Sinopsis Korean Drama - 30 BUT 17 Episode 01-02 (Part 1)
Images by : SBS
Seorang pria, Gong Woo Jin, sedang melukis potret seorang gadis. Keponakannya penasaran, siapa yang sedang Woo Jin gambar? Tetapi, Woojin juga tidak tahu siapa yang sedang dia gambar, dia hanya selalu penasaran setiap kali melihat gadis tersebut.
Woo Jin dalam perjalanan pulang sekolah kelas malam, saat dia melewati sebuah jembatan, dia mendengar suara deringan. Dan saat dia mendongak melihat ke atas jembatan, ada seorang gadis yang sedang mengulurkan tangan ke atas langit. Suara deringan yang di dengar Woo Jin, berasal dari gantungan tas gadis tersebut. Woo Jin terpesona melihat gadis itu.
Hari lain, saat Woo Jin dalam perjalanan menuju sekolah menggunakan bus, tanpa sengaja dia melihat gadis tersebut yang sedang berjalan di trotoar. Dia memperhatikan gadis itu yang menggunakan sepatu berbeda antara sisi kanan dan kiri, dan Woo Jin tersenyum kecil.
Hari lain lagi, Woo Jin dalam perjalanan bermain bersama temannya, dan tanpa sengaja kembali melihat gadis itu yang sedang berjalan sambil membaca buku dan ahjumma toko tanpa sengaja menyiram air kotor ke arahnya.
Keponakan Woo Jin penasaran, kenapa Woo Jin mau melukis gadis itu walau tidak mengenalnya? Dan Woo Jin memberitahu kalau mulai dari sekarang, dia ingin mengenal gadis tersebut. Dia akan memberikan lukisannya kepada gadis itu dan mengajaknya berteman. Keponakannya kembali penasaran, dan bertanya, apa Woo Jin tahu siapa nama gadis tersebut?
Gadis yang di gambar oleh Woo Jin bernama Woo Seo Ri. Dan dia sedang melakukan audisi musik untuk dapat bersekolah di Jerman.
Woo Jin ingat saat dia melewati sekolah Seo Ri dan mendengar sekelompok gadis sedang berteriak memanggil : No Su Mi. Saat dia menoleh, dia melihat Seo Ri yang sedang di kerubungi oleh gadis tersebut. Woo Jin mengira nama Seo Ri adalah Su Mi.
Woo Jin teringat saat dia pertama kali melihat Seo Ri di atas jembatan, saat itu, Seo Ri menggunakan baju olahraga dan tertulis nama : No Su Mi. Jadi, Woo Jin semakin yakin kalau Woo Seo Ri adalan No Su Mi.
Seo Ri berdiri di atas jembatan dan mengulurkan tangan ke langit, dia sedang melihat bulan dan melingkarkan tangannya di sekitar bulan dan membentuk kelinci, sementara bulan menjadi mata kelinci.
“Kehidupan seseorang bisa mendadak berubah tanpa kejadian khusus ataupun dramatis. Terkadang, hal yang sangat kecil dan sepele bisa mengguncang kehidupan kita dengan tekanan yang lebih kuat daripada yang kita duga,” narasi Woo Jin. “Seperti kesalahanpahaman kecil yang ku alami saat usiaku 17 tahun. Itu mengguncang kehidupanku dan kehidupan dia.”
Woo Jin remaja telah selesai melukis Seo Ri.
Dan… lukisan itu tetap ada bersama dengan Woo Jin dewasa. Woo Jin menatap lukisan tersebut, dan mengikuti gerakan Seo Ri di lukisan tersebut, melingkarkan tangannya ke bulan dan membentuk kelinci.
Terdengar suara deringan lonceng. Woo Jin berbalik dan tersenyum.
Episode 01 - La Campanella, The Little Bell
Seo Ri remaja, berjalan sambil melihat not musik. Iringan kakinya membuat gantungan kunci berbentuk lonceng bulan berdering. Seo Ri sangat bahagia dan terus berhimne sambil membaca not musik.
Dia tidak memperhatikan jalan dan hampir menabrak pembatas jalan yang sedang di perbaiki. Untunglah, temannya Su Mi melihat hal tersebut, dan segera menghentikannya. Su Mi menegur Seo Ri yang selalu jalan tanpa melihat ke depan dan juga mengambil pakaian olahraga-nya. Seo Ri tertawa dan meminta maaf, dia sudah mencuci baju olahraga Su Mi dan membawanya. Tetapi, saat dia melihat ke tas gandeng-nya, Seo Ri baru sadar kalau dia salah bawa, yang dia bawa malah anjingnya. Su Mi tertawa dan maklum karena Seo Ri memang selalu ceroboh.
Tiba-tiba, seorang pria, Kim Hyung Tae, teman mereka, mengulurkan buket bunga ke Seo Ri dan mengajaknya pacaran. Dia bahkan membual akan ikut Seo Ri ke Jerman dan mendukung Seo Ri. Karena Seo Ri akan berangkat dalam 2 bulan lagi, dia akan belajar bahasa Jerman dan mengikuti Seo Ri. Guru-nya kemudian datang dan menjewer telinga Hyung Tae, dia memarahi Hyung Tae yang bahasa Korea saja dapat nilai 4 saat ujian, malah sok sok-an mau belajar bahasa Jerman. Guru menyeret Hyung Tae untuk mengikutinya.
Woo Jin duduk bersama keponakannya di pinggir jalan, dekat tempat pemberhentian bus. Saat itu, dia melihat seorang nenek yang sedang berjalan cepat mengejar bus. Tetapi, bus sudah berhenti di tempat pemberhentian sebelum nenek itu tiba, jadi, Woo Jin mengulur waktu agar bus itu tidak langsung pergi, dia berpura-pura bertanya apa bus itu menuju Rumah Sakit Hyein. Supir bus memberitahu arah dan untunglah nenek itu tiba, jadi dia tidak tertinggal bus.
Keponakan Woo Jin melihat ke seberang jalan dan menunjuk pada seseorang. Dia memberitahu Woo Jin kalau di seberang ada gadis lukisan. Woo Jin melihat ke seberang dan memang ada Seo Ri yang sedang berjalan sambil membaca not musik.
Ahjumma kedai di seberang sedang melempar air kotor ke jalanan, dan Seo Ri terus berjalan tanpa menyadari hal itu. Woo Jin langsung berteriak : No Su Mi. Seo Ri seketika berhenti dan menoleh ke samping, dan untunglah dia tidak jadi terkena siraman air kotor lagi. Woo Jin segera bersembunyi saat Seo Ri menoleh dan tentu saja keponakannya heran melihat kelakuan pamannya itu.
Woo Jin pulang dengan naik bus, dan ada seseorang yang memanggilnya untuk menanyakan harus turun di stasiun mana kalau mau ke Aula Seni Cheongan? Woo Jin menoleh dan yang memanggilnya adalah Seo Ri. Woo Jin gugup dan memberitahu kalau Seo Ri harus turun di Stasiun Cheongan atau di Persimpangan Cheongan. Seo Ri mengerti dan berterimakasih atas jawaban Woo Jin, dia kemudian pergi ke kursi kosong.
Woo Jin terus menatapnya, dan terus bertanya pada dirinya sendiri, apakah dia harus memberikan lukisannya atau tidak? Setelah beberapa saat keraguan, dia malah tetap saja tidak berani.
Saat itu, terdengar suara seseorang yang menekan bel untuk berhenti di stasiun Cheongan, Woo Jin menebak kalau yang menekan bel itu pasti Seo Ri. Woo Jin memberanikan diri untuk menghampiri Seo Ri, tetapi saat sudah berhenti di depan Seo Ri, dia tidak berani memberikan lukisannya. Dan sebagai gantinya, dia malah menyuruh Seo Ri untuk tidak turun di halte ini, tetapi di halte berikutnya, Persimpangan Cheongan. Seo Ri jelas bingung, dan Woo Jin dengan gugup menjelaskan kalau berhenti di Persimpangan Cheongan lebih dekat ke Aula Seni Cheongan. Seo Ri mengerti dan berterimakasih.
Woo Jin kemudian memberanikan diri berkata kalau dia mengenal Seo Ri. Seo Ri jelas kaget. Woo Jin segera memberitahu kalau dia bukan orang aneh, dan dia juga ingin memberikan sesuatu. Dia sudah mau memberikan lukisannya, saat Su Mi naik ke bus dan memanggil Seo Ri. Woo Jin panik dan malu, jadi dia langsung memilih turun.
Saat sudah turun, dia menyesal karena tidak jadi memberikan lukisan. Hujan gerimis mulai turun. Dan tiba-tiba terdengar suara bel, Woo Jin mencari asal suara dan menemukan gantungan kunci tas Seo Ri tersangkut di tas-nya.
Woo Jin langsung berlari mengejar bus untuk mengembalikan gantungan kunci itu pada Seo Ri. Dia melewati jalan pintas agar bus dapat terkejar.
Hujan semakin deras.
Sebuah mobil pick - up, melaju di samping bus yang di tumpangi Seo Ri, pengemudi bus menyupir sambil membuka radio dengan suara besar. Dia tidak menyadari kalau pengikat kain terpal mobil-nya terlepas dan membuat sebuah ban yang sedang di angkutnya, terjatuh ke jalan. Mobil untuk menyalip bus, dan sebuah ban yang di angkutnya, terlempar dan mengenai kaca bus. Supir bus panik, dan segera membanting setir. Kecelakaan beruntun terjadi.
Woo Jin tiba saat itu dan melihat kecelakaan tersebut. Tepat di depan matanya.
Di dalam bus, Seo Ri dan Su Mi panik. Tubuh Seo Ri dan Su Mi terlempar. Kepala Seo Ri terhempas ke pegangan bus. Bus terbalik.
Woo Jin sangat ketakutan melihat pemandangan di depannya. Suara deringan bel gantungan tas semakin keras.
Semua orang di bawa ke rumah sakit dan Seo Ri dalam keadaan kritis. Berita mengenai kecelakaan tersebut juga telah tersebar. Banyak orang yang terluka parah.
Woo Jin berlari dalam hujan deras. Dan setelah beberapa saat, dia berjalan gontai. Dia melihat layar bliboard yang memasang daftar nama korban jiwa tewas, dan salah satu di antaranya adalah No Su Mi. Woo Jin menangis karena dia mengira Seo Ri lah yang meninggal (dia mengira nama Seo Ri adalah Su Mi). Woo Jin teringat saat dia menyuruh Seo Ri untuk tidak berhenti di halte Cheongan dan berhenti di halte selanjutnya. Dan kemudian kecelakaan itu terjadi. Woo Jin menyalahkan dirinya sendiri.
“Gara - gara aku… gara - gara aku…,” ujar Woo Jin terus menerus.
Seo Ri masih dalam kondisi kritis dan menjalani operasi.
13 tahun kemudian,
Perkemahan Matterhorn, Alpen
Beberapa pria bule sedang berkumpul dan membuat acara api unggun. Salah seorang bulu merasa ingin pipis dan karena itu dia masuk ke dalam hutan. Dan saat itu, seorang pria dengan penampilan menyeramkan muncul di depannya. Bule itu segera lari ketakutan sambil berteriak : Monster salju.
Pria yang dilihat bule itu, pergi ke mobil-nya. Dia memberikan makanan untuk anjingnya. Pria itu, Woo Jin, dan dia masih membawa tempat lukisannya.
Di rumah sakit,
Beberapa perawat sedang mengurus pasien yang telah koma selama 13 tahun. Pasien itu adalah Seo Ri. Mereka merasa kasihan karena pasien itu koma saat usia 17 tahun dan sekarang sudah berusia 30 tahun. Pasti keluarga Seo Ri sangat kelelahan menjaga Seo Ri. Perawat lain mencibir, keluarga Seo Ri tidak pernah datang untuk menjenguk. Dia juga jadi penasaran, entah Seo Ri tidak punya keluarga atau keluarganya yang tidak mau datang.
Dan kemudian, perawat memberitahu kalau ada orang yang membayar biaya perawatan Seo Ri dan itu dalam nama anonim. Dan juga ada seseorang pria yang sering datang untuk menjenguk Seo Ri.
Seseorang memanggil dr. Kim Hyung Tae, ahli bedah saraf. Yang memanggilnya adalah rekannya dan membujuk Hyung Tae untuk menggantikannya tugas keluar negeri karena dia harus menemani istrinya yang tengah hamil. Hyung Tae menolak. Temannya terus membujuk tetapi Hyung Tae tetap pada pendiriannya. Temannya jadi kesal dan mencibir Hyung Tae yang harus ikut tes menjadi dokter sampai 4 kali dan sekarang menjadi dokter egois.
Hyung Tae mengerti, dia mau pergi ke Peru. Tetapi, sebagai gantinya, dia meminta temannya untuk meminta Kepala Rumah Sakit agar mau menerima pasien jangka panjang. Temannya tidak mau karena rumah sakit mereka adalah rumah sakit universitas dan hanya mau pasien jangka panjang VIP. Hyung Tae tahu kalau temannya itu pasti bisa membicarakannya ke kepala rumah sakit karena temannya itu punya koneksi.
“Memangnya siapa yang mau kamu pindahkan kemari?” tanya temannya. “Kudengar dia bukan keluargamu. Tidakkah akan merepotkan jika membawa dia kemari?”
“Kumohon,” pinta Hyung Tae.
Malam hari,
Seorang pria berpakaian hitam dan menggunakan topi, berhenti di depan kamar rawat Seo Ri dan melihat Seo Ri dari luar. Perawat melihatnya dan menegurnya tetapi pria itu segera pergi.
Esok hari,
Di rumah sakit tempat Seo Ri di rawat sedang di adakan konser Pelipur Lara.
Ahjumma CS pergi ke kamar Seo Ri dan membersihkan kamar Seo Ri sambil bernyanyi riang.
Di aula rumah sakit, konser di lanjutkan dengan permainan piano dan biola. Suaranya terdengar hingga ke kamar Seo Ri.
Seo Ri menggerakkan kelopak matanya. Lagu yang terdengar membuatnya teringat saat dia memainkan musik dan bersama teman-temannya. Seo Ri membuka matanya perlahan. Dan dia melihat tempat yang asing.
“Dimana aku?” tanya Seo Ri di dalam hatinya. “Oh ya, kemarin aku mengalami kecelakaan. Paman dan bibi pasti sangat shock. Apa Su Mi baik-baik saja? Ah, kenapa aku tidak bisa bergerak. Apa kakiku mengalami cedera? Tanganku… tanganku tidak mungkin mengalami cedera. Hah… suaraku, aku tidak bisa bicara,” Seo Ri mulai cemas.
Ahjumma CS berteriak kaget saat melihat mata Seo Ri terbuka. Dia segera berteriak dan berlari keluar memberitahu kalau pasien sudah siuman.
Dokter dan perawat masuk dan memeriksa keadaan Seo Ri. Seo Ri bisa bicara dengan suara kecil dan tahu bahwa namanya adalah Woo Seo Ri. Para perawat jelas senang.
“Siapa… di sana. Orang yang menatapku… siapa wanita itu?” tanya Seo Ri dengan suara kecil. Dan yang dilihat Seo Ri adalah pantulan dirinya di cermin.
Perawat menemani Seo Ri dan Seo Ri masih heran, dia merasa kalau baru kemarin dia mengalami kecelakaan. Perawat berusaha menjelaskan kalau Seo Ri telah mengalami koma selama 13 tahun, semenjak kecelakaan tersebut. Dan hal ini merupakan mukjizat bahwa Seo Ri masih sadar.
Seo Ri merasa linglung. Dia bertanya memastikan, apa sekarang umurnya 30 tahun? Perawat berusaha menenangkan dengan berkata kalau usia 30 tahun itu masih muda, dan Seo Ri bisa sembuh jika menjalani perawatan.
“Tolong tunjukkan padaku,” ujar Seo Ri memotong perkataan perawat.
Dan perawat memberikan cermin pada Seo Ri. Seo Ri masih tidak percaya, dia menatap dirinya di cermin dan bergumam kalau itu bukan dirinya yang di cermin. Dia merasa takut melihat wajah di cermin. Seo Ri terus bergumam kalau umurnnya 17 tahun. Dia merasa ada yang tidak beres. Dan Seo Ri mulai menangis.
Perawat dan dokter membicarakan mengenai Seo Ri. Mereka merasa wajar jika Seo Ri mengalami shock, bagaimana bisa dia tertidur di usia 17 tahun dan terbangun di usia 30 tahun. Dokter meminta perawat untuk menghubungi orang yang biasa menjenguk Seo Ri. Perawat menjawab kalau dia sudah menelpon tetapi tidak ada yang mengangkat.
Seorang perawat kemudian memberitahu kalau tadi Seo Ri juga ada menanyakan temannya yang naik di bus yang sama. Dan mereka tidak bisa menjawabnya. Tetapi, Seo Ri terus memintanya untuk menyelidiki. Dan saat dia mencari nama teman Seo Ri tersebut, temannya itu telah meninggal saat kecelakaan.
Seo Ri teringat saat dia bersenang - senang bersama dengan Su Mi dan bahkan sudah membuat janji untuk bernyanyi di acara pernikahan guru wali kelas mereka. Dia juga ingat saat mereka membicarakan saat umur 30 tahun, pasti Seo Ri sudah akan menjadi pemain violin terkenal. Saat itu mereka merasa kalau waktu 30 tahun masih panjang.
“Kalau begitu, bagaimana dengan hari-hariku sebagai remaja usia 18 tahun? 20 tahun? Kenapa aku mendadak harus berubah menjadi dewasa? Aku tidak suka in. Aku tidak mau berusia 30 tahun,” dan Seo Ri menangis terisak melihat pantulan dirinya berumur 30 tahun di kaca jendela.
Tags:
30 But 17
Terima kasih Kak,sy suka😊
ReplyDelete