Sinopsis K-Drama : Ms. Hɑmmurɑβi Episode 09-2
Images by : JTBC
Ba Reun menemui Hakim Han. Dan hakim Han protes mengenai demo yang terjadi terhadap dirinya. Dia merasa kesal karena foto dirinya yang di pajang adalah foto terjelek. Dia mempesilahkan mereka untuk protes ataupun demo tapi kalau bisa jangan pakai foto yang jelek. Dia merasa malu setiap ke kantor karena melihat foto tersebut.
Hakim Han kemudian membahas kalau dia merasa bersalah karena sudah melibatkan Ba Reun dalam kasus ini. Dan juga, dia heran kenapa Ba Reun waktu itu datang dan meminta kasus dilimpahkan padanya padahal Ba Reun sudah mengurus semua kasus sulit. Ba Reun menjawab kalau itu karena dia lebih senior dari O Reum jadi dia yang akan mengurusnya. Hakim Han menggodanya, karena itukah Ba Reun memintanya untuk tidak memberitahu O Reum untuk menjaga harga dirinya.
“Kamu hakim sisi kanan yang luar biasa, jadi, aku tidak terkejut.”
Ba Reun pulang dan melihat seorang pria masih melakukan demo dengan papan bertuliskan : “LSM untuk Memberantas Korupsi Hukum. Kita harus menyelidiki dalang dari putusan yang tidak adil!”
Bo Wang pergi ke klub dan minum hingga mabuk. Beberapa wanita mendekatinya dan mengajak menari bersama. Bo Wang yang sudah mabuk berbincang dengan mereka dan memberitahu kalau dia adalah hakim. Tetapi, para wanita itu tidak percaya mendengarnya.
Mereka terus minum dan menari. Bo Wang sudah sangat mabuk dan hal itu membuatnya seperti melihat wajah sek. Lee di wajah para wanita - wanita itu. Dan itu membuatnya berteriak : Enyahlah!! Para wanita itu tentu menatapnya dengan aneh.
Ba Reun membantu ibunya melipat baju. Ba Reun berkata kepada ibunya kalau tampaknya sebagian orang di takdirkan hidup susah. Ada yang dibenci karena berkata benar. Ada yang menderita karena orang lain. Padahal hidup mereka sudah keras. Ibu mengira kalau Ba Reun membicarkaan mengenai ayah. Ba Reun memberitahu kalau maksudnya adalah temannya. Ibu menyuruh untuk membiarkan saja, karena itu takdir.
Ba Reun pamit pergi ke pernikahan temannya. Ibu menyuruhnya untuk tidak hanya menghadiri pernikahan tetapi juga melakukan pernikahan.
Saat sudah selesai pesta, Ba Reun tanpa sengaja bertemu dengan Yong Jun. Yong Jun mengajaknya untuk minum teh bersama.
Mereka duduk dan Yong Jun membahas mengenai orang yang sedang demo terhadap Ba Reun. O Reum yang memberitahunya dan dia cemburu karena O Reum terlihat mencemaskan Ba Reun. Yong Jun berkata kalau hakim selalu dilindungi karena itu mantan hakim mendapat keistimewaan walaupun sudah pensiun. Dia berkata pasti sangat melelahkan di pengadilan, orang-orang terus curiga dan itu penyakit kronis di dalam masyarakat. Kecurigaan terhadap sistem sosial.
Ba Reun tidak suka mendengarnya dan dia memberitahukan hal itu kepada Yong Jun. Dan anehnya, Yong Jun bisa mengetahui informasi dalam pengadilan. Ba Reun teringat kalau pengacara NJ Group adalah mantan ketua majelis hakim. Jadi, koneksi Yong Jun sangat banyak dan akurat.
Di malam hari, ibu menangis histeris karena merasa kesakitan. Ba Reun panik dan segera membawanya ke rumah sakit. Dia berteriak meminta suster dan dokter untuk menangani ibunya tetapi dia di suruh untuk mendaftar terlebi dahulu. Saat dia sudah mendaftar, suster menyuruhnya untuk menunggu karena mereka masih punya banyak pasien darurat. Ba Reun marah karena ibunya sedang sekarat. Suster memeriksa suhu tubuh ibu Ba Reun dan menyuruhnya untuk menunggu terlebih dahulu. Ba Reun meminta dokter untuk merawat ibunya tetapi dokter malah memarahinya.
Ba Reun panik. Dia menelpon temannya yang direktur rumah sakit tersebut. Dia meminta tolong agar ibunya segera di tidnak lanjuti karena dia sekarang berada di rumah sakit temannya itu. Dan ibunya sedang sangat kesakitan sekarang. Temannya mengerti.
Suster datang membawa kursi roda dan menyuruh Ba Reun untuk segera mendudukan ibunya di kursi roda. Seorang pria yang sudah ada di sana dari tadi, yang duduk di sebelah Ba Reun, dengan ibunya yang sudah tua, melihat hal tersebut.
Ibu Ba Reun di periksa. Dokter memberitahu kalau ada batu di kandung kemih ibunya. Dan hal itu memang menyakitkan tetapi tidak membahayakan hidupnya. Dan dia sudah memberi pereda nyeri, setelah minum, batunya akan keluar.
“Omong-omong, orang yang duduk di kursi roda tadi (saat dia memanggil dokter tadi dan dokter menyuruhnya minggir) sakit stroke hemoragik. Ada banyak pasien darurat pada musim ini. Tidurku kurang dari dua jam selama tiga hari ini, Hakim Im,” beritahu dokter tegas.
Pria yang bersama ibunya, berteriak marah. Dia sudah duduk di sana dari tadi dan ibunya sedang kesakitan. Tetapi, mereka malah mendahulukan orang kaya dan berkuasa? Dia merasa emosi.
Ba Reun menghampirinya dengan langkah gontai. Dia berlutut di depan pria itu dan meminta maaf. Dia mengaku salah dan meminta maaf berulang kali. Pria itu menangis.
Ba Reun pergi ke kantor. Dia melihat bapak itu masih berdiri dan demo sendirian.
Perusahaan kosmetik menyewa pengacara mahal. Dia meminta penundaan tanggal sidang karena dia baru di tunjuk sebagai pengacara baru dan belum mempersiapkan diri. Hakim Han menolak karena kasus ini tidak bisa di perpanjang lebih lama lagi. Mereka sudah di beri waktu 3 minggu dan juga sudah di beritahu kalau ini adalah sidang terakhir. Perwakilan perusahaan panik dan segera menghubungi eksekutif perusahaan.
Hakim Han berjalan ke ruangannya dengan Ba Reun dan O Reum dia mengeluh kalau pengacara tadi pernah menjadi Hakim Agung, kenapa tidak menjalani masa tua dengan pekerjaan sukarela saja. Dia merasa kalau kasus ini hanya dibesar-besarkan.
Mereka kemudian membahas kasus gugatan hukum LSM yang sebentar lagi akan di sidangkan. Ba Reun memberitahu kalau dia sudah memeriksa berkas dari sidang pertama, dan pria itu pernah mengelola bisnis. Tuan tanah mengganggu bisnisnya dengan segala cara untuk mengusirnya. Pada akhirnya, dia pergi tanpa kompensasi cukup. Jadi, dia menuntut ganti rugi. Dan putusan yang di dapatnya setelah 1 tahun sengketa, adalah bukti tidak memadai untuk pernyataannya. Hakim Han merasa memang di sayangkan, tetapi jika bukti tidak memadai mau bagaimana lagi. Ba Reun setuju, tetapi jika keputusan yang di terimanya hanya berupa kalimat seperti itu, setelah satu tahun perjuangan, dan saat pengacara tergugat adalah teman baik hakim, bagaimana perasaannya? Dia tidak bisa menerima keputusan itu walau tidak salah secara hukum.
Hakim Han mengerti tetapi itu sudah 10 tahun yang lalu. Dan dia terus mengajukan tuntutan hukum seperti ‘bangunan itu mengganggu lalu lintas’, ‘patung di depan bangunan memberi saya mimpi buruk’, ‘pecat walikota yang menyetujui pembangunannya’, di tambah lagi dia melatih orang lain cara mengulur sidang dan menyusahkan para hakim. Dia bukan korban lagi. Kini dia pelaku kejahatan.
Kemudian, terdengar berita yang disiarkan di TV : “Pimpinan Daeryong Grup, Lee Jin Su, di bebaskan.” Hakim Han mengeluh kalau pasti besok akan ada demo lagi.
Hakim Kwon yang menangani kasus Lee Jin Su saat jam makan siang, mengklaim kalau dia hanya melakukan apa yang dianggap benar dan siap menerima semua kecaman. Dia merasa kalau itu adalah keputusan yang sulit tetapi semua orang di sekelilingnya memintanya untuk mengambil keputusan itu. Karena jika tn. Lee ditangkap, 30.000 pekerja akan menganggur dan juga pengelola investasi global mulai mengancam.
“Maaf, boleh aku tahu dimana Anda tinggal?” tanya O Reum.
“Aku tinggal di Dogok-dong, kenapa?”
“Kudengar, Anda tertua di gereja yang sangat besar di Gangnam. Benarkah itu? Di antara orang yang Anda simak pendapatnya, apakah ada lulusan SMA? Adakah yang mengontrak apartemen? Adakah agen penjualan? Adakah yang bekerja di pasar atau supir bus? Anda mengenal orang yang bekerja di salah satu pabrik grup Daeryong? Anda bilang pekerjanya lebih dari 30.000 orang.”
Hakim Han menegurnya.
“Maaf. Aku hanya mempertanyakan yang Anda maksud dengan ‘rakyat’.”
Hakim Kwon menahan amarahnya.
Ba Reun pergi ke kantor dan para pendemo sudah tidak mendemo mengenai dirinya dan Hakim Han lagi. Tetapi hakim lain.
“Rakyat yang lemah dan tanpa uang berunjuk rasa di jalan karena kemarahan buta. Rakyat dengan sedikit uang mempercayai broker dan menyewa mantan hakim sebagai pengacara. Tapi mereka yang berkuasa, bahkan tidak perlu melobi karena hakim di antara mereka akan memihak mereka,” narasi Ba Reun.
O Reum menerima telepon dari Hakim Gam yang meminta waktu untuk bertemu di taman. Dan O Reum dengan senang hati menyetujui.
Mereka bertemu di taman. Dan Hakim Gam bercerita kalau dia mengenal seseorang yang hebat, pengusaha, dan karena itu dia sering terlibat dalam gugatan hukum. Banyak orang licik menggugat di atas alasan tidak masuk akan, dan karena itu dia khawatir.
“Saat perusahaan Korea berusaha memasuki pasar global, kita semua harus mendukung, tapi mereka justru menghalangi,” ujar Hakim Gam.
“Maaf, tapi aku tidak mengerti maksud Anda.”
“Kalau begitu, akan kukatakan dengan gamblang. Bukankah kamu penanggung jawab kasus Kosmetik Asia? Permintaanku sedikit. Aku hanya ingin kamu memeriksa semua berkas dengan cermat. Aku memintanya tidak cemas, tetapi dia mendesak. Lawannya menyewa mantan hakim dan dia sangat cemas.”
Hakim Gam tersinggung dan menegaskan kalau maksudnya hanya membuat putusan adil berdasarkan fakta. O Reum segera pamit pergi untuk kembali bekerja.
O Reum memeriksa berkas kasus Kosmetik Asia. Dia kemudiang menelpon Hakim Hong dan bertanya apa dept. Hakim Hong juga mengurus kasus Kosmetik Asia? Apa Hakim Gam pernah meminta menyinggung sesuatu tentang itu? Hakim Hong kaget mendengarnya dan menjawab ‘entahlah.’
“Ini kejahatan. Dia meminta banyak hakim untuk membantu Kosmetik Asia memenangkan kasus karena dia dan CEO-nya akrab.”
“Hakim Gam melakukannya? Mustahil.”
“Kurasa aku harus mengajukan keluhan resmi,” tekad O Reum.
Ba Reun terkejut mendengarnya. Dia menyuruh O Reum agar mereka selidiki lagi dan hadapi dengan hati-hati. Ini jauh lebih serius daripada kasus Ketua Majelis Hakim Sung. Jika tidak hati-hati, ini akan dapat menghancurkan karir O Reum. Semua orang sangat menghormati dan mengagumi Hakim Gam. O Reum malah tidak suka mendengarnya, dia menekankan kalau sedang terjadi kejahatan di lingkup pengadilan sekarang. Ba Reun emosi dan menyuruh agar mereka hati-hati. Dan jika terpaksa, dia yang akan mengajukan keluhan.
O Reum menolak. Dia yang menerima permohonan Hakim Gam.
“Karena ada yang harus kamu lindungi!” teriak Ba Reun. “Kamu bilang kamu harus bertahan di organisasi ini. Jangan gegabah. Mari pikirkan dengan matang. Mari kita bahas itu dengan Hakim Han lebih dahulu. Dia dan Hakim Gam sangat dekat.”
Hakim Han mendengar laporan O Reum dan Ba Reun. Dia tidak percaya. Tetapi O Reum menyakinkan, dia mendengar langsung dan sudah memastikan dengan hakim lainnya. Hakim Han menghela nafas dalam, dia merasa pasti ada salah pahal. Mustahil Hakim Gam melakukan hal seperti itu. Dia akan pergi untuk memastikan.
Hakim Han pergi ke ruangan Hakim Gam. Mereka berbicara serius. Hakim Gam menegaskan kalau bukan itu maksudnya. Dia tidak punya niat terselubung. Dia hanya meminta O Reum untuk memeriksa berkas dengan cermat…
“Pikirmu hakim harus diminta untuk memeriksa berkas dengan cermat?” tanya Hakim Han tegas.
“Hyung-nim. Aku tidak ada maksud lain. Aku sekadar menolongnya karena sungkan.”
“Sungkan?”
“Hyung-nim. Pak Han telah banyak membantuku tanpa mengharap imbalan. Kami layaknya saudara selama 10 tahun terakhir. Aku mengutamakan bekerja sebagai manusia, bukan hakim. Mana bisa aku mengabaikan masalahnya.”
“Jika ingin menjadi manusia, berhentilah menjadi hakim!” marah Hakim Han.
Hakim Gam terus menekankan kalau bukan itu maksudnya. Tetapi, Hakim Han mempertanyakan hal lain. Tahun lalu, Hakim Gam sempat ingin berhenti karena biaya sekolah anaknya di luar negeri, tetapi tidak jadi karena mertuanya membantu. Jadi, dia mau tahu, apa benar uang itu berasal dari uang mertua Hakim Gam? Hakim Gam menjawab ya. Hakim Han menyuruhnya untuk menatapnya dan katakan lagi. Tetapi, Hakim Gam tidak bisa. Hakim Han menghela nafas. Benar, hakim Gam menerima uang dari perusahaan Kosmetik Asia tahun lalu.
“Kukira kamu terbuka dan supel, tapi ternyata kamu naif. Aku salah menilaimu. Maaf,” ujar Hakim Han.
Hakim Gam berusaha meminta Hakim Han mendengar penjelasannya, tetapi Hakim Han sudah pergi.
Hakim Han menuju ke ruangan Hakim Kepala. Dia merasa berat. Dia terus memegang kepalanya dan berpikir. Dan saat sudah menguatkan tekad, dia masuk dan melapor kepada Hakim Kepala perihal Hakim Gam.
Hakim Kepala menerima keluhan dan menelpon seseorang.
Hakim Han bersiap melakukan sidang. Kasus LSM. Penggugat menegaskan lebih mengenal hukum KUHP karena sudah 10 tahun keluar masuk pengadilan. Jadi, dia tidak terima dinyatakan kalah. Hakim Han memeriksa dan meminta maaf karena sudah tidak teliti. Dia memberikan penggugat kesempatan untuk menyampaikan semua keluhannya karena setelah ini mereka juga tidak ada sidang lagi. Penggugat senang mendengar karena ada hakim yang akhirnya mau mendengar semua keluhannya.
“Pria menggemaskan mengajak seorang wanita menawan untuk berkencan. Aku tidak peduli kamu punya pacar atau siapapun itu. Beri aku kesempatan,” tegas Bo Wang. “Kurasa aku jatuh cinta padamu.”
O Reum menerima telepon dan kaget. Dia segera berlari keluar. Ba Reun yang melihat O Reum berlari keluar, mengikutinya.
Semua Ketua Majelis Hakim kecuali Hakim Han berdiri di depan gedung pengadilan. O Reum juga ke sana. Dia melihat Hakim Gam yang di bawa oleh pihak kejaksaan. Hakim Kepala dan Hakim Han berdiri di ruangan mereka melihat dari balkon. Perasaan Hakim Han sangat campur aduk.
Setelah Hakim Gam di bawa pergi, semua hakim memandang O Reum dengan pandangan, “Sudah puas kau sekarang? Melakukan hal seperti ini pada Hakim Gam!”
--
Apa pendapat kalian mengenai kasus kali ini? Kasus yang awalnya sepele, mengenai perusahaan kosmetik Asia yang memutuskan kontrak dengan perusahaan yang membuat wadah kosmetik karena cacat, menjadi besar. Dari awal, O Reum memberitahu Hakim Han kalau kontrak tertulis dengan jelas, jadi tidak ada kesalahan dari pemutusan kontrak. Tapi, pihak penggugat (perusahaan pembuat wadah kosmetik) tidak terima dan mengajukan gugatan. Dia juga menyewa mantan hakim menjadi pengacara-nya. Perwakilan perusahaan kosmetik (tergugat) merasa tidak aman mengetahui kalau pihak lawan menggunakan mantan hakim dan juga salah paham terhadap tingkah dan perilaku hakim yang dikira memihak penggugat. Karena itu, tergugat menyewa pengacara mantan Hakim Agung. Hal itu membuat persidangan semakin terundur untuk hal yang tidak di perlukan. Hakim Han memutuskan untuk tidak memperpanjang sidang. Tergugat yang merasa akan kalah, menghubungi eksekutif dan melaporkan hal ini. Pihak eksekutif, yang sudah pernah membantu Hakim Gam tahun lalu, dengan memberikan sejumlah uang, menelpon Hakim Gam dan meminta bantuan agar kasus dimenangkan pihaknya. Dan akhirnya, terjadi hal itu. Kasus yang sepele menjadi kasus besar karena kecemasan dan kekhawatiran berlebihan. Lebih tepatnya, masyarakat merasa insecure dengan mereka yang di anggap memiliki hubungan lebih dengan pihak peradilan.
Tags:
msham