Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 15 - part 3


Broadcast Network        Tencent




Dimalam hari. He Lan menemani Pi Pi untuk ke universitas, karena ia mengkhawatirkan Pi Pi yang merasa diikuti. Serta untuk menyemangati Pi Pi yang sangat gugup untuk pergi sendirian ke universitas, karena sudah lama tidak datang untuk bersekolah.



Ketika masuk kedalam kelas. Seluruh mahasiswi wanita yang melihat He Lan tampak kagum dengan He Lan. Namun He Lan sama sekali tidak memperhatikan tatapan mereka, karena yang ia perhatikan hanyalah Pi Pi.


Dengan penuh perhatian, He Lan membukakan buku untuk Pi Pi dan memberikan air kepada Pi Pi untuk diminum. Dan setiap orang yang melihat ke mesraan mereka, tampak terpesona.



Saat dosen memasuki kelas untuk mengajar, ia memperingatkan para mahasiswi nya untuk tidak jangan hanya terfokus pada pria yang tampan. Karena para mahasiswi yang berada didalam kelas, sibuk memandangin He Lan. Dan mendengar itu, Pi Pi tersenyum.

Sedangkan He Lan. Ia terus saja menatap kepada Pi Pi dan tidak memperhatikan dosen yang telah masuk kedalam kelas. Dan karena hal itu dosen pun memanggilnya.



“Kamu yang disana! Ya, kamu. Dimana bukumu?” tanya si dosen dengan keras, sehingga He Lan langsung tersentak dan memperhatikannya.

“Mm… bukuku…” jawab He Lan dengan gugup.

“Guru, dia lupa membawa bukunya hari ini. Jadi kami akan berbagi bukunya hari ini,” kata Pi Pi, membantu menjawab.

“Aku bertanya padamu. Dimana bukumu?” tanya si dosen sambil menunjuk He Lan dengan tegas.



“Aku sudah ingat,” jawab He Lan. Dan hal itu, membuat si dosen kebingungan. Lalu He Lan pun menjelaskan, kalau semua pelajaran yang akan diajarkan padanya, ia telah mengingatnya.

Si dosen lalu menunjuk kearah papan tulis dan tertawa,”Kamu sudah ingat semua yang kuajarkan? Okay. Baiklah. Mengapa kamu tidak menjelaskan kepada kami tentang perubahan kuantitas dan kualitatif?”




Dengan sangat mudah dan lancar. He Lan menjelaskan tentang perubahan kuantitas dan kualitatif. Dan semua yang berada didalam kelas, terdiam, karena terpana dengan kepintaran He Lan.

Lalu saat He Lan telah selesai menjelaskan, semua mahasiswi langsung bertepuk tangan. Dan si dosen sama sekali tidak bisa berkata apa- apa. Pi Pi sendiri tersenyum dengan bangga, karena kehebatan He Lan.



Qian Hua datang menemui Qi Lin lagi. Ia datang untuk membahas tentang pernikahan mereka berdua. Ia sadar bahwa ia telah terlalu egois, mengenai pernikahan mereka. Jadi kini ia ingin membatalkan pernikahan mereka dan mencari sendiri cara untuk menolong He Lan.



“Aku sudah menunggumu untuk bertanya. Mengapa He Lan Jing Ting hanya makan kelopak bunga?” tanya Qi Lin, tidak berhubungan dengan pembicaraan.
“Bagaimana aku tau? Apa hubungannya ini denganmu?” balas Qian Hua.

“Tidak ada yang salah dengan menunjukan perhatian pada Imam Kanan Fox Clan.”

“Bisakah kamu bicara serius padaku?” tanya Qian Hua, tidak sabaran melihat sikap Qi Lin yang terkesan terlalu santai.



“Aku sudah menunggu ini selama ribuan tahun. Bagaimana bisa kamu mengubah pikiranmu?” balas Qi Lin dengan santai. Sambil mengerjakan sesuatu.

“Seperti yang kubilang, aku salah telah meminta ini. Mengapa kamu harus melibatkan A xin dalam ini?”

“He Lan Jing Ting hanya makan kelopak bunga dan tidak ada yang lain. Dia satu-satunya di Fox Clan yang melakukan ini. Aku bertanya- tanya jika ini ada hubungannya dengan darah manusia didalam nya,” kata Qi Lin. Sambil fokus mengerjakan beberapa sampel bubuk bunga dan kelopak bunga yang dimilikinya.



“Mengapa kamu memperdulikan ini?” tanya Qian Hua.

“Bukankah ini yang kamu pedulikan?”

Qian Hua tampak tidak nyaman lagi. Ia mau mengambil kembali buku dan dokumen miliknya, namun Qi Lin menahan tangan Qian Hua.

“Persiapan pernikahan akan mengikuti adat utara. Aku sudah memesan semuanya. Aku juga sudah meminta para tetua untuk hadir ke acara kita besok pagi,” jelas Qi Lin.

“Kamu yakin?”

“Ya.”

“Baiklah. Terima kasih,” balas Qian Hua. Lalu berdiri untuk pergi.



“Aku tidak mengerti, mengapa kamu mau melakukan sejauh itu demi He Lan Jing Ting. Tapi sekarang aku mengerti, karena aku juga melakukan sejauh itu untukmu. Sebenarnya ini sulit untuk dipercaya,” kata Qi Lin dengan nada sedih.

Dan selesai Qi Lin berbicara, Qian Hua pun pergi meninggalkannya.



Qian Hua menghubungin He Lan,  ia melaporkan kalau jawaban yang mereka cari selama ini sudah dekat. Dan Bo Zhong yang sedang duduk didekat sana, mendengarkan pembicaraan antara Qian Hua dengan He Lan.



“Sesuatu terjadi kepada Nona Guan akhir- akhir ini. Aku khawatir dia tidak punya banyak waktu yang tersisa,” balas He Lan.

“Baiklah. Aku mengerti,” jawab Qian Hua. Ia tampak sedikit sedih dan kecewa.

“Kamu gimana? Apa Zhao Song menyulitkanmu?” tanya He Lan.

“Aku… aku dan Zhao Song… kami akan menikah,” jawab Qian Hua, agak kesulitan untuk berbicara.

“Menikah? Apa Zhao Song yang memaksamu?” tanya He Lan, terkejut.

“Tidak, tidak. Ini terjadi begitu tiba- tiba. Tapi akulah yang memutuskan itu.”



“Qian Hua. Maaf.”

“Tuan He Lan jangan salah paham. Kita harus segera menemukan cara untuk menyelamatkan Nona Guan.”

“Qian Hua.”

“Tuan He Lan. Ini keputusanku sendiri,” tegas Qian Hua.




Setelah He Lan mematikan sambungan telpon mereka. Qian Hua menunduk dan menangis dengan sedih. Namun ia menguatkan dirinya.

Narasi Qian Hua.

Seseorang menyanyikan sebuah lirik, “Mencintaimu adalah urusanku sendiri.”

Benarkah? Apakah itu hanya urusanku ? Tidakah ‘aku’ memiliki sedikit keegoisan untuk berharap bahwa suatu hari kamu akan melihat aku, mengerti aku, dan mengatakan pada aku apa yang paling ingin aku dengar?

Aku ada. Itu sebabnya aku merasa bersalah kepadanya. Dia yang sangat mirip denganku. Karena aku tahu betapa sakitnya dia.



Di bar. Walaupun Qi Lin harus terluka, dia setuju untuk menikah dengan Qian Hua demi rencana Qian Hua untuk membantu He Lan. Dan ketika itu, sebelum Qian Hua pergi meninggalkan Qi Lin, ia menatap Qi Lin dengan tatapan bersalah dan berterima kasih.


Diruangan Fox Clan. Tiga orang tetua dari utara, memberikan berkat kepada Qi Lin dan Qian Hua yang mau menikah.

“Selamat kepada kalian berdua,” kata seorang tetua, menyerahkan sebuah buku kepada Qi Lin.

“Terima kasih, paman Yuan,” balas Qi Lin.

“Sampai jumpa dipernikahan kalian.”



Setelah berkat diberikan kepada mereka berdua. Qi Lin pun mengantarkan para tetua keluar. Sesudah itu ia kembali mendekati Qian Hua dan memberitahukan bahwa untuk pernikahan mereka nanti, mereka akan mengikuti adat utara seperti yang diharapkan para tetua. Qi Lin lalu memberikan sebuah kotak kecil kepada Qian Hua.



“Apa ini?” tanya Qian Hua. Lalu membuka kotak tersebut.

“Menurut tradisi, aku harus memberi kamu kenang- kenangan ketika kita bertunangan. Itu adalah Bibir kerta rogue yang kubuat menggunakan metode kuno,” jelas Qi Lin.


Qian Hua tampak terharu. Ia mengingat saat ia datang berkujung ke tempat Qi Lin terakhir kali, ketika Qi Lin sedang mengerjakan beberapa sampel bunga dan kelopak bunga. Dan itu ternyata adalah untuknya.

“Terima kasih,” ucap Qian Hua. Lalu ikut duduk bersama Qi Lin.



“Aku ingat saat pertama kali aku melihatmu. Itu tepat di hall ini,” kata Qi Lin, menceritakan tentang perasaannya ketika pertama kali melihat Qian Hua.

“Pada waktu itu, aku tidak punya kesempatan untuk mendekatimu. Kamu mungkin tidak ingat,” lanjut Qi Lin bercerita.




“Aku ingat,” balas Qian Hua. Dan lalu mereka berdua saling terdiam.


Bo Zhong menemui Putri Zhao Yan untuk melaporkan tentang pernikahan Qian Hua dan Qi Lin dalam minggu ini.

“Seperti perkiraanmu, pernikahan mereka tampaknya tidak sesederhana seperti yang terlihat,” kata Bo Zhong.


“Tidak apa. Aku akan membuat segalanya menjadi sederhana,” balas Putri Zhao Yan.

Post a Comment

Previous Post Next Post