Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 2 - Part 3



Broadcast Network        Tencent






Dijalan. Pi Pi mengeluarkan hpnya dari tas dan memperhatikan hpnya. Dikampus. Jia Lin berjalan sambil memperhatikan hpnya juga. Didalam ruangan. Tian Xin sedang latihan bersama teman- temannya.



Tian Xin menelpon Pi Pi dan memberitahu kalau barusan Ibu Jia Lin menelpon serta mengundangnya ke pesta ultah Jia Lin malam ini juga. Ia mengajak Pi Pi untuk pergi bersama.



Tapi Pi Pi menolak, karena mungkin dia akan sdikit telat nanti. Soalnya saat ini dia sedang tidak enak badan. Jadi ia mengatakan kalau Tian Xin bisa pergi duluan.





Dengan perut yang sangat kesakitan, Pi Pi datang kerumah sakit. Disana, diruang tunggu, dua orang wanita yang duduk disana juga, ketika melihat Pi Pi yang sedang memegangi perut, segera pindah duduk sedikit agak menjauh.


Diruang dokter. Setelah selesai diperiksa, dokter mengatakan kalau tidak ada yang salah dengan Pi Pi, semuanya normal saja. Dan mendengar itu, Pi Pi menjadi heran, karena ia benar- benar merasa sakit.


“Bisakah kamu menuliskan resep obat untukku?” pinta Pi Pi dengan lemah.

“Kita tidak bisa melakukan itu, jika kamu tidak sakit,” jawab dokter.



Dengan masih merasa tidak enak badan. Pi Pi memaksakan diri untuk datang kerumah Jia Lin. Disana, ketika Ibu Jia Lin membukakan pintu untuknya, Pi Pi langsung mendekatinya sambil tersenyum riang.



Ia memberikan pasta kacang buatan mama nya kepada Ibu Jia Lin. Tapi bukannya mengambil itu, Ibu Jia Lin dengan sikap dingin menyuruh agar Pi Pi masuk saja, karena ia sedang memasak sekarang. Jadi Pi Pi pun masuk mengikuti.



Didalam rumah. Ibu berteriak memanggil Jia Lin dan mengabarkan kalau Pi Pi sudah datang. Dan dengan cepat, Jia Lin segera turun dan menyambut Pi Pi.



Tepat disaat itu, bel rumah berbunyi. Jadi Ibu pergi untuk membuka pintu. Disana Ibu begitu hangat menyambut Tian Xin yang datang, tidak seperti saat ia membuka pintu untuk Pi Pi.

Bahkan didalam rumah. Ayah Jia Lin juga menyambut Tian Xin dengan baik. Kepadahal ketika Pi Pi datang, ia hanya duduk disofa dan tersenyum saja. Tapi kepada Tian Xin, ia berdiri dan mengobrol bersama Tian Xin.



Melihat itu, Pi Pi tampak tidak nyaman. Karena dengan sangat hangat, kedua orang tua Jia Lin menyambut Tian Xin. Sedangkan ketika dia datang saja mereka tidak seperti itu.

"Sekarang dia sudah disini, kita bisa makan," ajak Ibu Jia Lin.

"Tentu!" balas Ayah dengan bersemangat juga.


Pi Pi menjadi lebih tidak nyaman lagi, ketika ia melihat hadiah pasta kacang miliknya ditaruh disamping hadiah wine milik Tian Xin.




Saat makan, orang tua Jia Lin berterima kasih karena kali ini Tian Xin telah menolong Jia Lin. Kepadahal Prof. itu sangat sulit.

“Tidak. Aku tidak melakukan banyak hal,” kata Tian Xin, merendah.



“Lihat! Wine yang Tian Xin bawa ini sudah tua seperti Jia Lin. Dibuat tahun 1993,” kata Ayah Jia Lin, memuji hadiah yang dibawa oleh Tian Xin.

“Xin Xin (Tian Xin) lahir tahun 1993 juga,” tambah Ibu.

“Pi Pi lahir tahun 1993 juga,” sela Tian Xin. Dan seketika raut wajah kedua orang tua Jia Lin berubah, tampak tidak suka.


“Benar!” kata Jia Lin, tidak sadar dengan raut orang tuanya.

“Kita semua seumuran,” kata Pi Pi sambil tersenyum pada mereka.



Suasana kembali ke awal. Mereka semua tersenyum bersama dan minum bersama. Lalu Ibu kembali memuji Tian Xin yang begitu hebat, pernah tinggal diluar negri ketika muda, bahasa inggris yang bagus juga.

Disaat itu Pi Pi tampak seperti agak kurang nyaman, tampak seperti terasingkan. Karena Ibu terus saja memuji- muji tentang kehebatan Tian Xin.


“Ao’mei adalah perusahaan besar. Aku hanya menjalankan bebarapa tugas. Aku justru iri pada Pi Pi yang bisa mulai bekerja dari dasar. Dia menjadi cekatan sekarang. Benarkan?” kata Tian Xin merendah, lalu membantu Pi Pi dengan membawa nya dalam pembicaraan.




Pi Pi tersenyum kepada Tian Xin. Dan lalu Ayah menanyakan diperusahaan mana Pi Pi bekerja sekarang. Dan Pi Pi menjawab dengan jujur kalau dia kerja di majalah sekarang. Majalah entertainment.

“Ayah. Entertainment adalah industri besar. Mimpi Pi Pi yaitu menjadi wartawan yang bisa merubah dunia. Dia akan mencari kebenaran,” kata Jia Lin, memuji Pi Pi.



“Kamu ingin mencari kebenaran? Kamu menyerang privacy selebritis,” kata Ibu dengan agak sinis. Dan Jia Lin langsung memotong perkataan Ibu, ia mengajak agar Ibu minum lagi.




Melihat sikap Ibu, Tian Xin mencoba membela Pi Pi. Ia lalu mengajak Pi Pi untuk  bersulang dengannya. Tapi Ibu malah tampak kesal kepadanya, sehingga Pi Pi menjadi agak tidak berani.





Setelah selesai makan, menyanyi lagu ultah, serta meniup lilin. Dengan diam- diam Tian Xin memberikan kantong belanjaan yang Pi Pi minta darinya untuk diberikan kepada Jia Lin.

Sebenarnya Pi Pi agak ragu untuk menerima itu, tapi dengan cepat Tian Xin memaksa Pi Pi, sebelum Ibu menyalakan lampu ruangan dan kembali kemeja makan.




Setelah lampu menyala dan Ibu kembali duduk. Pi Pi memberikan hadiah kemeja itu kepada Jia Lin. Disana tampak Ibu kurang senang dan cemberut melihat itu. Sedangkan Jia Lin tentu saja, tersenyum dan berterima kasih kepada Pi Pi.


Tian Xin  melihat jam ditangannya, lalu pamit untuk pulang karena sudah malam. Tapi Ibu segera menahan Tian Xin dan makan kue dulu.

“Tidak, terima kasih. Aku sedang diet. Aku tidak boleh makan yang manis saat malam,” tolak Tian Xin dengan halus.



Ketika Tian Xin keluar dari rumah. Ibu segera menyuruh agar Jia Lin cepat menyusul dan mengantar Tian Xin keluar. Dan Pi Pi pun meminta agar Jia Lin mengantar Tian Xin keluar juga. Jadi Jia Lin pun segera keluar untuk mengantar Tian Xin.


Sedangkan didalam rumah. Dengan suasana yang canggung, Pi Pi hanya bisa tersenyum kepada orang tua Jia Lin. Lalu karena kesopanan, maka Ibu mempersilahkan Pi Pi untuk duduk.



Tapi tiba- tiba saja, perut Pi Pi kembali sakit dan mau muntah. Jadi ia pun buru- buru menutup mulutnya dan masuk kedalam kamar mandi. Melihat itu, Ibu pun menjadi heran.



Diluar. Ketika Jia Lin menawarkan diri untuk mengantar, Tian Xin menolak, karena ia sudah memanggil mobil.

“Terima kasih untuk bajunya. Aku tau itu dari kamu…” kata Jia Lin, berterima kasih sambil berdiri menemani Tian Xin menunggu mobil.


“Pi Pi yang membeli itu. Aku hanya mengantar kesini. Dia tidak merasa enak bada hari ini, jadi kamu harus menjaganya sekarang,” kata Tian Xin, memotong perkataan Jia Lin.

“Aku akan menunggu dengamu sebentar,” kata Jia Lin.

“Hayoo.. masuklah ke dalam,” kata Tian Xin sambil memaksa agar Jia Lin kembali masuk kedalam rumah.



Sebelum masuk kembali kedalam rumah, Jia Lin berterima kasih sekali lagi. Dan mendengar itu, Tian Xin tersenyum, tapi ia menyembunyikannya.



Ibu sibuk memanggil Pi Pi yang muntah didalam kamar mandi. Lalu ketika Jia Lin masuk kedalam, ia langsung menyuruh agar Jia Lin mengurus Pi Pi.

“Dia tidak berencana untuk menginap disini, kan?” tanya Ibu. Lalu pergi.



Dihalte bus. Jia Lin menawarkan Pi Pi untuk tinggal ditempatnya bila ia memang sedang tidak enak badan. Tapi dengan halus Pi Pi menolak, karena ia harus bekerja besok.



Saat bus telah datang. Pi Pi pun pamit dan masuk kedalam bus. Sambil melambaikan tangannya mengucapkan ‘bye bye’. Setelah itu dengan lemas, Pi Pi duduk didalam bus. Ia diam, tampak seperti sedang merenung.



Kita selalu berkata bahwa hadiah kita mewakili hati kita. Karena itu sulit untuk membuka hatimu kepada orang lain. Sulit untuk mengambarkan perasaan itu. sulit untuk menyampaikan pikiranmu.


Ketika Pi Pi memberikan hadiah kemeja itu pada Jia Lin. Dari belakangnya, Tian Xin memperhatikan itu dengan pandangan sedih.

Jadi kita harus bergantung pada objek agar orang lain tahu perasaan Anda.




Pi Pi tidak mengerti dengan maksud dari apel yang diberikan kepadanya. Untuk He Lan, ia rela untuk melukai tangannya sendiri dan meneteskan darahnya untuk Pi Pi.

Jika kamu menerima sebuah hadiah… kamu mungkin tidak mengerti sekarang. Tapi segera atau nanti, kamu akan tiba- tiba menyadari… bahwa kamu tidak mengerti dia atau hatinya saat itu.



Malam hari. Ketika Pi Pi tengah tertidur lelap. Seseorang masuk kedalam kamarnya, ingin menyentuhnya, tapi tidak jadi., karena Pi Pi bergerak. Dan sebuah bingkai foto yang berada di meja, terjatuh, tapi Pi Pi tetap tidak bangun.



Orang tersebut keluar dari kamar Pi Pi dengan langkah tenang. Orang itu adalah He Lan.

Post a Comment

Previous Post Next Post