Network : Channel 3
“Nok,” kata Ibu karena terkejut.
“Pesta
telah berakhir. Kelihatannya kamu bahagia, ma. Bagaimana dengan Ayah dan
kebahagiaanku? Tidak kah kamu pernah memikirkan tentang kami? Mengapa kamu
begitu egois?” tanya Nok dengan emosi.
“Nok.
Ini tidak seperti yang kamu pikirkan,” kata Nai, membela Ibu.
“Benar.
Aku egois. Tapi orang yang sangat menginginkan perceraian ini adalah Ayahmu,”
kata Ibu. Tapi Nok tidak percaya.
Ayah
yang kebetulan tiba disitu, memanggil Nok. Dan Ibu pun langsung menyuruh agar
Nok bertanya kepada Ayah untuk membuktikan hal itu.
“Mengapa
kamu tidak bertanya pada Ayah baikmu. Siapa ratu kecantikan Pimolkhae?!” kata
Ibu dengan nada sinis.
“Hentikan,
Vi,” kata Ayah sambil mendekat pada mereka.
“Mengapa
aku harus berhenti? Kamu berani meminta bercerai untuk menikahi seorang gadis
muda. Jadi mengapa kamu tidak berani memberitahu Nok,” balas Ibu.
“Apa
itu benar, pa?” tanya Nok.
Ayah
mendekati Nok dan ingin menjelaskan. Tapi dengan sangat sedih serta marah, Nok
berlari pergi dari sana. Dan dengan segera Ibu serta Ayah ingin mengejar Nok.
Namun Nai menahan mereka dan menawarkan diri untuk mengejar Nok.
“Jaga dia,
Nai,” kata Ayah, setuju. Dan lalu Nai pun segera berlari mengejar Nok.
Nai
menarik tangan Nok dan menahannya untuk berhenti. Dia meminta Nok untuk ikut
kembali bersama dengannnya, tapi Nok tidak mau dan memberontak untuk melepaskan
diri.
“Dengarkan
aku dulu. Ayah dan Ibumu masih mencintaimu” jelas Nai.
“Bagaimana
kamu tahu? Apa kamu pernah memiliki seorang Ibu dan Ayah? Ini masalah
keluargaku. Tidak ada hubungannya dengan penumpang sepertimu!” balas Nok dengan
kasar. Dan memukul Nai
Nai
menahan Nok kembali dan menjelaskan bahwa walaupun Ibu dan Ayah bukanlah orang
tuanya, tapi dia mengenal mereka dengan baik. Dan mendengar itu, Nok semakin
emosi, karena itu berarti dia tidak mengenal baik orang tuannya.
“Aku
akan mengatakannya. Ayahmu melakukan segalanya ini untuk membuat hidupmu
bahagia! Sekarang waktunya untuk dia bahagia. Tapi kamu tidak menyetujui itu!
Tidak kah kamu berpikir? Betapa egoisnya kamu? Hanya mencintai dirmu sendiri,”
jelas Nai.
Nok
menampar Nai dan menyuruh agar Nai tidak berbicara seolah- olah dia lebih baik.
Karena Nai hanyalah seorang anak yatim piatu yang berambisi untuk menjadi anak
kaya. Jadi ini tidak ada hubungannya denga Nai.
Lalu
setelah itu dengan cepat Nok berjalan pergi dari sana. Tapi tanpa sengaja Nok
menginjak tutup paret dijalan dan terjatuh karena itu. Dan tepat disaat itu
sebuah mobil mau lewat.
Melihat
itu, Nai dengan cepat berlari dan menarik Nok agar tidak tertabrak. Dan lalu
karena itu, Nai pun menjadi tidak sadarkan diri. Sehingga Nok menjadi panik dan
dia terus memanggil nama Nai untuk
bangun.
Nok
mengingat kejadian mereka saat kecil dulu. Dulu Nai juga pernah menyelamatkan
dirinya dari cabang pohon yang akan terjatuh. Dan disaat itu, Nai juga tidak
sadarkan diri.
“Lucky! Bangun! Lucky!” panggil Nok.
Nai
terbangun dan langsung bertanya apa Nok baik- baik saja. Nai mengulurkan
tangannya untuk menyentuh Nok. Tapi Nok memalingkan wajahnya. Sehingga Nai
tidak jadi menyentuh Nok.
Lalu
dengan tatapan kebencian, Nok melihat pada Nai. Dan setelah itu dia berdiri dan
pergi meninggalkan Nai.
Ayah
dan Ibu sangat cemas, karena mereka belum bisa menghubungin Nai. Dan Ibu
menjadi takut, dia takut bawah Nok akan melakukan sesuatu yang gila. Tapi Ayah
percaya kalau Nai pasti bisa membawa Nok kembali kesini.
Nok
berjalan dengan lambat. Dan dibelakangnya Nai terus berjalan mengikutinya. Lalu
sadar akan hal itu, Nok berhenti berjalan dan berbalik. Tapi dia mengabaikan
Nai dan kembali berjalan lagi.
Nok
yang sedih terus berjalan dengan pandangan yang kosong. Dan tanpa sengaja, dia menginjak
tanah di jalan. Lalu karena itu, maka sepatu hak tingginya pun terjebak disana.
Dan
melihat itu, Nai membantu Nok untuk mengambilkan sepatu hak tingginya. Lalu
setelah itu, dia memakaikan sepatu itu kembali kepada Nok.
“Jika
berjalan bisa membuat mu lebih baik, maka silahkan,” kata Nai, karena Nok yang
sedih hanya diam dan tidak kembali berjalan lagi.
“Tidak.
Tidak ada yang bisa membuatku merasa lebih baik. Tidak ada sama sekali,” balas
Nok dengan nada seperti menahan tangis.
Nai
teringat kenangan kecil mereka dulu. Ketika Nok pernah menangis, Nai dengan
sengaja melemparkan batu ke kolam dan lalu karena itu Nok pun berhenti
menangis.
“Letakan
semua kesedihanmu, ketidak bahagiaanmu kedalam sini. Dan buang itu,” jelas Nai.
Dan dia lalu memberikan batu kepada Nok untuk dilemparkan juga.
Nok
menerima batu yang Nai berikan padanya dan mengingat hal yang sama juga. Nok
menggenggam erat batu yang ada ditangannya dan lalu melemparkan itu ke danau.
Begitu juga dengan Nai yang ikut melemparkan batu.
Tapi
pada lemparana kedua, Nok sama sekali tidak bisa melemparkan batu itu. Nok lalu
mulai menangis tersedu- sedu sambil memeluk dirinya sendiri. Dan melihat itu,
maka Nai melepaskan jasnya, lalu dia memakai kan itu dibahu Nok.
Bersama
mereka duduk. Nok terus menangis dan menangis. Dan dalam diam, Nai menemanin
serta memperhatikan Nok yang sedang menangis itu.
Nok
memimpikan masa kecil nya yang bahagia bersama dengan kedua orang tuanya. Nok
berbaring dipangkuan Ibunya dan Ayah membacakan dongeng untuknya. Tapi semua
berubah, ketika dia melihat surat perceraian milik kedua orang tuanya.
Nok
terbangun dari tidurnya dengan raut wajah ketakutan. Dan bibi Phai yang melihat
itu, menenangkan Nok. Lalu dengan sedih, Nok memeluk bibi Phai dan menangis.
“Aku
minta maaf. Aku tidak menceritakan tentang Ayah dan Ibumu,” kata bibi Phai.
“Ini
bukan salahmu. Mereka lah yang salah. Mereka menyembunyikannya dariku,” kata
Nok dan menangis lagi. Nok tidak mau untuk melihat kedua orang tuanya sekarang.
“Tolong
tenanglah. Aku tau kamu sangat sedih. Tapi tolong dengarkan mereka dulu.
Tolong, sayang,” pinta bibi Phai membujuk Nok.
Nok
tiba- tiba teringat bagaimana caranya dia bisa pulang semalam. Dan bibi Phai
pun menjelaskan bahwa Nai yang membawa Nok pulang. Dan karena kemarin malam Nok
sedang setengah mengantuk, maka mungkin Nok tidak bisa ingat.
“Ayo
mandi dan segarkan dirimu. Tolong ya,” bujuk bibi Phai. Dan Nok pun setuju.
Bibi
Phai teringat kejadian semalam. Nai menggendong Nok yang telah tertidur pulas,
lalu dia membaringkan Nok diatas tempat tidur.
“Jika
aku jujur, ini akan menjadi masalah besar,” gumam bibi Phai.
Pagi
hari Ayah menghubungin Pimolkhae (Khae) dan menanyakan apakah acara milik Khae
berjalan baik. Dan lalu Ayah menjelaskan bahwa hari ini dia tidak bisa hadir ke
acara Khae untuk memberikan selamat.
“Tidak
apa. Bagaimana aku bisa marah padamu? Pimolkhae beauty bisa dibuka karena kamu.
Jadi jangan khawatirkan aku, kamu bisa datang ketika kamu bisa,” kata Khae dengan lembut dan penuh perhatian.
“Kemudian
kita akan merayakannya secara pribadi nanti, ya,” balas Ayah. Lalu dia
mematikan telponnya.
Ibu
yang berdiri tidak jauh dari situ mendengar pembicaraan Ayah dengan Khae, lalu
dia menyindir Ayah. Tapi Ayah yang malas meladenin Ibu pun berjalan pergi
begitu saja.
Ketika
Ayah pergi begitu saja, dengan santai Ibu melanjutkan kembali tugasnya. Yaitu
menempelkan kertas pada barang yang ada.
Memasuki
ruang makan, Ayah menjadi heran ketika melihat semua kertas tempel yang ada
diseluruh rumah ini. Dan Ibu pun menjelaskan.
“Aku
yang melakukannya. Itu adalah hal yang ingin ku bawa denganku. Kita sudah
bercerai, jadi kita harus membagi properti yang ada, kan?” kata Ibu, lalu
menempelkan kertas pada jas Ayah.
“Oh..
bukan kamu! Aku ingin baju yang ku beli itu. Lepaskan itu dan kembalikan
padaku. Apa yang menjadi milik ku, itu harus dibawa olehku,” jelas Ibu. Dan
mendengar itu, ayah tampak jengkel dan diam.
Nok
yang mendengar itu, menyela mereka dan bertanya dengan siapa dia harus ikut.
Dan Ibu pun menjawab bahwa Nok harus tinggal dengannya.
“Apa
itu benar, pa?” tanya Nok, mengabaikan Ibu.
“Kamu
bisa, tinggal dengaku, sayang,” jawab Ayah dengan nada kurang meyakinkan.
“Kamu
tidak menjawab dengan suara penuh. Dulu ketika muda, aku melihat Ibu keluar
malam. Dan aku berpikir Ibu bisa menghancurkan keluarga kita. Kemudian kamu
bilang keluarga kita pasti tetap ada. Kamu berjanji padaku. Tapi hari ini,
kamu yang menghancurkan nya. Bukan Ibu,”
kata Nok menyindir Ayah.
Ketika
menyadari kehadiran Nai, Nok pun menjadi semakin emosi. Dia berteriak dan
meyuruh agar Nai keluar, karena Nai hanyalah penumpang. Dan lalu karena merasa
tidak enak, maka Nai pun pamit untuk pergi.
Tapi
Ayah dan Ibu membela Nai dan meminta agar Nai tidak perlu pergi kemanapun. Lalu
mereka memarahi Nok yang terus menganggu Nai.
“Kamu
berubah terlalu banyak. Kamu berubah sampai aku tidak bisa mengingat kalau kamu
adalah Ayahku,” kata Nok dengan kecewa, lalu pergi dari sana.
Nok
masuk kedalam kamarnya. Dan ketika dia melihat foto walpaper dihapenya, Nok
menangis. Dia sangat kecewa terhadap keluarganya.
Lalu
Nok tiba- tiba teringat perkataan Ibunya yang menyebutkan nama Pimolkhae. Dan
mengingat hal itu, Nok pun langsung bersiap- siap.
Nok keluar
dari rumah dan menghampiri bibi Phai. Dia meminta kunci cadangan mobil kecil
milik Ayahnya dari bibi Phai. Dan dengan heran, bibi Phai pun bertanya kemana
Nok akan pergi.
“Aku
ingin memperkenalkan diriku kepada seseorang,” jawab Nok.
Ketika
Nok telah pergi menggunakan mobil kecil milik Ayahnya. Ibu dan Nai yang
kebetulan melihat pun menjadi heran. Dan bibi Phai yang kebetulan ada disana
memberitahukan apa yang Nok katakan padanya tadi.
Mendengar
itu, Ibu dan Nai pun menjadi cemas. Lalu dengan segera Nai pun pergi mengikuti
Nok. Karena dia tau kalau Nok pasti akan ke tempat acara Khae.
Benar.
Nok pergi ke tempat dimana acara pembukaan toko Khae diadakan. Dan disana
ketika dia melihat foto Khae, dia menjadi kesal dan menginjak foto Khae.
Acara
dimulai. Khae menyapa semua orang yang telah mau hadir ke acara pembukaan
‘Pimolkhae Beauty’ miliknya. “Aku berterima kasih kepada Anda semua yang telah
hadir. Aku percaya kecantikan adalah milik setiap gadis. Setiap orang bisa
menjadi cantik. Jika kamu mau mempercayai kami,” kata Khae kepada semua yang
hadir.
Sesi
tanya jawab pun dimulai. Setiap wartawan yang hadir disana diperbolehkan untuk
bertanya. Dan mereka pun menanyakan tentang hubungan antara Khae dengan ketua
Thawat pemilik perusahaan daur ulang.
Dan
dengan sopan, Khae menolak untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan tentang
hal pribadi.
Tepat
disaat itu. Nok yang baru tiba membuka suara. “Tidakkah kamu tahu, kalau Khun
Thawat telah memiliki keluarga?” tanya Nok dengan sinis. Lalu ketika Khae tidak
menjawab, Nok melanjutkan,”Mengapa kamu tidak menjawab? Apa kamu ada berhubungan
dengan suami orang atau tidak? Apa ini alasan mu, sehingga tidak berani
menjawab, karena kamu tahu itu. Nyonya?”
Khae
berdiri dan menjawab,”Aku tidak pernah menjadi Nyonya siapapun. Pria yang ku
kecanin sekarang, dia benar sudah menikah. Tapi … sekarang dia sudah bercerai!”
Nok
menjadi marah. Dia mengatai Khae lagi. Dan Khae membalas lagi. Lalu dengan
kesal, Nok mengambil vas bunga yang berisi air dan menyiramkan nya kepada Khae.
Tapi
tepat disaat itu, Nai datang. Dan dia melindungin Khae agar tidak tersiram.
Tags:
Game Sanaeha