Pim
mengunjungin Nam dirumah sakit. Kondisi Nam sudah jauh lebih baik, ia sudah
bisa mengenali Pim serta Prim lagi dan juga mengingat semua kejadian yang telah
ia alami.
“Maukah
kamu kembali bekerja padaku lagi seperti sebelumnya, Nam?” tanya Pim.
Dengan
mata berkaca-kaca karena haru, Nam menanyakan,”Khun Pim. Kamu tidak marah lagi?”
“Ingatlah,
Nam. Kamu masih teman baikku,” balas Pim lembut.
Nam langsung
memeluk Pim sambil meneteskan air matanya. Begitu juga dengan Pim yang balas
memeluk Nam erat. Lalu Prim yang berdiri disana juga, melihat adegan itu dengan
perasaan haru, dan ia berkata pada Nam,”Semua hal buruk telah berlalu. Kita bisa
memulainya dari awal lagi.”
Pim
menemui Win yang berada dipenjara dengan keadaan tangan dan kaki terbogol. Disana
Pim terus mengajak Win berbicara, tapi Win sama sekali tidak merespon atau
menjawab bahkan ia juga tidak berani memandang kearah Pim.
“Kamu
tidak ingin mengatakan apapun?” tanya Pim, tapi Win tetap saja diam. Jadi Pim
melanjutkan,”Baiklah. Jika kamu tidak mau berbicara padaku lagi. Tapi ada yang
ingin aku sampaikan, yaitu aku sudah tidak marah padamu lagi. Aku tidak
membencimu. Aku memaafkanmu. Aku ingin kita berdua bisa saling memaafkan. Bisakah?”
Mendengar
itu, Win akhirnya memandang kearah Pim. Tapi tiba2 dia berdiri dengan raut
sedih dan penyesalan diwajahnya. Lalu secara perlahan Win berjalan meninggalkan
Pim dan masuk kembali ketempat tahanan nya.
Ditempat
lain Wit berjalan bersama Koy. Mereka membahas masalah Pim dan Gun yang masih
belum jelas, sama sekali. Juga karena Koy sama sekali belum ada mendengar kabar
dari Gun yang telah pergi begitu saja.
“Aku
sudah bilang ini berkali2. Putus dengan seseorang itu tidak mudah. Khususnya untuk
orang yang selalu kita lihat wajahnya dan kegiatannya setiap hari. Itu lebih
sulit.” Jelas Wit.
“Tapi
bukankah Pim keterlaluan? Hanya bilang cinta dan mengikuti hati saja, apa sesulit
itu? Sejak mereka berdua saling merasakan hal yang sama.” Balas Koy.
Wit
berhenti berjalan dan memegang tangan Koy, meminta Koy untuk berhenti memikirkan
masalah orang lain. Dan fokus tentang hubungan mereka berdua,”Bisakah kamu
mengatakan cinta padaku?”
Koy
diam dan berpura2 berpikir. Jadi melihat itu, Wit pun ngambek,”Baiklah. Kalau kamu
tidak mau. Kamu tidak perlu bilang.”
Dan tiba2
saja saat Wit memalingkan wajahnya, Koy mencium pipi Wit,lalu tersenyum. “Bisakah
ini menjadi jawabannya?”
Wit
sempat syok sesaat, tapi ia lalu berpaling dan langsung mencium Koy tepat
dibibirnya. Koy yang belum siap sama sekali, langsung mendorong Wit dan
mengomelinya. Tapi Wit malah menjawab,”Terakhir kali kamu menciumku, aku juga
tidak siap.”
“Terakhir
kali itu aku mabuk, jadi aku ga sadar.”
“Kamu
sadar sekarang.” Kata Wit lagi, lalu mendekat ingin mencium Koy lagi. Tapi dengan
sigap Koy menahan bibir Wit dengan tangannya, lalu ia pun mulai mengomeli Wit
lagi.
Gun
berada ditempat ia dulu pernah membawa Pim yang sedang depresi untuk berlibur. Disana
ia menonton berita mengenai Pim yang sudah kembali sehat dan mulai bekerja
seperti dulu lagi. Dengan pandangan yang menunjukan kesedihan, Gun keluar dan
memandang kejauhan.
Pim
yang baru pulang dan masuk kedalam lantai gedung dimana ia tinggal, dia diam
dan berdiri diam sambil memandang kearah kamar apatermen milik Gun dulu. Setelah
agak lama, Pim menghela nafas sedih dan akan berjalan masuk kedalam apatermennya.
Tapi
sebelum Pim masuk, ia melihat sosok Gun berdiri disana sambil tersenyum lembut
kearahnya. Jadi Pim berjalan mendekati Gun, tapi sosok itu hilang saat Pim
ingin menyentuhnya. Lalu Pim pun menangis, meneteskan air matanya.
Prim
menanyakan keadaan Pim yang kelihatan kurang bersemangat dan ia mengajak Pim
untuk memeriksakan kondisinya dirumah sakit. Tapi Pim mengelak serta beralasan
bahwa ia hanya sedang sakit kepala saja dan saat ia meminum obat, ia pasti
sembuh.
Prim
menyadari keadaan Pim dan berkata,”Kamu seperti ini adalah karena Gun kan?”
“Mengapa
P’Prim? Aku mencoba untuk tidak memikirkan dia, tapi dia selalu muncul
dikepalaku. Aku ingin bisa membenci dia.” Kata Pim bercerita dengan raut wajah
sedih dan bimbang.
“Dengarkan
aku. Tidak seorang pun yang bisa menghentikan perasaan kita. Sebanyak apapun
kamu mencoba, itu akan menjadi lebih menyakitkan. Aku ingin kamu melepaskan,
keraguan kamu. Dan ikuti kata hati mu sekarang. Maka kamu akan menemukan
kebahagiaan. Percayalah.”
Pim
meneteskan air matanya lagi,”Bukankah ini sudah telat?”
Prim
menggeleng dan menenangkan Pim.
Gun
terbangun saat ia merasakan bahwa ada seseorang yang memegang tangannya. Dan saat
Gun membuka matanya, ia melihat Radee yang mengenakan baju putih. Sangat cantik.
Jadi Gun segera bangun. Lalu dengan lembut Radee memegang wajah Gun,
menghilangkan kerutan di dekat mata Gun.
“Gun,
apa kamu masih bahagia? Aku ingin melihatmu bahagia. Jangan khawatir. Tersenyumlah
dengan bahagia untuk orang yang kamu cintai.” Kata Radee.
Gun
terbangun dari tidurnya. Langit masih gelap saat itu. Gun tersenyum sambil memegang
gelang tangan milik Pim.
Beberapa
artis turun dari mobil mereka dan berjalan diatas karpet merah. Mereka berjalan
masuk dengan perlahan sambil menebarkan senyum kepada para wartawan2 disana. Lalu
Pim pun tiba dan berjalan masuk dengan mengenakan gaun putih yang indah.
Saat
para wartawan sedang memotretnya. Pim melihat Gun berdiri agak jauh dari sana memakai
setelah berwarna hitam. Wit yang berdiri disebelah Pim, melihat tingkah aneh
Pim, jadi ia pun bertanya. Lalu Pim mengalihkan pandangannya, tapi saat ia
ingin melihat lagi. Gun telah menghilang dari sana.
Didalam
gedung, mereka semua duduk dan menonton adegan film yang mereka mainkan. Dan saat
melihat itu, Pim mengingat kenangan saat Gun membantunya untuk berakting serta
menemaninya. Lalu air mata pun mulai jatuh dari matanya.
Pim
mengingat semua kenangannya satu persatu bersama dengan Gun dulu. Gun selalu
ada untuknya. Gun selalu menyelamatkannya. Gun selalu membantunya. Gun selalu
menghiburnya. Memeluknya saat dia sedih. Bahkan saat mereka berciuman.
Semua
orang dan penonton telah pulang. Tapi Pim tetap duduk disana, sendirian. Tersenyum
sambil meneteskan air matanya dengan perasaan sedih.
Prim
datang dan mendekati Pim, menanyakan apakah ada yang salah pada Pim. Tapi Pim
mengelak dan mengatakan bahwa ia tidak kenapa2. Mendengar jawaban Pim, Prim
sepertinya mengerti akan perasaan Pim, tapi ia diam dan lalu mengajak Pim untuk
pulang.
Pim
bingung saat Prim ternyata membawanya kesebuah ruangan penuh dengan lilin2. Dan
meninggalkan dia sendirian didalam sana.
Tiba2
dibelakangnya, Gun muncul. Pim terlihat ragu dan mendekati Gun lalu memegang
wajahnya serta tangannya. Dan saat Pim menyadari bahwa Gun yang ada
dihadapannya nyata, Pim merasa bahagia.
“Aku
ingin mengembalikan ini padamu.” Kata Gun sambil menunjukan gelang milik Pim
itu. Lalu Gun memasangkan nya ditangan Pim dan melanjutkan,”Ketika pertama kali
kita bertemu, aku mungkin menyebalkan. Tapi dengan berlalu nya waktu, aku
berubah. Sampai akhirnya itu menjadi cinta. Aku mencintaimu, Pimdao. Aku ingin
menjaga dan melindungin kamu seumur hidupku. Apa kamu mau?”
Pim
melepaskan tangannya,”Tidak.” Jawabnya, lalu jeda sesaat dan melanjutkan,”Berapa
kali kamu menyakitiku? Berapa kali aku menangis? Kamu gila. Kamu meninggalkanku
sendirian.”
Gun
mulai terlihat gugup, lalu Pim melanjutkan lagi,”Tapi semua itu membuatku
menyadari, ketika kamu tidak ada. Itu seperti ada sesuatu yang hilang dari
hidupku. Aku masih ingin bersamamu.” Kata Pim lalu memegang tangan Gun kembali,”Aku
mencintai mu juga, Bodyguardku.”
“Apa
yang barusan kamu katakan?”
“Gila.”
Gun
secara tiba2 mencium Pim, lalu ia berlutut dan memasangkan cincin ditangan Pim
serte menciumin tangan Pim,”Apa kamu mau menghabiskan hidupmu selamanya
denganku?”
“Ya,”
jawab Pim. Lalu mereka pun saling tersenyum bahagia dan akan berciuman. Tapi tiba2
semua orang masuk dan menyoraki mereka untuk berciuman. Jadi mereka pun
berciuman. Lalu Gun mengangkat Pim dan memutarnya dengan bahagia,
Pat
dan Praew juga ada disana.
Gun
membantu Pim memasak bersama didapur. Saat selesai, mereka berfoto. Lalu Pim
membantu gun memakai dasi serta Gun dengan bahagia mencubit pipi Pim. Lalu
mereka pun berciuman.
Ditempat
lain. Gun dan Pim hanya berdua.
“Terima
kasih selalu menjaga ku,” kata Pim memegang wajah Gun.
Dan
Gun pun memegan tangan Pim dan berkata,”Terima kasih juga. Untuk mencintai dan
mempercayaiku. Aku mencintai mu Pimdao.”
“Aku
mencintai mu juga, Bodyguad ku.”
“Bodyguard?”
tanya Gun. Dan Pim menganguk. Lalu mereka saling berciuman dan memandang
pemandangan dikejauhan dengan saling berpelukan.
The End ©©©
Tags:
Game Maya