Original
Network : tvN
Imoogi didalam tubuh Ji A tersenyum dan menyapa Lee Yeon dengan sangat ramah. Karena setelah 600 tahun, Lee Yeon harus menghadapinya didalam tubuh wanita yang Lee Yeon cintai. Sementara Ji A yang asli berada didalamnya, dan sedang berteriak kesakitan sambil membenci takdirnya yang tidak terelakkan. Dan untuk semua ini, Imoogi menjelaskan bahwa ini semua adalah salah Lee Yeon, seandainya Lee Yeon membiarkan Ji A menjadi tumbal di sumur saat itu, maka mereka, dia dan Ji A akan menyatu, bukannya terbagi dua. Namun walaupun begitu, dia tidak terlalu masalah, karena ketika waktunya telah tiba, mereka berdua akan bersatu lagi.
“Kapan tepatnya itu akan terjadi?” tanya Lee
Yeon sambil menahan emosinya.
“Saat kami melompat masuk ke tubuhmu,” jawab
Imoogi sambil tersenyum.
“Kenapa kamu
terobsesi dengan tubuhku? Kenapa tidak bersatu di tubuh orang lain dan
berbahagia selamanya?” tanya Lee Yeon, tidak mengerti.
“Kamu tidak menyadari pertambahan
kecepatannya?” balas
Imoogi.
“Mungkinkah kamu tidak hanya bertumbuh, tapi
juga menua secepat itu? Itu kutukan yang kamu terima,” tebak Lee
Yeon dengan yakin.
Imoogi sama
sekali tidak menyangkal tebakan Lee Yeon. Dia menjelaskan bahwa dia menemukan
satu kesempatan untuk bisa mengubah nasibnya, yaitu dengan menjadi naga. Jika
dia melakukan itu, maka dia pasti sudah menjadi Roh Baekdudaegan, bukan Lee
Yeon. Tapi dia tidak mau melakukannya, karena dia mau membalas dendam. Karena
itulah dia mengincar tubuh abadi milik Lee Yeon.
“Aku akan membunuhmu,” geram Lee
Yeon.
“Jika kamu melakukannya, dia juga akan mati.
Menyelamatkan dia akan membuatmu mati. Kamu akan menyelamatkan dia atau
menyelamatkan dirimu?” balas Imoogi, bertanya sambil tersenyum.
“Aku benci mengatakan ini, tapi kami tidak
menginginkan keduanya,” jawab Lee Yeon dengan sangat yakin.
Dengan
cepat, Imoogi langsung menyerang Lee Yeon. Dan lalu dia mencengkram leher Lee
Yeon. Karena dia tidak suka mendengar ocehan Lee Yeon. Setelah itu, dia berniat
untuk menusuk Lee Yeon. Tapi dia gagal.
“Kamu lemah,”ejek Lee Yeon.“Sebagian besar kekuatan dan kemampuan Imoogi
ada padanya. Bisa dikatakan, kamu hanya jantung. Karena itu kamu membutuhkan Ji
A sebagai perisaimu untuk mencegahku mengetahui betapa lemahnya dirimu.”
Setelah itu,
Lee Yeon mendorong Imoogi. Dan Imoogi lalu mengambil pedang milik Lee Yeon dan
kembali bergerak dengan cepat untuk menyerang Lee Yeon. Dia menusuk pedang yang
di ambilnya ke tubuh Lee Yeon.
“Kalian berdua tidak bisa mengubah apa yang
tidak terelakkan. Setelah kepergianmu, semuanya akan berakhir. Hanya kamu,” kata
Imoogi, penuh penekanan.
“Dan hanya kamu yang kubutuhkan, Ji A,” balas Lee
Yeon sambil menahan rasa sakitnya dan menahan tangan Imoogi yang menancapkan
pedang ke tubuhnya. “Ji A, aku tahu kamu bisa mendengarku. Aku
tahu kamu di sana,” panggilnya
dengan lembut. “Kembalilah
kepadaku. Aku akan selalu menunggumu, jadi, kembalilah kepadaku. Aku akan
selalu menunggumu. Aku akan selalu mendampingimu. Aku milikmu sampai maut memisahkan
kita.”
Mendengar
itu, Ji A akhirnya tersadar. Dan dia merasa sangat kaget, dengan apa yang sudah
dilakukannya kepada Lee Yeon.
“Yeon…” panggil Ji A.
“Ya, ini aku. Aku di sini,” jawab Lee
Yeon sambil melepaskan pedang yang menancap ditubuhnya.
“Tolong aku, Yeon. Bunuh saja aku. Agar aku
tidak pernah menyakitimu,” pinta Ji A sambil menangis putus asa.
Dengan
perhatian, Lee Yeon memeluk Ji A dengan erat. “Ji A, tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik
saja.”
"Bab 13: Imoogi yang Lain"
Rekan Kim
dan rekan Pyo tersadar. Mereka mengucapkan terima kasih kepada Shin Joo yang
telah menyelamatkan mereka. Dan Shin Joo menyuruh agar mereka berterima kasih
kepada Lee Yeon saja.
Lalu Shin
Joo menelpon Lee Yeon untuk melapor. Namun saat mendengar apa yang terjadi,
wajahnya berubah menjadi tegang dan dia buru- buru berlari pergi.
Pria Rang
tertawa keras, karena dia berhasil mencuri Pohon Ceplukan yang di butuhkannya.
Tapi tiba- tiba Hyeonuiong muncul dibangku belakang mobilnya. Dan dengan ngeri,
dia langsung mengarahkan pistolnya.
“Namaku Hyeonuiong. Aku datang untuk mengambil
ceplukan itu,” kata
Hyeonuiong dengan sikap ramah dan santai.
“Siapa yang mengirimmu? Imoogi? Lee Yeon?” tanya Pria
Rang, waspada.
“Apa pentingnya itu? Yang penting ini bukan
milikmu,” balas
Hyenuiong.
“Hentikan omong kosongmu. Ceplukan itu
milikku. Itu milikku!” bentak Pria Rang sambil menekan pelatuk
pistolnya dan menembak Hyeonuiong berkali- kali. Kemudian dia tertawa.
“Astaga, sakit sekali. Aku benci bau bubuk
mesiu,” keluh
Hyeonuiong. Dan Pria Rang heran, kenapa Hyeonuiong masih baik- baik saja.
Ji A
berusaha menghentikan pendarahan didada Lee Yeon. Lalu akhirnya Shin Joo
datang.
Selagi Shin
Joo mengobati Lee Yeon didalam, Ji A duduk dan menunggu diluar. Dia masih
merasa sangat syok dan bersalah. Ditangannya ada bekas darah Lee Yeon dan
kulitnya bersisik seperti ular.
Setelah Shin
Joo selesai mengobatinya, Lee Yeon menceritakan bahwa dia sengaja membiarkan
Imoogi melukainya, karena dia ingin memeriksa sesuatu. Dan ternyata, Imoogi yang
terbagi dua bisa menjadi kekuatannya, tapi itu juga bisa menjadi kelemahan
fatalnya. Karena mereka berdua terasa sama tapi juga agak berbeda. Contohnya,
Imoogi didalam tubuh Ji A mirip dengan Imoogi dari kehidupan lampaunya.
“Apa yang bisa kubantu?” tanya Shin
Joo.
“Temui Pengantin Siput dan tanyai dia soal
peramal itu,” perintah
Lee Yeon.
“Pria yang mengambil butiran rubah itu?” tebak Shin
Joo.
Hyeonuiong
membawa pohon ceplukan ke kantor. Dan Taluipa memberikan pengarahan kepada
Hyeonuiong, pertama periksa didaftar dan serahkan saja orang yang masih
bernyawa. Karena akan melelahkan bila harus menjadikan mereka semua manusia
sekaligus. Dan Hyeonuiong mengerti, namun sebelum itu dia ingin membeli makanan
terlebih dahulu.
“Sayang, mau kubelikan tteokbokki? Bagaimana
jika kutambah gorengan dan sundae?” tanya Hyeonuiong sambil mendekat.
Dan Taluipa
langsung mematikan komputernya. “Aku juga mau keju tambahan,” kata
Taluipa sambil memberikan kartunya.
Setelah
Hyeonuiong pergi, Taluipa kembali memeriksa data di komputernya. "Daftar:
Catatan jangka hidup setiap orang".
Taluipa : “Akan
ada kekacauan jika aku tidak menghentikannya sekarang.”
Taluipa
ingin memajukan tanggal kematian Ji A. Tapi karena dia terpikir akan Lee Yeon,
dia menjadi ragu untuk melakukannya.
Ketika Lee
Yeon keluar, Ji A meminta maaf. Karena dengan tangannya sendiri, dia telah
menikam dan menyakiti Lee Yeon. Mendengar itu, Lee Yeon memegang tangan Ji A
yang bergetar dengan erat.
“Aku yang paling tahu bahwa itu bukan dirimu,” kata Lee
Yeon, menenangkan. “Lihat aku,” tegasnya. Dan dengan ragu, Ji A menatap Lee
Yeon. “Bagaimana
perasaanmu? Kamu baik-baik saja?”
“Bagaimana mungkin kamu mengkhawatirkanku
padahal kamu yang terluka?” balas Ji A sambil tersenyum sedih.
Lee Yeon
kemudian mengajak Ji A untuk minum kopi. Tapi Ji A menolak. Makan kaki Ayam. Ji
A pun menolak. Pulang. Ji A juga menolak, sebab dia khawatir bahwa dia akan
berubah seperti tadi dan menyakiti orang tuanya.
“Kalau begitu, mau pergi ke suatu tempat?” ajak Lee
Yeon sambil memeluk bahu Ji A. “Mari pergi ke tempat yang hanya ada kita
berdua.”
Didalam
mobil. Lee Yeon menenangkan Ji A untuk jangan terlalu khawatir tentang Ayah Nam
dan Ibu Nam. Karena dia sudah meminta Shin Joo untuk mengawasi mereka berdua.
Dan Ji A mengucapkan terima kasih. Lalu dia menanyai, mau kemana mereka.
“Ke mana saja,” jawab Lee Yeon.
Lee Yeon
membawa Ji A ke laut. Dia memeluk Ji A dari belakang dan menghangatkan nya
dengan jaketnya. Ji A mengakui bahwa dia menyesal, seandainya pertama kali
mereka bertemu, dia langsung mengajak Lee Yeon berkencan, maka mereka bisa
menikmati kebersamaan mereka jauh lebih lama.
Pria Rang
mengamuk kesal sambil memukul- mukul setir mobilnya. Karena pohon ceplukan
miliknya direbut oleh Hyeonuiong. Lalu tiba- tiba Imoogi muncul dihadapanya.
Dengan
segera, Pria Rang keluar dari dalam mobil dan berlutut dihadapan Imoogi. Dia
meminta maaf dan mengakui bahwa dia sudah gila karena dibutakan oleh buah
ceplukan. Lalu dia memukul- mukul kepalanya sendiri.
“Lihat aku,”perintah Imoogi dengan dingin. “Kamu
terlahir sebagai pelayan di rumah jerami kotor. Kamu mengalami perubahan besar
sejak itu.”
“Itu… Itu semua berkat dirimu,” kata Pria
Rang, tergagap.
“Aku menyelamatkanmu tepat sebelum kamu
dieksekusi karena berkhianat,” lanjut Imoogi. “Kalau
begitu, kenapa kamu membantu Lee Yeon? Kudengar kamu memberitahunya banyak hal,” teriaknya,
marah.
Dengan
ketakutan, Pria Rang memohon ampun dan meminta untuk diberikan kesempatan. Tapi
Imoogi menolak, karena dia sudah tidak membutuhkan Pria Rang atau siapapun. Dan
juga ada perubahan rencana. Lalu dia mengulurkan tangannya dan menyentuh kepala
Pria Rang.
“Aku ingin kamu sengsara. Maksudku, semua
orang yang masih hidup sekarang,” perintah Imoogi. Dan mata Pria Rang berubah
seperti kosong. “Cepat
serahkan dirimu. Kamu lebih cocok hidup sebagai penjahat,” jelasnya
sambil tersenyum.
Saat sampai
dirumah, Lee Yeon mengajak Ji A untuk memainkan sebuah permainan. Jadi anggap
mereka berdua adalah orang biasa. Ji A hanya orang biasa yang bosan dengan
hidup, dan dia bukan rubah ekor sembilan. Mereka sudah menikah. Ji A pergi
bekerja seperti biasa dan dia menunggu Ji A pulang sambil memasak makan malam.
“Jadi, aku pencari nafkah?” tanya Ji A,
kurang setuju.
“Aku punya banyak gedung dan uang. Aku ingin
menjadi bapak rumah tangga yang tiap bulan menerima uang sewa,” jawab Lee
Yeon, menjelaskan. Dan Ji A tertawa dengan geli.
“Kamu ingin aku melakukan apa?” tanya Ji A,
setuju.
Lee Yeon
melepaskan jaket besar yang dikenakannya dan mulai bersiap untuk berakting. Dia
pergi ke dapur dan menyiapkan bahan makanan. Lalu dia menyuruh Ji A untuk
bersikap seolah- olah baru pulang dari kantor.
“Astaga, ini terasa bodoh,” gumam Ji A,
mengeluh.
Akting
dimulai. Ji A berpura- pura baru pulang dari kantor. Dan sambil tersenyum manis
dia memanggil Lee Yeon dengan panggilan ‘Sayang’. Tapi Lee Yeon malah merespon dengan sikap
ngambek, karena Ji A pulang telat. Dan diapun mengomeli Ji A.
“Apa aku punya jam malam?” tanya Ji A,
terkejut. Dan Lee Yeon mengiyakan. Lalu Ji A pun meminta maaf dengan sikap
manja.
“Ini tidak boleh dibiarkan. Duduklah,” kata Lee
Yeon sambil mengambil sebotol wine dan dua gelas. “Duduklah.
Mari bicara.”
“Sayang. Kamu akhirnya berhenti minum alkohol
belum lama ini,” kata Ji A
sambil merebut botol wine Lee Yeon dan tersenyum.
“Aku?” gumam Lee Yeon, terkejut. “Kamu juga
membuat cerita latar belakang,” katanya, mengerti. “Sayang, kamu
sudah berubah. Apa kamu mencintaiku?” tanyanya.
“Aku mencintaimu,” kata Ji A
sambil menatap ke dalam mata Lee Yeon.
Dengan
senang, Lee Yeon mengecup Ji A. “Aku juga.”
Akting
kemudian berakhir. Dan dengan sedih Ji A mempertanyakan, kenapa hidup begitu
tidak adil kepada mereka. Jika saja mereka manusia biasa, jika saja Imoogi
tidak pernah ada, jika saja mereka bisa hidup di dunia seperti itu.
Mendengar
itu, Lee Yeon memeluk Ji A dengan erat.
Dengan
lembut, Lee Yeon membaringkan Ji A diatas tempat tidur. Lalu dengan mesra,
mereka berciuman. Dan saling membuka pakaian satu sama lain.
“Aku akan melindungimu. Apa pun yang terjadi
saat pertarungan ini usai, kamu harus tetap hidup. Itu sudah cukup bagiku,” tekad Lee
Yeon didalam hatinya sambil mengelus rambut Ji A yang tidur.
Imoogi
memandang ke arah langit malam. “Berapa kali pun aku terlahir kembali, dunia
ini penuh kegelapan. Yeon, akan kuperlihatkan padamu seperti apa penampakan
dunia yang kutinggali pada akhirnya,” tekadnya.
Pagi hari.
Ji A menikmati secangkir minuman hangat sambil merasakan angin sejuk yang
berhembus dari lautan.
Lalu tiba-
tiba disaat itu, Imoogi menelponnya. Dan diapun mengangkat telponnya. “Halo?”
“Pesta akan dimulai. Aku tidak berniat
bersikap baik kepadamu lagi. Tunggu saja,” kata Imoogi secara langsung.
“Aku mengasihanimu. Kamu tidak pernah belajar
cara memberi atau menerima cinta. Kamu hanya tahu cara mengancam orang seperti
ini,” balas Ji A
dengan kesal.
“Seperti katamu, aku memang mengancammu,” kata
Imoogi, mengakui. “Lihat
dirimu. Tidak lama lagi, itu akan sepenuhnya mengendalikan tubuhmu. Saat
waktunya tiba, Yeon akan kamu bunuh dengan tanganmu sendiri.”
Mendengar
itu, Ji A menatap pantulan dirinya sendiri didepan cermin. Dan sisik ular
muncul kembali ditubuhnya. Lalu dia menatap stress ke arah Lee Yeon yang masih
tidur. Kemudian dia berjongkok dan menangis frustasi.
Hyeonuiong
tidak sengaja melihat komputer Taluipa. Dan lalu dia menjadi marah. “Apa yang
kamu pikirkan? Kenapa kamu mengacaukan kapan kematiannya?” tanyanya.
“Dia memang yang asli. Imoogi yang asli,” balas
Taluipa dengan serius. “Imoogi yang asli ada di dalam tubuhnya. Kita
harus menyingkirkan itu untuk menyingkirkan apa yang merajalela.”
“Kamu ingin mengorbankan anak tidak berdosa
demi menangkap Imoogi? Walaupun tahu apa artinya bagi Yeon?” tanya
Hyeonuiong.
“Ya. Aku yang paling tahu,” jawab
Taluipa, tanpa ragu. “Yeon tidak bisa membiarkannya mati. Imoogi
juga tahu itu. Menurutmu apa yang akan terjadi jika dia mengambil alih tubuh
Yeon?” tanyanya.
“Kamu akan membunuh seseorang karena sesuatu
yang belum terjadi? Apa yang hendak kamu lindungi dengan melakukan itu?” protes
Hyeonuiong.
“Ini pekerjaanku!” bentak
Taluipa.
Hyeonuiong
merasa tidak senang. Karena alasan ‘pekerjaan’, Putra mereka kehilangan istrinya dan mereka
kehilangan Putra mereka. Sebab saat itu, Taluipa juga melakukan hal yang sama,
Taluipa menambahkan nama Istri Putra mereka ke daftar orang mati. Lalu Putra
mereka bunuh diri, dan mereka belum berhasil menyelamatkan jiwanya.
“Berkat itu, kita mencegah pandemi,” kata
Taluipa, tidak merasa bersalah.
“Bok Gil bahkan tidak bisa bereinkarnasi!” bentak
Hyeonuiong, emosi.
“Itu takdirnya,” balas Taluipa, pelan. “Akan terjadi
malapetaka yang lebih besar. Jika tidak kita hentikan…”
“Baiklah. Kamu saja yang menghentikan malapetaka itu. Aku akan menghentikanmu,” tegas Hyeonuiong, melawan. “Saat kamu mengubah tanggal kematiannya, hubungan kita berakhir.”