Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 8 - part 1




Broadcast Network        Tencent




Disebuah tempat biasa yang diterangin oleh cahaya lilin. Ketua Qing Mun beserta para tetua berkumpul. Mereka membahas masalah tentang He Lan. Dan Qi Lin juga berada disana, mendengarkan. Ia berdiri disamping ruangan.



Disaat itu, putri tertua keluarga Tushan, Qian Hua datang untuk melapor. Dan saat melihat kedatangannya, Qi Lin tampak tertarik.

“Saya Tushan Qian Hua. Memberi salam pada ketua Qing Mu,” kata Qian Hua sambil membungkuk dengan sikap sopan.

“Apa yang kamu butuhkan?” tanya ketua Qing Mu.



“Saya pikir pasti ada alasan dibalik pemberontakan He Lan Jing Ting. Saya akan pergi ke selatan sendirian. Saya adalah kandidat terbaik untuk misi ini. Saya mohon anda membiarkan saya mencoba ini,” jelas Qian Hua, meminta.



Qi Lin tidak setuju. Ia mendekati Ketua Qing Mun yang adalah Ayahnya. Ia mengadakan bahwa ia bersedia memimpin tentara nya untuk melenyapkan A Xi dan ancaman pemberontakannya.


Tapi ketua Qing Mu menolak, karena bagaimana pun Qin Li serta He Lan adalah saudara. Jadi tidak baik bagi mereka untuk saling melukai.



“Dia adalah tunangan untuk A Xi. Sejak dia akan menengahi situasi, maka aku membiarkan dia melakukan ini,” jelas Ketua Qing Mu, setuju bila Qian Hua yang pergi.

“Ayah, bagaimana jika…” bantah Qin Li, namun segera dipotong.



“Jika A Xi mengubah pikirannya. Itu akan bagus untuk kita,” kata ketua Qing Mu.

“Aku mohon padamu untuk memikirkan ini,” pinta Qin Li, memohon.

“Song! Jangan bicara lagi,” tegas ketua Qing Mu.



Dan kepada Qian Hua, ketua Qing Mu mengatakan bahwa ia akan mempercayai Qian Hua dalam misi ini. Lalu setelah itu, Qian Hua pun pamit dan pergi.



Dimalam hari. Ketika ruangan telah menjadi gelap. Qi Ling duduk diatas kursi ketua yang berada di tengah dan paling atas. Dengan pandangan mata yang seperti penuh ambisi.



“Song! Song!” panggil ketua Qing Mu kepada Qi Ling yang sedang termenung.

“Apa kamu pikir kita bisa mencegah hal ini menjadi lebih buruk?” tanyanya.

“A Xi bertingkah sama. Dia menolak untuk menemui mu, meskipun ada banyak undangan. Aku takut, dia tidak bersemangat seperti kamu, untuk memperbaiki hubungan,” jelas Qi Ling.



“Aku terlalu memanjakannya,” kata ketua Qing Mu dengan tidak bersemangat.

“Ayah. Aku pikir, kita harus mencari orang lain untuk posisi pewaris Kepala Imam.”

“Apa maksudmu?”



“A Xi telah menghabiskan terlalu banyak waktu diantara manusia. Aku tidak berpikir dia cocok untuk menjadi kepala Imam lagi. Akankah kamu mempertimbangkannya kembali?”

“Sekarang, aku pikir kamu lebih sesuai untuk memimpin Fox People. Tapi A Xi dicintai dan dihormati di selatan. Aku masih mau bicara dengannya,” balas ketua Qing Mu.


Qi Lin tidak terima, ia protes dengan mengatakan He Lan telah terlalu banyak menghabiskan waktu bertahun- tahun demi seorang wanita manusia.

Namun ketua Qing Mu langsung memotong dan mengatakan agar Qi Lin jangan bicara lagi, karena He Lan masih lah anaknya. Dan ia percaya kepada He Lan.



Disaat Qi Lin menceritakan kalau ia telah memberikan Pearl of Charm miliknya kepada seseorang. Ketua Qing Mun tampak tidak tertarik dan biasa saja. Namun saat Qi Lin menyebutkan nama Qian Hua, ketua Qing Mun langsung berdiri.

“Ini adalah ide Qian Hua. Lagian kami … saling mencintai,” kata Qi Lin.



Saat ketua Qing Mun turun dari kursinya dan akan pergi. Qi Lin berbicara dengan nada besar, ia mengatakan bahwa segera dirinya dan Qian Hua berencana untuk mengunjungin ketua Qing Mun.



Xiu Xian menanyakan kepada Kuan Yong, apa yang terjadi antara Pi Pi dan He Lan. Dan ia berharap bahwa mereka berdua akan baik- baik saja. Tapi karena sedang sibuk bekerja, Kuan Yong tidak terlalu mendengarkan.



“Kamu tidak mendengarkan ku sama sekali ya. Bisakah kamu lebih cepat? Aku sangat lapar. Mengapa tidak aku menunggu mu dicafe saja?” keluh Xiu Xian, bertanya.

“Café yang mana?” balas Kuan Yong.

“Kamu tau,” jawab Xiu Xian.

“Aku kira, kita akan mencoba café yang lain,” keluh Kuan Yong.


“Kenapa? Tempat itu tenang dan makanan nya enak,” balas Xiu Xian.

“Kamu tidak pergi untuk makan makanannya,” balas Kuan Yong.

“Hahah.. begitukah?” kata Xiu Xian. Lalu pergi duluan.



Jia Lin datang keruang makeup, dimana Tian Xin sedang bersiap untuk pertunjukannya. Jia Lin datang sambil membawa sebuket bunga besar untuk Tian Xin.


Disana Tian Xin menanyakan keadaan Pi Pi. Dan Jia Lin menjawab bahwa ia khawatir kepada Pi Pi, tapi ia tidak bagaimana bisa Pi Pi mengenal orang seperti itu serta ia tidak tau apa yang terjadi kemarin malam itu.



Awalnya Tian Xin ingin menceritakan tentang Pi Pi yang bertemu dengan He Lan dimalam itu. Namun tiba- tiba ia menjadi ragu. Ia lalu mengajukan pertanyaan kepada Jia Lin.

“Jika tidak ada aku, akankah kamu tetap bersama dengan Pi Pi?” tanya Tian Xin.



Jia Lin terdiam untuk sesaat, lalu menjawab kalau sebenarnya ia merasa dirinya serta Pi Pi itu berbeda dan tidak cocok untuk bersama. Dan setelah mendengar itu, Tian Xin tidak jadi untuk menceritakan tentang apa yang dilihatnya malam itu.


Jia Lin lalu pamit untuk menjemput Pi Pi dulu. Tapi sebelum keluar dari ruangan, Jia Lin memberikan semangat kepada Tian Xin.



Pi Pi berdandan dan bersiap. Dan ketika telah selesai, ia pamit untuk pergi kepada kedua orang tuannya.

Disaat mama mendengar, kalau Pi Pi mau menonton pertunjukan Tian Xin, ia menyuruh agar Pi Pi makan malam dirumah dulu. Tapi ketika ia mendengar, Pi Pi akan menemui Jia Lin, maka sikap mama segera berubah. Ia menyuruh agar Pi Pi segera buru- buru berangkat.



Mama juga mulai cerewet, memberikan saran agar Pi Pi bisa lebih dekat dengan Jia Lin. Karena setelah selama ini, Jia Lin masih belum memberikan tanda apapun. Sehingga Pi Pi harus berjuang lebih keras.

Pi Pi tampak malas mendengarkan itu. Jadi dengan cepat ia pamit dan pergi.


Pi Pi datang keruangan make up dan memberikan sebuket bunga kecil untuk Tian Xin. Dan saat itu, ia melihat sebuket bunga besar yang berada diatas meja. Lalu ia menanyakan dari siapa itu.

Dan Tian Xin berbohong. Ia menjawab kalau itu dari temannya.



Tian Xin menanyakan kepada Pi Pi tentang hubungan antara Pi Pi dan He Lan. Dan ia menceritakan kalau malam itu direstoran, ia ada disana dan melihat Pi Pi serta He Lan yang berada di beranda.

Pi Pi menjawab kalau ia mengenal He Lan karena pekerjaan. Dan malam itu, ia pergi untuk mewawancarai He Lan.



“Lalu apa yang kalian bicarakan?” tanya Tian Xin dengan penasaran.

“Kami membicarakan…,” kata Pi Pi, ragu saat mengingat He Lan yang mengaku sebagai rubah. Dan detak jantung He Lan.

“Aku tidak bisa menjelaskannya. Aku bahkan tidak tau, jika kamu pernah mempercayai ku,” kata Pi Pi dengan suara kecil.

“Kamu tidak akan menceritakannya, jika kamu pikir aku tidak akan mempercayai itu?” balas Tian Xin, bertanya.



“Banyak hal aneh terjadi akhir- akhir ini. Jadi aku berpikir untuk keluar dari pekerjaanku. Aku ingin bersiap, mana tau ketika Jia Lin ke Amerika, ia berencana membawaku atau tidak…” balas Pi Pi, malu- malu.

Tepat disaat itu, teman Tian Xin mengabarkan kalau pertunjukan akan dimulai 15 menit lagi. Jadi Pi Pi pun pamit dan menyemanganti Tian Xin.



Pi Pi dan Jia Lin duduk bersama dibangku penonton. Disaat itu Jia Lin menanyakan apakah hari ini Pi Pi tidak mengenakan parfum. Dan mendengar itu, Pi Pi menjadi heran, karena ia tidak pernah memakai parfum.

“Oh ya, apa yang ingin kamu bicarakan padaku?” tanya Pi Pi, tiba- tiba. Namun Jia Lin tidak jujur dan hanya menjawab tidak ada.


Pertunjukan pun dimulai. Semua penonton memberikan tepuk tangan. Dan diatas panggung Tian Xin berserta pasangannya menyanyi bersama.



Jia Lin yang duduk dibangku penonton. Dengan serius mendengarkan dan memperhatikan itu.



Qian Hua mengobati jari He Lan yang terluka. “Aku ingat kamu pernah bilang padaku. Jangan membenci ketika dilukai. Beri dirimu sendiri kesempatan,” kata Qian Hua.

Namun He Lan tidak menanggapi dan tetap diam dengan pandangan kosong.



Dengan sangat serius. Jia Lin duduk tegak dan mendengarkan.



Secara perlahan Qian Hua mendekat. Dan ia bersandar didada He Lan.


Tian Xin bernyanyi dengan sangat menghayati.



Xiao Ju duduk termenung, memperhatikan setiap orang yang melewati tokonya. Seperti sedang menunggu seseorang.



Tian Xin memperhatikan Jia Lin yang duduk dibangku penonton dengan tatapan yang tampak sedih. Dan ketika lagu berakhir, Tian Xin tersenyum kecil sambil menahan air matanya.



Qian Hua mengangkat kepalanya dari dada He Lan. Dan tidak jauh dari situ, di halaman rumah, Qi Lin berdiri disana dan memperhatikan semua itu.

2 Comments

Previous Post Next Post