Tapi Xu Xiang malah hanya berdiri
dan diam saja, karena ragu. Dan disaat Xia Chi sudah tidak kuat lagi serta
hampir terjatuh, barulah Xu Xiang memegang tangan Xia Chi dan menariknya
keatas.
“Aku tidak bermaksud begitu.”
“Sudahlah. Tidak apa. Aku sudah
terbiasa. Aku memang orang yang tidak bisa dipercaya,” balas Xu Xiang. Berdiri
sambil menepuk-nepuk pakaiannya untuk membersihkan.
Xia Chi lalu mulai berjalan lurus.
Dan Xu Xian mengikuti dengan senang. Ia senang karena telah menjadi satu tim
dengan Xia Chi.
Pemandangannya
berubah. Sepertinya kita harus menghadapi bos besar.
Pikir Xia Chi.
Selamat sayangku Xia
Chi, kamu sudah belajar untuk menjawab sebelum diriku.
Balas GM.
Lalu nomor 1 datang mendekat dan
mengatakan bahwa targetnya adalah nomor 3, yaitu Xu Xian. Dan ia meminta agar
Xia Chi menyingkir.
“Luar biasa! Kamu mungkin masih
belum tahu bahwa kamu adalah target nomor 3,” kata nomor 1 kepada Xia Chi.
Mendengar itu, nomor 1 tertawa,
karena ia tidak percaya. Sebab semua yang ada ini adalah palsu, tapi jika ia
berhasil membunuh nomor 3, maka ia bisa mendapatkan banyak uang dan itu nyata.
“Kau berani?!” bentak Xia Chi sambil
merentangkan tangannya untuk melindungi Xu Xiang yang berdiri dibelakangnya.
“Jadi kamu begitu ingin menjadi
pahlawan? Aku akan membantumu untuk memuaskan harapanmu,” balas nomor 1, tidak
terima.
Dan Xu Xian hanya bisa diam,
memperhatikan itu semua. Ia tampak bingung harus bagaimana untuk membantu Xia
Chi.
Tepat disaat itu Bo Bian datang. Ia
melemparkan sebuah kartu kearah si nomor 1, sehingga menggores sedikit wajah si
nomor 1 dan kapak kecil ditangannya terlepas.
“karena nomor 7 adalah… si manis
kecilku,” jawab Bo Bian sambil menjentikan jarinya dan menunjuk Xia Chi. Dan
mendengar itu, mereka semua langsung menjadi kaget dan lemas.
“Jika kamu menginginkan nomor 3,
maka kamu harus melewatiku terlebih dahulu,” ancam Xia Chi. Jadi nomor 1
kembali mengubah targetnya menjadi Xia Chi.
“Jika kamu menginginkan nomor 7,”
kata Xu Xiang. “Maka kamu harus melewatiku terlebih dahulu,” kata mereka
bertiga serempak.
Sehingga nomor 1 pun menjadi bingung
dan meminta waktu untuk berpikir. Untuk membunuh nomor 3, maka ia harus
membunuh nomor 7. Dan untuk membunuh nomor 7, maka ia harus membunuh nomor 5.
Akhirnya dengan tawa garing, nomor 1
berbohong sambil melihat kearah jendela. “Pesawat!” teriaknya untuk mengalihkan
pandangan mereka semua dan melarikan diri.
“Si manis kecil, apakah kamu baik-
baik saja? Selain aku seorang, aku tidak akan membiarkan mereka melukaimu,”
kata Bo Bian, lalu mengajak mereka untuk segera pergi bersama.
“Tunggu. Ada sesuatu yang ingin
kutanyakan padamu. Gadis yang aku bicarakan dipintu masuk permainan, apakah
kamu pernah melihatnya sebelumnya? Apa yang terjadi padanya,” kata Xia Chi,
bertanya.
Disaat Bo Bian ingin mendekati Xia Chi, dengan segera Xu Xiang maju kedepan dan sambil menunjuk Bo Bian, ia memperingatkan agar Bo Bian mesum menjauh dari Xia Chi.
Xu Xiang yang gesit, bersembunyi
dibalik tembok, lalu memanggil Xia Chi dengan suara kecil, yaitu agar Xia Chi
segera pergi dan jangan memperdulikan Bo Bian.
Nomor 1 berdiri ditengah ruangan.
Lalu dengan penuh percaya diri, ia pamit kepada mereka bertiga. Ia meletakan
tangannya di mesin yang berada ditengah ruangan, lalu tertawa dengan keras.
“Permainan ini berdasarkan kerja
sama tim. Biarkan aku membantumu sekali,” kata Bo Bian menjelaskan. Lalu
melemparkan kartunya kepada si nomor 1 yang meminta tolong. Sehingga akhirnya,
si nomor 1 lenyap.
Saat Bo Bian melihat mereka yang
tetap berdiri dipinggir garis. Ia menyakinkan mereka untuk tidak khawatir,
karena ini adalah permainan tim. Sendiri tidak mungkin untuk menang. Jadi ia
tidak akan mencelakai mereka.
Karena tidak ada jalan lain, maka
Xia Chi setuju. Dan Xu Xiang mengikuti. Lalu secara bersamaan, mereka bertiga
meletakan tangan mereka di mesin. Memencet tombolnya.
“Nomor 5 (Bo Bian), apakah aku
targetmu?” tanya si nomor 1.
“Bukan,” balas Bo Bian dengan
serius.
“Kalau begitu apakah kamu bersama
dengan mereka?”
“Tidak.”
“Kalau begitu kenapa?” tanya nomor
1, menjadi kesal.
Xu Xiang maju kedepan Xia Chi, ia
tidak terima karena saingannya adalah seorang paman seperti Bo Bian. Dan itu
sangat memalukan baginya. Tapi dengan sikap cuek, Bo Bian menjulurkan lidahnya
kepada Xia Chi, tanda ia tidak peduli.
Disaat nomor 1 ingin memukul Xia
Chi. Bo Bian segera menunjukan kartunya dan mengancam si nomor 1, yaitu bila
nomor 1 menginginkan Xia Chi, maka nomor 1 harus melewatinya.
Takut akan ancaman Bo Bian, nomor 1
mengubah targetnya. Ia bergerak untuk memukul Xu Xiang, tapi dengan sigap, Xia
Chi bergerak untuk melindungin Xu Xiang.
Tapi nomor 5 adalah lawan yang kuat,
karena bisa menggunakan kartu menjadi pisau. Sehingga itu akan berbahaya, satu
lawan tiga. Pikir nomor 1, kebingungan.
Namun Bo Bian serta Xia Chi tidak
tertipu, kecuali Xu Xiang yang langsung berbalik untuk melihat. Dan karena
gagal untuk melarikan diri, maka nomor 1 pun dengan sikap yang agak canggung,
menyuruh mereka untuk saling berbicara saja dulu. Lalu dengan cepat ia berlari,
pergi.
Xu Xiang tidak mengerti mendengar
pertanyaan Xia Chi. Sedangkan Bo Bian tersenyum, tampak mengerti, namun ia
tidak menjawab, karena itu sangat rahasia.
Disaat Bo Bian ingin mendekati Xia Chi, dengan segera Xu Xiang maju kedepan dan sambil menunjuk Bo Bian, ia memperingatkan agar Bo Bian mesum menjauh dari Xia Chi.
Tanpa mengatakan apapun, Bo Bian
mengeluarkan kartunya. Dan melihat itu, Xu Xiang langsung merunduk dan
menghilang.
Dan Bo Bian menyadari hal itu, tapi
saat ia berbalik, Xu Xian langsung bersembunyi lagi. Lalu Xia Chi pun ikut
merunduk dan dengan cepat pergi juga.
Namun saat, ia berteriak bahwa ia
telah menang. Pada saat itulah, tiba- tiba seluruh tubuhnya menjadi kaku dan
membeku.
Dan melihat itu Xia Chi serta Xu
Xiang tampak kaget. Namun Bo Bian, tidak. Dengan santai ia mengajak mereka
untuk ketengah ruangan.
Tags:
Die Now