selendang dibahu Pim terjatuh, ia membantu
Pim lagil. Tapi tanpa sengaja tangan Pim malah memegang tangannya. Dan
menyadari itu Pim berkata,”Ini kamu kan? Ini kamu kan Gun? Ini benar2 kamu?”
Gun
berjalan menjauh, tapi Pim tetap memegan tangan Gun dan mengikutinya. Ia meraba
tubuh dan wajah Gun,”Mengapa kamu disini? Bukankah kamu dengar bahwa aku tidak
ingin melihat kamu lagi?! Pergi! Menjauh dariku! Pergi!”
Gun
tidak tahan lagi dan menahan Pim,”Aku tau kamu membenci aku. Tapi aku tidak
akan meminta kamu memaafkan aku. Aku hanya aku mengawasi kamu sampai kamu sembuh. Bisakan?”
Pim
melepaskan tangannya,”Aku tidak tau. Mengapa kamu melakukan ini?”
“Tidak
peduli apapun alasanku, aku ingin kamu tau, dari sekarang aku aka melakukan
semuanya untuk kamu. Setuju atau tidak? Ketika kamu sembuh, aku akan
menghilang. Aku janji.”
“Aku
ingin kamu mengingat. Kapanpun aku sembuh, hal pertama yang tidak ingin kulihat
adalah kamu.” Kata Pim.
Mereka
semua terlihat sedih dan sama2 tersakiti. Dan Gun sangat ingin menghapus air
mata Pim, tapi tidak jadi. Ia ragu.
Gun
menjaga Pim selalu, membacakan buku untuk Pim, tapi Pim tetap menjauh dan
menolak. Gun menyelimuti Pim yang tertidur dan ingin mengelus kepala Pim, tapi
tidak jadi. Gun makanan untuk Pim, tapi meminta pembantu Pim untuk merahasiakan
dan memberikan itu pada Pim. Saat Pim tersenyum, Gun juga ikut tersenyum.
Akihrnya
tiba hari dimana, Pim harus menjalanin operasi lagi ditemanin Prim dan Gun. Lalu
semuanya Wit, Jade, Koy, juga ikut hadir disana. Mereka menunggu tepat diluar
ruang operasi Pim dengan cemas.
Operasi
telah selesai. Kini mereka hanya perlu menunggu sampai perban yang menutupi
mata Pim di buka, untuk mengetahui apakah Pim bisa melihat lagi atau tidak. Dan
saat Pim tertidur, Gun duduk disampinya sambil memegang tangannya,”Aku
berharap, aku bisa pergi meninggalkan kamu. Karena jika aku menghilang, itu
berarti, kamu sembuh. Kamu bisa kembali kekehidupan mu yang dulu. Menjadi
Pimdao yang dicintai semua orang. Hidup bahagialah. Dan jaga dirimu.” Kata Gun
lalu mengelus kepala Pim dengan sedih dan mencium keningnya. Lalu Gun berdiam,
menangis.
Akhirnya
perban dimata Pim dibuka. Lalu Dokter menyuruh Pim unutk mengikuti jarinya dan
Pim mengikutinya. Pada saat itu ia bisa melihat Gun berdiri menatapnya, tapi
tiba2 ia menghilang dari sana. Jadi Pim menutup matanya kembali.
Lalu
Pim membuka matanya kembali, melihat kearah lain. Disana ada Prim, Jade, Wit,
dan Koy, tapi tidak ada Gun. Pim tersenyum, tapi saat menyadari itu,
kelihatannya Pim merasa kecewa, tapi ia tidak mau mengakui itu pada mereka.
Saat
mereka telah pergi. Dan hanya tinggal Prim disana, diam2 Pim meneteskan air
matanya.
Gun
melihat fotonya bersama Radee dan saat Koy, Wit, dan Jade telah pulang. Gun
menaruh foto itu dimeja dan diam.
“P’Gun
biar aku bertanya serius padamu. Kamu pergi karena merasa bersalah pada Radee?
Atau kamu melarikan diri dari hatimu?” tanya Koy sambil duduk disamping Gun,
lalu,”Sejujurnya, aku tidak pernah menerima kamu dan Khun Pim. Tapi melihat
kamu seperti ini, aku tidak bahagia sama sekali. Dan aku percaya P’Radee juga
berpikir sama.”
“Terima
kasih, Koy. Terima kasih kepada kalian. Terima kasih.” Kata Gun, lalu mengambil
tas besarnya dan pergi. Melihat itu Koy ingin mengejarnya, tapi Wit menyuruh
Koy untuk membiarkan Gun pergi meninggalkan mereka semua. Karena mungkin itulah
yag terbaik untuk sekarang.
Tags:
Game Maya