Broadcast Network : Tencent
Pi
Pi menghadiri kelas pagi sendirian. Dan setiap orang yang melihatnya menjadi
heran, namun tidak ada yang bertanya atau mengatakan apapun. Lalu dalam
perjalan pulang, Pi Pi berjalan dengan langkah pelan dan seperti tidak
bersemangat.
Pi
Pi mendekati He Lan yang sedang tertidur disofa. Ia ingin memegang He Lan,
namun tidak jadi. Dan tanpa membangunkan He Lan, Pi Pi naik keatas dan masuk
kedalam kamar.
Pi
Pi membereskan semua barangnya kedalam koper. Lalu saat mengingat akan lukisan
itu, Pi Pi menjadi murung sendiri.
Pi
Pi turun sambil membawa kopernya. Lalu kembali kedalam ruang tamu, tempat
dimana He Lan sedang tertidur. Ia kesana untuk mengambil buku- buku miliknya
yang ada diatas meja. Tapi tanpa sengaja, buku yang dibawanya terjatuh,
sehingga menimbulkan suara keras dan membangunkan He Lan yang tertidur.
“Apa
yang kamu lakukan?” tanya He Lan.
“Tidak
ada. Aku mau pulang,” balas Pi Pi.
“Mengapa
tiba- tiba kamu mau pergi?” tanya He Lan, lagi.
“Tidak
ada. Aku mau pulang saja tiba- tiba,” balas Pi Pi.
“Mengapa
kamu tidak menunggu sampai malam. Jadi aku bisa mengantarmu?”
“Tidak
perlu. Aku pergi sekarang.”
Disaat
He Lan memanggil- manggil namanya, Pi Pi mengabaikan itu. Ia berjalan keluar
dan menutup pintu, lalu pergi.
Sesampainya
dirumah. Ibu Pi Pi menanyakan apakah Pi Pi ada mendapatkan bayaran, lalu ia pun
mengatakan kalau ia ingin meminjam uang Pi Pi.
“Untuk
apa?” tanya Pi Pi, curiga.
“Untuk
membeli produk kesehatan. Aku sudah beli beberapa, tapi aku mau beli lagi untuk
menghasilkan lebih lagi,” kata Ibu dengan bersemangat.
“Darimana
kamu mendapatkan uang untuk membeli itu?” balas Pi Pi.
Dengan
ragu, awalnya Ibu mengelak, tidak mau menjawab darimana ia mendapatkan uang
untuk membeli produk itu selama ini. Tapi akhirnya karena Pi Pi mengancam ingin
memberitahu Ayah, maka Ibu pun jujur.
“Aku…
uh… itu… Jia Lin memberikan itu padaku,” kata Ibu, mengaku.
“Jia
Lin? Kamu minta uang padanya?” tanya Pi Pi terkejut.
“Aku
tidak! Dia menginvest kan padaku,” kata Ibu langsung.
“Berapa
banyak yang kamu pinjam?” tanya Pi Pi dengan tegas.
“1.000,”
jawab Ibu.
“1.000?”
balas Pi Pi.
“Dua.
1.000 dua kali.”
“2.000?”
“Amerika
dollar.”
“Apa?”
teriak Pi Pi, terkejut. Dan dengan cepat Ibu, meminta agar Pi Pi mengecilkan
suaranya. Karena ia tidak mau Ayah tau.
Pi
Pi dengan cepat pergi dari rumah. Dijalan, dengan pusing, Pi Pi memikirkan
bagaimana caranya agar ia bisa mengembalikan uang Jia Lin. Dan tepat ketika itu
seseorang menawarkan sebuah pekerjaan dengan bayaran besar kepadanya.
Pi
Pi masuk kedalam bar dan memohon kepada manajer agar menerimanya, karena ia
benar- benar membutuhkan pekerjaan saat ini.
“Manager,
tolong. Aku bisa melakukan apapun. Aku tidak takut pekerjaan yang keras!” pinta
Pi Pi. Dan karena ada dua jenis lowongan yaitu penari atau pelayan bar, maka Pi
Pi memilih menjadi penari, karena bayaran lebih besar.
Sayangnya,
Pi Pi tidak diterima sebagai penari, karena tariannya yang begitu buruk. Jadi akhirnya,
Pi Pi pun menjadi pelayan.
Dengan
memakai pelayan yang agak minim, Pi Pi memulai pekerjaannya. Ia membersihkan
meja dan mengantarkan minuman- minuman bagi para tamu yang memesan.
Tepat
disaat itu, Pi Pi melihat kedatangan He Lan. Tapi dengan sengaja Pi Pi
mengabaikan He Lan dan berpura- pura tidak melihatnya.
He
Lan ingin menghampiri Pi Pi, namun tepat disaat itu Qian Hua menghubunginnya.
Qian
Hua memberitahu kepada He Lan kalau dia sudah bertemu dengan Putri Zhao Yang
dan mendapatkan informasi yang mereka cari. Tepat disaat Qian Hua sedang
bertelponan, Qi Lin masuk kedalam kamar dan mendengarkan.
“Sebenarnya
aku telah berhutang, jadi aku harus mengembalikannya pada utara… Banyak yang
terjadi selama waktu ini… jangan pikirkan, aku harus kembali… disana ada
beberapa hal yang ingin kuceritakan padamu… baik, sampai jumpa,” kata Qian Hua.
Dan Qi Lin mendengarkan.
Pi
Pi menghampiri He Lan yang telah selesai bertelponan. Dan menyuruh He Lan untuk
pergi, “Aku pikir kamu tidak suka aroma rokok.”
“Aku
datang untuk membantumu,” balas He Lan.
“Aku
bisa mengurus masalahku sendiri,” balas Pi Pi.
“Masalahmu
adalah masalah ku,” kata He Lan.
“Masalahku
atau masalah Hui Yan? Kamu harus pergi,” kata Pi Pi , lalu pergi.
Suara
pintu yang ditutup dengan keras oleh Qi Lin membuat Qian Hua terkejut. Tanpa
berbasa- basi Qi Lin bertanya apa barusan yang dihubungin oleh Qian Hua itu
adalah He Lan dan Qian Hua membenarkan.
“Kamu
datang diwaktu yang tepat. Aku punya sesuatu yang mau ku beritahukan. Itu
mungkin terlihat tiba- tib…,” kata Qian Hua dengan gugup. Tapi segera dipotong
oleh Qi Lin.
“Kemudian
jangan bilang,” potong Qi Lin.
“Zhao
Song, aku harus mengatak…” kata Qian Hua.
“Aku
bilang, jangan katakan,” potong Qi Lin.
“Tidak,
aku benar- benar harus…” kata Qian Hua.
“Aku
bilang, jangan katakan!” potong Qi Lin lagi dengan tegas.
Qi
Lin mendekati Qian Hua dengan cepat dan lalu dengan kekuatannya, ia membuat
Qian Hua tertidur. Setelah itu dengan lembut, ia membaringkan Qian Hua dan
membelai wajahnya dengan lembut.
“Selama
bertahun- tahun ini. Ku pikir yang paling kuinginkan… adalah posisi yang
berkuasa. Tapi sekarang aku tau, kamu adalah apa yang paling kuinginin.
Terserah itu kamu atau posisi berkuasa. Jika aku tidak bisa memilikimu, He Lan
Jing Ting juga tidak bisa,” kata Qi Lin pada Qian Huan yang tertidur.
Qi
Lin dengan kasar membuka pakaiannya dan menciumin Qian Hua. Dan pada saat itu
Pearl milik Qi Lin bersinar terang.
Dipagi
hari saat terbangun. Qian Hua tampak sedih, ia lalu berkata,” Apa kamu tau apa
yang ingin ku beritahu padamu?”
“Itu
tidak lagi penting,” balas Qi Lin. Dan dengan pedih, Qian Hua menutup matanya.
Tags:
Moonshine and Valentine