Network: SBS
Disebuah ruangan putih. Seorang pria
tertidur dengan selang yang menempel dikepalanya. Sesuatu seperti bola biru
kecil, masuk kedalam tabung putih didekat pria tersebut.
Bola biru itu melebur dan membuat
warna air dalam tabung berubah menjadi kebiruan. Lalu air dalam tabung
tersebut, mengalir kedalam kepala pria itu.
“Jangan
mempercayai apapun. Jika keberuntungan yang tidak terduga menghampirimu
sekaligus. Jangan mempercayai apapun dan pikirkan lagi. Pejamkan matamu dan
hitung sampai tiga. Lebih baik kamu mencari tahu apa yang sebenarnya
terjadi. Sebelum terlambat. 1 … 2 … 3 …”
Pada hitungan ketiga, tiba- tiba
mata pria itu terbuka. Ia terbangun dari tidurnya. Dan ketika ia melihat
kamarnya, ia berkata, “Sial!” lalu ia kembali tidur.
E X I T
Seorang pria berjas ungu (sebut aja
Boss), sibuk menghitung uang yang diberikan kepadanya. Setelah semuanya pas, ia
lalu mengambil sebuah buku dan membukanya. Diatas lembaran buku itu tertulis Do Kang Soo.
“Kamu butuh dua cap, kan?” tanya Boss
kepada Kang Soo.
“Tidak, aku butuh tiga,” jawab Kang
Soo, membenarkan.
Boss tampak kesal sama jawaban Kang
Soo, ia berkata kalau Kang Soo pernah tidak masuk sekali untuk menjenguk
Ayahnya dirumah sakit. Dan Kang Soo pun ingin protes, tapi ketika Boss menatap
tajam kepadanya. Maka Kang Soo pun mengalah dan hanya bisa terima saja.
Boss lalu memberikan cap kecil
sebanyak dua kali dibuku itu. Lalu mungkin karena merasa tidak enak pada Kang
Soo, maka ia mengambil selembar uang 50.000 dan memberikan itu kepada Kang Soo.
“Belikan Ayahmu Jokbal,” katanya.
Dan Kang Soo pun mengambilnya.
“Sudah dapat kabar dari Hang Seong
Gu?” tanya Kang Soo kepada seorang pria berambut sedikit keriting yang sedang
bermain hp disofa.
“Mereka menemukan jejaknya. Akan
segera ada kabar baik,” jawab pria itu.
Setelah itu, Kang Soo ingin keluar,
tapi tiba- tiba ia berhenti. Ia melirik kearah Boss yang sedang membuka
brangkas tersembunyi didalam lemari. Tapi menyadari itu, Boss melirik kearah
Kang Soo. Dan dengan segera Kang Soo pun keluar.
Konseling
Pinjaman, Modal, dan Saham. Nama
tempat Kang Soo bekerja.
Diluar. Kang Soo melihat seorang
wanita berbaju biru. Dengan agak canggung, Kang Soo memalingkan wajahnya,
ketika wanita tersebut melihat kearahnya. Lalu setelah agak tenang, ia berbalik
dan memberi salam pada wanita itu.
“Kamu selalu saja terluka,” kata
wanita itu, membuat langkah Kang Soo yang awalnya ingin pergi menjadi terhenti.
“Oleskan salep, sebelum lukamu
menjadi permanen. Lagipula itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan,” kata
wanita itu, mengomentari luka diwajah Kang Soo. Lalu perlahan wanita itu
berjalan mendekati Kang Soo.
“Kehidupan sangat menyebalkan, kan?”
tanya wanita itu. Sekali lagi itu membuat Kang Soo yang ingin pergi menjadi
terhenti.
“Aku juga merasa begitu. Seringnya,
aku tidak tau kenapa aku hidup seperti ini. Tapi aku tetap menjalaninya. Luar
biasa, bukan?” tanya wanita tersebut. Lalu ia pergi meninggalkan Kang Soo dan
masuk kedalam kantor.
Kang Soo terlihat senang. Tapi
ketika ia melihat dari luar jendela, ia tampak kecewa. Karena didalam wanita
tersebut bersama Boss nya sedang berpelukan dengan mesra.
Kang Soo lalu menghela nafas dan
pergi dari sana.
Dijalan. Kang Soo berhenti didepan Studio Foto Woori. Disana ia berdiri,
memandangin sebuah foto keluarga yang tampak sangat bahagia.
Toko
Barang Bekas.
Seorang pria tua sedang merapikan kardus-
kardus miliknya. Lalu seorang pria menghampirinya dan memberikan uang
kepadanya.
“Kulebihkan tiga dolar. Kamu punya
cicilan tabungan untuk putramu, setidaknya hanya ini yang bisa kubantu. Selain
itu, kudengar sekarang ini kesehatanmu bermasalah. Omong- omong, pak Jang tadi
datang. Dia menyuruhku memberimu ini. Tapi katanya dia tidak yakin alamat ini
benar atau tidak. Tapi setidaknya kamu mendapat hasil usai berbulan- bulan
mencari,” kata pria itu dengan panjang.
Pria tersebut lalu memberikan sebuah
kertas kecil kepada pria tua itu. Dan ketika pria tua itu membuka kertasnya,
tertulis, Lee In Sook. 153 Daeheung- ro,
Mapo-gu, Seoul.
Kang Soo protes kepada seorang pria
berkaca mata dihadapannya. Karena selama tiga tahun terakhir ia telah
menghabiskan hampir 10.000 won, tapi sampai sekarang mereka malah tetap tidak
bisa menemukan Ibunya.
Dengan tenang. Pria itu menjawab
kalau semua itu dikarenakan Kang Soo hanya memberikan sebuah foto lama berusia
30 tahun sebagai petunjuk. Sehingga mereka tidak bisa mencarinya.
“Seharusnya Anda memberitahuku sejak
awal. Tidak ingat perkataan Anda saat itu? Anda bilang bisa menemukan Ibuku
bagaimanapun caranya,” protes Kang Soo. Tapi pria itu malah tertawa.
Dan ketika Kang Soo mulai berteriak,
seorang pria botak berbadan besar yang berada disana segera mengusir agar Kang
Soo keluar. Tapi Kang Soo tidak mau dan melawan, karena ia mau uang nya
dikembalikan. Sehingga ia pun dipukuli oleh orang yang berada diruangan itu.
Dijalan. Kang Soo terus mengerutu,
lalu pada saat itu ia melihat anak- anak yang sedang bermain game dimesin
mengambil boneka. Jadi melihat itu, Kang Soo pun menajdi tertarik untuk bermain
juga.
Ia memasukan koin kedalam mesin itu.
Dan mulai bermain untuk mengambil boneka didalam mesin tersebut. Tapi ia gagal
terus.
“Ehh… kakak payah,” gerutu anak-
anak itu mengomentari Kang Soo yang telah dua kali gagal. Dan Kang Soo pun
menjadi kesal, lalu ia berteriak dan menyuruh anak- anak itu untuk pulang.
Pada saat anak- anak itu telah
pergi. Kang Soo tanpa sengaja melihat sebuah brosur yang tertempel pada dinding
toko. Brosur itu bertuliskan, Kamu ingin
bahagia?
Setibanya dirumah. Kang Soo tidak
melihat Ayahnya dimanapun, walaupun ia terus memanggil Ayahnya. Setelah itu
seperti teringat akan sesuatu, Kang Soo menjatuhkan barang belanjaannya dan
berlari keluar dari rumah.
Kang Soo pergi mencari Ayahnya, ia
terus berteriak dijalanan, mencari Ayahnya. Dan ketika ia melihat Ayahnya yang
sedang membereskan kardus- kardus bekas didalam gang. Kang Soo pun menjadi
lebih tenang.
“Ayah sedang apa?” tanya Kang Soo,
mendekati Ayahnya.
“Ayah hanya mau mencari udara
segar,” jawab Ayah.
“Jika pingsan lagi, siapa yang akan
mengurus Ayah? Sudah minum obat darah tinggi Ayah?” tanya Kang Soo dengan
ketus, tapi perhatian.
“Sudah. Ayah baik- baik saja,” jawab
Ayah. Lalu ia pun bangkit berdiri, tapi tidak kuat, jadi ia pun terjatuh diatas
tumpukan kardus.
Kang Soo membanting kardus- kardus
yang ada. Lalu ia jongkok dan menyuruh Ayahnya untuk naik keatas punggungnya.
Setelah itu ia berjalan pulang sambil menggendong Ayahnya.
Dirumah. Didalam kamar. Ayah
mengambil sebuah botol obat kecil, tapi ketika didengarnya suara Kang Soo, maka
ia pun tidak jadi meminum obatnya. Lalu Kang Soo membuka pintu kamarnya dan
masuk kedalam.
“Aku membeli jokbal, makanan kesukaan
Ayah,” kata Kang Soo sambil masuk kedalam kamar. Ia membawa sebuah meja kecil
berisikan makanan dan mengajak Ayahnya untuk makan bersama.
Ayah tampak kesakitan, ia memegang
dadanya. Lalu tanpa menjawab ajakan Kang Soo, Ayah berbaring dan tidur. Dan
melihat itu, Kang Soo mengambil makanan dan ingin menyuapi Ayah.
Tapi karena sedang kesakitan, maka
Ayah menepis tangan Kang Soo, sehingga makanan yang dipegang oleh Kang Soo
terjatuh. Lalu tanpa berkata apa- apa Ayah menarik selimut menutupi dirinya.
Kang Soo yang tidak tau Ayahnya
sedang kesakitan, mulai mengomel dengan kesal. “Ayah ingin aku melakukan apa lagi? Memangnya apa jasa Ayah
untukku? Aku harus merendahkan diri sampai sejauh apa?”
Karena Ayah tetap diam, maka dengan
marah Kang Soo berdiri dan keluar dari kamar Ayah. Dan dibalik selimut,
terlihat Ayah yang tampak sedang menahan rasa sakitnya.
Didalam kamarnya sendiri. Kang Soo
teringat akan perkataan wanita tadi yang mengatakan bahwa hidup sangat
menyebalkan. Lalu Kang Soo pun mengambil brosur yang dia ambil di toko. Kamu ingin bahagia?
Keesokan harinya. Kang Soo mendatangin
alamat yang tertulis pada brosur. Saat masuk kedalam tempat itu. Kang Soo
melihat sebuah layar besar yang menampilkan tulisan dan gambar kebahagiaan.
Love.
Family. Dream. Bagaimana dunia menurutmu? –Bliss Lab-
Kang Soo tampak tidak mengerti. Lalu
pada saat itu seorang wanita yang memakai jas lab putih masuk kedalam dan
menjelaskan kepadanya.
“Kebahagiaan adalah reaksi kimia
yang terjadi di otakmu. Sampai sekarang, hanya glukosa yang bisa dikirimkan ke
otakmu melalui sistem peredaran darah. Tapi kapsul yang kami kembangkan ini
berbeda,” jelas wanita itu.
Dilayar. Wanita itu memperlihatkan
sebuah gambar dan menjelaskan kepada Kang Soo. “Kami melapisi kapsul asam amino
berdiameter 0,000033 mm dengan glukosa. Lalu kami gabungkan dengan protein yang
ada di arteri serebral agar bisa dikirimkan ke otak,” jelas wanita itu, lagi.
“Lantas, apa yang akan terjadi?”
tanya Kang Soo, masih tidak mengerti.
“Seperti yang kubilang, perasaan
adalah hasil dari kerja otak. Kami akan memakai obat untuk merangsang otak dan
memaksimalkan perasaan bahagia. Melalui reaksi kimia dari neurotransmiter, kami
bisa meyakinkanmu bahwa semua keinginanmu sudah menjadi kenyataan,” jawabnya,
menjelaskan.
Kang Soo masih ragu dengan semua
yang ada, ia merasa akan ditipu. Tapi dengan sangat tenang, wanita itu membalas
bahwa Kang Soo tidak perlu cemas, karena Kang Soo tidak akan merasa ragu
didunia sempurna yang akan Kang Soo jumpai.
“Kamu
ingin bahagia?”
Didalam ruangan putih. Kang Soo
duduk sambil memandangin obat berbentuk bola biru kecil yang disimpan dalam
sebuah tabung kecil. Dan pada saat ia ingin menyentuh tabung itu, tiba- tiba
saja pintu terbuka dan wanita tadi masuk sambil membawakan hasil laporan Kang
Soo.
“Tomografi otakmu menunjukan
kecocokanmu terhadap tes ini sebesar 96%. Kamu bisa menjalani tes ini tanpa
masalah apapun,” jelas wanita itu.
“Lantas, mungkin kah aku bisa
kembali?” tanya Kang Soo, penasaran.
“Soal itu aku tidak yakin, kalau
kamu ingin meninggalkan dunia yang bahagia,” jawab wanita itu. Lalu ia
menyodorkan sebuah kertas perjanjian dan pena untuk ditanda tanganin oleh Kang
Soo.
Tags:
Exit