Broadcast Network : Tencent
Ditoko. Xui Xian datang dan menyapa
Xiao Ju yang sedang menlap gelas- gelas supaya kering. Dan Xui Xian meminta
agar Xiao Ju memberikannya air, karena ia sangat haus.
Saat Xiao Ju keluar dari dalam
dapur, ia langsung menghela nafas malas, karena melihat Ayahnya dan Kuan Yong
yang lagi- lagi menghitung ini dan itu.
“Lihat, kamu marah lagi. Mengapa
kamu begitu terus setiap hari? Ini bukan pertama kalinya, Ayahmu menjadi
seperti ini,” komentar Xui Xian.
Sambil menuang air, Xiao Ju membalas
dengan ketus,”Bukankah kamu kaya? Kamu bisa merawatnya, kan.”
“Xiao Ju, apa kamu tau seperti apa
kondisi tempatku dan Kuan Yong besar?” tanya Xui Xian, mencoba untuk menasehati
Xiao Ju agar lebih bersyukur.
“Panti asuhan rubah,” jawab Xiao Ju.
“Iya, kami…” kata Xui Xian, namun
terhenti, ketika ia sadar bagaimana bisa Xiao Ju tau. Dan dengan santai Xiao Ju
memberitahu, kalau dia hanya tau Xui Xian dan Kuan Yong harus bekerja saat
kecil.
“Ketika kami kecil, Kuan Yong dan
aku tidak punya kesempatan untuk menemukan seseorang seperti dia. Kamu begitu
beruntung, kamu punya seseorang untuk dimarahi, dicintai, dan dikhawatirkan,”
jelas Xui Xian sambil melihat kearah Ayah Xiao Ju.
Ketika Xiao Ju masih saja menjawab
dengan ketus, Xui Xian pun kembali menasehatinya. “Ayahmu baik, tapi dia hanya
sedikit berbeda dari yang lain. Kamu bisa menerimaku dan Kuan Yong, tapi
mengapa kamu tidak bisa menerima dia?”
“Siapa yang bilang aku menerima
kalian?” balas Xiao Ju dengan tajam. Lalu tersenyum dan menyuruh agar Xui Xian
membantunya membawakan air. Dan Xui Xian pun tertawa.
Sambil membawa air, Xiao Ju dan Xui
Xian mendekati meja dimana Ayah dan Kuan Yong sedang bekerja. Dan ketika itu,
tiba- tiba saja, Ayah berdiri dan berteriak dengan senang. Ayah lalu menyalami
Kuan Yong serta Xui Xian. Dan melihat itu Xiao Ju pun menjadi heran dan
memperingatkan Ayahnya.
Dengan penuh keyakinan, Ayah Xiao Ju
mengatakan kalau Kuan Yong serta Xui Xian pasti bukanlah seorang manusia. Dan
mendengar itu, tentu saja Kuan Yong serta Xui Xian menjadi terkejut dan dengan
serius mereka mendengarkan alasan panjang lebar yang Ayah Xiao Ju jelaskan.
Ayah menjelaskan kalau saat Kuang
Yong serta Xui Xian datang, ia merasakan suatu energi yang besar. Begitu juga
dengan saat mereka di rumah sakit. Dan karena itulah ia menyimpulkan, kalau
Kuan Yong serta Xui Xian bukanlah manusia.
Saat Kuan Yong mengakui kalau mereka
sebenarnya bukanlah manusia, Ayah pun tertawa, karena ternyataan tebakannya
benar. Dan mendengar itu, Xiao Ju pun menjadi kaget.
“Tebakan? Kamu tidak menghitung
itu?” tanya Xiao Ju, tidak percaya.
“Bagaimana bisa hal seperti itu
dihitung?” balas Ayah dengan santai nya. Sehingga membuat Kuan Yong serta Xui
Xian yang awalnya gugup, menjadi kebingungan.
“Apa yang membuatmu menebak seperti
itu?” tanya Kuan Yong.
“Aku menyadari kalau hubungan kalian
dengan Xiao Ju sangat dekat,” jelas Ayah.
Dan mendengar itu, Xiao Ju langsung
menjauh dari mereka berdua dan mendorong Xui Xian mendekat pada Kuan Yong.
“Siapa yang bilang? Mereka berdua yang dekat,” balas Xiao Ju.
Ayah lalu menjelaskan kepada Kuan
Yong serta Xui Xian yang masih tampak kebingungan. Ia mengatakan kalau saat sekolah
dulu, Xiao Ju tidak dekat dengan teman sekelasnya, malahan Xiao Ju lebih dekat
dengan binatang- binatang kecil seperti kucing, anjing, dan kelinci. Dan
mendengar itu, Xiao Ju pun tersenyum.
“Manusia begitu rumit. Binatang
lebih sederhana. Jadi melihat kalian bertiga, mengingatkan ku tentang
hubungannya dengan binatang- binatang. Rasanya sama,” jelas Ayah sambil
menunjuk Kuan Yong serta Xui Xian.
Dengan tawar hambar, Xui Xian
tertawa kepada Ayah,”Hahaha… kamu membuatku takut setengah mati.” Dan kepada
Kuan Yong, Xui Xian berbisik dengan pelan,”Dia tidak tau semuanya, seperti yang
aku pikirkan.”
Suasana kembali ceria, saat Xui Xian
mengatakan bahwa Ayah begitu luar biasa, karena Ayah tidak hanya fokus pada
perhitungannya saja, tapi Ayah juga peduli kepada Xiao Ju dan memikirkan Xiao
Ju saat bekerja.
“Aku hanya ingin anakku tau, kalau
terkadang aku normal juga,” kata Ayah dengan bangga sambil tertawa kepada Xiao
Ju. Dan dengan senang, Xiao Ju pun ikut tertawa.
Wang Xuan menyelipkan kartu yang
diberikan padanya itu, melalui celah bawah pintu. Namun teryata pintu kamar Zhao
Song tidak terkunci, sehingga ketika Wang Xuan menyelipkan kartu itu, tanpa
sengaja pintu kamar Zhao Song terbuka.
Wang Xuan lalu masuk kedalam kamar Zhao
Song dan berteriak, bertanya apa ada orang, namun tidak ada jawaban. Jadi Wang
Xuan pun masuk begitu saja kedalam. Ia meletakan kartu yang diterimanya itu,
keatas meja.
Dan tepat disaat itu, Wang Xuan
melihat sebuah surat kecil diatas meja yang ditujukan untuknya. Nona Wartawan, ayo makan malam bersama.
Sampai jumpa direstoran dilantai atas. Zhao Song.
He Lan menemani Pi Pi yang baru
pulang bekerja. He Lan begitu perhatian kepada Pi Pi. Saat ia berjalan, ia
menyuruh agar Pi Pi berjalan disisi dalam yang lebih aman. Lalu ia membantu mengangkatkan tas besar yang
dibawa oleh Pi Pi. Dan mengandeng tangan Pi Pi.
Pi Pi tersenyum, karena He Lan
begitu perhatian padanya. “Dari sekarang, aku akan memegang tanganmu saat pagi
dan siang,” kata Pi Pi sambil mengoyangkan tangan He Lan yang dipegangnya.
He Lan mengakui, kalau ia sebenarnya
tau apa alasan Pi Pi bekerja. Ia mengetahui itu dari Xui Xian dan karena itu ia
ingin membantu Pi Pi. “Uangku adalah uangmu. Jadi kamu tidak perlu bekerja
begitu keras,” jelas He Lan.
Namun Pi Pi menolak untuk memakai
uang He Lan, karena bahkan walaupun mereka menikah. Ia tetap ingin membayar
hutang ini sendirian, soalnya ini adalah masalahnya sendiri, maka dari itu ia
ingin menyelesaikannya sendiri.
He Lan menerima keputusan Pi Pi yang
mau seperti itu. Namun ia meminta agar Pi Pi berjanji, yaitu setelah ini segala
yang terjadi akan menjadi masalah bersama. Dan mereka akan menghadapinya
bersama.
“Pinky Promise,” kata He Lan sambil
mengulurkan jari kelikingnya. Dan Pi Pi pun tersenyum, ia melingkarkan jari
kelikingnya di jari keliking He Lan.
Sambil berjalan kembali, He Lan
menjelaskan kalau ia ingin menyiapkan beberapa hal sebelum pernikahan mereka,
yaitu sebagai jaminan. Dan mendengar itu Pi Pi menjadi bingung. Lalu He Lan
menjelaskan ia ingin menyiapkan itu untuk misalnya ia sakit atau kecelakaan
nantinya.
“Kecelakaan apa? Kamu sudah hidup
lebih dari 900 tahun, kemudian mengapa kamu malah kecelakaan, ketika kamu mau
menikahi ku?” tanya Pi Pi sambil menahan He Lan untuk berhenti berjalan.
“Bukan begitu. Setiap orang pasti
menghadapi sakit dan umur tua. Apa kamu takut mati?” balas He Lan, bertanya.
Sambil kembali berjalan, Pi Pi
menceritakan pengalamannya, ketika pertama kali ia mau menaiki pesawat. Malam
sebelum itu, karena saking semangatnya, maka ia tidak bisa tidur. Lalu sebelum
pesawat lepas landas, ia menjadi takut.
Pi Pi berpikir bagaimana jika
pesawat ini jatuh nantinya. Lalu karena itu ia mengirimkan pesan kepada kedua
orang tuanya. Ia meminta maaf kepada mereka, karena mereka ada bertengkar
sebelum ia pergi. Ia memberitahukan nomor PIN dan akun bank miliknya kepada
mereka. Ia memperingatkan Ayahnya untuk tidak banyak merokok dan minum. Serta
hal lainnya.
“Kamu pasti membuat kedua orang
tuamu terkejut,” komentar He Lan.
Pi Pi tertawa dan membalas,” Tentu
saja. Sekalinya aku mendarat, Ibuku langsung mengomeliku. Tapi waktu aku
mengirim pesan itu, aku tidak takut lagi. Aku melihat keluar jendela, memandang
birunya langit dan putihnya awan. Dan tiba- tiba aku merasa bebas,” jelas Pi
Pi.
Pi Pi melanjutkan, ia berkata kalau
saat itu ia sadar, bukan kematian yang ia takutkan. Tapi ia takut memiliki
penyesalan. Karena saat itu ia dan Ibunya sedang marahan, jadi untuk terakhir
kalinya ia ingin mengucapkan betapa ia mencintai Ibunya. Atau ia akan sangat
menyesali itu.
He Lan berhenti berjalan. Ia menatap
Pi Pi dan memeluk Pi Pi dengan erat. “Ayo kita daftarkan pernikahan kita.
Sekarang,” kata He Lan. Dan mendengar itu, Pi Pi langsung terkejut.
“Sekarang? Ini sudah begitu malam. Mengapa begitu buru- buru?” tanya Pi Pi, heran. Ia melepaskan pelukan He Lan dan menatap He Lan.
“Dari sekarang, mari hidup tanpa
penyesalan setiap harinya,” kata He Lan lalu kembali memeluk Pi Pi. Dan sambil
tersenyum, Pi Pi memeluk He Lan juga.
Dengan sikap yang baik, Zhao Song
menarikan kursi untuk Wang Xuan duduk. Lalu ia menanyakan nama Wang Xuan. Dan
setelah itu, ia memperkenalkan dirinya sendiri.
“Senang bertemu denganmu. Namaku
adalah Zhao Song,” kata Zhao Song.
Zhao Song memberikan sebuah kotak
hadiah kepada Wang Xuan. Dan ketika Wang Xuan membuka kotak tersebut, Wang Xuan
pun menjadi kesal, saat ia melihat satu set perhiasan yang sangat mewah didalam
kotak itu.
Wang Xuan lalu mengembalikan kotak
itu kepada Zhao Song dan bangkit berdiri. “Maaf. Alasan aku menerima undanganmu
karena wawancara sore ini berjalan baik. terima kasih, aku pergi dulu.”
Zhao Song meminta agar Wang Xuan
kembali duduk. Ia meminta maaf, kalau ia telah membuat Wang Xuan merasa tidak
nyaman dan dengan ramah ia berjanji, kalau lain kali ia pasti akan bertanya
pendapat dari Wang Xuan. Tapi kali ini, ia mau agar Wang Xuan menerima hadiah
darinya.
“Jika kita tidak menyakiti yang
lain, kita mungkin akan menjadi orang yang menangis pada akhirnya,” kata Zhao
Song. Lalu menanyakan apa Wang Xuan menyukai pekerjaannya saat ini.
“Ada yang lahir dengan hidup baik.
Segala yang mereka inginkan atau yang mereka tidak inginkan, akan sangat mudah
untuk diraih oleh mereka. Orang seperti kita, apa yang diinginkan harus
didapatkan dengan bekerja keras, kalau tidak siapa yang akan memberikan pada
kita apa yang kita mau?” jelas Zhao Song.
“Aku tidak akan bertanya siapa kamu.
Atau apa tujuanmu. Aku juga tidak punya kopian untuk itu semua. Kamu bisa
mengambilnya,” balas Wang Xuan.
“Aku takut. Tapi aku hanyalah
wartawan biasa,” kata Wang Xuan, lalu mulai mau menangis. Dan dengan segera,
Zhao Song menarik Wang Xuan kedalam pelukannya, sehingga Wang Xuan pun tidak
jadi menangis.
“Aku tidak tau baju apa yang suka
kamu kenakan, jadi aku menyiapkan beberapa pakaian,” jelas Zhao Song sambil
menunjuk kedalam kamar. Dan sambil tersenyum, Wang Xuan berterima kasih.
“Aku percaya padamu,” balas Wang
Xuan.
Tags:
Moonshine and Valentine