Broadcast Network : Tencent
He Lan berdiri dibawah eskalator,
menunggu Pi Pi yang turun dari eskalator. Namun bukannya menyapa, Pi Pi malah
melewatinya begitu saja. Jadi He Lan pun memanggilnya.
“Hey! Hey! Berjalan seperti itu
sangat bahaya,” panggil He Lan.
“Kenapa kamu datang?” balas Pi Pi,
bertanya.
“Ini sudah malam. Aku harus berada
disisimu,” jawab He Lan.
Pi Pi lalu menceritakan, kalau Qing Tan
telah menerimanya untuk bekerja kembali dan ia sangat senang. Namun ia tidak
percaya diri, karena Qing Tan menyarankan dirinya untuk mengambil program
pascasarjana
“Apa itu sulit?” tanya He Lan.
“Tentu saja!” balas Pi Pi sambil
menghela nafas.
“Tenang saja. Tidak ada yang terlalu
sulit,” balas He Lan, menyemangati
Pi Pi tersenyum dengan lebar kepada
He Lan dan bertanya gimana bila ia menyerah saja. Karena Universitas Hua bagian
jurnalis hanya menerima 30 murid untuk di lulus tiap tahunnya.
“Apa kamu ingat pertama kali ketika
kamu makan malam denganku? Kamu menceritakan mimpimu padaku dan bilang ingin
menjadi jurnalis linkungan. Mata kamu bersinar dengan kepercayaan diri dan
harapan. Tapi mengapa kamu begitu tidak berani sekarang?” tanya He Lan,
menyemangati Pi Pi.
“Mungkin aku terlalu naif dulu. Aku
berpikir segalanya mudah. Namun kenyataannya, baik itu cinta atau pekerjaan,
tidak selalu berjalan sesuai keinginanku,” balas Pi Pi.
“Tentulah. Tidak semua hal terjadi
hanya karena kamu menginginkannya. Semua membutuhkan kerja keras. Dan
setidaknya sekarang kamu bekerja menuju tujuanmu,” balas He Lan.
“Jadi.. apa kamu pikir aku bisa
melakukan itu?” tanya Pi Pi.
“Coba saja dulu. Bagaimana kamu tau,
kamu tidak akan berhasil bila kamu tidak mencoba?” balas He Lan. Dan mendengar
itu, Pi Pi langsung kembali bersemangat serta percaya diri.
“Nah, jika kamu sudah kembali
bekerja, aku tidak akan bisa melihatmu selama pagi hari atau siang hari,” kata
He Lan dengan lesu.
“Kamu kan memang tidak bisa
melihatku. Apa kamu lupa kamu tidak bisa melihat saat hari cerah?” balas Pi Pi
sambil tersenyum, mengingatkan He Lan.
“Baiklah. Sejak aku tidak bisa
melihat kamu saat pagi atau siang hari. Mari bersama- sama lebih lama saat
malam hari,” balas He Lan. Ia memberikan tangannya kepada Pi Pi dan mengajak Pi
Pi untuk pulang bersama.
Dan dengan senang hati, Pi Pi
mengenggam tangan He Lan. Lalu bersama mereka pulang sambil bergandengan
tangan.
Diamerika. Didalam kamar, Jia Lin
dan Tian Xin sibuk memasukan barang mereka kedalam koper, karena hari ini
mereka akan pulang. Disana ketika Jia Lin meminta agar Tian Xin meninggalkan
hair dryer nya, karena nanti mereka akan membutuhkan itu ketika kembali kesini.
Dengan serius, Tian Xin mengajak Jia Lin untuk berbicara sebentar.
“Aku sudah memikirkan ini sejak
lama. Dimasa lalu, aku memandang rendah pada Pi Pi. Aku berpikir menyerahkan
hidupnya pada orang lain itu begitu menyedihkan. Tapi aku sadar setelah datang
ke sini. Aku mungkin tidak bisa melakukan apa yang Pi Pi lakukan. Aku
sebenarnya. Aku tidak ingin menjadi pacar Tao Jia Lin, aku ingin menjadi Tian
Xin,” kata Tian Xin dengan serius.
Mendengar itu, Jia Lin berpikir
sesaat, lalu membalas,”Apa maksudmu sebagai pacarku… kamu jadi tidak tau
bagaimana menjadi diri sendiri? Apa itu maksudmu?”
“Jia Lin? Apa kamu mau menjadi pacar
Tian Xin?” tanya Tian Xin dengan serius. Tapi Jia Lin sama sekali tidak
menjawab dan ia menundukan kepalanya. Dan melihat itu, Tian Xin langsung
menghela nafas dan keluar dari kamar.
Dibar. Qi Lin bertarung tinju dengan
seseorang diatas panggung. Dia tampak sangat mabuk dan bertarung dengan tidak
jelas. Dan Qian Hua yang melihat itu dari jauh, datang mendekati Qi Lin yang
sedang beristirahat sambi meminum bir.
“Apa mau mu melakukan ini?” tanya
Qian Hua.
“Seperti apa? Aku tidak ada
melakukan apapun,” balas Qi Lin yang sedang mabuk. Lalu ia berteriak,
memesankan beer untuk Qian Hua.
“Istirahatlah. Aku ingin berbicara
kepadamu,” kata Qian Hua dengan serius. Namun Qi Lin menggelengkan kepalanya dan
kembali keatas panggung untuk bertarung.
Melihat itu, Qian Hua hanya bisa
menghela nafas saja. Dan disaat itu, dari jauh Qian Hua melihat Bo Zhong yang
duduk dimeja bar sedang melihat kearahnya.
“Zhao Song! Zhao Song, berhenti seperti
ini. Akankah kamu mendengarkan perkataanku? Okay, lakukan apa yang kamu mau.
Hanya berikan aku waktu sebentar,” pinta Qian Hua kepada Qi Lin.
“Aku sudah memberimu ribuan tahun,”
balas Qi Lin. Dan tepat disaat itu orang yang bertarung dengan Qi Lin, memukuli
wajah Qi Lin. Sehingga Qi Lin pun terjatuh.
Orang yang memukul itu, mendekati Qi
Lin dengan khawatir. Begitu juga dengan Qian Hua. Dengan cepat Qian Hua
mendekati Qi Lin dan memeriksanya. Dan disaat itulah, Qi Lin dengan cepat dan
kuat menarik wajah Qian Hua mendekat, lalu menciumnya.
Namun Qian Hua menolak. Dengan kuat
ia melepaskan dirinya dari Qi Lin. Dan Qi Lin lalu tertawa dengan gembira, ia
bangkit dan duduk lalu berteriak kepada semua orang disana, mengumumkan tentang
pernikahannya dengan Qian Hua. Dan semua orang yang berada disana bertepuk
tangan untuk mereka.
Qian Hua menarik tangan Qi Lin dan
memintannya untuk turun dari panggung. Dan dengan lembut Qi Lin mendekatkan
wajahnya pada Qian Hua,”Beginikah?” tanyanya pada Qian Hua.
Lalu dengan lemas, Qi Lin terjatuh,
tapi untungnya dua orang yang berada disana menahan bada Qi Lin sehingga Qi Lin
tidak jatuh mengenai lantai. Dan Qian Hua lalu membantu Qi Lin untuk berjalan.
Qian Hua menuntun Qi Lin ke sofa,
lalu meminta privasi untuk bicara berdua bersama dengan Qi Lin saja kepada
orang2. Setelah itu Qian Hua mengatakan kalau dia ingin agar Qi Lin sadar dulu
dari mabuknya sebelum mereka bicara. Namun Qi Lin membalas kalau dia tidak
mabuk. Jadi Qian Hua pun mulai bicara.
“Aku telah melewati batas dengan
melakukan ini. Jika kamu tidak mau melakukan ini, hanya berpura- puralah kalau
aku tidak pernah menyebutkan itu,” kata Qian Hua, membahas tentang pernikahan
palsu mereka. Lalu pergi meninggalkan Qi Lin.
Dan dengan sedih Qi Lin terdiam
sambil memperhatikan Qian Hua yang pergi begitu saja, meninggalkannya.
Bo Zhong datang, mendekati Qi Lin.
Ia memberikan selembar tissue kepada Qi Lin yang sedang merenung dengan sedih
sendirian. Dan menggunakan tissue itu, Qi Lin menyeka sudut bibirnya, lalu ia
melihat noda lipstik milik Qian Hua tadi, ketika ia menciumnya.
Pi Pi kembali keperusahaan. Ia
datang dan membagikan kopi untuk setiap orang. Dan Wang Xuan yang tidak
ditawari, main ambil begitu saja segelas kopi yang dipegang oleh Pi Pi. Namun
Pi Pi tidak mempermasalahkan itu.
Pi Pi lalu mendekat Xiao Yu dan
menanyakan tentang berita yang dikerjakan olehnya. Dan Xiao Yu pun menjelaskan
tentang artis Fang Jin Xue kepada Pi Pi, lalu ia memberikan sebuah map yang
berisikan berkas tentang Fang Jin Xue.
Disaat Pi Pi kembali kemejanya. Wang
Xuan dengan cepat mendekati Pi Pi untuk berterima kasih atas kopi yang Pi Pi
berikan kepadanya. Lalu menanyakan kabar Pi Pi, tapi malah Xiao Yu yang
menjawab, sehingga ia pun menjadi kesal.
Pi Pi merasa tidak nyaman karena ia
mau membaca berkas itu, tapi Wang Xuan malah tetap duduk disebelahnya. Namun
karena Wang Xuan juga tampak ingin melihat, maka Pi Pi membuka berkasnya.
Didalam berkas itu, ketika Pi Pi
melihat foto Fang Jin Xue, ia merasa sedikit terkejut. Dan melihat itu Wang
Xuan bertanya apa Pi Pi pernah melihat atau mengenal Fang Jin Xue.
“Aku pernah menonton filmnya,” kata
Pi Pi.
“Film yang mana?” tanya Wang Xuan.
“Possession,” balas Pi Pi dengan
agak gugup.
“Baguskah?” tanya Wang Xuan lagi.
“Tidak buruk,” balas Pi Pi dengan pelan.
“Possesion bukannya teater ya,”
balas Wang Xuan, lalu kembali kemeja nya sendiri.
Merasa ada yang aneh. Wang Xuan
mulai membuka berkasnya sendiri. Ternyata Wang Xuan menyembunyikan sebuah foto
yang diselipkan didalam berkas. Namun ketika melihat foto yang ia selipkan
hanya tinggal satu, Wang Xuan pun menjadi heran.
“Aku ingat, aku mengambil dua foto,”
gumamnya pada diri sendiri.
Dijalan. Pi Pi tampak tidak nyaman.
Ia berjalan dengan hati- hati sambil melihat kearah belakangnya. Lalu ia
bersembunyi dibalik tembok sesaat dan setelah itu kembali, namun ia tidak
menemukan siapapun.
Didekat daerah pertokoan. Pi Pi
pura- pura membaca buku sambil memperhatikan dari cermin toko, apakah ada yang
mengikutinya. Tapi tidak ada.
Sesampainya ditoko Xiao Ju. Pi Pi
masuk melalui pintu belakang toko. Dan melihat itu, Xiao Ju pun menjadi heran
dan bertanya. Lalu Pi Pi pun memberitahu, kalau sekarang ini ia merasa bahwa
dirinya sedang diikuti oleh seseorang.
Ketika Pi Pi mengintip keluar dari
jendela toko. Dengan penuh perhatian, Xiao Ju mengelus kepala Pi Pi,” Apa kamu
baik- baik saja? Apa kamu salah minum obat?”
“Tidak! Ini benaran,” balas Pi Pi
sambil menyingkirkan tangan Xiao Ju.
Pi Pi lalu duduk dikursi dan dengan
bangga memberitahu Xiao Ju bahwa ia telah kembali bekerja di majalah dan kali
ini ia akan bekerja dengan serius kali ini. Lalu Pi Pi menunjukan data yang
dibawanya kepada Xiao Ju.
“Apa kamu ingat dia?” tanya Pi Pi
sambil menunjukan foto Fang Jin Xue.
“Tidak,” jawab Xiao Ju langsung dan
menyingkir.
“Eh… aku ingat kamu meminta tanda
tangannya,” kata Pi Pi dengan kebingungan.
“Aku tidak kenal dia,” balas Xiao Ju
dengan tegas.
Tepat disaat itu, Wang Xuan datang.
Ia mendekati meja dimana Pi Pi duduk dan bertindak seperti mereka tidak bertemu
secara sengaja. Ia beralasan kalau ia baru saja ada melakukan interview didekat
daerah sini, makanya sekarang ia berhenti ditoko ini untuk minum.
Dengan sikap akrab, Wang Xuan duduk
disebelah Pi Pi dan lalu menawarkan bantuan kepada Pi Pi. “Aku dekat dengan
beberapa orang di agensi Fang Jin Xue.”
Disaat Pi Pi dan Wang Xuan sedang
melakukan interview. Xiao Ju tampak tertarik. Karena ketika ia menuangkan air
untuk mereka, ia terus memperhatikan dan mendengarkan pembicaraan mereka.
Sehingga tanpa sadar, air yang dituangnya tumpah dan mengenai hp Wang Xuan yang
terletak diatas meja.
“Maaf! Maaf!” kata Xiao Ju dengan
cepat. Lalu pergi mengambilkan kain.
“Ada apa denganmu?” balas Wang Xuan
kesal sambil menlap hpnya.
“Boss kami, Mr. Huang, gila
mencarinya,” kata si wanita, narasumber.
“Bagaimana tentang agennya? Bukankah
dia punya satu?” tanya Pi Pi, mengajukan pertanyaan. Dan Xiao Ju yang sedang
menlap meja, ikut mendengarkan lagi.
“Dia keluar dari 10 agen dalam 3
tahun. Tidak ada yang bisa mengaturnya,” jawab si wanita, narasumber.
“Apa dia berkencan? Apa dia punya
pasangan?” tanya Wang Xuan.
“Kamu bercanda. Dia begitu sombong.
Siapa yang bisa mencintainya?” balas si wanita, narasumber. Lalu memberikan
kode tatapan agar Xiao Ju pergi. Dan ketika Xiao Ju telah menyingkir agak jauh
dari meja mereka, si wanita narasumber ini langsung mendekat dan berbicara
dengan suara kecil.
“Dia bertingkah aneh selama syuting.
Dia muntah berkali- kali,” kata si wanita narasumber.
“Apa dia hamil?” tanya Pi Pi. Dan
ketika itu, Xiao Ju yang mendengar itu, tanpa sengaja menjatuhkan barang yang
dipegangnya. Sehingga mereka semua terkejut dan melihat kearahnya.
“Kemudian itu berarti rumor online
itu benar?” tanya Pi Pi, melanjutkan pertanyaannya.
“Begini. Mayoritas rumor online itu
benar,” balas si wanita narasumber.
“Kelihatannya dia pergi keluar kota
untuk melahirkan secara diam- diam. Tidak heran kenapa tidak ada berita
tentangnya di China,” kata Wang Xuan menyimpulkan.
“Tapi dia di china,” guman Pi Pi,
heran.
“Bagaimana kamu tau?” tanya Wang
Xuan yang ternyata mendengar itu.
“Ah… sejak movie yang diperankannya
setahun lalu. Bahkan jika dia pergi untuk melahirkan, seharusnya saat ini dia
sudah kembali,” kata Pi Pi dengan gugup, mengelak.
Tags:
Moonshine and Valentine