Broadcast Network : Tencent
Ditengah jembatan. Hujan turun
dengan derasnya, dihari yang cerah. Dan disana Qian Hua berdiri sambil
dipayungin oleh seorang pelayannya.
“Dalam Fox Clan, dikatakan kalau
hujan turun dihari yang cerah, itu berarti tanda keberuntungan. Tapi aku kira
itu tidak begitu akurat,” kata Qian Hua dengan pandangan sedih.
“Nona Muda, mari kita pulang,” ajak
si pelayan.
“Kembali? Kemana?” tanya Qian Hua,
lemah.
“Ke Tushan,” jawab si pelayan.
Qian Hua menolak untuk pulang,
karena ia masih ingin mencari He Lan. Namun dengan tegas si pelayan
mengingatkan Qian Hua, yaitu tidak peduli seberapa besar cinta Qian Hua pada He
Lan, tapi Qian Hua tidak seharus nya seperti itu.
“Dia membutuhkanku. He Lan Jin Ting
membutuhkan Tushan. Kembalilah ke Tushan. Kamu tidak perlu mengikutiku,” jelas
Qian Hua.
“Terus apa yang harus kukatakan pada
Tuan?”
“Beritahu dia kalau ini adalah
keputusanku sendiri,” balas Qian Hua. Lalu berjalan pergi. Dan si pelayan hanya
diam di tempat, tidak mengikuti.
Dari jauh, dibelakang pohon besar,
Qi Lin melihat itu semua. Ia tampak sedih.
Xiumei datang mengunjungin Pi Pi
dirumah sakit. Ia datang untuk meminta maaf kepada Pi Pi, karena telah membuat
Pi Pi masuk ke dalam bahaya.
“Tidak apa. Tuan He Lan sudah
menjelaskannya kepadaku,” kata Pi Pi, memaafkan.
“Sebenarnya, aku punya motif egois.
Apa kamu tau kalau Tuan He La tidak pernah membawa seorang wanita ke sana? Aku
hanya terlalu bersemangat dan benar- benar ingin….” kata Xiumei.
Tepat disaat Xiumei sedang
membicarakan tentang He Lan. He Lan masuk kedalam ruangan Pi Pi dan ikut
mendengarkan itu dari belakang. Dan ketika Xiumei makin jauh berbicara, maka
dengan sengaja He Lan berdehem untuk menyadarkannya.
Setelah itu dengan canggung, Xiumei
pun langsung pamit dan pergi dari sana.
Pi Pi berterima kasih kepada He Lan
serta meminta maaf, karena telah membuat He Lan harus membayarkan tagihan rumah
sakitnya. Lalu setelah itu Pi Pi berkata bahwa ia akan pulang kerumah, karena ia
belum ada menghubungin orang tuannya dan ia takut itu membuat mereka khawatir.
“Aku pikir kamu tidak bisa pulang
dulu,” kata He Lan. Dan membuat Pi Pi menjadi bingung. Jadi He Lan
menjelaskan,” Karena ciuman itu tabu dan berbahaya untukmu. Aura ku tidak bisa
melindungin kamu, jika kamu terlalu jauh dariku. Dan itu bisa menyebabkan hal
yang serius dan rumit.”
“Apa yang rumit?” tanya Pi Pi, tidak
mengerti.
“Rambutmu akan rontok dan kulitmu
akan mengkedut. Aku pikir kamu harus tinggal ditempatku selama beberapa hari,”
jelas He Lan.
Dan mendengar itu, tanpa menjawab,
Pi Pi langsung keluar dari kamar. Mengabaikan perkataan He Lan yang aneh
tersebut.
Saat Pi Pi keluar dari kamar. Xiao
Ju langsung mendekat dan menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Namun Pi Pi
menolak, karena Xiao Ju pasti juga capek dan harus pulang.
He Lan dengan buru- buru keluar dari
kamar juga. Ia menahan tangan Pi Pi yang mau pergi, lalu menawarkan diri untuk
mengantarkan Pi Pi. Namun Pi Pi menolak juga, karena sebentar lagi akan pagi.
Dan saat pagi He Lan kan tidak bisa melihat.
“Tidak apa. Aku yang akan menyetir,”
kata Kuan Yong. Lalu pergi untuk mengambil mobil. Jadi Pi Pi pun menerima
tawaran He Lan.
Xiu Xian menawarkan diri untuk
mengantarkan Xiao Ju pulang. Namun Xiao Ju tidak mau. Dan lalu Xiu Xian
mengatakan bahwa Xiao Ju tidak perlu salah paham terhadap Kuan Yong.
“Kuan Yong bukan urusanku,” kata
Xiao Ju dengan cuek.
“Fang Jinxue menyukai Kuan Yong tapi
Kuan Yong tidak pernah membalas perasaannya. Aku percaya kamu salah paham
tentang apa yang terjadi antara mereka,” jelas Xiu Xian.
“Aku tidak salah paham,” balas Xiao
Ju, singkat.
“Aku takut kamu akan salah paham.”
“Salah paham apa?”
“Baiklah. Kalau begitu aku pergi.
Selamat malam.”
“Aneh,” kata Xiao Ju pelan, mengatai
Xiu Xian yang telah pergi.
Setelah selesai bicara dengan Bo Zhong.
Qian Hua masih kebingungan tentang maksud Bo Zhong berpura- pura menjadi orang
bisu. Dan Qi Lin menjawab kalau ia menduga mungkin saja Bo Zhong seperti itu,
karena sedang menunggu sebuah kesempatan.
“Melakukan apa?” tanya Qian Hua.
“Kesempatan untuk menghentikan He
Lan Jing Ting menjadi penerus,” balas Qi Lin.
“Jadi itu mengapa kamu
menginginkanku kesini? Jika He Lan Jing Ting tidak bisa menjadi penerus, maka
kamu akan maju, kan?” balas Qian Hua, menuduh.
Mendengar itu Qi Lin tersenyum,”Jadi
kamu kira aku merencanakan semua ini?”
“Itu tidak penting. Yang penting
adalah bagaimana aku bisa bertemu dengan Putri Zhao Yan.”
Pembicaraan antara Qian Hua, Qi Lin,
serta Bo Zhong sebelumnya.
“Putri Zhao Yan telah tinggal di pengasingan
selama bertahun- tahun. Dan tidak mau menemui orang luar,” jelas Bo Zhong.
“Bisakah kamu tolong sampaikan pesan
ini, aku ingin meminta bimbingan darinya tentang cermin Bunga Emas dan rincian
upacara pengambilan hati,” kata Qian Hua, meminta dengan sopan.
“Putri Zhao Yan membuat sebuah
keputusan ribuan tahun yang lalu yang menyebabkan konfik antara Fox Clan utara
dan selatan saat ini. Dia telah dihantui oleh rasa bersalah dan dia berharap
agar konflik ini bisa segera terselesaikan.
Sehingga dia mau menebus kesalahannya,” jelas Bo Zhong.
“Sejak kamu sudah disini, tidak
perlu bertele- tele,” balas Qian Hua.
“Kamu pasti sangat pintar. Dia akan
tampil dalam acara publik, dalam acara besar Fox Clan. Yaitu acara kenaikan
tahta atau pernikahan seorang Imam,” kata Bo Zhong.
Setelah sampai didepan rumah, Pi Pi
berterima kasih dan mengatakan agar He Lan juga pulang untuk beristirahat.
Namun He Lan tidak mau, karena ia ingin menyapa kedua orang tua Pi Pi terlebih
dahulu.
“Tidak perlu. Tidak perlu,” tahan Pi
Pi.
Karena hari mulai terang. He Lan pun
jadi tidak bisa melihat lagi. Ia terpaksa harus menggunakan kacamatanya. Dan
melihat itu, Pi Pi memintanya untuk pulang saja. Namun He Lan malah kepingin
masuk kedalam rumah Pi Pi.
Pi Pi menhalangin He Lan dan
menuntunnya untuk kembali ke mobil. Tapi tepat disaat itu, Ibu dan Ayahnya
keluar dari dalam rumah.
“Pi Pi? kemana kamu sepanjang malam?
Aku tidak bisa menghubungin nomormu. Kami begitu khawatir,” kata Ibu.
“Benar,” tambah Ayah.
Pi Pi beralasan bahwa hpnya habis
baterai. Dan lalu karena Ayah menanyakan siapa He Lan, maka He Lan pun langsung
memperkenalkan dirinya sendiri kepada kedua orang tua Pi Pi.
“He Lan Jin Ting? Kenapa aku tidak pernah dengar
sebelumnya ya?” tanya Ibu, heran.
“Bibi, Pi Pi dan aku baru bertemu,” jawab He Lan.
“Jadi kemana kalian berdua kemarin
malam?” kata Ibu bertanya lagi.
“Mm… tuan He Lan dan aku pergi ke
pesta cocktail,” jawab Pi Pi.
Mendengar tentang pesta cocktail,
Ibu menjadi bersemangat sekali. Karena itu kan termaksud pesta untuk orang-
orang yang kaya. Lalu tanpa berbasa- basi lagi, Ibu segera mengajak He Lan
untuk masuk kedalam rumah.
Ibu dengan bersemangat segera
menarik tangan Pi Pi untuk masuk kedalam rumah. Dan ia langsung menanyakan
kepada Pi Pi, apa pekerjaan He Lan. Dan dengan agak ragu, Pi Pi menjawab kalau
He Lan adalah seorang pengumpul.
Ayah Pi Pi ikut masuk kedalam rumah,
diikuti oleh He Lan yang berjalan dibelakangnya. Namun karena tidak bisa
melihat, maka tanpa sengaja He Lan pun menabrak tembok rumah. Dan melihat itu,
Ibu pun menyuruh agar He Lan melepaskan saja kacamata hitamnya itu.
“Bibi, aku tidak bisa melihat,” kata
He Lan dengan jujur.
Ibu mulai kembali cerewet saat tau
kalau He Lan tidak bisa melihat. Ia menanyakan dengan nada kecil kepada Pi Pi,
apakah He Lan itu seorang tukang urut buta.
Sedangkan Ayah lebih baik. Ia
menawarkan air itu He Lan, namun He Lan dengan rendah diri menolak untuk
merepotkan.
“Dia kan sudah bilang tidak,” kata
Ibu dengan kesal kepada Ayah, mendengar pembicaraan mereka berdua.
Karena sifat Ibunya yang mulai
tampak tidak suka dengan He Lan, maka Pi Pi dengan segera mendekati He Lan dan
menawarkan diri untuk mengantarkan He Lan keluar.
“Kamu harus keluar dari jalan ini
untuk memanggil taksi,” kata Ayah dengan ramah, memberikan saran kepada He Lan.
“Tidak apa. Aku punya mobil yang
menunggu diluar,” balas He Lan.
Mendengar kalau He Lan mempunyai
mobil, maka Ibu kembali bersemangat. Ia mendekati He Lan dan menanyakan untuk
memastikan He Lan benar punya mobil. Lalu ia menanyakan juga dimana He Lan
tinggal.
“Aku tinggal dijalan Xianting. Tidak
jauh dari sini. Aku pamit dulu ya, paman, bibi,” jelas He Lan dengan sopan.
“Jalan Xianting? Yang bertetanggaan
dengan semua villa besar itu?” tanya Ibu dengan sangat ramah. Bahkan ia
menawarkan He Lan untuk tidak pergi dulu dan makan buah bersama.
Tanpa mendengarkan jawaban He Lan,
Ibu langsung masuk kedalam rumah untuk mengambil rumah. Dan melihat itu, Pi Pi
pun ikut masuk kedalam rumah untuk menghentikan Ibunya.
“Ma, dia tidak makan buah. Ma!” kata
Pi Pi, memberitahu.
“Anak muda, apa kamu merokok?” tanya
Ayah dengan canggung, karena hanya tinggal dia bersama dengan He Lan berdua
saja.
“Aku tidak merokok paman,” jawab He
Lan.
“Oo… itu bagus,” balas Ayah. Lalu
suasana kembali canggung, sehingga Ayah pun memutuskan untuk masuk juga kedalam
rumah.
Saat kedua orang tuanya berada
didapur. Pi Pi dengan segera mengajak He Lan untuk keluar dan pergi.
“Aku harus pamit dulu kepada Paman
dan Bibi,” kata He Lan, menolak ajakan Pi Pi.
“Jika kamu melakukan itu, kamu tidak
akan bisa pergi. Cepatlah,” ajak Pi Pi sambil mendorong He Lan untuk segera
pergi.
Selesai mandi, Pi Pi memandangin
rambutnya sendiri di cermin. Dan saat ia melihat keadaan rambutnya yang baik-
baik saja. Pi Pi menyebut He Lan berbohong. Dan setelah itu ia pun berbaring
dan tidur.
Jia Lin sudah pulang dari kampus.
Dan ketika ia melihat Tian Xin yang duduk menunggunya dimeja makan, maka ia pun
duduk menemani. Lalu Jia Lin pun mencoba dumpling buatan Tian Xin dan memuji
Tian Xin.
“Kelihatannya biasa, tapi mereka
sangat enak,” puji Jia Lin.
Tian Xin mulai ikut makan juga.
Namun saat baru makan beberapa gigitan saja, Tian Xin langsung jadi tidak
berselera untuk makan. Karena Jia Lin memintanya untuk membuat stok makanan
saat mereka kembali lagi kesini, seperti sayur, mie instant, pasta kacang, dsb.
Tampaknya Tian Xin tidak senang,
karena Jia Lin menyebutkan pasta kacang. Karena itu mengingatkannya kepada Pi
Pi yang pernah membuatkan itu untuk ulang tahun Jia Lin.
Tian Xin dengan kesal masuk kedalam
kamar dan membanting pintu kamar. Dan orang dari kamar sebelah pun marah, tapi
dengan segera Jia Lin meminta maaf kepada mereka. Lalu setelah itu dia masuk
kedalam kamar.
“Apa yang salah?” tanya Jia Lin.
“Pergilah kepada Pi Pi, jika kamu
mau pasta kacang,” balas Tian Xin dengan ketus.
“Ada apa denganmu?” tanya Jia Lin
kebingungan. Ia duduk, dibelakang Tian Xin.
“Kamu ada menghubungin Pi Pi, kan?”
“Tidak,” jawab Jia Lin.
“Dia mengirimmu pesan ketika kamu
ada di bandara. Bukankah kamu menelponnya?”
“Dia mengucapkan hati- hati. Sebuah
pesan yang sopan,” jawab Jia Lin lagi.
“Dan beberapa hari yang lalu? Kamu
diam- diam menelponnya ditengah malam. Apa yang kalian berdua bicarakan?” tanya
Tian Xin dengan kesal. Sambil memandang Jia Lin dengan tajam.
Jia Lin menghela nafas dan
menjelaskan,”Aku hanya mau meminta maaf kepadanya. Bukankah kamu berpikir kalau
kita harus meminta maaf?”
“Lalu aku? Aku bahkan mengabaikan
tawaran kerjaku untukmu. Aku kehilangan teman baikku. Apa kamu ada meminta maaf
padaku?”
“Kamu beda,” balas Jia Lin.
“Tao Jia Lin, kita hanya disini
beberapa hari. Tapi aku merasa begitu tidak nyaman dan kesepian. Bagaimana bisa
aku mempercayaimu dan bersama denganmu? Bagaimana jika kamu bertemu dengan
seseorang yang lebih baik daripada aku? Bagaimana jika kamu sadar bila kita
tidak cocok?” tanya Tian Xin dengan nada terluka dan marah.
Jia Lin menghela nafas, seperti
mengejek atau tertawa,“Pasta kacang? Konyol.”
Sebelum Jia Lin keluar dari kamar.
Tian Xin dengan tegas mengatakan,”Aku tidak mau menjadi Pi Pi yang
selanjutnya!”
Dan tanpa memperdulikan itu. Jia Lin
tetap keluar dari kamar. Meninggalkan Tian Xin yang tampak sedih.
He Lan meminta agar Kuan Yong
memakirkan mobil didekat rumah Pi Pi. Dan Kuan Yong melakukannya, namun karena
takut kedua orang tua Pi Pi akan curiga, maka Kuan Yong menyarankan agar mereka
pulang saja dulu. Dan kalau nanti memang terjadi sesuatu, Pi Pi yang akan
datang sendiri.
Dan He Lan akhirnya pun setuju.
Tags:
Moonshine and Valentine
Mksh kk
ReplyDeletefighting
ditunggu kelanjutannya min^^
ReplyDelete