Broadcast Network : Tencent
Dimalam yang tenang, saat bulan
purnama bersinar terang. He Lan tidur berbaring ditempat tidur bambu yang
berada ditengah danau. Disaat itu, Hui Yang dengan diam-diam datang untuk
mengejutkan He Lan.
Tapi sayangnya, Hui Yan gagal.
Karena tanpa dikejutkan, He Lan telah sadar duluan kalau itu adalah Hui Yan.
Dan sadar kalau dirinya ketahuan, maka Hui Yan pun tertawa serta bertanya bagaimana
bisa He Lan tau.
“Aku hanya tau saja, itu kamu,” kata
He Lan, tertawa.
“Kamu sedang apa?” tanya Hui Yan
dengan agak heran, melihat He Lan berbaring ditempat ini.
“Aku sedang berjemur dibawah cahaya
bulan,” jawab He Lan dengan santai.
“Mengapa?” tanya Hui Yan, tidak
mengerti.
“Karena Ayahku bilang kalau cahaya
bulan akan membuatku kuat. Tapi berjemur sering jadi menjengkelkan,” kata He
Lan sambil bangkit dan duduk.
“Kalau gitu, aku temanin,” balas Hui
Yan sambil duduk disebelah He Lan.
Saat Hui Yan duduk disebelahnya, He
Lan mulai tersenyum sendiri. Dan melihat itu, Hui Yan pun memanggil- manggil
nama He Lan,”A Xi! A Xi?” panggil Hui Yan keras, lalu tertawa.
He Lan yang awalnya tampak bingung,
ikut tertawa juga, saat mendengar suara Hui Yan yang sedang tertawa.
“Aku kira kamu bisa melihat hatimu
sendiri, jika kamu melihat bulan,” kata Hui Yan mulai berbicara lagi.
“Benarkah? Aku berharap suatu hari,
kita bisa melihat bulan bersama,” balas He Lan dengan senang.
“Hari itu akan datang. Itu pasti,”
kata Hui Yan sambil tersenyum lebar.
Dibawah. He Lan sedikit menggerakan
tangannya, seperti hendak memegang tangan Hui Yan yang berada didekatnya. Tapi
sayangnya, ia ragu dan tidak jadi memegang tangan Hui Yan.
Pagi hari. Pi Pi terbangun dari
tidurnya dengan badan yang masih lemas. Ia bangun dan melihat kalau fotonya dan
Jia Lin terjatuh, jadi ia pun menegakannya lagi. Setelah itu, ia turun dari
atas tempat tidurnya.
“Halo, Qian Hua. Aku Zhang Nan dari
Majalah ‘Mood’,” sapa Wang Xuan serta memperkenalkan namanya kepada Qian Hua
yang sedang sibuk mengurus tanaman.
“Halo,” balas Qian Hua, singkat,
tanpa berbalik untuk melihat Wang Xuan.
“Terima kasih untuk menyetujui
wawancara ini,” kata Wang Xuan berusaha untuk bersikap ramah dan baik.
“Tidak usah sungkan,” balas Qian
Hua, singkat, masih tidak berbalik.
“Haruskah kita mulai?” tanya Wang
Xuan dengan suara pelan, tanpa berbasa- basi lagi.
Saat Qian Hua mempersilahkannya
untuk duduk. Serta Qian Huan juga telah duduk. Wang Xuan langsung memulai
wawancaranya.
“Aku adalah pelanggan setia merk CL.
Pertanyaan pertamaku, mengapa orang- orang menganggap kalau merek ini begitu
menawan?” tanya Zhang Nan.
“Itu alami,” balas Qian Hua,
singkat.
“Apa ada yang lain?”
“Tidak.”
Disaat Wang Xuan mulai menanyakan
hal pribadi. Qian Hua langsung berubah menjadi lebih tegas. Dengan nada
menyindir, ia mulai menanyakan apa benar Wang Xuan adalah pelanggan setianya,
karena moto dari CL adalah ‘alami dan ramah lingkungan’. Dan semua pelanggan
tau itu.
“Kita tidak pernah menguji produk
kami pada hewan. Semua bahan yang kamu gunakan adalah organik,” kata Qian Hua.
“Aku tau itu. Aku biasanya…” kata
Wang Xuan, berbicara, tapi segera dipotong oleh Qian Hua.
“Tidak ada satupun dari yang kamu
pakai adalah milik kami. Jika kamu mau bilang, kamu peduli tentang lingkungan.
Biar aku beritahu, make-up yang kamu kenakan sekarang tidak ada yang bagus
untuk lingkungan.”
Wang Xuan mulai tampak gugup, tapi
ia menutupinya. Dan lalu Qian Hua berdiri dan mendekatinya sambil menjelaskan
kalau lipstik yang dikenakan oleh Wang Xuan saat ini adalah contohnya.
“Lebih dari 100 tikus percobaan, 700
kelinci, dan 200 monyet mengenakan nya sebelum di produksi tahun 1979. Mereka
harus tahan lipstik ini dioleskan pada bola mata mereka setiap hari. Mereka
disuntik dengan itu. mereka dibantai setelah percobaan. Apa kamu pikir itu
layak bagi mereka untuk mengorbankan hidup mereka untuk wajah mu yang biasa
saja,” jelas Qian Hua.
Wang Xuan tampak lebih gugup lagi,
ketika Qian Hua mengatai dirinya. Apalagi kemudian Qian Hua mengatakan bahwa pertanyaan
yang diajukannya tadi itu pertanyaan bodoh.
“Nona Wang Xuan. Apa? Kamu terkejut
aku tau nama aslimu? Sektretaris ku telah memeriksa indentitas setiap wartawan
yang menemuiku. Kamu tidak bisa membodohi ku dengan kartu bisnis palsu,” kata
Qiang Hu, menyindir Wang Xuan lagi. Dan mendengar itu, Wang Xuan tidak bisa
membalas.
“Apa kamu melukai otakmu karena
memakan lipstik buruk itu?” tanya Qian Huan menyindir lagi. Dan kali ini, Wang
Xuan yang tampak salah tingkah, tidak tau harus bagaimana lagi, jadi ia pun
permisi untuk pergi.
Dengan tegas, Qian Hua menyuruh agar
Wang Xua menunggu. Dan dengan segera, Wang Xuan langsung berdiri dengan tegas.
Lalu Qian Hua memberitahu kalau ia tidak bisa membiarkan tamunya pergi dengan
tangan kosong.
Qian Hua memanggil sekretarisnya
(Liu Ran) untuk mengambil lipstik keluaran terbaru mereka nanti di musim depan.
“Tidak ada binatang yang dirugikan
selama proses produksi. Itu alami. Aku pikir warna itu cocok untukmu, kamu harus
mencobanya,” kata Qian Hua.
Lalu dengan cepat Wang Xuan
berterima kasih dan pamit. Tapi sebelum ia keluar dari sana, Qian Huan kembali
memanggilnya dan mengingatkan agar Wang Xuan tidak meninggalkan barangnya.
Wang Xuan pun kembali dan mengambil
barangnya, lalu dengan agak terburu- buru keluar dari sana. Dan tanpa sengaja,
ia bertabrakan dengan Xiu Xian didekat pintu, tapi tanpa meminta maaf Wang Xuan
segera keluar.
Xiu Xian datang untuk memberikan sesuatu
yang diperintahkan oleh He Lan. Yaitu alamat lama dari fox people.
“Mengapa kamu memerlukan ini?” tanya
Xiu Xian dengan santainya.
“Catatan lama yang dia berikan
padaku tidak terbaca di beberapa tempat. Aku tidak bisa menguraikannya sendiri,
aku butuh menemukan beberapa tertua yang hidup dalam pengasingan selama ribuan
tahun. Mungkin hanya ada seorang dari clan fox kami yang bisa membaca ini,”
jelas Qian Hua.
Disaat Xiu Xian dengan santainya
mulai menjadi cerewet. Qian Hua langsung memberikan tatapan tajam pada Xiu Xian
dan menyuruh dia agar memberitahukan kepada iman (He Lan) supaya mengirimkan
orang lain untuk berjumpa dengannya lain kali, seseorang yang lebih tenang.
“Kamu sangat tidak menyukaiku?
Baiklah. Aku pergi dulu,” kata Xiu Xian sambil tertawa. Dan lalu pergi dari
sana. Sedangkan Qian Hua memperhatikan kertas dari He Lan.
Tags:
Moonshine and Valentine