Sinopsis C-Drama : MoonShine and Valentine Episode 14 - part 1



Broadcast Network        Tencent




Ditengah jembatan. Hujan turun dengan derasnya, dihari yang cerah. Dan disana Qian Hua berdiri sambil dipayungin oleh seorang pelayannya.

“Dalam Fox Clan, dikatakan kalau hujan turun dihari yang cerah, itu berarti tanda keberuntungan. Tapi aku kira itu tidak begitu akurat,” kata Qian Hua dengan pandangan sedih.


“Nona Muda, mari kita pulang,” ajak si pelayan.

“Kembali? Kemana?” tanya Qian Hua, lemah.

“Ke Tushan,” jawab si pelayan.

Qian Hua menolak untuk pulang, karena ia masih ingin mencari He Lan. Namun dengan tegas si pelayan mengingatkan Qian Hua, yaitu tidak peduli seberapa besar cinta Qian Hua pada He Lan, tapi Qian Hua tidak seharus nya seperti itu.



“Dia membutuhkanku. He Lan Jin Ting membutuhkan Tushan. Kembalilah ke Tushan. Kamu tidak perlu mengikutiku,” jelas Qian Hua.

“Terus apa yang harus kukatakan pada Tuan?”

“Beritahu dia kalau ini adalah keputusanku sendiri,” balas Qian Hua. Lalu berjalan pergi. Dan si pelayan hanya diam di tempat, tidak mengikuti.

Dari jauh, dibelakang pohon besar, Qi Lin melihat itu semua. Ia tampak sedih.



Xiumei datang mengunjungin Pi Pi dirumah sakit. Ia datang untuk meminta maaf kepada Pi Pi, karena telah membuat Pi Pi masuk ke dalam bahaya.

“Tidak apa. Tuan He Lan sudah menjelaskannya kepadaku,” kata Pi Pi, memaafkan.

“Sebenarnya, aku punya motif egois. Apa kamu tau kalau Tuan He La tidak pernah membawa seorang wanita ke sana? Aku hanya terlalu bersemangat dan benar- benar ingin….” kata Xiumei.


Tepat disaat Xiumei sedang membicarakan tentang He Lan. He Lan masuk kedalam ruangan Pi Pi dan ikut mendengarkan itu dari belakang. Dan ketika Xiumei makin jauh berbicara, maka dengan sengaja He Lan berdehem untuk menyadarkannya.

Setelah itu dengan canggung, Xiumei pun langsung pamit dan pergi dari sana.



Pi Pi berterima kasih kepada He Lan serta meminta maaf, karena telah membuat He Lan harus membayarkan tagihan rumah sakitnya. Lalu setelah itu Pi Pi berkata bahwa ia akan pulang kerumah, karena ia belum ada menghubungin orang tuannya dan ia takut itu membuat mereka khawatir.



“Aku pikir kamu tidak bisa pulang dulu,” kata He Lan. Dan membuat Pi Pi menjadi bingung. Jadi He Lan menjelaskan,” Karena ciuman itu tabu dan berbahaya untukmu. Aura ku tidak bisa melindungin kamu, jika kamu terlalu jauh dariku. Dan itu bisa menyebabkan hal yang serius dan rumit.”

“Apa yang rumit?” tanya Pi Pi, tidak mengerti.

“Rambutmu akan rontok dan kulitmu akan mengkedut. Aku pikir kamu harus tinggal ditempatku selama beberapa hari,” jelas He Lan.

Dan mendengar itu, tanpa menjawab, Pi Pi langsung keluar dari kamar. Mengabaikan perkataan He Lan yang aneh tersebut.



Saat Pi Pi keluar dari kamar. Xiao Ju langsung mendekat dan menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Namun Pi Pi menolak, karena Xiao Ju pasti juga capek dan harus pulang.

He Lan dengan buru- buru keluar dari kamar juga. Ia menahan tangan Pi Pi yang mau pergi, lalu menawarkan diri untuk mengantarkan Pi Pi. Namun Pi Pi menolak juga, karena sebentar lagi akan pagi. Dan saat pagi He Lan kan tidak bisa melihat.

“Tidak apa. Aku yang akan menyetir,” kata Kuan Yong. Lalu pergi untuk mengambil mobil. Jadi Pi Pi pun menerima tawaran He Lan.


Xiu Xian menawarkan diri untuk mengantarkan Xiao Ju pulang. Namun Xiao Ju tidak mau. Dan lalu Xiu Xian mengatakan bahwa Xiao Ju tidak perlu salah paham terhadap Kuan Yong.

“Kuan Yong bukan urusanku,” kata Xiao Ju dengan cuek.


“Fang Jinxue menyukai Kuan Yong tapi Kuan Yong tidak pernah membalas perasaannya. Aku percaya kamu salah paham tentang apa yang terjadi antara mereka,” jelas Xiu Xian.

“Aku tidak salah paham,” balas Xiao Ju, singkat.

“Aku takut kamu akan salah paham.”

“Salah paham apa?”

“Baiklah. Kalau begitu aku pergi. Selamat malam.”

“Aneh,” kata Xiao Ju pelan, mengatai Xiu Xian yang telah pergi.



Setelah selesai bicara dengan Bo Zhong. Qian Hua masih kebingungan tentang maksud Bo Zhong berpura- pura menjadi orang bisu. Dan Qi Lin menjawab kalau ia menduga mungkin saja Bo Zhong seperti itu, karena sedang menunggu sebuah kesempatan.

“Melakukan apa?” tanya Qian Hua.

“Kesempatan untuk menghentikan He Lan Jing Ting menjadi penerus,” balas Qi Lin.



“Jadi itu mengapa kamu menginginkanku kesini? Jika He Lan Jing Ting tidak bisa menjadi penerus, maka kamu akan maju, kan?” balas Qian Hua, menuduh.

Mendengar itu Qi Lin tersenyum,”Jadi kamu kira aku merencanakan semua ini?”

“Itu tidak penting. Yang penting adalah bagaimana aku bisa bertemu dengan Putri Zhao Yan.”


Pembicaraan antara Qian Hua, Qi Lin, serta Bo Zhong sebelumnya.

“Putri Zhao Yan telah tinggal di pengasingan selama bertahun- tahun. Dan tidak mau menemui orang luar,” jelas Bo Zhong.

“Bisakah kamu tolong sampaikan pesan ini, aku ingin meminta bimbingan darinya tentang cermin Bunga Emas dan rincian upacara pengambilan hati,” kata Qian Hua, meminta dengan sopan.


“Putri Zhao Yan membuat sebuah keputusan ribuan tahun yang lalu yang menyebabkan konfik antara Fox Clan utara dan selatan saat ini. Dia telah dihantui oleh rasa bersalah dan dia berharap agar konflik ini bisa segera terselesaikan.  Sehingga dia mau menebus kesalahannya,” jelas Bo Zhong.

“Sejak kamu sudah disini, tidak perlu bertele- tele,” balas Qian Hua.


“Kamu pasti sangat pintar. Dia akan tampil dalam acara publik, dalam acara besar Fox Clan. Yaitu acara kenaikan tahta atau pernikahan seorang Imam,” kata Bo Zhong.



Setelah sampai didepan rumah, Pi Pi berterima kasih dan mengatakan agar He Lan juga pulang untuk beristirahat. Namun He Lan tidak mau, karena ia ingin menyapa kedua orang tua Pi Pi terlebih dahulu.

“Tidak perlu. Tidak perlu,” tahan Pi Pi.



Karena hari mulai terang. He Lan pun jadi tidak bisa melihat lagi. Ia terpaksa harus menggunakan kacamatanya. Dan melihat itu, Pi Pi memintanya untuk pulang saja. Namun He Lan malah kepingin masuk kedalam rumah Pi Pi.

Pi Pi menhalangin He Lan dan menuntunnya untuk kembali ke mobil. Tapi tepat disaat itu, Ibu dan Ayahnya keluar dari dalam rumah.

“Pi Pi? kemana kamu sepanjang malam? Aku tidak bisa menghubungin nomormu. Kami begitu khawatir,” kata Ibu.

“Benar,” tambah Ayah.



Pi Pi beralasan bahwa hpnya habis baterai. Dan lalu karena Ayah menanyakan siapa He Lan, maka He Lan pun langsung memperkenalkan dirinya sendiri kepada kedua orang tua Pi Pi.

“He Lan Jin  Ting? Kenapa aku tidak pernah dengar sebelumnya ya?” tanya Ibu, heran.

“Bibi, Pi Pi  dan aku baru bertemu,” jawab He Lan.

“Jadi kemana kalian berdua kemarin malam?” kata Ibu bertanya lagi.

“Mm… tuan He Lan dan aku pergi ke pesta cocktail,” jawab Pi Pi.


Mendengar tentang pesta cocktail, Ibu menjadi bersemangat sekali. Karena itu kan termaksud pesta untuk orang- orang yang kaya. Lalu tanpa berbasa- basi lagi, Ibu segera mengajak He Lan untuk masuk kedalam rumah.

Ibu dengan bersemangat segera menarik tangan Pi Pi untuk masuk kedalam rumah. Dan ia langsung menanyakan kepada Pi Pi, apa pekerjaan He Lan. Dan dengan agak ragu, Pi Pi menjawab kalau He Lan adalah seorang pengumpul.



Ayah Pi Pi ikut masuk kedalam rumah, diikuti oleh He Lan yang berjalan dibelakangnya. Namun karena tidak bisa melihat, maka tanpa sengaja He Lan pun menabrak tembok rumah. Dan melihat itu, Ibu pun menyuruh agar He Lan melepaskan saja kacamata hitamnya itu.

“Bibi, aku tidak bisa melihat,” kata He Lan dengan jujur.


Ibu mulai kembali cerewet saat tau kalau He Lan tidak bisa melihat. Ia menanyakan dengan nada kecil kepada Pi Pi, apakah He Lan itu seorang tukang urut buta.

Sedangkan Ayah lebih baik. Ia menawarkan air itu He Lan, namun He Lan dengan rendah diri menolak untuk merepotkan.

“Dia kan sudah bilang tidak,” kata Ibu dengan kesal kepada Ayah, mendengar pembicaraan mereka berdua.


Karena sifat Ibunya yang mulai tampak tidak suka dengan He Lan, maka Pi Pi dengan segera mendekati He Lan dan menawarkan diri untuk mengantarkan He Lan keluar.

“Kamu harus keluar dari jalan ini untuk memanggil taksi,” kata Ayah dengan ramah, memberikan saran kepada He Lan.

“Tidak apa. Aku punya mobil yang menunggu diluar,” balas He Lan.



Mendengar kalau He Lan mempunyai mobil, maka Ibu kembali bersemangat. Ia mendekati He Lan dan menanyakan untuk memastikan He Lan benar punya mobil. Lalu ia menanyakan juga dimana He Lan tinggal.

“Aku tinggal dijalan Xianting. Tidak jauh dari sini. Aku pamit dulu ya, paman, bibi,” jelas He Lan dengan sopan.

“Jalan Xianting? Yang bertetanggaan dengan semua villa besar itu?” tanya Ibu dengan sangat ramah. Bahkan ia menawarkan He Lan untuk tidak pergi dulu dan makan buah bersama.


Tanpa mendengarkan jawaban He Lan, Ibu langsung masuk kedalam rumah untuk mengambil rumah. Dan melihat itu, Pi Pi pun ikut masuk kedalam rumah untuk menghentikan Ibunya.

“Ma, dia tidak makan buah. Ma!” kata Pi Pi, memberitahu.

“Anak muda, apa kamu merokok?” tanya Ayah dengan canggung, karena hanya tinggal dia bersama dengan He Lan berdua saja.

“Aku tidak merokok paman,” jawab He Lan.

“Oo… itu bagus,” balas Ayah. Lalu suasana kembali canggung, sehingga Ayah pun memutuskan untuk masuk juga kedalam rumah.


Saat kedua orang tuanya berada didapur. Pi Pi dengan segera mengajak He Lan untuk keluar dan pergi.

“Aku harus pamit dulu kepada Paman dan Bibi,” kata He Lan, menolak ajakan Pi Pi.

“Jika kamu melakukan itu, kamu tidak akan bisa pergi. Cepatlah,” ajak Pi Pi sambil mendorong He Lan untuk segera pergi.



Selesai mandi, Pi Pi memandangin rambutnya sendiri di cermin. Dan saat ia melihat keadaan rambutnya yang baik- baik saja. Pi Pi menyebut He Lan berbohong. Dan setelah itu ia pun berbaring dan tidur.



Jia Lin sudah pulang dari kampus. Dan ketika ia melihat Tian Xin yang duduk menunggunya dimeja makan, maka ia pun duduk menemani. Lalu Jia Lin pun mencoba dumpling buatan Tian Xin dan memuji Tian Xin.

“Kelihatannya biasa, tapi mereka sangat enak,” puji Jia Lin.


Tian Xin mulai ikut makan juga. Namun saat baru makan beberapa gigitan saja, Tian Xin langsung jadi tidak berselera untuk makan. Karena Jia Lin memintanya untuk membuat stok makanan saat mereka kembali lagi kesini, seperti sayur, mie instant, pasta kacang, dsb.

Tampaknya Tian Xin tidak senang, karena Jia Lin menyebutkan pasta kacang. Karena itu mengingatkannya kepada Pi Pi yang pernah membuatkan itu untuk ulang tahun Jia Lin.



Tian Xin dengan kesal masuk kedalam kamar dan membanting pintu kamar. Dan orang dari kamar sebelah pun marah, tapi dengan segera Jia Lin meminta maaf kepada mereka. Lalu setelah itu dia masuk kedalam kamar.

“Apa yang salah?” tanya Jia Lin.

“Pergilah kepada Pi Pi, jika kamu mau pasta kacang,” balas Tian Xin dengan ketus.



“Ada apa denganmu?” tanya Jia Lin kebingungan. Ia duduk, dibelakang Tian Xin.

“Kamu ada menghubungin Pi Pi, kan?”

“Tidak,” jawab Jia Lin.

“Dia mengirimmu pesan ketika kamu ada di bandara. Bukankah kamu menelponnya?”

“Dia mengucapkan hati- hati. Sebuah pesan yang sopan,” jawab Jia Lin lagi.

“Dan beberapa hari yang lalu? Kamu diam- diam menelponnya ditengah malam. Apa yang kalian berdua bicarakan?” tanya Tian Xin dengan kesal. Sambil memandang Jia Lin dengan tajam.



Jia Lin menghela nafas dan menjelaskan,”Aku hanya mau meminta maaf kepadanya. Bukankah kamu berpikir kalau kita harus meminta maaf?”

“Lalu aku? Aku bahkan mengabaikan tawaran kerjaku untukmu. Aku kehilangan teman baikku. Apa kamu ada meminta maaf padaku?”

“Kamu beda,” balas Jia Lin.

“Tao Jia Lin, kita hanya disini beberapa hari. Tapi aku merasa begitu tidak nyaman dan kesepian. Bagaimana bisa aku mempercayaimu dan bersama denganmu? Bagaimana jika kamu bertemu dengan seseorang yang lebih baik daripada aku? Bagaimana jika kamu sadar bila kita tidak cocok?” tanya Tian Xin dengan nada terluka dan marah.



Jia Lin menghela nafas, seperti mengejek atau tertawa,“Pasta kacang? Konyol.”

Sebelum Jia Lin keluar dari kamar. Tian Xin dengan tegas mengatakan,”Aku tidak mau menjadi Pi Pi yang selanjutnya!”

Dan tanpa memperdulikan itu. Jia Lin tetap keluar dari kamar. Meninggalkan Tian Xin yang tampak sedih.



He Lan meminta agar Kuan Yong memakirkan mobil didekat rumah Pi Pi. Dan Kuan Yong melakukannya, namun karena takut kedua orang tua Pi Pi akan curiga, maka Kuan Yong menyarankan agar mereka pulang saja dulu. Dan kalau nanti memang terjadi sesuatu, Pi Pi yang akan datang sendiri.


Dan He Lan akhirnya pun setuju.

2 Comments

Previous Post Next Post