Seorang
Pria datang kerumah sakit dan ingin masuk kedalam ruangan tempat si wanita mau
melahirkan. Tapi dia ditahan oleh keluarga si Wanita.
“Jangan,
Nai!” tahan Ayah si wanita.
“Jangan
lakukan itu, Nai!” tambah Ibu si wanita.
Didalam
ruangan melahirkan. Karena saking sakitnya, tangan si Wanita menggapai- gapai untuk
mencari sesuatu yang dapat dipegangnya. Dan si Pria yang baru masuk kedalam
ruangan membiarkan si Wanita memegangin lengan atasnya.
Lalu
setelah perjuangan yang panjang itu. Akhirnya si Bayi berhasil dilahirkan. Dan
Dokter memberikan selamat kepada si Wanita yang telah berhasil melahirkan bayi
laki- laki.
“Dia
sempurna, kan?” tanya si Wanita dengan suara yang terdengar kelelahan.
“Iya,”
jawab Dokter.
“Bolehkah
aku melihat bayi ku?” tanya si Wanita.
“Iya,”
jawab Dokter.
Seorang
perawat menghampiri si Wanita sambil menggendong bayi yang baru dilahirkan si
Wanita. Namun sebelum si Wanita sempat melihat wajah bayinya. Si Pria berdiri
menghalangin perawat itu.
“Biarkan
hanya aku yang melihat dia. Hanya aku yang Ayahnya,” jelas si Pria kepada
perawat itu. Lalu dia mengambil bayi itu dari tangan si Perawat dan
menggendongnya.
Mendengar
itu, si Wanita menjadi heran. Dia memegang tangan si Pria dan menahannya. “Tapi
aku adalah Ibunya! Luckanai.”
“Ibu?
Kamu mungkin sudah lupa dengan apa yang kamu katakan dan lakukan, Khun
Muanchanok,” balas si Pria dengan nada tajam. Lalu pergi dari sana sambil
membawa bayi si Wanita.
Dan
dengan sedih, si Wanita mulai menangis.
2 tahun lalu. London, England.
Disebuah
kampus. Seorang wanita berpakaian hitam, memamerkan mobil biru barunya kepada
kedua orang temannya. Mobil itu dibeli untuk merayakan kelulusan nya.
Dan
pada saat sedang mengobrol seperti itu, tiba- tiba saja sebuah mobil putih yang
melaju kencang berhenti tepat didepan mereka.
Muanchanok
(Nok) melepaskan kacamata hitam yang dipakainya. Lalu dia membuka atap mobil
mewahnya. Dan setelah itu dengan sikap marah, Nok turun dari mobil dan
menghampiri si Wanita berpakaian hitam itu.
“Kamu
tau namaku? Aku kira kamu tidak punya otak! Mencuri tugas seseorang dan
menjadikannya milikmu!” kata Nok dengan emosi. Sambil memperlihatkan sebuah map
biru muda yang dibawanya.
Si
Wanita berbohong. Dia mengatakan bahwa dia tidak ada mencuri tugas siapapun.
Tapi Nok tidak percaya, karena terakhir kali si Wanita ada meminjam laptopnya,
lalu setelah itu tugas miliknya hilang. Dan sekarang tugas yang si Wanita
kumpulkan itu persis sama seperti tugas yang telah dibuatnya.
Dan
dengan marah, Nok lalu melemparkan map yang dibawanya itu kepada si Wanita.
Si
Wanita mengakui perbuatannya. Dia sengaja melakukan itu, karena Nok telah
berani mengkritik tugas yang dibuatnya dengan begitu buruk.
“Inilah
hidup! Tidak harus selalu mengikuti aturan. Terkadang, ada kecelakaan yang
harus dihadapi. Sekarang biarkan aku mengendarai mobil baruku untuk merayakan
kelulusan ku. Bye,” kata si Wanita tanpa tahu malu.
Nok
dengan kesal kembali masuk kedalam mobilnya. Lalu melalui kaca spion, dia
melihat mobil baru yang dinaiki si Wanita. Dan dengan sengaja, Nok lalu memundurkan
mobilnya dan menabrak mobil si Wanita.
Dan
tentu saja, hal itu membuat si Wanita menjadi terkejut serta emosi. Dia turun
dari mobilnya dan memarahi Nok.
“Sorry.
Inilah hidup! ! Tidak harus selalu mengikuti aturan. Terkadang, ada kecelakaan
yang harus dihadapi,” kata Nok dengan santai, mengulangin perkataan si Wanita.
“Aku
akan melaporkan tindakanmu! Supaya kamu dikirim pulang ke Thailand!” ancam si
Wanita dengan marah.
“Aku
pasti akan pulang. Karena aku sudah lulus. Tidak seperti seseorang…” kata Nok
sambil mendengarkan pembicaraan mereka tadi yang telah direkamnya.
“…
Malang nya. Kamu tau! Apapun yang menjadi milikku, aku tidak akan membiarkan
siapapun untuk merebutnya. Bye!” lanjut Nok sambil tersenyum dan melambaikan
tangan. Lalu dia melajukan mobilnya dan pergi.
Dijalan.
Bangga akan keberhasilannya. Nok menciumin foto keluarganya yang menjadi foto
walpaper di layar hapenya.
Didalam
mobil. Dalam perjalanan pulang. Dengan ceria, Nok menelpon Ayahnya dan
mengingatkan tentang hari pernikahan Ayah dan Ibunya.
“Ayah
jangan lupa membawa Ibu untuk makan malam di restoran favorite kita ya. Karena
aku telah memesan kan tempat secara online,” jelas Nok.
“Ya.
Setelah pekerjaanku selesai, aku akan menjemput Ibumu,” balas Ayah. Dan dengan
senang, Nok lalu mematikan telponnya.
Selanjutnya
Nok menghubungin Ibunya untuk mengingatkan dia juga.
“Aku
akan mengambil selfie dan mengirimkan kamu fotonya. Jadi jangan sampai cemburu
pada kami ya… Aku sedang manikure sekarang … ,” kata Ibu. Lalu dia memberikan
kecupan berkali- kali untuk Nok dan setelah itu dia mematikan telponnya.
Selesai
bertelponan dengan Nok. Ibu yang awalnya tersenyum langsung berubah menjadi
cemberut. Dengan tajam dia menatap pada Suaminya (yaitu Ayah Nok) yang sedang
duduk disebelahnya.
“Hmm..
bisakah kamu menanda tanganin nya sekarang?” kata Polisi yang sedang duduk
dihadapan mereka.
Ibu
mengambil pena dan mau menanda tanganin kertas yang ada dihadapannya, tapi dia
ragu dan tidak jadi. “Apa kamu yakin? Nok bisa menerima ini?”
“Aku
pikir … tidak,” balas Ayah dengan ragu.
Melihat
keraguan mereka berdua, maka si Polisi menarik kembali kertas yang dia berikan
kepada mereka. Tapi dengan cepat, Ibu dan Ayah menarik kertas itu dan lalu
menanda tanganin nya.
Setelah
mereka berdua telah selesai menanda tanganin kertas itu. Si Polisi
memberitahukan bahwa untuk melakukan perceraian, maka mereka berdua membutuhkan
dua orang saksi.
Dan
mendengar itu, Ibu serta Ayah menjadi bingung. Lalu kebetulan disaat itu ada
sepasang pasangan disebelah mereka yang sedang melakukan pendaftaran
pernikahan.
Jadi
melihat itu, maka Ibu pun memanggil mereka dan meminta tolong kepada mereka
berdua. “Halo … setelah selesai mendaftarkan pernikahan kalian. Bisakah kalian
menjadi saksi untuk perceraianku?” kata Ibu sambil tertawa.
Dan
mendengar itu, Ayah langsung melihat kearah Ibu dengan pandangan aneh. Tidak
menyangka bahwa Ibu akan melakukan hal seperti itu.
Malam
hari. Ibu makan malam berdua bersama dengan Ayah. Disana Ibu mengenang 25 tahun
yang lalu, ketika dia menerima lamaran Ayah direstoran ini. Dan kini dia
menyesali nya.
Mendengar
itu, Ayah membalas bahwa dia juga menyesal. Dia tidak bisa percaya bahwa 25
tahun yang lalu, dia pernah melamar Ibu.
Suasana
antara Ibu dan Ayah mulai tidak baik. Mereka sama- sama tidak mau melanjutkan
makan malam ini lagi. Dan mereka lalu memutuskan untuk berfoto selfie dulu,
setelah itu berpisah.
“Berpura-
puralah untuk masih menjadi pasangan. Tersenyum!” gerutu Ibu, karena Ayah sama
sekali tidak tersenyum. Dan dengan terpaksa, Ayah pun tersenyum.
Tepat
disaat Ayah dan Ibu sedang mau mengambil foto selfie. Nok datang dan ikut
bergabung berfoto bersama mereka berdua. Dan karena terkejut, mereka berdua
langsung menganga dengan mulut terbuka lebar.
Nok
tersenyum senang melihat semua foto selfie mereka bertiga. Sedangkan Ibu sama
Ayah yang masih terkejut, karena tidak menyangka bahwa Nok akan datang. Maka
mereka pun menjadi panik.
“Eh..
berapa umur pernikahan kalian sekarang?” Tanya Nok dengan riang kepada kedua
orang tuanya.
“Nok!
Hari ini kami mau..” kata Ayah ingin menjelaskan.
“Yeah!
25 tahun! Sangat cepat ya! Sayang aku tidak bisa bersama kalian beberapa tahun
ini. Tapi sekarang aku sudah pulang. Jadi tahun depan kita harus kesini lagi
bersama- sama,” potong Nok dengan nada riang.
Melihat
betapa cerianya Nok, maka Ayah serta Ibu pun menjadi kesulitan untuk menjelaskan
tujuan mereka yang sebenarnya. Dan mereka pun mengiyakan perkataan Nok.
Setelah
itu, untuk menghilangkan ke canggungan yang ada, maka Ayah menyarankan agar
mereka memesan dessert. Dan Nok setuju.
“Permisi,
tolong bawakan buku menu nya,” kata Ibu kepada pelayan.
“Itu
ada disebelahmu,” kata Ayah, ketika melihat buku menu yang berada disebelah
Ibu. “Jika ini ular, maka pasti kamu sudah digigit,” gerutu Ayah. Lalu dia
mengambil buku menu itu dan memberikannya kepada Nok.
Pelayan
datang dan memberikan buku menu kepada Ayah. Dan ketika melihat sampul buku
menu yang diberikan kepadanya itu, Ayah serta Ibu pun menjadi kaget.
Ibu
teringat ketika dia berada dikantor perceraian. Disana ketika dia melihat
pasangan disebelahnya mendapatkan sebuah amplop yang tampak bagus, maka Ibu pun
menjadi pengin dan dia lalu meminta kepada si Polisi.
Teringat
akan surat perceraian mereka. Ibu serta Ayah menjadi kaget. Namun sayangnya
mereka telah terlambat, karena Nok telah membaca semuanya itu.
“Apa
ini?” tanya Nok.
Dengan
kesal Nok berjalan cepat. Dan lalu tanpa sengaja seorang Pria menabraknya. Tapi
karena melihat Ayah serta Ibunya yang datang mengejar, maka Nok tidak
mempersalahkan itu dan langsung berlari pergi.
Lalu
tanpa sadar, Nok masuk kedalam toilet Pria. Dan disana dia masuk kedalam salah
satu bilik yang ada dan mengunci
pintunya.
Dua
orang pria yang sedang buang air kecil disana menjadi malu dan salah tingkah,
ketika melihat kedatangan Ibu. Dan dengan segera mereka cepat- cepat
menyelesaikan buang air mereka dan keluar dari kamar mandi.
Ayah
memanggil Nok dan ingin menjelaskan. Tapi Nok yang sedang sedih tidak mau
mendengar kan itu.” Mengapa? Kamu berjanji padaku bahwa kamu tidak akan
bercerai. Kamu dan Ibu berjanji.”
“Nok.
Kami sudah jatuh cinta. Tapi sekarang kami bahkan tidak suka melihat satu sama
lain. Apa tau betapa banyak kesedihan kami?” balas Ibu.
Mendengar
Ibu yang berbicara seperti itu. Ayah pun menghentikannya. Dia mengingatkan Ibu
tentang pertemuan penting yang Ibu harus hadiri.
“Bagaimana
bisa aku pergi sejak anak ku masih berada didalam sini?” balas Ibu, tidak mau
pergi.
“Nok.
Jika kamu masih bertindak keras kepala. Maka aku akan masuk kedalam!” teriak
Ibu kepada Nok.
“Jika
kamu mau bicara dengan dia seperti ini. Maka cukup,” balas Ayah menghentikan
perkataan Ibu yang tidak masuk akal.
“Mengapa?
Mengapa aku tidak bisa bicara dengan
anakku?” balas Ibu. Lalu tiba- tiba hape nya berbunyi.
“Tolong
pergilah. Aku mohon. Percaya aku. Aku akan bicara padanya,” bujuk Ayah agar Ibu pergi. Dan akhirnya Ibu pun
setuju untuk pergi.
Tapi
sebelum keluar dari toilet Ibu berhenti dan ingin kembali lagi. Tapi melihat
itu, Ayah memberikan kode agar Ibu tidak kembali dan pergi saja.
“Buat
dia keluar. Dan hubungin aku. Tanganin itu!” kata Ibu mengingatkan Ayah, lalu pergi.
Setelah
Ibu pergi. Ayah berusaha untuk membujuk
Nok. Dia meminta maaf kepada Nok karena tidak menepati janjinya. Dan dia
menjelaskan bahwa selama ini dia dan Ibu telah berusaha yang terbaik, tapi
tidak bisa.
Nok
tidak mau mengerti. “Kita bertiga biasa selalu bersenang- senang bersama, kan?
Apa kamu lupa itu?”
“Aku
ingat. Tapi waktu tidak berhenti disitu saja. Jam kebahagiaan kita sudah
berlalu,” balas Ayah dengan menyesal.
“Aku
tidak berpikir begitu. Kamu telah mempertahankan itu. Pasti karena Ibu kan?
Karena Ibu ingin bercerai, jadi kamu setuju,” kata Nok.
Dan
Ayah terdiam, tidak bisa menjawab.
Nok
memutuskan untuk berbicara kepada Ibu. Dia membuka pintu dan keluar, lalu
dengan segera dia mau menemui Ibu. Tapi Ayah menahan Nok. Namun Nok tidak mau mendengarkan
Ayah dan mau menemui Ibu langsung.
Seorang
Pria yang kebetulan masuk kedalam kamar mandi dan melihat itu, menjadi salah
paham. Dan dia pun menahan Ayah yang mau mengejar Nok.
Luckanai
(Nai) datang menjemput Ibu sambil membawakan sebuket bunga yang indah untuk Ibu. “Bunga untuk
merayakan hari single mu.”
“Terima
kasih banyak,” balas Ibu sambil dengan senang mencium buket bunga yang
didapatkannya.
Nok
yang melihat itu dari jendela gedung segera berlari turun menggunakan tangga ke
lantai bawah. Tapi sayangnya, dia terlambat dan tidak berhasil mengejar Ibu.
Lalu
ketika Nok melihat Tuk Tuk (kendaraan seperti becak motor). Maka dengan segera
Nok naik dan meminta agar si Supir mengejar mobil Nai.
Nok
hampir saja kehilangan jejak mobil Nai, karena tiba- tiba saja ada mobil yang
berhenti didepan mereka. Tapi untungnya dia tetap berhasil mengejar mobil Nai
yang masuk ke dalam sebuah hotel.
Lalu
disana, karena belum membayar, maka si Supir pun menahan Nok. Dan karena
terburu- buru, Nok pun mengeluarkan selembar kertas cek dan memberikannya
kepada si Supir.
“Apa
ini catatan bank? Hey!” teriak si Supir. Namun Nok telah ke buru menghilang.
Didalam
hotel. Ibu serta Nai telah keburu masuk kedalam lift. Dan karena itu, maka Nok
pun menjadi kehilangan jejak mereka berdua. Lalu karena itu, maka Nok
menghampiri meja resepsionis.
Disana
Nok beralasan bahwa saat ini dia mau bertemu dengan Ibunya, tapi dia lupa
membawa handphonennya. Jadi dia tidak bisa menghubungin Ibunya dan karena itu
dia meminta tolong agar pihak Resepsionis bisa memeriksakan nomor kamar Ibunya.
Dan
tentu saja pihak Resepsionis tidak bisa percaya begitu saja. Lalu karena itu,
maka Nok pun mengeluarkan pasport miliknya. “Lihat ini? Kami memiliki nama
keluarga yang sama,” jelas Nok, meyakinkan mereka.
Nok
mengetuk pintu kamar hotel dimana Ibunya berada. Dan kekita dia melihat Nai
yang membuka kan pintu untuknya, maka Nok pun langsung menyerang Nai.
“Berani
nya kamu membawa Ibuku ke hotel?!” teriak Nok sambil memukul- mukul Nai.
“Tunggu!
Tunggu! Tunggu!” kata Nai sambil berusaha untuk menahan tangan Nok.
Tapi
karena Nok tetap tidak mau berhenti, maka Nai pun menggulingkan Nok dan lalu
menahan nya. Tapi Nok berhasil melepaskan dirinya dan kembali memukuli Nai
berkali- kali.
“Kamu!”
teriak Nai, menahan tangan Nok. Tapi tanpa disangka, Nok malah merantukan
kepalanya kepada dia. Sehingga Nai pun terjatuh.
Lalu
karena disaat itu Nai sedang memegang tangan Nok. Maka tanpa sengaja, Nok ikut
tertarik, ketika dia terjatuh. Dan tanpa sengaja, bibir mereka saling
bersentuhan.
Sadar
akan hal itu, Nok langsung menjauhkan diri dan memlap bibirnya sendiri. Dan
lalu dengan marah, Nok kembali memukuli Nai. Tapi Nai berhasil menahan tangan
Nok. Lalu karena itu, maka Nok menggunakan giginya dan mengigit tangan Nai.
“Khun Nok!”
teriak Nai dengan marah. Lalu dia menarik kedua pipi Nok dan menyuruh agar Nok
berhenti bersikap keras kepala.
Mendengar
itu, Nok pun teringat kepada kenangan masa kecilnya. Dulu Nai juga pernah
mencubiti kedua pipinya seperti itu dan memintanya untuk berhenti bersikap
keras kepala.
“Luckanai!”
kata Nok, setelah mengingat itu.
“Ya.
Sekarang bisakah kita berbicara? Kamu salah paham padaku,” jelas Nai.
Tapi
Nok tidak mau mendengar kan. Nok menendang kaki Nai dan lalu bangkit berdiri,
lalu dia berjalan pergi menuju ke kamar Nai.
Saat
masuk kedalam kamar Nai dan melihat pakaian yang dipakai oleh Ibunya tadi
berada diatas tempat tidur. Nok pun menjadi semakin marah kepada Nai.
“Bajingan!
Bagaimana kamu bisa melakukan ini dengan Ibuku?!” teriak Nok.
“Kamu
terlalu jauh,” balas Nai.
“Ayah
dan Ibuku telah baik padamu. Apa ini caramu membayar mereka kembali?”
“Lihat
baik- baik. Ibu mu tidak ada disini,” balas Nai dengan sikap santai.
Karena
Nok masih tidak percaya, maka Nai mempersilahkan Nok untuk memeriksanya sendiri.
Namun jika Nok salah, maka Nok harus
meminta maaf kepada dia dan Ibu..
Dengan
emosi, Nok membuka pintu kamar mandi dan mulai memeriksa. Tapi dia tidak
beehasil menemukan Ibunya dimana saja. “Dimana Ibu?” tanya Nok.
“Minta
maaf. Bisakah kamu mengatakan itu? Atau aku tidak akan memberitahu dimana
Ibumu,” balas Nai.
“Maaf!”
kata Nok dengan nada tidak tulus, karena
terpaksa.
Disebuah
kolam berenang. Sebuah pesta besar diadakan. Dan disana lah Ibu berada. Dia
memakai pakaian yang cantik serta menggunakan penutup mata. Lalu para Pria
bertopeng yang bertelanjang dada datang sambil membawakan cake untuk Ibu.
Dan
setiap orang yang berada disana bersorak dengan gembira. Begitu juga dengan
Ibu. Dia tertawa sangat keras, menantikan cake dan Prianya.
Tepat
disaat itu Nok serta Nai datang. Dan karena itu, maka semua orang langsung
terdiam. Sehingga Ibu pun menjadi heran,” Mengapa tiba- tiba menjadi hening?
Apa kue nya sudah datang?”
“Iya,”
jawab teman Ibu dengan pandangan gugup, karena melihat Nok.
Nok mengambil
kue untuk Ibunya. Dan dengan bersemangat, Ibu mengucapkan harapannya. “Aku
berharap bisa menemukan suami baru, tolong aku. Yang muda, besar, dan hot,” pinta Ibu sambil tertawa, lalu meniup
lilin pada kue.
Dan
setelah itu, Ibu membuka penutup mata yang dipakainya. Lalu karena melihat
bahwa ternyata yang ada dihadapannya adalah Nok, maka Ibu pun menjadi terkejut
dan langsung terdiam.
Tags:
Game Sanaeha