“Temboknya berhenti. Cepat tarik aku
ke atas!” pinta Xia Chi.
Tapi Xu Xiang malah hanya berdiri
dan diam saja, karena ragu. Dan disaat Xia Chi sudah tidak kuat lagi serta
hampir terjatuh, barulah Xu Xiang memegang tangan Xia Chi dan menariknya
keatas.
Dengan nafas kelelahan, Xia Chi
berusaha untuk menenangkan dirinya dulu. Dan lalu Xu Xian pun membuka suara,
mulai mengobrol.
“Ada apa? Kamu takut? Kamu pikir,
jika aku menendangmu, maka aku akan menang, kan?” tanya Xu Xian.
“Aku tidak bermaksud begitu.”
“Sudahlah. Tidak apa. Aku sudah
terbiasa. Aku memang orang yang tidak bisa dipercaya,” balas Xu Xiang. Berdiri
sambil menepuk-nepuk pakaiannya untuk membersihkan.
Dengan optimis, Xia Chi mengatakan
bahwa pintu keluarnya pasti sudah dekat, karena permainan ini adalah untuk
menguji kepercayaan dalam sebuah tim. Dan karena mereka telah melewati itu,
maka kemenangan seharusnya tidak jauh.
Xia Chi lalu mulai berjalan lurus.
Dan Xu Xian mengikuti dengan senang. Ia senang karena telah menjadi satu tim
dengan Xia Chi.
Akhirnya Xia Chi serta Xu Xian
berhasil menemukan pintu keluarnya. Mereka berdua tiba disebuah ruangan yang
sangat luas. Seperti sebuah rumah bertingkat yang sangat mewah.
Pemandangannya
berubah. Sepertinya kita harus menghadapi bos besar.
Pikir Xia Chi.
Selamat sayangku Xia
Chi, kamu sudah belajar untuk menjawab sebelum diriku.
Balas GM.
Xu Xiang melihat ke sekeliling
ruangan dan mulai khawatir, takut ada hantu. Dan dengan yakin, Xia Chi menjawab
kalau yang harus mereka khawatirkan saat ini adalah manusia.
Tepat disaat itu, sebuah kapak kecil
melayang kearah mereka. Untung saja Xia Chi menyadari hal itu dan segera
menarik Xu Xiang untuk menyingkir, sehingga mereka berdua selamat.
Lalu nomor 1 datang mendekat dan
mengatakan bahwa targetnya adalah nomor 3, yaitu Xu Xian. Dan ia meminta agar
Xia Chi menyingkir.
Xu Xiang yang mendengar itu, menjadi
ketakutan dan berdiri dibelakang Xia Chi. Ia memegang jaket Xia Chi dengan
erat. Dan Xia Chi menyadari hal itu, jadi ia pun berdiri agak kedepan untuk
melindungin Xu Xiang.
“Luar biasa! Kamu mungkin masih
belum tahu bahwa kamu adalah target nomor 3,” kata nomor 1 kepada Xia Chi.
“Dia sudah tahu sejak awal, bodoh!”
teriak Xu Xiang, membalas.
Mendengar itu, nomor 1 tertawa,
karena ia tidak percaya. Sebab semua yang ada ini adalah palsu, tapi jika ia
berhasil membunuh nomor 3, maka ia bisa mendapatkan banyak uang dan itu nyata.
“Kau berani?!” bentak Xia Chi sambil
merentangkan tangannya untuk melindungi Xu Xiang yang berdiri dibelakangnya.
“Jadi kamu begitu ingin menjadi
pahlawan? Aku akan membantumu untuk memuaskan harapanmu,” balas nomor 1, tidak
terima.
Ia lalu melayangkan tinjunya untuk
memukul Xia Chi, tapi dengan cepat Xia Chi mengelak. Sayangnya, nomor 1
berhasil menendang perutnya.
Lalu dengan sangat cepat, sebelum
nomor 1 menyerangnya lagi. Xia Chi dengan sigap langsung mendorong Xu Xian untuk
menjauh dan menahan nomor 1. Tapi nomor 1 tanpa ampun, terus memukul-mukuli Xia
Chi yang menahannya.
Dan Xu Xian hanya bisa diam,
memperhatikan itu semua. Ia tampak bingung harus bagaimana untuk membantu Xia
Chi.
Pada akhirnya, karena kelincahannya,
maka Xia Chi berhasil menjatuhkan nomor 1, sehingga si nomor 1 terjatuh
mengenai patung yang ada. Dan Xu Xian dengan segera mengambil pecahan batu
patung yang ada dan melemparkannya kepada nomor 1.
Namun nomor 1 tidak mati atau
terluka. Ia berdiri dan mengambil kapak kecilnya tadi, lalu bergerak dengan
cepat untuk menyerang Xu Xiang. Tapi dengan sigap, Xia Chi langsung melindungin
Xu Xiang lagi.
Tepat disaat itu Bo Bian datang. Ia
melemparkan sebuah kartu kearah si nomor 1, sehingga menggores sedikit wajah si
nomor 1 dan kapak kecil ditangannya terlepas.
“Nomor 5 (Bo Bian), apakah aku
targetmu?” tanya si nomor 1.
“Bukan,” balas Bo Bian dengan
serius.
“Kalau begitu apakah kamu bersama
dengan mereka?”
“Tidak.”
“Kalau begitu kenapa?” tanya nomor
1, menjadi kesal.
“karena nomor 7 adalah… si manis
kecilku,” jawab Bo Bian sambil menjentikan jarinya dan menunjuk Xia Chi. Dan
mendengar itu, mereka semua langsung menjadi kaget dan lemas.
Xu Xiang maju kedepan Xia Chi, ia
tidak terima karena saingannya adalah seorang paman seperti Bo Bian. Dan itu
sangat memalukan baginya. Tapi dengan sikap cuek, Bo Bian menjulurkan lidahnya
kepada Xia Chi, tanda ia tidak peduli.
Disaat nomor 1 ingin memukul Xia
Chi. Bo Bian segera menunjukan kartunya dan mengancam si nomor 1, yaitu bila
nomor 1 menginginkan Xia Chi, maka nomor 1 harus melewatinya.
Takut akan ancaman Bo Bian, nomor 1
mengubah targetnya. Ia bergerak untuk memukul Xu Xiang, tapi dengan sigap, Xia
Chi bergerak untuk melindungin Xu Xiang.
“Jika kamu menginginkan nomor 3,
maka kamu harus melewatiku terlebih dahulu,” ancam Xia Chi. Jadi nomor 1
kembali mengubah targetnya menjadi Xia Chi.
“Jika kamu menginginkan nomor 7,”
kata Xu Xiang. “Maka kamu harus melewatiku terlebih dahulu,” kata mereka
bertiga serempak.
Sehingga nomor 1 pun menjadi bingung
dan meminta waktu untuk berpikir. Untuk membunuh nomor 3, maka ia harus
membunuh nomor 7. Dan untuk membunuh nomor 7, maka ia harus membunuh nomor 5.
Tapi nomor 5 adalah lawan yang kuat,
karena bisa menggunakan kartu menjadi pisau. Sehingga itu akan berbahaya, satu
lawan tiga. Pikir nomor 1, kebingungan.
Akhirnya dengan tawa garing, nomor 1
berbohong sambil melihat kearah jendela. “Pesawat!” teriaknya untuk mengalihkan
pandangan mereka semua dan melarikan diri.
Namun Bo Bian serta Xia Chi tidak
tertipu, kecuali Xu Xiang yang langsung berbalik untuk melihat. Dan karena
gagal untuk melarikan diri, maka nomor 1 pun dengan sikap yang agak canggung,
menyuruh mereka untuk saling berbicara saja dulu. Lalu dengan cepat ia berlari,
pergi.
“Si manis kecil, apakah kamu baik-
baik saja? Selain aku seorang, aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu,”
kata Bo Bian, lalu mengajak mereka untuk segera pergi bersama.
“Tunggu. Ada sesuatu yang ingin
kutanyakan padamu. Gadis yang aku bicarakan dipintu masuk permainan, apakah
kamu pernah melihatnya sebelumnya? Apa yang terjadi padanya,” kata Xia Chi,
bertanya.
Xu Xiang tidak mengerti mendengar
pertanyaan Xia Chi. Sedangkan Bo Bian tersenyum, tampak mengerti, namun ia
tidak menjawab, karena itu sangat rahasia.
Disaat Bo Bian ingin mendekati Xia
Chi, dengan segera Xu Xiang maju kedepan dan sambil menunjuk Bo Bian, ia
memperingatkan agar Bo Bian mesum menjauh dari Xia Chi.
Tanpa mengatakan apapun, Bo Bian
mengeluarkan kartunya. Dan melihat itu, Xu Xiang langsung merunduk dan
menghilang.
Xu Xiang yang gesit, bersembunyi
dibalik tembok, lalu memanggil Xia Chi dengan suara kecil, yaitu agar Xia Chi
segera pergi dan jangan memperdulikan Bo Bian.
Dan Bo Bian menyadari hal itu, tapi
saat ia berbalik, Xu Xian langsung bersembunyi lagi. Lalu Xia Chi pun ikut
merunduk dan dengan cepat pergi juga.
Nomor 1 berdiri ditengah ruangan.
Lalu dengan penuh percaya diri, ia pamit kepada mereka bertiga. Ia meletakan
tangannya di mesin yang berada ditengah ruangan, lalu tertawa dengan keras.
Namun saat, ia berteriak bahwa ia
telah menang. Pada saat itulah, tiba- tiba seluruh tubuhnya menjadi kaku dan
membeku.
“Permainan ini berdasarkan kerja
sama tim. Biarkan aku membantumu sekali,” kata Bo Bian menjelaskan. Lalu
melemparkan kartunya kepada si nomor 1 yang meminta tolong. Sehingga akhirnya,
si nomor 1 lenyap.
Dan melihat itu Xia Chi serta Xu
Xiang tampak kaget. Namun Bo Bian, tidak. Dengan santai ia mengajak mereka
untuk ketengah ruangan.
Saat Bo Bian melihat mereka yang
tetap berdiri dipinggir garis. Ia menyakinkan mereka untuk tidak khawatir,
karena ini adalah permainan tim. Sendiri tidak mungkin untuk menang. Jadi ia
tidak akan mencelakai mereka.
Karena tidak ada jalan lain, maka
Xia Chi setuju. Dan Xu Xiang mengikuti. Lalu secara bersamaan, mereka bertiga
meletakan tangan mereka di mesin. Memencet tombolnya.
Dan ketika itu sebuah pintu besar,
terbuka. Lalu hantu anak kecil keluar dari dalamnya.