SINOPSIS LAKORN : RANG MAI HUA JAI DERM EPISODE 09-3



Images by : ONE HD 31

Win bersama Lan duduk di pinggir pantai dan melihat laut malam. Pat menanyakan mengenai kesempatan yang kadang mereka temukan di dalam hidup.
"Kesempatan memiliki sayap. Jika kita tidak segera menangkapnya, ia akan terbang dan tidak kembali lagi," jawab Win.
"Pernahkah kau melewatkan suatu kesempatan dalam hidup, GM?"
"Jika aku menjawab tidak, berarti aku bohong. Ini hal normal jika manusia membuat kesalahan."
"Jika kau berbuat kesalahan, dan jika seseorang memberikan kesempatan kedua padamu untuk kembali dan memperbaikinya, apa kau akan menerimanya?"
Win terdiam mendengar pertanyaan tersebut.
"Apa kau berharap Khun Pat dapat kembali?" tanya Pat.
Win terdiam dan menarik nafas. Dia membalikkan pertanyaan itu pada Lan, apa Lan akan menerima jika di berikan kesempatan kedua? Pat menjawab kalau dulu tubuhnya (Lan) sangat lemah sehingga dia harus selalu di rumah, tapi suatu hari takdir memberikannya kesempatan. Tubuhnya semakin sehat dan dia bisa melakukan semua hal yang di sukainya.
"Jadi bisa kau beritahu padaku, jika kau di beri kesempatan kedua, apa yang akau kau lakukan?" tanya Lan.
"Hidupku sudah mendapat banyak sekali kesempatan. Aku tidak layak di berikan kesempatan lagi."
Pat sedih mendengar jawaban tersebut, jawaban Win terasa seperti Win merasa bersalah akan sesuatu. Dia menawarkan diri menjadi teman curhat Win, dia bersedia menerima keluh kesal Win dan berjanji tidak akan menceritakannya ke orang lain. Win berterimakasih dan beranjak pergi.
Win masuk ke kamar yang di sedikan. Pat juga ikut. Dan melihat hanya ada satu tempat tidur, Win menyuruh Lan untuk tidur di sana sementara dia akan tidur di sofa. Pat tidak enak, Win adalah boss, jadi Win aja yang tidur di tempat tidur sementara dia di sofa. Mereka malah berdebat siapa yang akan tidur di sofa dan di tempat tidur.

Dan dalam pertengkaran tersebut, Win tidak sengaja membuat Lan terjatuh ke tempat tidur yang penuh kelopak bunga mawar. Mereka saling bertatapan.
Win salting dan segera bangkit menuju sofa. Pat sendiri merasa tubuhnya gatal-gatal. Win melihat dan menduga kalau Lan alergi bunga mawar tetapi Pat menjawab kalau dia merasa tidak pernah terkena alergi. Win memarahinya karena tidak tahu kalau alergi bunga mawar
Win membantu memakaikan salep alergi ke tubuh Lan, sementara petugas hotel membersihkan tempat tidur penuh bunga mawar. Mereka juga mengganti kasur. Pat merasa sangat gatal dan terus menggaruk tubuhnya, Win menyuruhnya untuk tidak menggaruk atau akan semakin parah.
Win mengomentari Nalan yang sangat aneh. Jika dia bertanya mengenai diri Nalan, Nalan selalu seperti orang kebingungan, seperti tidak mengenali dirinya sendiri. Tapi kalau mengenai orang lain, Nalan malah seperti sangat mengenalnya. Dia merasa terlalu banyak rahasia yang di sembunyikan oleh Nalan. Pat terdiam.
Tempat tidur selesai di bersihkan. Win memeriksanya sementara Nalan sudah tertidur di sofa. Win menggendongnya dan meletakkannya di tempat tidur. Win tersenyum melihat wajah Lan yang tidur.
Setelah itu, Win duduk di sofa. Dia memikirkan pertanyaan Lan tadi mengenai kesempatan kedua. Dan hal itu membuatnya teringat akan kematian Pat. Mata Win berkaca-kaca : "Jika aku bisa meminta, aku ingin kau kembali. Dapatkah kau kembali, Pat?"
Joon pamit pulang pada Nudee saat Boat sudah tidur. Nudee berterimakasih pada bantuan Joon, tetapi dia mau menanyakan sesuatu.
"Aku kecewa padamu, P'Noojoon. Kau jadi sangat dekat dengan Nalan. Tidak bisa kah kau lihat P', dia berusaha menghancurkan keluarga P'Pat."
"Hey. Orang yang harus kecewa  itu aku."
"P'Noojoon, apa maksudmu? Aku tidak mengerti."
"Kau hanya menilai orang dari luarnya. Dan kau langsung menuduh  yang tidak-tidak padanya. Hey, cobalah untuk menilai orang dari apa yang mereka lakukan. Nilai secara dalam. Jangan mudah menilah seperti itu."
Nudee tidak suka mendengarnya, "Kau sudah terperdaya wanita itu, P'Noojoon. Sama seperti Win."
"Terperdaya? Bisakah aku bertanya sesuatu padamu? Sejak Nalan hadir di hidupmu, pernahkan dia melakukan sesuatu yang buruk padamu? Aku rasa tidak ada."
"Dia mungkin hanya berpura-pura baik di depan kita. Tapi siapa yang tahu apa yang dilakukannya di belakang kita. Dia mungkin mempermainkan kita."
Noojoon sampai hilang kata-kata mendengar tuduhan Nudee, "Nudee, kau harus memikirkan hal ini baik-baik. Siapa yang mempermainkan kita, Nalan atau Ketkaew?"
Setelah mengatakan itu, Noojoon pamit pulang. Dia merasa Nudee harus menjernihkan pikirannya dulu, baru mereka bisa bicara.
Pat terbangun dari tidurnya dan kaget karena sudah berada di tempat tidur. Alergi nya juga sudah mulai hilang. Dia kemudian melihat Win yang tertidur di sofa. Pat mengambil tambahan selimut yang ada di lemari dan menyelimuti Win. Setelah itu, dia mulai mengisi air ke gelas dan meletakkannya di meja di samping Win.
Usai melakukan hal tersebut, Pat balik tidur.

Win terbangun dan melihat selimut. Dia juga melihat air di meja sampingnya. Win melihat ke arah Nalan yang tertidur. Dia teringat kenangannya bersama Pat, dimana Pat dulu selalu membangunkannya dan menyuruhnya meminum air sedikit agar bisa lebih fresh di pagi hari.
Esok hari,
Win sudah bangun duluan. Dia berjalan ke tempat tidur Nalan dan menatapnya. Di dalam hatinya, dia bertanya-tanya siapa Nalan sebenarnya? Kenapa dia selalu membuatnya teringat pada Pat.
Nalan terbangun dan kaget melihat Win yang berdiri menatapnya. Win malah sanati saja dan menyuruh Nalan untuk bersiap, mereka harus sarapan dan segera pulang.
Tan ternyata membawa Ying ke rumah sakit dan menjagainya semalaman. Perawat memberitahu kalau Ying sudah bisa pulang dan dapat mengambil obat untuk hamil di counter. Perawat mengira kalau Tan adalah ayah si bayi. Tan segera menyangkal dan memberitahu kalau dia cuma teman. Perawat meminta maaf atas kesalahannya.
Tan kemudian bertanya pada Ying, anggota keluarganya yang bisa dihubungi agar ada yang menjemput Ying pulang. Ying menjawab kalau dia tidak punya keluarga. Tan tidak percaya, harusnya kan ada, setidaknya mereka bisa menghubungi ayah si bayi. Ying terdiam dan menjawab kalau dia benar-benar tidak punya keluarga. Tan tidak memaksa lagi dan menyerahkan resep obat yang tadi di terimanya agar bisa di tebus oleh Ying. Ying dengan malu memberitahu kalau dia tidak punya uang sama sekali.
Akhirnya, Tan yang membayar biaya perawatan dan obat Ying. Dia juga mengantar Ying pulang. Ying sangat berterimakasih atas bantuan Tan dan bertanya kenapa Tan sangat baik padanya. Tan menjawab kalau dia merasa kasihan pada Ying, dan lagipula, Ying tidak terlihat seperti orang jahat. Ying berterimakasih dan berjanji akan membayar Tan kembali jika sudah punya uang.
Tan sudah mengantar Ying sampai ke depan apartemen. Ying benar-benar berterimakasih atas kebaikan Tan.
"Tidak seperti seseorang. Sudah saling mengenal lama tapi memperlakukanku seperti sampah."
Tan segera mengalihkan Ying untuk meminum obat dan merawat kandungannya baik-baik. Jik ada masalah, Ying bisa menghubunginya dan dia akan dengan senang hati membantu.
Pat membawakan roti yang belum di panggang untuk sarapan Win. Win heran dan bertanya darimana Lan tahu kalau dia suka makan roti yang belum di panggang? Dan jangan bilang kalau Boat yang memberitahu karena Boat juga tidak tahu hal itu.
"Itu gampang. Waktu itu ketika di rumahmu, aku melihat pelayan menyediakan hal ini. Jadi dia menduga."
Pat sendiri tidak makan roti karena sedang diet. Dia memberitahukan kalau 1 buah roti sama dengan 1 mangkok nasi. Win terdiam karena Pat juga pernah mengatakan hal serupa. Lan heran melihatnya dan bertanya ada apa? Win menjawab kalau seseorang juga pernah mengatakan hal yang sama seperti tadi.
Lan kemudian berterimakasih pada Win karena sudah menggendongnya ke kasur. Win balas berterimakasih karena Lan sudah menyelimutinya dan menyediakan air. Lan kemudian memberitahu kalau minum air setelah bangun, bagus untuk kesehatan. Sama seperti yang di katakan Pat dulu padanya.

Win memandang Nalan. Pat balas tersenyum.

Post a Comment

Previous Post Next Post