Sinopsis K-Drama : Ms. Hɑmmurɑβi Episode 07- 2

Sinopsis K-Drama : Ms. Hɑmmurɑβi Episode 07- 2
Images by : JTBC
Ba Reun pulang dengan membawa banyak makanan untuk upacara peringatan leluhur. Ibu menyambutnya. Ba Reun bertanya dimana ayah? Dan ibu memberitahu kalau ayah sedang keluarh untuk menemui teman-temannya. Ba Reun sedikit kesal, dia mengomeli ayah yang selalu pergi keluar dan bahkan membawa powerbank seolah-olah dia adalah orang sibuk dan banyak orang yang akan mencarinya. Padahal orang-orang yang menelpon pasti hanya meminta dia datang ke dalam pertemuan atau meminta donasi. Ibu tidak suka mendengarnya, dia menegur Ba Reun untuk tidak berkata jelek seperti itu mengenai ayah. Ibu menegaskan kalau ayah adalah orang baik.
“Ibu. Selalu baik dan tidak kompeten adalah dosa,” jawab Ba Reun dan masuk ke dalam kamarnya.
Ibu hanya bisa menghela nafas.

Ba Reun bekerja di dalam kamar mempelajari kasus. Dari dalam kamar, ia bisa mendengar ibu yang sedang membanggakan dirinya yang sudah sukses dan sering membelikan banyak barang kepada para saudara. Para saudara juga merasa bangga karena Ba Reun bisa menghasilkan banyak uang. Ayah memberitahu kalau bukan itu yang penting, tetapi yang penting, Ba Reun bisa menjadi hakim dan membantu orang-orang. Adik ayah tidak setuju dan malah mengungkit ayah yang dulu bisa kuliah karena di biayai oleh kakek mereka hanya karena ayah adalah anak tertua. Dia menyindir ayah yang tidak bisa balas budi dan hanya sibuk berdemo. Istri adik ayah berusaha menenangkan suaminya tetapi adik ayah terus berceloteh mengenai ayah yang pengangguran. Ayah kesal dan menyuruh adiknya untuk pulang saja. Saat hendak ke kamar, ayah tidak sengaja menjatuhkan powerbank nya, adik ayah melihat dan menyindir ayah yang selalu membawa itu karena takut akan ada orang yang menelpon dan menawarkan pekerjaan di bidang kemanusiaan. Ayah hanya bisa menghela nafas kesal dan masuk ke kamar.
Ba Reun di kamarnya, mendengar semua pembicaraan tersebut. Dia merasa kesal dan memutuskan untuk bermain gitar.
Esok hari,
Sek. Lee masuk ke ruangan dan melapor pada O Reum kalau dia akan pulang akan lebih awal hari ini karena ayahnya datang dari kampung dan ingin mengunjungi peradilan untuk melihat tempat kerja-nya.
Bo Wang berada di luar pengadilan dan melihat sek. Lee yang sedang bersama bapak tua dengan senyum bahagia.
Bo Wang berkunjung lagi ke ruangan Ba Reun dan berkata kalau dia sudah salah paham terhadap sek. Lee. Ba Reun jelas heran maksud perkataan Bo Wang yang tiba-tiba maksud. Bo Wang menjelaskan kalau dia mengira kalau sek. Lee itu orang yang kasar dan picik, tetapi ternyata dia sangat hangat. Dia memberitahu kalau tadi dia melihat sek. Lee seperti mengikuti acara untuk orang-orang yang membutuhkan, dan sek. Lee seperti pemandu yang baik dan sangat hangat.
O Reum memberitahu kalau tadi sek. Lee bilang ayahnya datang dari kampung. Bo Wang terkejut mendengarnya.

Bo Wang mengingat foto sek. Lee dan seorang pria yang terpajang di meja sek. Lee dan bapak tua yang tadi berjalan bersama sek. Lee. Bo Wang langsung memberitahu kalau bapak yang dilihatnya bukan ayah sek. Lee. O Reum menegaskan kalau dia benar, tadi sek. Lee yang bilang akan pulang lebih awal dan mengajak ayahnya melihat-lihat pengadilan. Bo Wang terdiam.
Bo Wang teringat saat dia bertanya pada sek. Lee siapa pria di foto, apa itu ayahnya? Dan saat itu sek. Lee menjawab kalau itu pacarnya. Bo Wang benar-benar tidak menyangka kalau pria di foto bukan ayah sek. Lee dan benar-benar pacar sek. Lee. Dia dalam keadaan linglung menyadari hal itu.
Ba Reun kesal melihat tingkahya dan mengusir Bo Wang pergi dari ruangannya. Bo Wang dalam keadaan linglung keluar ruangan.
O Reum melihatnya dan berujar kalau ada saat-saat dia tidak bisa memahami Bo Wang. Ba Reun menimpali kalau dia selalu bisa memahaminya selama ini. O Reum kemudian membahas agenda sidang kasus bersaudar sore ini. Dia bertanya-tanya, apa kah mereka akan menemui kesepakatan terkait warisan tersebut. Ba Reun mengemukakan pendapatnya, dia merasa kasus itu akan semakin besar, seperti menyiram bensin ke api.
Sidang dimulai,
Para saudara kini bukan hanya menyalahkan put. Tertua tetapi saudara lain yang juga menghabiskan harta ayah mereka dan tidak berhak atas warisan. Semua mulai saling menuduh.
Put. Ketiga memberitahu kalau put. Kedua, kelakuannya sama saja dengan put.pertama, mereka selalu menghabiskan harta ayah mereka. Dia menjelaskan kalau put.kedua adalah seorang pastor dan selalu peduli dan menyanyangi mereka sejak kecil. Tapi, dia pilih kasih. Put. Kedua sangat mengasihi wanita. Dia selalu mengeluarkan uang untuk membelikan para wanita itu dan bahkan membayarkan hutang mereka. Dia juga memberitahu lebih lanjut kalau put. Kedua gagal ujian masuk teologia 3 kali, dan berhasil lolos terakhir dengan nyaris gagal. Dia mengejek put. Kedua yang menjadi pastor yang sangat beradab. Put. Kedua memliki gereja terletak di Yeoksam-dong dan membujuk ayah mereka untuk memberikan sebidang tanah di daerah itu padanya dan membangun gereja disana. (Put. Ketiga ini seolah memuji tetapi sebenarnya menyindiri. Contoh, dia bilang put. Kedua sangat peduli dan menyanyangi tetapi dia menekankan kalau put. Kedua lebih mengasihi wanita. Yang intinya dia bilang put. Kedua itu playboy. Kemudian, dia bilang put. Kedua gagal ujian masuk teologia 3 kali dan akhirnya berhasil masuk pada percobaan keempat dengan nyaris, setelah itu menjadi pastor ber’adab’. Ini bisa berarti kebalikan, dia menyindri put. Kedua berhasil jadi pastor walaupun tidak beradab).
Puteri bungsu angkat bicara dan menyindir put. Ketiga yang sama bobroknya dengan putra lain. Dia memberitahu kalau ayah mereka ingin menyekolahkan put. Ketiga di kampus ternama, jadi dia berusaha mengasosiasikan yayasannya. Tapi mereka meminta uang dalam jumlah besar dan karena itu ayah mereka berpikir lebih baik uangnya di pakai untuk kuliah doktor di Amerika, dan karena itu put. Ketiga kuliah di Amerika. Tapi, gelar professor tidak bisa di dapatkan cuma-cuma, dan akhirnya ayah mereka menghabiskan banyak uang agar put. Ketiga bisa lulus dengan gelas professor. Puteri bungsu kemudian menangis dan memberitahu hakim kalau dia benar-benar tidak pernah mendapatkan sepeser-pun uang ayahnya.
Hakim Han kemudian membacakan berkas nya di terimanya dan di sana tertulis kalau puteri bungsu mendapatkan 500 ribu meter persegi tanah sebagai hadiah ulang tahun ke-20. Dan puteri bungsu membenarkan, tetapi, dia menjual tanah itu sedikit demi sedikit demi bisa menopang hidup-nya. Dia menangis agar di berikan keadilan yang tidak pernah di terimanya.
Puteri bungsu bercerita sambil menangis keras kalau dia pernah meminta di belikan sebuah dompet bermerk saat masih remaja tetapi orang tuanya tidak mau membelikannya. Dia merasa asngat sakit hati. Hakim Han menegaskan kalau hal itu tidak berhubungan dengan kasus. Puteri bungsu menangis semakin keras, dia menyebut Hakim Han yang tidak peduli dan tidak mau mendengarkannya. Puteri bungsu masih memiliki banyak hal yang ingin di katakan. Hakim Han menjelaskan kalau mereka bukan hanya menangani kasus ini saja, masih banyak kasus lain yang harus di sidangkan. Jika puteri bungsu masih mau bercerita, dia bisa menceritakannya di kantornya saja.

Dan karena itu, dia membawa puteri bungsu ke ruangannya dan memberikan izin padanya untuk menceritakan semua yang tidak sempat di ceritakannya di pengadilan. Tetapi, dia juga menjelaskan, dia memiliki banyak kasus yang harus di kerjakan, jadi dia akan mendengarkan cerita put.bungsu sambil bekerja. Puteri bungsu mengerti dan mulai menceritakan, dari hadiah ulang tahun saat SMP sampai dst… Dan Hakim Han mendengarkannya sambil bekerja walaupun puteri bungsu berteriak-teriak dan menangis histeris.
Dan setelah waktu yang lama, puteri bungsu selesai bercerita. Dia berterimakasih pada Hakim Han yang sudah mau mendengarkan ceritanya hari ini. Hakim Han tersenyum dan menyuruhnya untuk pulang.
Ba Reun mempelajari hasil sidang tadi dan merasa kesal. Dia mengeluh karena para saudara itu ternyata saling merekam panggilan telepon dan dia yakin kalau para saudara/I itu akan mengajukan rekaman panggilan di persidangan selanjutnya untuk memperoleh hak atas warisan. Ba Reun kemudian bertanya pada O Reum, bukankah mereka buang-buang waktu hanya untuk menyelesaikan 1 kasus ini saja? Ba Reun merasa kalau mereka terlalu mementingkan fakta bahwa mereka bersaudara. (maksud Ba Reun seperti kasus ini bisa saja di selesaikan dengan mudah, dengan menentukan siapa saudara yang berhak terhadap tanah 5 milyar won tersebut. Walaupun dengan resiko, bahwa saudara yang tidak menerima hak tidak akan senang. Tetapi O Reum dan Hakim Han ingin menyelesaikan kasus dengan semua pihak setuju mengenai tanah itu jatuh ke tangan siapa atau di bagi seperti apa. Dan hal itu membuat kasus menjadi rumit, para saudara/i itu ingin tanah menjadi milik mereka seutuhnya tanpa pembagian). O Reum tidak setuju. O Reum merasa kalau keluarga itu penting.
“Bukankah semuanya tinggal sendiri? Kita butuh apa lagi?” tanya Ba Reun.
O Reum terdiam. Dia tetap menegaskan kalau baginya keluarga itu penting. Ba Reun terdiam mendengarnya dan meminta maaf atas perkataannya.
Sidang selanjutnya,
Putera kedua merasa kalau putera tertua tidak berhak atas tanah. Putera tertua kesal dan memberitahu Hakim Han kalau para saudara/i nya itu tidak peduli pada ayah dan hanya mencari ayah mereka saat butuh uang saja. Tapi, setelah ayah jatuh sakit, mereka semua mencari kesempatan dalam kesempitan. Puteri bungsu tidak terima, dia mengklaim kalau dia adalah orang yang selalu mengunjungi ayah. Setelah ayah mereka pikun, adik bungsu yang merawat ayah mereka.
“Kalian semua mencintai ayah kalian. Sangat bagus,” puji Hakim Han setengah hati.
Sidang selesai,
Hakim Han, O Reum, dan Ba Reun merasa lemas dengan kasus yang tidak kunjung menemui titik terang.
O Reum dan Ba Reun pulang bersama. Mereka berpas-pasan dengan sebuah keluarga yang sedang mengambil foto. Dan Ba Reun tersenyum melihat keluarga tersebut.
Ba Reun pulang dengan bus. Dia memikirkan perkataan O Reum kalau keluarga itu penting.
Flashback
Saat muda Ba Reun, dia pernah pergi bersama ibunya ke rumah saudara untuk meminjam uang. Tetapi, saudaranya tidak mau membantu dengan berbagai alasan. Tetapi bukan itu yang membuat Ba Reun merasa sakit hati, melainkan saudaranya itu menghina ibunya karena menikahi ayahnya. Saudaranya menghina ayah yang punya gelar sarjana tetapi di pecat dan menjadi pengangguran saat ini. Ba Reun sangat marah, dan ibu tahu hal itu, ibu menggenggam tangan Ba Reun erat.
Saat pulang, Ba Reun hanya bisa melihat ibunya masuk ke kamar dengan lemas. Ba Reun sendiri masuk ke kamar dan belajar.
Tidak berapa lama, ayah pulang dalam keadaan mabuk dan membawa seorang wanita dan anak kecil pria. Dia berkata kepada ibu kalau dia akan bertanggung jawab. Ibu terduduk lemas mendengarnya. Ayah memanggil Ba Reun keluar kamar dan menyuruh anak kecil itu memanggil Ba Reun dengan panggilan : hyung.
End
Ba Reun menghela nafas mengingat hal tersebut.
Ba Reun tiba di rumah. Di meja makan, ada ayah yang sedang makan. Ba Reun segera masuk ke kamar tanpa menyapa ayah.
Mereka duduk menonton tv bersama. Tetapi, tidak ada pembicaraan sama sekali. Ayah membuka pembicaraan dengan membahas berita di tv. Tetapi, Ba Reun malah membahas ayahnya yang bisa saja menjadi kolongmerat atau wartawan sukses tetapi yang ayah lakukan hanya berdemo. Dan sekarang junior ayah dan teman ayah menjadi orang sukses. Ba Reun juga membahas mengenai orang-orang yang di kenalnya, yang melepaskan mimpi mereka dan belajar dengan giat agar bisa menjadi orang sukse, agar mereka bisa hidup.
“Inilah dunia. Dimana orang-orang seperti ayah berpikir terlalu keras.”
Esok hari,
Sidang lanjutan,
Hakim Han memarahi para saudara/i karena tidak melakukan apa yang di suruhnya. Dia meminta mereka mengajukan proposal untuk pembagian warisan tetapi yang mereka kasih malah surat kritikan untuk saudara/i mereka.
Putera tertua beralasan kalau dia hanya ingin mengupas kebenaran. Putera lain mencibir alasan putera tertua.
Hakim Han berisitirahat dengan Ba Reun dan O Reum. Dia mengeluh akan mati menangani kasus seperti ini. Dia merasa lebih baik menjual semua warisan itu dan menyumbangkannya untuk orang yang lebih membutuhkan. O Reum meminta Hakim Han untuk mendengarkan sekali lagi pernyataan mereka sebelum vonis di jatuhkan. Hakim Han tidak mau, mereka sudah mendengar semuanya, dan dia sudah muak. O Reum memberitahu kalau mereka belum mendengarkan seseorang, si anak bungsu. Hakim Han pesimis kalau anak bungsu akan mau datang. (untuk mengingatkan, para saudara itu terdiri dari 4 pria dan 1 wanita. Dan yang selama ini hadir di sidang hanya 3 pria dan 1 wanita. 1 pria lagi, si anak bungsu, yang menjaga ayah mereka, tidak pernah hadir).
“Dia pasti ingin mengatakan sesuatu. Dia juga adalah keluarga,” ujar O Reum. “Dan satu lagi…”
Hakim Han memandang O Reum dan Ba Reun. Ba Reun menggangguk. Siapa satu lagi???

Post a Comment

Previous Post Next Post