Sinopsis Lakorn : My Cinderella Girl Episode 03-3/5



Sinopsis Lakorn : My Cinderella Girl Episode 03-3/5
Images by : Channel 3
Kondisi Prim melemah karena terus berpengangan pada benda tersebut. Dia kemudian teringat masa remaja-nya, saat hari kematian ibunya.
Flashback
Bibi Prim meminta ibu Prim (Phon) untuk tidak khawatir mengenai Prim. Mereka berdua akan menjaga Prim dan karena itu Phon dapat pergi dengan tenang.
“Awalnya aku bertanya-tanya kenapa kami tidak bisa mempunyai anak. Tetapi, sekarang aku sudah tahu. Itu karena Prim. Dia melakukan banyak hal baik dan memiliki nasib baik. Itulah kenapa dia terlahir menjadi anak angkat kami,” ujar Paman Prim.
Prim menangis dan meminta ibunya untuk tidak pergi. Phon meminta putrinya mendekat dan mengelus pipi-nya.
“Kenapa menangis? Suatu hari nanti, kita akan bertemu lagi,” ujar Phon. “Tersenyumlah!”
Prim berusaha tersenyum. Dan saat itupun, Phon meninggal.
Prim tersenyum mengingat hal itu. Phu jelas heran dan bertanya kenapa Prim tersenyum?
“Ibuku pernah berkata, jika kita tidak lagi bernapas dan ketika kita dan orang lain tersenyum, kita akan pergi ke surga,” jawab Prim dengan lemah.
Phu menenangkannya. Mereka akan baik-baik saja dan juga dia berjanji bahwa mereka tidak akan mati. Phu juga minta maaf karena sudah membuat Prim berada dalam keadaan seperti ini. Prim menjawab kalau hal ini bukan kesalahan Phu, ini adalah kesalahannya sendiri karena tidak mau mendengarkan Phu. Prim bahkan berjanji, jika mereka bisa selamat, dia tidak akan pernah bertengkar dan melawan setiap perkataan Phu lagi. Phu jadi cemas ditambah lagi muka Prim juga semakin pucat.
Untunglah, sebuah kapal nelayan melintas dan melihat mereka yang terombang-ambil di laut. Nelayan itu segera menolong mereka. Dia juga bersedia mengantarkan mereka ke daratan, tetapi karena Phu dan Prim ingin pergi ke Mook Talay yang berada di Phuket, nelayan tidak bisa menolong. Hal itu karena letak daratan Phuket jauh dari posisi mereka sekarang, di tambah lagi, badai akan datang, dan jika dia mengantar mereka, dia tidak akan bisa pulang ke rumah. Karena itu, dia menawarkan mereka berdua untuk menginap satu hari di rumahnya hari ini yang berada di pulau terdekat. Phu dan Prim setuju.
Wat dan Touch sudah tiba di dermaga dan bertanya pada petugas disana, apa ada kapal lain yang tiba? Petugas menjawab tidak ada. Wat jadi khawatir, dia menyuruh petugas itu untuk memeriksa GPS kapal.
Phu dan Prim tiba di pulau tempat tinggal nelayan.
Boot dan Rita pergi ke hotel Mook Talay untuk mencari Phu dkk. Hal ini karena mereka merasa khawatir karena Prim tidak bisa dihubungi. Beruntungnya, kedatangan mereka bersamaan dengan kepulangan Wat dan Touch. Boot langsung to the point meminta nomor Pong, karena dia mau menanyakan Prim. Rita menjelaskan lebih lanjut kalau Prim biasanya selalu menghubungi mereka dan tidak akan membuat mereka khawatir seperti ini. Karena itu, mereka yakin kalau sesuatu yang buruk pasti telah terjadi pada Prim. Wat dan Touch saling melempar pandangan.
Saat itu, Touch menerima telepon dari nomor tidak di kenal. Touch segera menyingkir untuk menerima telepon, dan yang menelpon ternyata Phu. Dia memberitahu kalau sekarang dia sedang bersama dengan Prim dan berada di rumah nelayan. Dia juga menjelaskan apa yang terjadi. Boot dan Rita yang mendengarkan pembicaraan Touch dan Phu tentu khawatir karena mereka menyebut nama Prim.
Usai telepon, Touch memberitahu mereka semua kalau Phu dan Prim baik-baik saja. Akan tetapi, Phu bilang tidak usah menjemput mereka hari ini karena sepertinya akan ada badai, dan hal itu berbahaya. Boot yang bingung dengan pembicaraan mereka, meminta mereka menjelaskan apa yang sedang terjadi.
Nelayan dan istrinya menyambut kedatangan Phu dan Prim dengan riang. Mereka bahkan meminjamkan baju untuk mereka dan juga menyiapkan banyak makanan untuk mereka. Prim bahkan memuji bahwa masakan istri nelayan sangat enak.
Anak suami istri nelayan itu datang dan pamit untuk pergi bermain bersama teman-temannya sekaligus mengerjakan PR. Prim memperhatikan anak-anak tersebut dan menyadari kalau anak-anak tidak menggunakan sepatu. Prim kemudian mengikuti mereka dan bahkan mengajak mereka untuk mendengarnya bercerita. Phu yang mengikuti dari belakang, diam-diam mendengarkan cerita Prim untuk anak-anak itu.
“Zaman dahulu kala, ada seorang putri yang baik dan cantik bernama No Shoe. Setiap orang tahu bahwa putri itu sangat benci menggunakan sepatu. Hal itu karena dia takut kalau sepatu itu akan menghilangkan kecantikkan kaki-nya. Tetapi, Putri tidak menyadari bahwa ada iblis yang menyamar menjadi sejenis ular. Iblis yang sangat buruk dan jelek, bernama Parasite. Putri No Shoe, tidak takut dengan iblis tersebut, karena dia tinggal di tempat yang sangat besar. Dimana ada banyak pengawal yang akan melindunginya. Putri masih berlari-lari dan bahkan memetik bunga di taman. Dan suatu hari, putri No Shoe merasakan sesuatu menggigit kakinya dan kemudian dia pingsan. Kaki putri dimakan oleh Parasite. Dan itu karena dia tidak menggunakan sepatu. Iblis Parasite sangat suka tinggal di tempat yang gelap dan dia bisa masuk ke dalam tubuh lewat kaki,” cerita Prim.
Anak-anak yang mendengarnya jadi takut, mereka semua segera pulang sambil berteriak kalau mereka mau menggunakan sepatu.
Prim tersenyum karena berhasil membuat anak-anak itu tahu pentingnya menggunakan sepatu. Saat dia berbalik, Prim melihat Phu. Phu mengajaknya berbincang, dia bertanya alasan Prim sangat menyukai sepatu. Prim menjawab kalau itu mungkin karena sepatu adalah hal yang paling sering dia dengar dari ibunya sejak kecil. Dan sepatu jugalah yang mempertemukan ayah dan ibunya.
Phu kemudian bertanya alasan Prim sangat ingin bekerja di P.Paul padahal masih banyak brand sepatu yang lain.
“Aku menyukai P.Paul karena P.Paul juga mencintai orang-orang. P.Paul memberikan kesempatan untuk mereka yang memiliki kemampuan untuk bekerja di tempatnya. Tanpa melihat siapa dan darimana orang tersebut berasal. Selama orang itu mempunyai kemampuan dan memiliki hati untuk membuat sepatu. Itu sudah cukup,” jelas Prim.
“Bagaimana jika kita asumsikan… aku adalah manajemen dari P.Paul. Apa yang akan kau katakan. “
Prim menarik nafas dan mempersiapkan diri, “Aku mungkin bukan orang yang sangat bertalenta, tetapi … tolong percaya bahwa aku adalah orang yang sangat mencintai sepatu dan juga brand-mu. Jika Anda memberiku kesempatan, aku akan membuat hal yang hebat. Dalam rangka untuk meningkatkan industri sepatu. Dan aku juga menggunakan hal itu untuk menginspirasi generasi selanjutnya, jadi mereka tahu bahwa berjalan hingga mencapai mimpi mereka, adalah hal yang sangat bernilai.”
“Aku akan memberikanmu kesempatan,” jawab Phu keceplosan.
Prim jelas heran karena tadi kan mereka hanya berpura-pura mengganggap Phu sebagai manajemen dari P.Paul. Phu segera beralasan kalau maksudnya, dia akan membantu Prim untuk melamar kerja di P.Paul karena dia bisa melihat Prim adalah orang yang dibutuhkan P.Paul. Prim sangat senang mendengarnya dan berterimakasih atas bantuan Phu.
Malam hari,
Kita beralih ke Rita dan Boot. Mereka berdua, menginap di hotel Wat agar besok pagi bisa langsung pergi ke dermaga menjemput Prim. Sebenarnya, Boot enggan untuk menginap di hotel karena mereka bisa saja pulang ke rumah dan subuh baru ke sini lagi. Akan tetapi, Rita tidak mau, dia takut kalau besok subuh mereka tidak menemukan kendaraan umum.
“Tapi, aku tidak mau berhutang budi dengan Khun Wat,” balas Boot.
“Khun Wat tidak akan menganggap hal ini sebagai hutang budi, Boot! Dia melakukan ini untuk wanita yang dia sukai, Prim,” ujar Rita lemas.
Boot jelas heran dan menggoda Rita yang seperti sedang bermain lakorn. Rita langsung panik dan mengingat saat Wat memasangkan kacamatanya yang terjatuh. Rita takut jika Boot sadar kalau dia menyukai Wat, dan karena itu, dia segera pamit keluar untuk mencari sinyal agar bisa menghubungi orang tuanya.
Pong di tempat bos Chana sudah tidak sadarkan diri. Dia terbangun saat Jack, tidak sengaja menumpahkan air ke wajahnya. Dan saat itulah, dia baru teringat dengan Prim dan pergi ke kamar. Tetapi, saat dia ke kamar, Prim tidak ada. Dia berteriak mencari Prim di seluruh rumah boss Chana tetapi Prim tidak ada.
Bos Chana yang mendengar suara Pong berteriak-teriak mencari Prim, keluar dari kamarnya dan memberitahu kalau putra dari pemilik hotel Mook Talay dan teman-temannya datang dan membawa Prim. Dan tadi dia melihat kalau Pong sedang bersenang-senang, sehingga mereka tidak berani mengganggu.
“Aku akan terkena masalah jika Khun Prim melapor ke polisi perihal perbuatanku!” marah Pong.
“Aku rasa kau tidak perlu takut dengan masalah kecil seperti ini.”
“Aku tidak takut. Tapi frustasi~!”
Bos Chana menyakinkan Pong untuk tidak khawatir. Pong tidak akan terkena masalah apapun, dan daripada Pong stress, dia akan memberikan tambahan ‘cemilan’ padanya. Pong senang dan kembali ke kamarnya.
Prim dan Phu tidur di rumah nelayan. Prim tidur di dalam kelambu, sementar Phu tidur di luar. Tetapi, Phu tidak bisa tidur karena banyak nyamuk dan dia terus menepuk-nepuk nyamuk. Prim terbangun karena suara itu dan menegur Phu yang tadi menolak saat dia berikan 2 kelambu. Phu dengan malu menjawab kalau dia pikir nyamuk-nya tidak akan sebanyak ini. Prim berinisiatif untuk pergi meminta tambahan kelambu, tetapi Phu melarang karena itu hanya akan mengganggu pasangan nelayan tersebut. Dia menyuruh Prim untuk tidur karena nyamuk-nya sudah tidak ada.
Prim sudah mau tidur, tetapi dia melihat Phu yang masih terus menepuk-nepuk. Dia jadi tidak tega dan menyuruh Phu untuk masuk ke dalam kelambunya daripada sepanjang malam membunuh nyamuk. Dan hal itu, hanya akan membuatnya tidak bisa tidur juga. Phu sejenak ragu, tetapi karena nyamuk, dia masuk ke dalam kelambu. Dia juga berterimkasih.

Mereka tidur dalam satu kelambu. Dan hal itu membuat jantung mereka berdebar. Ditambah lagi, Phu mengenggam tangan Prim dan meletakkannya di dada-nya. Phu memasang senyum lebar. Dan Prim juga tersenyum. Sepertinya, mereka berdua sudah saling jatuh cinta.

Post a Comment

Previous Post Next Post