Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 7 - part 2


Broadcast Network        Tencent




Chen Nan memperkenalkan Xiao Ju kepada ceweknya. Namun cewek Chen Nan malah bersikap cuek. Bahkan walaupun Xiao Ju mengucapkan selamat ulang tahun dengan sikap ramah.


“Aku sebenarnya tidak mengenal baik Chen Nan. Aku melihat kalian berdebat dikafe ku selama ini. Jadi aku mendapartkan ide ini,” kata Xiao Ju menjelaskan dengan cepat kepada cewek Chen Nan.



Dengan kasar, cewek Chen Nan membalas. “Apa kamu tidak punya hidup? Aku berdebat dengan pacarku. Itu bukan urusanmu. Kamu pura- pura menjadi pacarnya. Apa kamu pernah melihat dirimu sendiri di cermin? Ku kasih tau, tidak ada satupun pria yang akan menyukai wanita sepertimu.”



Chen Nan memegang tangan ceweknya dan mengatakan kalau itu sudah cukup. Namun dengan kasar, si cewek menepis tangan Chen Nan. Dan dengan sikap takut, Chen Nan diam. Sedangkan Xiao Ju hanya bisa menunduk dan menerima saja.



Xiu Xian mendekat dan dengan sikap mesra. Menaruh tangannya dibahu Xiu Xian. Ia membela Xiao Ju dengan membalas bahwa si cewek terlihat seperti manusia, tapi sayangnya tidak bicara seperti itu.

“Siapa kamu?” tanya si cewek, tidak senang.

“Aku pacarnya,” jawab Xiu Xian sambil menatap Xiao Ju.



“Apa?” balas Xiao Ju dengan nada kecil.

“Mengapa? Kamu tidak perlu malu,” balas Xiu Xian sambil menyentuh poni diwajah Xiao Ju dengan mesra.

“Kamu sudah punya pacar. Dan kamu menggoda Chen Nan. Kamu memalukan ya!” kata si cewek, mengatai Xiao Ju.

“Katakan lagi,” balas Xiu Xian dengan nada tegas dan tajam.



Kuan Yong mendekat juga. Ia meletakan tangannya dibahu Xiao Ju juga. Lalu membela Xiao Ju juga dengan membalas perkataan si cewek.

“Nona. Berhenti kata kasar seperti itu kepada pacarku,” kata Kuan Yong, membela Xiao Ju yang hanya bisa diam, karena bingung.



Bukannya sadar diri. Si cewek dengan kasar, mengatakan kepada teman-temannya seperti menyindir dan mengejek Xiao Ju. “Eh… pacar siapa dia, sih?”

“Kami berdua pacaran dengannya sekarang. Tapi dia belum memutuskan salah satu dari kami. Kamu Chen Nan kan?” balas Kuan Yong.



“Yeah?” balas Chen Nan.

“Pacar kami sangat, sangat baik. Dia selalu melakukan yang terbaik untuk membantu temannya. Tapi kamu malah mengambil keuntungan dari kebaikannya. Kami tidak bisa menahan diri untuk itu. Tolong mengerti ini. Dia seorang gadis yang pantas. Kamu yang tidak pantas untuknya,” kata Kuan Yong dengan sangat tegas.




Dan mendengar itu, Xiao Ju tampak terharu. Sedangkan Chen Nan menundukan kepalanya. Dan dengan nada keras, Kuan Yong menyuruh Chen Nan menatapnya, lalu memperingatkan Chen Nan agar tidak mendekati Xiao Ju lagi atau mereka tidak akan melepaskannya.


“Oh ya. Tadi seorang wanita yang mengaku single, memberikan WeChat nya. ‘Vivian90018’. Apa kamu mengenali tulisannya?” kata Kuan Yong. Lalu menarik Xiao Ju untuk pergi.

Xiu Xian lalu memberikan kertas kecil yang berisikan tulisan si cewek kepada Chen Nan. Kemudian ia memberikan ekspresi garang kepada si cewek. Setelah itu ikut menyusul Kuan Yong dan Xiao Ju.



Dengan perhatian, Kuan Yong menanyakan apa Xiao Ju baik- baik saja. Dan Xiao Ju mengucapkan terima kasih kepada mereka. Sedangkan Xiu Xian tampak gembira, melihat dua orang tersebut bertengkar.

“Bukankah itu balas dendam yang manis? Yes!” kata Xiu Xian.

Sebagai bagai bayaran karena Kuan Yong telah membantu, maka Xiu Xian mengatakan kalau ia akan mentraktir sandwich. Dan Xiao Ju setuju juga.



Tian Xin meminta agar Jia Lin jangan memberitahu apapun dulu kepada Pi Pi hari ini, karena hari ini ia melihat kalau Pi Pi tampak aneh. Tapi Jia Lin tetap mau memberitahu,  karena mereka telah setuju untuk membicarakannya kepada Pi Pu hari ini.

“Kamu benar. Tapi aku tidak pernah melihatnya seperti ini,” kata Tian Xin.



“Kamu bicara apa? Bagaimana mungkin?” balas Jia Lin, tidak percaya.

“Aku hari ini melihat dia menyentuh kepala orang asing. Orang itu membungkuk padanya setelah itu. Bukankah itu aneh?”

“Kamu terlalu berlebihan. Tidak apa.”

“Mari jangan memberitahunya dulu hari ini, okay?”

“Baiklah. Aku akan mengantar Pi Pi pulang dulu. Jika dia tidak enak badan, dia tidak seharusnya datang ke klub malam. Aku akan kembali padamu setelah itu.”



Disaat Pi Pi sedang duduk sendirian. He Lan datang dan mendekatinya. Dan melihatnya, Pi Pi langsung dengan ketakutan.



Tian Xin serta Jia Lin. Juga Kuan Yong, Xiu Xuan, serta Xiao Ju. Saat mereka mendengar teriakan Pi Pi yang mengatakan jangan mendekat. Mereka segera pergi menghampiri Pi Pi.



He Lan menahan Pi Pi yang mau keluar dari dalam klub. Namun dengan sikap sangat ketakutan, Pi Pi menghindar dan menanyakan apa yang He Lan mau darinya. Lalu memperingatkan He Lan, kalau ia sudah punya pacar.

“Nona Guan. Dengarkan aku,” pinta He Lan.

“Jangan mendekat,” balas Pi Pi, menghindar.


Jia Lin dan Tian Xin datang mendekat. Jia Lin berdiri didepan He Lan, menanyakan apa yang diinginkan He Lan. Sedangkan Tian Xin memeluk Pi Pi, melindunginnya dan berdiri dibelakang Jia Lin.

He Lan sama sekali tidak menjawab pertanyaan Jia Lin. Ia masih berusaha untuk mendekati Pi Pi dan mengajaknya untuk bicara. Dan dengan tegas, Jia Lin mendorong He Lan, meminta agar He Lan tidak mendekat, karena Pi Pi tidak mau.



He Lan terdiam, saat ia melihat tangan Pi Pi yang memengangin tangan Jia Lin dengan erat. Tampaknya karena itu, He Lan menjadi emosi. Sehingga menyebabkan semua lampu yang ada didekat mereka berkedip.

“Aku adalah pacarnya. Jika kamu mau bicara, bicaralah padaku,” tegas Jia Lin.



Dan dengan tatapan tajam, He Lan menatap Jia Lin. Lalu pada saat itu beberapa lampu yang ada disana, mati. Sehingga Pi Pi makin ketakutan.




Tepat disaat itu, Kuan Yong dan Xiu Xian datang menghampiri. Mereka meminta agar He Lan tenang, karena itu menakuti mereka. Mereka juga mengajak He Lan untuk pulang dulu. Tapi dengan tatapan tajam, He Lan tetap menatap pada Jia Lin.

Dan ketika He Lan melihat, ekspresi ketakutan Pi Pi. Ia pun setuju untuk pulang.



Menaiki taksi. Jia Lin mengantar Pi Pi pulang. Dan ketika baru saja Pi Pi turun dari taksi, Jia Lin langsung buru- buru meminta supir taksi untuk kembali ke bar. Tapi Pi Pi yang masih ketakutan, memanggilnya.

“Jia Lin. Aku ingin berhenti dari pekerjaanku,” kata Pi Pi.



“Mengapa?” balas Jia Lin, bertanya.

“Aku rasa pekerjaan itu bukan untukku. Aku tidak mau mewawancarai orang lagi. Aku ingin belajar Bahasa Inggris,” jelas Pi Pi.

“Oh.. baiklah,” balas Jia Lin, singkat. Lalu meminta supir taksi segera jalan.



Dikamar. Setelah selesai mandi. Pi Pi duduk dan merenung. Lalu ia mencari diinternet, tentang apa yang ditakuti oleh rubah. Rubah takut pada realgar.

Dibelakang punggung Pi Pi tampak sebuah tanda berwarna merah.



Pagi hari. Pi Pi mencoba untuk mengunting rantai kalung dilehernya. Tapi tidak bisa, tidak peduli bagaimanapun, kalung tersebut tidak bisa dilepas. Bahkan yang lebih anehnya, Pi Pi sama sekali tidak bisa menemukan pengait pada kalung itu.


Pi Pi menghubungin Xiao Ju serta menanyakan apa dua orang aneh (Kuan Yong serta Xiu Xuan) ada ditokonya.



“Bagaimana kamu tau mereka ada disini? Mereka berdua, maksudku, dua rubah itu. Mereka selalu kesini tiap hari,” jawab Xiao Ju. Dan dengan segera Pi Pi mengambil tasnya serta meminta agar Xiao Ju menunggunya.



Xiao Ju berjalan melewati meja mereka berdua. Sambil memberikan senyuman manis yang singkat kepada Xiu Xian. Dan melihat itu Xiu Xian ikut tersenyum kecil sambil terus menatap kepada Xiao Ju yang telah lewat.



“Berhenti datang kesini. Aku bosan dengan sandwich disini,” kata Kuan Yong. Sambil memperhatikan roti sandwich utuh yang dipegangnya.

“Benarkah? Aku suka mereka,” balas Xiu Xian. Sambil memakan sandwichnya dan memandang kearah Xiao Ju.



Pi Pi mengunjungin toko obat dengan perasaan ragu. Namun akhirnya, ia tetap masuk kedalam toko obat itu. Lalu disana ia membeli sebungkus realgar, dengan alasan untuk dipakai mencuci kakinya.



Didapur. Dengan alasan tidak sengaja menjatuhkan sesuatu. Xiao Ju menunduk dan mengambil hpnya. Lalu dengan diam- diam memotret mereka berdua.



Disaat sedang makan, Xiu Xian tiba- tiba saja mencium bau sesuatu. Lalu dengan sikap waspada, ia berdiri untuk melihat. Namun Kuan Yong yang juga mencium bau yang sama, menyuruh agar Xiu Xian jangan panik dulu dan duduk.

Jadi Xiu Xian menurut. Ia duduk disebelah Kuan Yong dan menanti.



Pi Pi masuk kedalam toko. Dengan sikap agak ketakutan, Pi Pi menyapa mereka dan duduk didepan mereka. Pi Pi menanyakan apa mereka bisa membantunya untuk bertemu dengan He Lan, karena ada yang ingin ia bicarakan.



“Apa yang ingin kamu bicarakan? Nona Guan, apa yang kamu coba lakukan? Apa yang ada dalam tasmu?” tanya Xiu Xuan dengan nada tidak senang.

“Bagaimana kamu tau?” balas Pi Pi.


Ketika Pi Pi melihat sikap tidak senang mereka berdua. Ia membuka suara untuk mengatakan bahwa ia tidak bermaksud jahat. Namun Xiu Xian segera memotong.


“Kamu tidak mau apa? Jelaskan dirimu sendiri,” kata Xiu Xian sambil menunjuk dengan tangannya. Tampak sangat tidak senang. Tapi Kuan Yong segera menghentikan Xiu Xiang.



“Nona Guan, aku ingin kamu mengerti. Barang yang ada dalam tas mu sangat buruk untuk Tuan He Lan. Dia mempercayaimu dengan mengungkapkan identitas aslinya. Dia tidak bermaksud membahayakanmu. Dia tidak pernah menyakitimu. Apa yang kamu buat ini?” kata Kuan Yong dengan sangat tegas.



Pi Pi mengaku bahwa ia sangat takut. Karena banyak orang asing dan hal asing. Jadi ia ingin melindungin dirinya. Dan Pi Pi berjanji bahwa ia tidak akan membahayakan He Lan.

“Aku minta maaf, Nona Guan. Kami punya tanggung jawab. Kami tidak bisa membiarkanmu untuk menemuinya,” tegas Xiu Xiang.


Dan dengan tatapan memohon, Pi Pi menatap pada Kuan Yong yang lebih tampak bersahabat. Dan karena tatapan itu, maka Kuan Yong setuju untuk mempertemukan He Lan dengan Pi Pi.

“Kita harus membiarkan Tuan He Lan yang memutuskan,” kata Kuan Yong.

“Kuan Yong,” balas Xiu Xian. Lalu berdiri dan keluar dari toko.


“Tolong beritahu dia, aku ingin mentraktirnya. Aku akan ada di Vila Muyu, pintu sebelah kanan. Terima kasih,” pinta Pi Pi.

Kuan Yong menyetujui nya. Dan setelah itu, ia meninggalkan uang diatas meja. Lalu keluar dari luar toko.



“Pi Pi, apa yang kalian bicarakan? Mengapa mereka pergi?” tanya Xiao Ju yang heran melihat itu.


“Tidak ada,” balas Pi Pi, singkat.

Post a Comment

Previous Post Next Post