Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 19 - part 2




Broadcast Network        Tencent



Ditoko. Xui Xian datang dan menyapa Xiao Ju yang sedang menlap gelas- gelas supaya kering. Dan Xui Xian meminta agar Xiao Ju memberikannya air, karena ia sangat haus.



Saat Xiao Ju keluar dari dalam dapur, ia langsung menghela nafas malas, karena melihat Ayahnya dan Kuan Yong yang lagi- lagi menghitung ini dan itu.



“Lihat, kamu marah lagi. Mengapa kamu begitu terus setiap hari? Ini bukan pertama kalinya, Ayahmu menjadi seperti ini,” komentar Xui Xian.

Sambil menuang air, Xiao Ju membalas dengan ketus,”Bukankah kamu kaya? Kamu bisa merawatnya, kan.”


“Xiao Ju, apa kamu tau seperti apa kondisi tempatku dan Kuan Yong besar?” tanya Xui Xian, mencoba untuk menasehati Xiao Ju agar lebih bersyukur.

“Panti asuhan rubah,” jawab Xiao Ju.



“Iya, kami…” kata Xui Xian, namun terhenti, ketika ia sadar bagaimana bisa Xiao Ju tau. Dan dengan santai Xiao Ju memberitahu, kalau dia hanya tau Xui Xian dan Kuan Yong harus bekerja saat kecil.

“Ketika kami kecil, Kuan Yong dan aku tidak punya kesempatan untuk menemukan seseorang seperti dia. Kamu begitu beruntung, kamu punya seseorang untuk dimarahi, dicintai, dan dikhawatirkan,” jelas Xui Xian sambil melihat kearah Ayah Xiao Ju.



Ketika Xiao Ju masih saja menjawab dengan ketus, Xui Xian pun kembali menasehatinya. “Ayahmu baik, tapi dia hanya sedikit berbeda dari yang lain. Kamu bisa menerimaku dan Kuan Yong, tapi mengapa kamu tidak bisa menerima dia?”



“Siapa yang bilang aku menerima kalian?” balas Xiao Ju dengan tajam. Lalu tersenyum dan menyuruh agar Xui Xian membantunya membawakan air. Dan Xui Xian pun tertawa.



Sambil membawa air, Xiao Ju dan Xui Xian mendekati meja dimana Ayah dan Kuan Yong sedang bekerja. Dan ketika itu, tiba- tiba saja, Ayah berdiri dan berteriak dengan senang. Ayah lalu menyalami Kuan Yong serta Xui Xian. Dan melihat itu Xiao Ju pun menjadi heran dan memperingatkan Ayahnya.



Dengan penuh keyakinan, Ayah Xiao Ju mengatakan kalau Kuan Yong serta Xui Xian pasti bukanlah seorang manusia. Dan mendengar itu, tentu saja Kuan Yong serta Xui Xian menjadi terkejut dan dengan serius mereka mendengarkan alasan panjang lebar yang Ayah Xiao Ju jelaskan.

Ayah menjelaskan kalau saat Kuang Yong serta Xui Xian datang, ia merasakan suatu energi yang besar. Begitu juga dengan saat mereka di rumah sakit. Dan karena itulah ia menyimpulkan, kalau Kuan Yong serta Xui Xian bukanlah manusia.



Saat Kuan Yong mengakui kalau mereka sebenarnya bukanlah manusia, Ayah pun tertawa, karena ternyataan tebakannya benar. Dan mendengar itu, Xiao Ju pun menjadi kaget.

“Tebakan? Kamu tidak menghitung itu?” tanya Xiao Ju, tidak percaya.



“Bagaimana bisa hal seperti itu dihitung?” balas Ayah dengan santai nya. Sehingga membuat Kuan Yong serta Xui Xian yang awalnya gugup, menjadi kebingungan.

“Apa yang membuatmu menebak seperti itu?” tanya Kuan Yong.

“Aku menyadari kalau hubungan kalian dengan Xiao Ju sangat dekat,” jelas Ayah.



Dan mendengar itu, Xiao Ju langsung menjauh dari mereka berdua dan mendorong Xui Xian mendekat pada Kuan Yong. “Siapa yang bilang? Mereka berdua yang dekat,” balas Xiao Ju.



Ayah lalu menjelaskan kepada Kuan Yong serta Xui Xian yang masih tampak kebingungan. Ia mengatakan kalau saat sekolah dulu, Xiao Ju tidak dekat dengan teman sekelasnya, malahan Xiao Ju lebih dekat dengan binatang- binatang kecil seperti kucing, anjing, dan kelinci. Dan mendengar itu, Xiao Ju pun tersenyum.



“Manusia begitu rumit. Binatang lebih sederhana. Jadi melihat kalian bertiga, mengingatkan ku tentang hubungannya dengan binatang- binatang. Rasanya sama,” jelas Ayah sambil menunjuk Kuan Yong serta Xui Xian.

Dengan tawar hambar, Xui Xian tertawa kepada Ayah,”Hahaha… kamu membuatku takut setengah mati.” Dan kepada Kuan Yong, Xui Xian berbisik dengan pelan,”Dia tidak tau semuanya, seperti yang aku pikirkan.”



Suasana kembali ceria, saat Xui Xian mengatakan bahwa Ayah begitu luar biasa, karena Ayah tidak hanya fokus pada perhitungannya saja, tapi Ayah juga peduli kepada Xiao Ju dan memikirkan Xiao Ju saat bekerja.

“Aku hanya ingin anakku tau, kalau terkadang aku normal juga,” kata Ayah dengan bangga sambil tertawa kepada Xiao Ju. Dan dengan senang, Xiao Ju pun ikut tertawa.



Wang Xuan menyelipkan kartu yang diberikan padanya itu, melalui celah bawah pintu. Namun teryata pintu kamar Zhao Song tidak terkunci, sehingga ketika Wang Xuan menyelipkan kartu itu, tanpa sengaja pintu kamar Zhao Song terbuka.



Wang Xuan lalu masuk kedalam kamar Zhao Song dan berteriak, bertanya apa ada orang, namun tidak ada jawaban. Jadi Wang Xuan pun masuk begitu saja kedalam. Ia meletakan kartu yang diterimanya itu, keatas meja.

Dan tepat disaat itu, Wang Xuan melihat sebuah surat kecil diatas meja yang ditujukan untuknya. Nona Wartawan, ayo makan malam bersama. Sampai jumpa direstoran dilantai atas. Zhao Song.


He Lan menemani Pi Pi yang baru pulang bekerja. He Lan begitu perhatian kepada Pi Pi. Saat ia berjalan, ia menyuruh agar Pi Pi berjalan disisi dalam yang lebih aman. Lalu  ia membantu mengangkatkan tas besar yang dibawa oleh Pi Pi. Dan mengandeng tangan Pi Pi.



Pi Pi tersenyum, karena He Lan begitu perhatian padanya. “Dari sekarang, aku akan memegang tanganmu saat pagi dan siang,” kata Pi Pi sambil mengoyangkan tangan He Lan yang dipegangnya.

He Lan mengakui, kalau ia sebenarnya tau apa alasan Pi Pi bekerja. Ia mengetahui itu dari Xui Xian dan karena itu ia ingin membantu Pi Pi. “Uangku adalah uangmu. Jadi kamu tidak perlu bekerja begitu keras,” jelas He Lan.


Namun Pi Pi menolak untuk memakai uang He Lan, karena bahkan walaupun mereka menikah. Ia tetap ingin membayar hutang ini sendirian, soalnya ini adalah masalahnya sendiri, maka dari itu ia ingin menyelesaikannya sendiri.



He Lan menerima keputusan Pi Pi yang mau seperti itu. Namun ia meminta agar Pi Pi berjanji, yaitu setelah ini segala yang terjadi akan menjadi masalah bersama. Dan mereka akan menghadapinya bersama.

“Pinky Promise,” kata He Lan sambil mengulurkan jari kelikingnya. Dan Pi Pi pun tersenyum, ia melingkarkan jari kelikingnya di jari keliking He Lan.


Sambil berjalan kembali, He Lan menjelaskan kalau ia ingin menyiapkan beberapa hal sebelum pernikahan mereka, yaitu sebagai jaminan. Dan mendengar itu Pi Pi menjadi bingung. Lalu He Lan menjelaskan ia ingin menyiapkan itu untuk misalnya ia sakit atau kecelakaan nantinya.



“Kecelakaan apa? Kamu sudah hidup lebih dari 900 tahun, kemudian mengapa kamu malah kecelakaan, ketika kamu mau menikahi ku?” tanya Pi Pi sambil menahan He Lan untuk berhenti berjalan.

“Bukan begitu. Setiap orang pasti menghadapi sakit dan umur tua. Apa kamu takut mati?” balas He Lan, bertanya.


Sambil kembali berjalan, Pi Pi menceritakan pengalamannya, ketika pertama kali ia mau menaiki pesawat. Malam sebelum itu, karena saking semangatnya, maka ia tidak bisa tidur. Lalu sebelum pesawat lepas landas, ia menjadi takut.



Pi Pi berpikir bagaimana jika pesawat ini jatuh nantinya. Lalu karena itu ia mengirimkan pesan kepada kedua orang tuanya. Ia meminta maaf kepada mereka, karena mereka ada bertengkar sebelum ia pergi. Ia memberitahukan nomor PIN dan akun bank miliknya kepada mereka. Ia memperingatkan Ayahnya untuk tidak banyak merokok dan minum. Serta hal lainnya.

“Kamu pasti membuat kedua orang tuamu terkejut,” komentar He Lan.



Pi Pi tertawa dan membalas,” Tentu saja. Sekalinya aku mendarat, Ibuku langsung mengomeliku. Tapi waktu aku mengirim pesan itu, aku tidak takut lagi. Aku melihat keluar jendela, memandang birunya langit dan putihnya awan. Dan tiba- tiba aku merasa bebas,” jelas Pi Pi.


Pi Pi melanjutkan, ia berkata kalau saat itu ia sadar, bukan kematian yang ia takutkan. Tapi ia takut memiliki penyesalan. Karena saat itu ia dan Ibunya sedang marahan, jadi untuk terakhir kalinya ia ingin mengucapkan betapa ia mencintai Ibunya. Atau ia akan sangat menyesali itu.




He Lan berhenti berjalan. Ia menatap Pi Pi dan memeluk Pi Pi dengan erat. “Ayo kita daftarkan pernikahan kita. Sekarang,” kata He Lan. Dan mendengar itu, Pi Pi langsung terkejut.




“Sekarang? Ini sudah begitu malam. Mengapa begitu buru- buru?” tanya Pi Pi, heran. Ia melepaskan pelukan He Lan dan menatap He Lan.

“Dari sekarang, mari hidup tanpa penyesalan setiap harinya,” kata He Lan lalu kembali memeluk Pi Pi. Dan sambil tersenyum, Pi Pi memeluk He Lan juga.


Wang Xuan menemui Zhao Song yang telah menunggu. Namun sebelum Wang Xuan mendekati Zhao Song, ia dengan sengaja menyalakan alat perekam yang dibawanya.



Dengan sikap yang baik, Zhao Song menarikan kursi untuk Wang Xuan duduk. Lalu ia menanyakan nama Wang Xuan. Dan setelah itu, ia memperkenalkan dirinya sendiri.

“Senang bertemu denganmu. Namaku adalah Zhao Song,” kata Zhao Song.



Zhao Song memberikan sebuah kotak hadiah kepada Wang Xuan. Dan ketika Wang Xuan membuka kotak tersebut, Wang Xuan pun menjadi kesal, saat ia melihat satu set perhiasan yang sangat mewah didalam kotak itu.

Wang Xuan lalu mengembalikan kotak itu kepada Zhao Song dan bangkit berdiri. “Maaf. Alasan aku menerima undanganmu karena wawancara sore ini berjalan baik. terima kasih, aku pergi dulu.”



Zhao Song meminta agar Wang Xuan kembali duduk. Ia meminta maaf, kalau ia telah membuat Wang Xuan merasa tidak nyaman dan dengan ramah ia berjanji, kalau lain kali ia pasti akan bertanya pendapat dari Wang Xuan. Tapi kali ini, ia mau agar Wang Xuan menerima hadiah darinya.



Pelayan datang untuk mengantarkan pesanan yang  telah dipesankan oleh Zhao Song untuk Wang Xuan. Dan karena Zhao Song telah meminta maaf,  maka Wang Xuan pun memakan makanan yang telah dipesankan untuknya.



Sambil makan Zhao Song berbicara, ia mengatakan kalau ia tau seperti apa pekerjaan Wang Xuan, walaupun setiap orang berpikir itu pekerjaan tanpa hasil dan beberapa orang lagi berkata itu kejam. Tapi ia percaya kalau setiap pekerjaan itu sama.

“Jika kita tidak menyakiti yang lain, kita mungkin akan menjadi orang yang menangis pada akhirnya,” kata Zhao Song. Lalu menanyakan apa Wang Xuan menyukai pekerjaannya saat ini.



Ketika Wang Xuan membalas dengan dingin. Zhao Song menjelaskan kalau dia adalah anak yatim piatu. Dari ia kecil, tidak ada orang yang peduli.

“Ada yang lahir dengan hidup baik. Segala yang mereka inginkan atau yang mereka tidak inginkan, akan sangat mudah untuk diraih oleh mereka. Orang seperti kita, apa yang diinginkan harus didapatkan dengan bekerja keras, kalau tidak siapa yang akan memberikan pada kita apa yang kita mau?” jelas Zhao Song.



Zhao Song lalu mengangkat gelasnya untuk bersulang. Dan karena terharu mendengar cerita kehidupan Zhao Song, maka Wang Xuan pun mengangkat gelas untuk Zhao Song.



“Seperti yang kamu bilang, dunia ini kejam. Jika kita tidak kejam pada yang lain, kita yang akan menjadi terluka pada akhirnya,” balas Wang Xuan. Lalu bersulang dan minum. Begitu juga dengan Zhao Song.


Zhao Song membawa Wang Xuan yang agak mabuk kedalam kamar hotelnya. Ia menyuruh agar Wang Xuan beristirahat dulu ditempatnya. Namun Wang Xuan menolak, ia mengatakan bahwa ia tidak terlalu mabuk dan bisa pulang sendiri.



“Jangan khawatir. Aku punya perasaan yang baik untukmu dan aku berharap kita bisa lebih saling mengenal satu sama lain. Aku tidak akan melakukan, apa yang tidak kamu inginkan. Jadi jangan khawatir, kamu bisa tinggal disini malam ini,” kata Zhao Song. Lalu ia berdiri dan keluar dari kamar untuk memesan kamar yang lain.



Sebelum Zhao Song keluar dari kamar. Wang Xuan mengeluarkan semua isian didalam tasnya, sehingga melihat itu Zhao Song menjadi heran dan bertanya. Dan Wang Xuan pun menjelaskan, lalu ia memberikan alat perekam miliknya serta semua foto- foto tentang Zhao Song yang berhasil difotonya.



“Aku bukan seorang selebritis. Jadi mengapa kamu melakukan ini?” tanya Zhao Song tidak mengerti. Ia menerima dan melihat foto- foto yang diberikan kepadanya.

“Aku tidak akan bertanya siapa kamu. Atau apa tujuanmu. Aku juga tidak punya kopian untuk itu semua. Kamu bisa mengambilnya,” balas Wang Xuan.



Zhao Song meletakan semua itu diatas meja dan berjalan mendekati Wang Xuan, lalu menanyakan apa Wang Xuan tidak takut padanya.

“Aku takut. Tapi aku hanyalah wartawan biasa,” kata Wang Xuan, lalu mulai mau menangis. Dan dengan segera, Zhao Song menarik Wang Xuan kedalam pelukannya, sehingga Wang Xuan pun tidak jadi menangis.




Wang Xuan menikmati moment didalam pelukan Zhao Song. Lalu dengan perlahan, Wang Xuan melepaskan diri dari pelukan Zhao Song dan mendekatkan bibirnya kepada Zhao Song.


Namun Zhao Song menghindar dan mengelak. Ia mengendong Wang Xuan dan membawanya kedalam kamar,”Sudah malam, tidurlah,” kata Zhao Song.




Pagi hari. Ketika Wang Xuan telah terbangun dari tidurnya dan keluar dari kamar, Zhao Song yang telah menyiapkan sarapan menyapanya.

“Aku tidak tau baju apa yang suka kamu kenakan, jadi aku menyiapkan beberapa pakaian,” jelas Zhao Song sambil menunjuk kedalam kamar. Dan sambil tersenyum, Wang Xuan berterima kasih.



“Oh ya. Terima kasih sudah melindunginku. Dan jika ada kesempatan dimasa depan, aku akan menjelaskan segalanya padamu. Jangan khawatir, aku tidak ada niat buruk terhadapmu. Aku tidak akan membahayakanmu,” kata Zhao Song.

“Aku percaya padamu,” balas Wang Xuan.



“Juga aku tidak mau hubungan kita berdampak tidak baik terhadap pekerjaan mu dan meninggalkan kamu dengan tangan kosong. Kamu akan tau apa yang kubicarakan, ketika kamu sampai dikantor nanti,” jelas Zhao Song. Lalu mengajak Wang Xuan untuk sarapan bersama.

Post a Comment

Previous Post Next Post