Broadcast Network : Tencent
He Lan sibuk dengan pakaian yang akan
dipakainya. Apa pakaiannya bagus? Apa warnanya bagus? Itu semua karena ia akan
pergi menemui Pi Pi.
Dengan berterus terang, Kuan Yong
mengatakan bahwa waktunya yang tidak bagus. Karena Pi Pi tidak mengerti He Lan
sama sekali, tidak mengerti mereka juga dan orang- orang mereka. Serta kondisi
mental Pi Pi, tampak sedikit terganggu.
“Aku tidak berpikir ini adalah waktu
yang baik untuk menyelesaikan masalah,” kata Kuan Yong, menyarankan.
He Lan tetap mau menemui Pi Pi. Ia
mengatakan bahwa selama ini ia berpikir bahwa ia dan Pi Pi memang ditakdir kan,
namun ternyata ia salah.
“Dia telah banyak berkorban untukku.
Jika aku menghindarinya, dia mungkin akan salah mengerti padaku. Aku akan
berusaha keras untuknya. Bahkan jika dia tidak mengubah pikirannya sampai akhir.
Setidaknya, aku tidak menyesal,” jelas He Lan.
“Tuan He Lan…”
“Jangan bicara lagi. Aku sudah
memutuskan,” tegas He Lan.
“Resletingmu,” balas Kuan Yong.
“Lebih nyaman begini.”
He Lan datang ke restoran, dimana Pi
Pi telah duduk disana, menunggunya. Karena masih siang hari, jadi He Lan tidak
bisa melihat. Dengan perlahan ia berjalan menuruni tangga yang ada, lalu
melalui bau Pi Pi, ia mendekati meja Pi Pi.
“Nona Guan, maaf telah menunggu,”
kata He Lan. Sambil melipat tongkatnya dan duduk disebelah Pi Pi.
“Bagaimana kamu tau aku duduk
disini? Huh.. aku lupa, kamu menanamkan aroma mu padaku,” kata Pi Pi.
“Kamu tidak tau arti aroma yang
ditanamkan itu,” balas He Lan. Sambil melepaskan kaca matanya.
Pelayan datang untuk mengambil
pesanan mereka. Dia memberikan menu kepada mereka berdua, namun karena tidak
bisa melihat, He Lan meminta agar si pelayan menyebutkan makanan special
direstoran mereka hari ini.
Jadi si pelayan menyebutkan semua
menu special mereka. Dan ketika melihat harganya pada buku menu, Pi Pi memesan
setengah porsi saja dari makanan yang dipesan oleh He Lan. Tapi tidak boleh.
He Lan lalu juga memesankan yang
lain juga. Dan karena He Lan telah terlalu banyak memesan, maka Pi Pi tidak
memesan lagi.
“Aku kira kamu tidak makan, makanan
manusia,” kata Pi Pi dengan nada kecil.
“Aku tidak. Aku memesan mereka
untukmu,” balas He Lan.
Lalu untuk dirinya sendiri. He Lan
mengeluarkan kelopak- kelopak bunga yang dibawanya dari dalam saku jasnya. Ia
meminta si pelayan menghancurkan kelopak bunga tersebut, lalu mencampurkannya
dengan air dan madu.
Dan si pelayan melakukan apa yang
diminta.
He Lan tau bahwa Pi Pi membawa
realgar. Namun ia tidak mempermasalahkan itu. Dan walaupun ragu, Pi Pi
menguatkan dirinya, lalu mulai bertanya mengapa He Lan menanamkan aroma padanya.
“Menanamkan aroma adalah kesopanan
ritual. Itu berati aku menghormatimu,” kata He Lan, menjawab.
“Pearl of Charms ini. Apa maksudnya?
Mengapa aku tidak bisa melepaskan itu.”
“Itu hadiah ku untukmu. Itu berarti
aku suka kamu. Dan berharap kamu akan menyukaiku balik.”
“Kemudian aku tidak bisa menerima
hadiah ini. Aku sudah bilang, aku punya pacar,” balas Pi Pi.
“Aku tau. Kamu tidak perlu
mengingatkanku.” kata He Lan.
“Aku hanya ingin tau. Kenapa kamu
terus mendekatiku?” tanya Pi Pi.
“Aku melakukan ini untuk
kebahagiaanmu.”
“Aku sudah bahagia.”
“Itu hanya sementara,” balas He Lan.
Saat Pi Pi kembali menanyakan
maksudnya, He Lan tidak menjawab. Malahan ia menanyakan maksud Pi Pi membawa
realgar, apakah Pi Pi ingin menyakitinya.
“Apa kamu takut realgar? Akankah itu
mengubahmu kewujud aslimu?” tanya Pi Pi. Tampak penasaran.
“Apa kamu mau mencoba?” balas He
Lan. Tapi Pi Pi langsung menjawab tidak perlu, karena ia hanya mau He Lan
mengambil kembali pearlnya dan meninggalkannya sendirian.
“Apa benar kamu takut padaku?” tanya
He Lan sambil sedikit mendekatkan wajahnya. Namun Pi Pi segera memundurkan
tubuhnya. Dan He Lan menyadari itu.
He Lan mengambil bungkusan bubuk
realgar di tangan Pi Pi. Lalu ia memasukan jarinya kedalam bungkusan tersebut,
menyentuh realgar itu. Dan setelah itu menunjukan reaksinya kepada Pi Pi.
Realgar tersebut membakar jari He
Lan. Membuat jari He Lan terluka. Dan ketika melihat itu, Pi Pi menjadi kaget.
Ia lalu mengambil tissue dan menutupi jari He Lan, lalu meminta P3K pada
pelayan.
“Apa ini yang mau kamu lihat?” tanya
He Lan.
“Aku ingin melindunginmu, jadi aku
menanamkan aroma dan memberimu pearl. Jadi aku bisa menemukanmu, ketika kamu
membutuhkan. Aku bisa saja mengambilnya balik, jika kamu tidak mau. Tapi apa
kamu pikir, aku tidak merasa sakit?” tanya He Lan dengan nada tajam dan sakit.
He Lan mengulurkan tangannya ke
leher Pi Pi dan melepaskan kalung Pearl yang ada dileher Pi Pi. Setelah itu, ia
pergi meninggalkan Pi Pi.
Dan Pi Pi sendiri hanya diam dan
membiarkan He Lan yang pergi begitu saja, karena ia masih merasa ketakutan.
Ada garis antara dua orang yang tidak terlihat. Seperti batas
antara dua negara. Selama kamu tidak
melewati itu, kamu akan baik- baik saja.
Tapi garis itu ada disana. Kamu bisa melihatnya dengan jelas.
Tapi kamu mungkin masih melewatinya hanya dengan satu gerakan atau satu kata.
Kamu memulai perang. Kamu mengakhiri kedamaian.
Pi Pi duduk diam dan meneteskan air
matanya, menangis.
Sekretaris Qian Hua menginzinkan Qi
Lin untuk masuk kedalam rumah. Disana Qian Hua sedang menyiapkan dua cangkir
teh untuk mereka.
“Aku tidak kepikiran kalau akan ada
hari, dimana kamu mengundangku ketempatmu,” kata Qi Lin, menyapa. Namun tanpa
mengatakan apapun, Qian Hua memberikan secangkir teh yang telah disiapkannya
kepada Qi Lin.
“Katakanlah. Apa yang kamu butuhkan
dariku?” tanya Qi Lin. Sambil duduk di sofa ruang tamu.
“Aku ingin mengunjungin bagian
utara,” jawab Qian Hua.
“Utara? Tempat yang dingin dan
tandus? Mengapa?”
“Tuan He Lan mau aku untuk
mengunjungin Tuan Qing Mun atas namanya. Suku selatan dan utara belum
berhubungan selama bertahun – tahun. Aku harap kamu akan membantuku. Bisakah
aku meminjam perintah mu yang rubah utara?”
“Qian Hua. Itu adalah alasan yang buruk.
Aku tau kepribadian A Xi dengan sangat baik. Mereka belum berbicara selama
bertahun- tahun. Terakhir kali aku tidak bisa membujuknya untuk mengunjungi
Ayah,” balas Qi Lin.
Karena ketahuan Qian Hua memberitahu
niat aslinya. Mengorbankan manusia dan mengambil hidup mereka. Itu adalah
sebuah ritual kuno yang telah lama dihapus, karena kekejamannya.
“Ketua Qing Mu menggunakan ritual
itu untuk menyembuhkan mata A Xi,” jelas Qian Hua.
“Benarkah?”
Qian Hua menjelaskan kalau ia
menemukan catatan lama klan rubah, namun ada bagian yang tidak ia mengerti,
jadi ia ingin meminta bantuan para tetua. Namun ia tidak ingin menyebabkan
masalah yang tidak perlu, maka dari itu ia membutuhkan bantuan dari Qi Lin.
“Jika aku menolong mu, apa yang ku
dapatkan?” tanya Qi Lin.
“Apa yang kamu mau?” balas Qian Hua,
bertanya.
“Apa yang ku mau? Bukankah kamu tau
jawabannya?” balas Qi Lin sambil tersenyum. Dan tampaknya Qian Hua mengerti,
jadi ia berdiri dan menghindari tatapan Qi Lin.
“Kita bisa membicarakan syarat
lainnya,” kata Qian Hua.
“Aku tidak mau apapun lagi. He Lan
Jing Ting. Apa yang dia lakukan untukmu?”
“Aku hanya ingin menolongnya.”
“Aku sudah mendengar alasan itu
berkali- kali. Kamu bahkan merendahkan dirimu sendiri untuk bicara padaku,
hanya untuk menolongnya. Tapi aku tidak bisa melakukan itu,” bisik Qi Lin. Lalu
pergi.
Tags:
Moonshine and Valentine