Broadcast Network : Tencent
Dimalam hari. He Lan menemani Pi Pi
untuk ke universitas, karena ia mengkhawatirkan Pi Pi yang merasa diikuti.
Serta untuk menyemangati Pi Pi yang sangat gugup untuk pergi sendirian ke
universitas, karena sudah lama tidak datang untuk bersekolah.
Ketika masuk kedalam kelas. Seluruh
mahasiswi wanita yang melihat He Lan tampak kagum dengan He Lan. Namun He Lan
sama sekali tidak memperhatikan tatapan mereka, karena yang ia perhatikan
hanyalah Pi Pi.
Dengan penuh perhatian, He Lan
membukakan buku untuk Pi Pi dan memberikan air kepada Pi Pi untuk diminum. Dan
setiap orang yang melihat ke mesraan mereka, tampak terpesona.
Saat dosen memasuki kelas untuk
mengajar, ia memperingatkan para mahasiswi nya untuk tidak jangan hanya
terfokus pada pria yang tampan. Karena para mahasiswi yang berada didalam
kelas, sibuk memandangin He Lan. Dan mendengar itu, Pi Pi tersenyum.
Sedangkan He Lan. Ia terus saja
menatap kepada Pi Pi dan tidak memperhatikan dosen yang telah masuk kedalam
kelas. Dan karena hal itu dosen pun memanggilnya.
“Kamu yang disana! Ya, kamu. Dimana
bukumu?” tanya si dosen dengan keras, sehingga He Lan langsung tersentak dan
memperhatikannya.
“Mm… bukuku…” jawab He Lan dengan
gugup.
“Guru, dia lupa membawa bukunya hari
ini. Jadi kami akan berbagi bukunya hari ini,” kata Pi Pi, membantu menjawab.
“Aku bertanya padamu. Dimana bukumu?”
tanya si dosen sambil menunjuk He Lan dengan tegas.
“Aku sudah ingat,” jawab He Lan. Dan
hal itu, membuat si dosen kebingungan. Lalu He Lan pun menjelaskan, kalau semua
pelajaran yang akan diajarkan padanya, ia telah mengingatnya.
Si dosen lalu menunjuk kearah papan
tulis dan tertawa,”Kamu sudah ingat semua yang kuajarkan? Okay. Baiklah.
Mengapa kamu tidak menjelaskan kepada kami tentang perubahan kuantitas dan
kualitatif?”
Dengan sangat mudah dan lancar. He
Lan menjelaskan tentang perubahan kuantitas dan kualitatif. Dan semua yang
berada didalam kelas, terdiam, karena terpana dengan kepintaran He Lan.
Lalu saat He Lan telah selesai
menjelaskan, semua mahasiswi langsung bertepuk tangan. Dan si dosen sama sekali
tidak bisa berkata apa- apa. Pi Pi sendiri tersenyum dengan bangga, karena
kehebatan He Lan.
Qian Hua datang menemui Qi Lin lagi.
Ia datang untuk membahas tentang pernikahan mereka berdua. Ia sadar bahwa ia
telah terlalu egois, mengenai pernikahan mereka. Jadi kini ia ingin membatalkan
pernikahan mereka dan mencari sendiri cara untuk menolong He Lan.
“Aku sudah menunggumu untuk
bertanya. Mengapa He Lan Jing Ting hanya makan kelopak bunga?” tanya Qi Lin,
tidak berhubungan dengan pembicaraan.
“Bagaimana aku tau? Apa hubungannya
ini denganmu?” balas Qian Hua.
“Tidak ada yang salah dengan
menunjukan perhatian pada Imam Kanan Fox Clan.”
“Bisakah kamu bicara serius padaku?”
tanya Qian Hua, tidak sabaran melihat sikap Qi Lin yang terkesan terlalu
santai.
“Aku sudah menunggu ini selama
ribuan tahun. Bagaimana bisa kamu mengubah pikiranmu?” balas Qi Lin dengan
santai. Sambil mengerjakan sesuatu.
“Seperti yang kubilang, aku salah
telah meminta ini. Mengapa kamu harus melibatkan A xin dalam ini?”
“He Lan Jing Ting hanya makan
kelopak bunga dan tidak ada yang lain. Dia satu-satunya di Fox Clan yang
melakukan ini. Aku bertanya- tanya jika ini ada hubungannya dengan darah
manusia didalam nya,” kata Qi Lin. Sambil fokus mengerjakan beberapa sampel
bubuk bunga dan kelopak bunga yang dimilikinya.
“Mengapa kamu memperdulikan ini?” tanya Qian Hua.
“Bukankah ini yang kamu pedulikan?”
Qian Hua tampak tidak nyaman lagi.
Ia mau mengambil kembali buku dan dokumen miliknya, namun Qi Lin menahan tangan
Qian Hua.
“Persiapan pernikahan akan mengikuti
adat utara. Aku sudah memesan semuanya. Aku juga sudah meminta para tetua untuk
hadir ke acara kita besok pagi,” jelas Qi Lin.
“Kamu yakin?”
“Ya.”
“Baiklah. Terima kasih,” balas Qian
Hua. Lalu berdiri untuk pergi.
“Aku tidak mengerti, mengapa kamu
mau melakukan sejauh itu demi He Lan Jing Ting. Tapi sekarang aku mengerti,
karena aku juga melakukan sejauh itu untukmu. Sebenarnya ini sulit untuk
dipercaya,” kata Qi Lin dengan nada sedih.
Dan selesai Qi Lin berbicara, Qian
Hua pun pergi meninggalkannya.
Qian Hua menghubungin He Lan, ia melaporkan kalau jawaban yang mereka cari
selama ini sudah dekat. Dan Bo Zhong yang sedang duduk didekat sana,
mendengarkan pembicaraan antara Qian Hua dengan He Lan.
“Sesuatu terjadi kepada Nona Guan
akhir- akhir ini. Aku khawatir dia tidak punya banyak waktu yang tersisa,”
balas He Lan.
“Baiklah. Aku mengerti,” jawab Qian
Hua. Ia tampak sedikit sedih dan kecewa.
“Kamu gimana? Apa Zhao Song menyulitkanmu?”
tanya He Lan.
“Aku… aku dan Zhao Song… kami akan
menikah,” jawab Qian Hua, agak kesulitan untuk berbicara.
“Menikah? Apa Zhao Song yang
memaksamu?” tanya He Lan, terkejut.
“Tidak, tidak. Ini terjadi begitu
tiba- tiba. Tapi akulah yang memutuskan itu.”
“Qian Hua. Maaf.”
“Tuan He Lan jangan salah paham. Kita harus segera menemukan cara untuk menyelamatkan Nona Guan.”
“Qian Hua.”
“Tuan He Lan. Ini keputusanku
sendiri,” tegas Qian Hua.
Setelah He Lan mematikan sambungan
telpon mereka. Qian Hua menunduk dan menangis dengan sedih. Namun ia menguatkan
dirinya.
Narasi Qian Hua.
Seseorang menyanyikan sebuah lirik, “Mencintaimu adalah urusanku
sendiri.”
Benarkah? Apakah itu hanya urusanku ? Tidakah ‘aku’ memiliki
sedikit keegoisan untuk berharap bahwa suatu hari kamu akan melihat aku,
mengerti aku, dan mengatakan pada aku apa yang paling ingin aku dengar?
Aku ada. Itu sebabnya aku merasa bersalah kepadanya. Dia yang
sangat mirip denganku. Karena aku tahu betapa sakitnya
dia.
Di bar. Walaupun Qi Lin harus
terluka, dia setuju untuk menikah dengan Qian Hua demi rencana Qian Hua untuk
membantu He Lan. Dan ketika itu, sebelum Qian Hua pergi meninggalkan Qi Lin, ia
menatap Qi Lin dengan tatapan bersalah dan berterima kasih.
Diruangan Fox Clan. Tiga orang tetua
dari utara, memberikan berkat kepada Qi Lin dan Qian Hua yang mau menikah.
“Selamat kepada kalian berdua,” kata
seorang tetua, menyerahkan sebuah buku kepada Qi Lin.
“Terima kasih, paman Yuan,” balas Qi
Lin.
“Sampai jumpa dipernikahan kalian.”
Setelah berkat diberikan kepada
mereka berdua. Qi Lin pun mengantarkan para tetua keluar. Sesudah itu ia
kembali mendekati Qian Hua dan memberitahukan bahwa untuk pernikahan mereka
nanti, mereka akan mengikuti adat utara seperti yang diharapkan para tetua. Qi
Lin lalu memberikan sebuah kotak kecil kepada Qian Hua.
“Apa ini?” tanya Qian Hua. Lalu
membuka kotak tersebut.
“Menurut tradisi, aku harus memberi
kamu kenang- kenangan ketika kita bertunangan. Itu adalah Bibir kerta rogue
yang kubuat menggunakan metode kuno,” jelas Qi Lin.
Qian Hua tampak terharu. Ia
mengingat saat ia datang berkujung ke tempat Qi Lin terakhir kali, ketika Qi
Lin sedang mengerjakan beberapa sampel bunga dan kelopak bunga. Dan itu
ternyata adalah untuknya.
“Terima kasih,” ucap Qian Hua. Lalu
ikut duduk bersama Qi Lin.
“Aku ingat saat pertama kali aku
melihatmu. Itu tepat di hall ini,” kata Qi Lin, menceritakan tentang
perasaannya ketika pertama kali melihat Qian Hua.
“Pada waktu itu, aku tidak punya
kesempatan untuk mendekatimu. Kamu mungkin tidak ingat,” lanjut Qi Lin
bercerita.
“Aku ingat,” balas Qian Hua. Dan
lalu mereka berdua saling terdiam.
Bo Zhong menemui Putri Zhao Yan
untuk melaporkan tentang pernikahan Qian Hua dan Qi Lin dalam minggu ini.
“Seperti perkiraanmu, pernikahan
mereka tampaknya tidak sesederhana seperti yang terlihat,” kata Bo Zhong.
“Tidak apa. Aku akan membuat segalanya
menjadi sederhana,” balas Putri Zhao Yan.
Tags:
Moonshine and Valentine