Broadcast Network : Tencent
Saat Xiu Xian telah keluar dari
ruangan Pi Pi dan menuju resepsionis, Xiao Ju yang menunggu dikursi tunggu,
datang mendekat. Ia menanyakan tentang kondisi Pi Pi.
“Mari tunggu sedikit lebih lama
dulu,” jawab Xiu Xian.
Xiumei datang kerumah sakit untuk
meminta maaf kepada Pi Pi. Ia menjelaskan kepada Xiao Ju bahwa sebenarnya ia
hanya bermain saja, tapi ia tidak menyangka kalau bisa berakhir menjadi seperti
ini
“Jangan khawatir. Dia tidak akan
menyalahkanmu. Pi Pi selalu seperti itu. Dia tidak pernah menyalahkan
siapapun,” kata Xiao Ju dengan lemah.
Mendengar itu, Xiu Xian meminta maaf
dan berjanji bahwa mereka akan lebih berhati- hati lagi dimasa depan.
“Di masa depan?” tanya Xiao Ju
dengan kesal. “Apa kamu tau? Pi Pi takut pada kalian. Aku yang bilang padanya
untuk santai. Aku yang meyakinkannya,” kata Xiao Ju, menyalahkan dirinya
sendiri.
“Aku kira dia bisa bangun saat
dicium, seperti gadis dalam dongeng. Tapi mengapa ciuman kalian malah membunuh
orang?” tanya Xiao Ju kepada Xiu Xian.
Dan ditanyakan seperti itu, Xiu Xian
memalingkan wajahnya. Karena ia tidak bisa menjawab nya.
Ternyata Fang Jingxue juga datang
kerumah sakit, namun dia datang untuk menemui Kuan Yong. Dan melihat itu dari
jauh, Xiao Ju tampak cemburu.
Fang Jingxue menangis dan lalu dia
menyerahkan sebuah kertas kepada Kuan Yong. Dan tanpa mengatakan apapun, Kuan
Yong menanda tanganin kertas tersebut.
Disaat itu Kuan Yong melirik kearah
Xiao Ju serta Xiu Xian yang sedang menatapnya. Setelah itu ia membiarkan Fang
Jingxue yang sedang sedih menangis didalam pelukannya.
Melihat Fang Jingxue serta Kuan Yong
yang berpelukan. Xiao Ju tampak sangat tidak nyaman. Ia lalu meminta agar Xiu
Xian menemanin nya untuk berbelanja. Dan jelas saja, Xiu Xian menjadi
kebingungan.
“Beli apa?” tanya Xiu Xian.
“Makanan,” jawab Xiao Ju dengan
singkat. Ia lalu berbalik dan berjalan.
“Makanan apa?” tanya Xiu Xia lagi.
Mengikuti.
“Desserts,” teriak Xiao Ju dengan
kesal. Dan itu membuat Xiu Xian menjadi bingung, namun ia tetap mengikuti Xiao
Ju.
He Lan memakai kan lagi kalung
Pearlnya dileher Pi Pi. Lalu pada saat itu, dokter (Dokter Wang) masuk kedalam
ruangan. Dan melihat dia, He Lan langsung berdiri dan meminta maaf akan
kejadian tadi.
“Tidak, tidak. Aku yang seharusya
minta maaf. Jika kamu tidak membuat keputusan cepat, dia tidak mungkin bisa
seperti sekarang,” kata Dokter sambil menahan bahu He Lan agar tidak perlu
berdiri.
Dokter Wang memberitahu kalau mereka
akan mengawasi Pi Pi dalam beberapa jam dan bila Pi Pi tetap baik- baik saja,
maka He Lan bisa membawa Pi Pi pulang.
“Terima kasih,” kata He Lan.
“Tuan, bisakah aku bertanya,
bagaimana kamu bisa membuat keputusan cepat dalam waktu seperti itu? Biasanya,
hanya Dokter berpengalaman yang bisa melakukan itu,” kata Dokter Wang.
“Aku bukan dokter. Tapi aku punya
pengalaman tentang sesuatu yang seperti ini sebelumnya,” jawab He Lan sambil
tetap menatap kepada Pi Pi yang tertidur.
Dokter Wang dengan rendah hati
menanyakan apakah He Lan bisa mengajarinya. Dan apa He Lan mau melihat file
milik pasien lain yang memiliki gejala atau penyakit yang mirip seperti Pi Pi.
Awalnya He Lan menolak, namun saat
Dokter Wang mengatakan kalau ada beberapa pasien yang memiliki gejala atau
penyakit seperti itu. Maka He Lan pun berpikir.
Xiao Ju berdiri didekat meja
resepsionis sambil memakan roti yang dibelinya. Sedangkan tidak jauh dari situ,
Xiu Xian duduk dikursi tunggu, memperhatikan Xiao Ju.
“Ada apa?” tanya Kuan Yong. Datang
mendekat.
“Tidak tau,” jawab Xiu Xian singkat.
Lalu kembali memperhatikan Xiao Ju.
Tepat disaat itu, He Lan serta
Dokter keluar dari dalam ruangan Pi Pi. Dan dengan cepat Xiao Ju langsung
menghadang He Lan.
“Tuan He Lan. Aku tidak mau
menyinggungmu. Tapi aku tidak mau Pi Pi terlibat masalah lagi denganmu,” kata
Xiao Ju dengan tegas, memperingatkan.
“Dia sudah stabil sekarang,” kata
Dokter Wang, memberitahu Xiao Ju.
“Terima kasih, dokter,” balas Xiao
Ju.
“Aku tidak akan membiarkan sesuatu
terjadi padanya,” tegas He Lan. Lalu pergi bersama dengan dokter.
Ketika mendengar Kuan Yong yang mau
membicarakan tentang Fang Jingxue, maka dengan cepat Xiao Ju duduk dikursi
tunggu didekat mereka. Ingin mendengarkan. Namun Kuan Yong serta Xiu Xian
langsung diam.
“Lanjutkanlah. Jangan melihatku,”
kata Xiao Ju kepada mereka berdua.
“Ayo pergi ketempat lain,” ajak Kuan
Yong kepada Xiu Xian.
“Apa yang kamu sembunyikan dariku?”
tanya Xiao Ju dengan suara keras.
“Nona Xin, lebih baik bila kamu
tidak terlibat,” jelas Kuan Yong.
Mendengar itu, Xiao Ju menjadi
kesal. Dengan kasar, ia memakan roti miliknya. Dan Xiu Xian yang melihat itu,
jadi merasa heran.
Didalam ruangan dokter. He Lan
menggunakan stetoskop yang berada diatas meja. Ia memakai itu dan mendengarkan
suara jantungnya sendiri. Sedangkan Dokter Wang yang sedang sibuk membongkar
file, tidak memperhatikan itu.
Saat Dokter Wang telah selesai
mencari, He Lan segera melepaskan stetoskop yang dipakainya dan meletakannya
kembali diatas meja.
Dokter Wang menunjukan file pasien,
seperti yang dijelaskannya tadi. Dan melihat banyak nya file itu, He Lan agak
merasa tidak enak untuk melihatnya. Namun Dokter Wang tidak mempermasalahkan
itu dan mengizinkan He Lan untuk melihatnya.
He Lan lalu melihat file yang
diberikan padanya. Dan Dokter Wang menjelaskan, “Orang ini memiliki gejala yang
sama. Tapi semua langkah penyelamatan gagal.”
He Lan terdiam dan berpikir ketika
mendengar itu. Ia memperhatikan dengan serius file tersebut. Dan berpikir.
Xiu Xian mendekati Xiao Ju yang berada
dilorong rumah sakit, dekat pintu darurat. Disana ia merasa heran, ketika
melihat Xiao Ju yang sibuk berjalan bolak- balik dengan nafas yang tersenggal-
senggal, karena capek.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Xiu
Xian.
“Bekerja,” jawab Xiao Ju dengan singkat.
“Bekerja? Aku ingin memberitahu mu
sesuatu diperjamuan tadi,” kata Xiu Xian, mengajak Xiao Ju berbicara. Namun
Xiao Ju tidak membalas dan menaiki tangga keatas.
Dikantor. Dengan bersemangat Wang
Xuan memberitahu kepada Qing Tan tentang apa yang ditemukannya. Yaitu He Lan
serta Qian Hua bukanlah manusia dan mereka berasal dari planet lain serta hal
lainnya.
Namun mendengar itu, Qing Tan tampak
tidak percaya. Dan walaupun Wang Xuan menunjukan foto yang didapatnya, Qing Tan
tetap tidak percaya.
“Wang Xuan. Kamu sudah bekerja
sangat keras. Aku juga tau kamu pasti sangat stress sejak Pi Pi pergi. Tapi
kamu harus belajar untuk memisahkan pekerjaan dan kehidupan pribadimu,” jelas
Qing Tan.
Wang Xuan tidak terima dan mau
menunjukan bukti lainnya. Namun tanpa mau mendengarka lagi, Qing Tan menyuruh
Wang Xuan untuk mengambil off besok dan beristirahat.
“Itu benar,” kata Wang Xuan, pelan
sambil memperhatikan cek dari Qi Lin.
Dikosan. Para anggota yang sedang
membuat dumpling bersama mengajak Tian Xin untuk bergabung. Jadi Tian Xin pun
bergabung dengan mereka. Disana dia dikenalkan dengan semua anggota kosan.
Ketika ditanya- tanya. Tian Xin
menjawab kalau ia datang kesini bukan untuk sekolah, namun untuk menemanin
pacarnya. Dan seorang dari mereka ternyata mengenali Tao Jia Lin, karena mereka
satu sekolah.
“Nilainya bagus. Aku dengar dia
dapat surat rekomendasi dari Prof. Liao. Mungkin kalian semua tidak tau… tapi
Prof. Liao tidak pernah menuliskan itu untuk siapapun. Jadi pacarnya pasti
sangat bagus. Tidak buruk!” jelas orang tersebut.
Mendengar pacarnya dipuji oleh
mereka, maka Tian Xin pun tersenyum.
Seseorang dari mereka lalu
menanyakan berapa lama Tian Xin sudah menjalin hubungan. Dan Tian Xin menjawab
bahwa ia dan Jia Lin sudah lama saling mengenal.
“Begitu manis ya. Kamu datang kesini
untuknya. Pacar kami saja tidak ikut dengan kami,” kata seorang dari mereka
pada Tian Xin.
“Aku tidak disini untuknya. Aku cuma
membantunya mendaftarkan diri. Aku akan segera kembali,” balas Tian Xin.
“Apa kamu akan kesini lagi setelah
kau kembali ke China?”
“Aku pikir, aku akan kembali,” jawab
Tian Xin.
“Jadi kamu disini untuknya, ya,”
kata seorang dari antara mereka. Dan mendengar itu beberapa orang yang mengerti
bahasa Chinesse mulai tertawa, kecuali Tian Xin.
“Kami hanya berpikir, dia datang
kesini untuk pacarnya dan menyerah akan segalanya yang ada di China,” kata
gadis yang berdiri disamping Tian Xin menggunakan bahasa English kepada mereka
yang tidak mengerti bahasa Chinesse.
Tian Xin tampak tidak nyaman dengan
pembicaraan mereka tentang dirinya. Apalagi ketika mereka tampak seperti
mengetawai dan mengejeknya.
“Sebenarnya, aku sudah memiliki
gelar master. Aku lulus dari universitas yang sama. Aku belajar marketing,”
kata Tian Xin menjelaskan tentang dirinya sendiri.
“Oh, jadi kamu belajar bisnis? Kamu
tau, kamu punya kesempatan lebih di China. Tapi memang sulit untuk menemukan
pekerjaan di China sekarang.”
“Memang tidak mudah. Tapi aku sudah
mendapat tawaran dari Ogilvy.”
“Woahh.. Ogilvy. Kemudian mengapa
kamu datang kesini? Itu pengorbanan yang sangat besar,” komentar gadis
disebelah Tian Xin lagi. Dan kali ini Tian Xin diam, tidak bisa menjawab.
Qian Hua mencoba bergabung lagi
dengan grup yang dilihatnya, namun lagi- lagi dia diabaikan. Namun dengan
bantuan dari Qi Lin, ia akhinya bisa berbaur dengan mereka.
“Perkenalkan semuanya. Ini istriku.
Dia calonku. Qian Hua berasal dari keluarga Tushan,” kata Qi Lin memperkenalkan
Qian Hua sambil memegangin bahu Qian Hua dihapadan para orang rubah yang ada
disana.
“Senang berkenalan, semuanya. Aku
tinggal diselatan selama ini. Tapi aku kembali ke keluarga besar yang disini.
Aku harap kalian menjagaku,” sapa Qian Hua kepada mereka semua.
Saat mereka menanyakan tentang
bagaimana dirinya dan Qi Lin bisa bertemu. Maka Qian Hua pun menceritakan nya
pada mereka.
“Dulu. Aku dikejar oleh manusia dan
terluka oleh karena realgar. Dan Tuan Imam menyelamatkanku. Aku jatuh cinta
padanya disaat itu,” kata Qian Hua menceritakan tentang pertemuan pertamanya
dengan He Lan.
“Itu tidak seperti yang kami dengar.
Mereka bilang putri dari keluarga Tushan jatuh cinta pada seseorang dari
selatan. Seseorang yang perasaannya tidak pernah berubah pada manusia. Jadi apa
Imam kiri kamu adalah rencana candanganmu?”
Mendengar perkataan tidak bersahabat
dari mereka. Dengan tenang, Qian Hua mengatakan bahwa benar ia menyukai He Lan.
Namun He Lan tidak mencintainya. Jadi ia mencintai secara diam- diam.
“Namun ketika aku bertemu Zhao Song.
Aku akhirnya sadar, menyukai seseorang bukan hanya keputusanku. Cinta adalah
antara dua orang,” jelas Qian Hua sambil menyodok bola bliar.
Mereka bertanya lagi. Bagaimana bisa
Qi Lin tergoda oleh Qian Hua. Namun Qi Lin hanya diam, tidak menjawab. Dan Qian
Hua pun memberikan kode agar Qi Lin menjawab sambil memberikan tongkat
bliarnya.
“Bagaimana? Aku hanya tidak bisa
meninggalkannya sendirian. Aku tau dia tidak menyukai ku dulu, karena aku
selalu hadir diwaktu yang salah, ditempat yang salah. Perkataanku tidak di
dengarkan. Aku ceroboh,” kata Qi Lin sambil menyodok bola bliar.
“Aku tidak tau bagaimana menjadi Woo pada siapapun. Aku hanya tau aku
menyukainya. Ketika aku merindukannya. Aku perlu melihatnya. Aku tidak ingin
melihat dia melakukan pengorbanan. Aku tidak ingin dia berpura- pura kuat di
depan orang lain. Itu begitu melelahkan. Itu membuat hatiku sakit,” kata Qi Lin
dengan lembut sambil menatap Qian Hua.
Dan tampaknya Qian Hua sedikit
terharu ketika mendengarkan itu. Ia berdiri disana, terdiam, tidak mengikuti Qi
Lin dan yang lainnya, ketika mereka pergi untuk minum.
Tags:
Moonshine and Valentine
lanjut terusss mbak
ReplyDelete