Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 1 - part 2

Network : Channel 3


“Nok,”  kata Ibu karena terkejut.

“Pesta telah berakhir. Kelihatannya kamu bahagia, ma. Bagaimana dengan Ayah dan kebahagiaanku? Tidak kah kamu pernah memikirkan tentang kami? Mengapa kamu begitu egois?” tanya Nok dengan emosi.

“Nok. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan,” kata Nai, membela Ibu.

“Benar. Aku egois. Tapi orang yang sangat menginginkan perceraian ini adalah Ayahmu,” kata Ibu. Tapi Nok tidak percaya.


Ayah yang kebetulan tiba disitu, memanggil Nok. Dan Ibu pun langsung menyuruh agar Nok bertanya kepada Ayah untuk membuktikan hal itu.

“Mengapa kamu tidak bertanya pada Ayah baikmu. Siapa ratu kecantikan Pimolkhae?!” kata Ibu dengan nada sinis.

“Hentikan, Vi,” kata Ayah sambil mendekat pada mereka.

“Mengapa aku harus berhenti? Kamu berani meminta bercerai untuk menikahi seorang gadis muda. Jadi mengapa kamu tidak berani memberitahu Nok,” balas Ibu.

“Apa itu benar, pa?” tanya Nok.


Ayah mendekati Nok dan ingin menjelaskan. Tapi dengan sangat sedih serta marah, Nok berlari pergi dari sana. Dan dengan segera Ibu serta Ayah ingin mengejar Nok. Namun Nai menahan mereka dan menawarkan diri untuk mengejar Nok.

“Jaga dia, Nai,” kata Ayah, setuju. Dan lalu Nai pun segera berlari mengejar Nok.



Nai menarik tangan Nok dan menahannya untuk berhenti. Dia meminta Nok untuk ikut kembali bersama dengannnya, tapi Nok tidak mau dan memberontak untuk melepaskan diri.

“Dengarkan aku dulu. Ayah dan Ibumu masih mencintaimu” jelas Nai.

“Bagaimana kamu tahu? Apa kamu pernah memiliki seorang Ibu dan Ayah? Ini masalah keluargaku. Tidak ada hubungannya dengan penumpang sepertimu!” balas Nok dengan kasar. Dan memukul Nai


Nai menahan Nok kembali dan menjelaskan bahwa walaupun Ibu dan Ayah bukanlah orang tuanya, tapi dia mengenal mereka dengan baik. Dan mendengar itu, Nok semakin emosi, karena itu berarti dia tidak mengenal baik orang tuannya.

“Aku akan mengatakannya. Ayahmu melakukan segalanya ini untuk membuat hidupmu bahagia! Sekarang waktunya untuk dia bahagia. Tapi kamu tidak menyetujui itu! Tidak kah kamu berpikir? Betapa egoisnya kamu? Hanya mencintai dirmu sendiri,” jelas Nai.


Nok menampar Nai dan menyuruh agar Nai tidak berbicara seolah- olah dia lebih baik. Karena Nai hanyalah seorang anak yatim piatu yang berambisi untuk menjadi anak kaya. Jadi ini tidak ada hubungannya denga Nai.

Lalu setelah itu dengan cepat Nok berjalan pergi dari sana. Tapi tanpa sengaja Nok menginjak tutup paret dijalan dan terjatuh karena itu. Dan tepat disaat itu sebuah mobil mau lewat.



Melihat itu, Nai dengan cepat berlari dan menarik Nok agar tidak tertabrak. Dan lalu karena itu, Nai pun menjadi tidak sadarkan diri. Sehingga Nok menjadi panik dan dia terus memanggil nama Nai untuk  bangun.



Nok mengingat kejadian mereka saat kecil dulu. Dulu Nai juga pernah menyelamatkan dirinya dari cabang pohon yang akan terjatuh. Dan disaat itu, Nai juga tidak sadarkan diri.

“Lucky!  Bangun! Lucky!” panggil Nok.



Nai terbangun dan langsung bertanya apa Nok baik- baik saja. Nai mengulurkan tangannya untuk menyentuh Nok. Tapi Nok memalingkan wajahnya. Sehingga Nai tidak jadi menyentuh Nok.

Lalu dengan tatapan kebencian, Nok melihat pada Nai. Dan setelah itu dia berdiri dan pergi meninggalkan Nai.



Ayah dan Ibu sangat cemas, karena mereka belum bisa menghubungin Nai. Dan Ibu menjadi takut, dia takut bawah Nok akan melakukan sesuatu yang gila. Tapi Ayah percaya kalau Nai pasti bisa membawa Nok kembali kesini.


Nok berjalan dengan lambat. Dan dibelakangnya Nai terus berjalan mengikutinya. Lalu sadar akan hal itu, Nok berhenti berjalan dan berbalik. Tapi dia mengabaikan Nai dan kembali berjalan lagi.



Nok yang sedih terus berjalan dengan pandangan yang kosong. Dan tanpa sengaja, dia menginjak tanah di jalan. Lalu karena itu, maka sepatu hak tingginya pun terjebak disana.

Dan melihat itu, Nai membantu Nok untuk mengambilkan sepatu hak tingginya. Lalu setelah itu, dia memakaikan sepatu itu kembali kepada Nok.

“Jika berjalan bisa membuat mu lebih baik, maka silahkan,” kata Nai, karena Nok yang sedih hanya diam dan tidak kembali berjalan lagi.

“Tidak. Tidak ada yang bisa membuatku merasa lebih baik. Tidak ada sama sekali,” balas Nok dengan nada seperti menahan tangis.


Nai teringat kenangan kecil mereka dulu. Ketika Nok pernah menangis, Nai dengan sengaja melemparkan batu ke kolam dan lalu karena itu Nok pun berhenti menangis.

“Letakan semua kesedihanmu, ketidak bahagiaanmu kedalam sini. Dan buang itu,” jelas Nai. Dan dia lalu memberikan batu kepada Nok untuk dilemparkan juga.



Nok menerima batu yang Nai berikan padanya dan mengingat hal yang sama juga. Nok menggenggam erat batu yang ada ditangannya dan lalu melemparkan itu ke danau. Begitu juga dengan Nai yang ikut melemparkan batu.

Tapi pada lemparana kedua, Nok sama sekali tidak bisa melemparkan batu itu. Nok lalu mulai menangis tersedu- sedu sambil memeluk dirinya sendiri. Dan melihat itu, maka Nai melepaskan jasnya, lalu dia memakai kan itu dibahu Nok.


Bersama mereka duduk. Nok terus menangis dan menangis. Dan dalam diam, Nai menemanin serta memperhatikan Nok yang sedang menangis itu.



Nok memimpikan masa kecil nya yang bahagia bersama dengan kedua orang tuanya. Nok berbaring dipangkuan Ibunya dan Ayah membacakan dongeng untuknya. Tapi semua berubah, ketika dia melihat surat perceraian milik kedua orang tuanya.



Nok terbangun dari tidurnya dengan raut wajah ketakutan. Dan bibi Phai yang melihat itu, menenangkan Nok. Lalu dengan sedih, Nok memeluk bibi Phai dan menangis.

“Aku minta maaf. Aku tidak menceritakan tentang Ayah dan Ibumu,” kata bibi Phai.

“Ini bukan salahmu. Mereka lah yang salah. Mereka menyembunyikannya dariku,” kata Nok dan menangis lagi. Nok tidak mau untuk melihat kedua orang tuanya sekarang.

“Tolong tenanglah. Aku tau kamu sangat sedih. Tapi tolong dengarkan mereka dulu. Tolong, sayang,” pinta bibi Phai membujuk Nok.



Nok tiba- tiba teringat bagaimana caranya dia bisa pulang semalam. Dan bibi Phai pun menjelaskan bahwa Nai yang membawa Nok pulang. Dan karena kemarin malam Nok sedang setengah mengantuk, maka mungkin Nok tidak bisa ingat.

“Ayo mandi dan segarkan dirimu. Tolong ya,” bujuk bibi Phai. Dan Nok pun setuju.



Bibi Phai teringat kejadian semalam. Nai menggendong Nok yang telah tertidur pulas, lalu dia membaringkan Nok diatas tempat tidur.

“Jika aku jujur, ini akan menjadi masalah besar,” gumam bibi Phai.



Pagi hari Ayah menghubungin Pimolkhae (Khae) dan menanyakan apakah acara milik Khae berjalan baik. Dan lalu Ayah menjelaskan bahwa hari ini dia tidak bisa hadir ke acara Khae untuk memberikan selamat.

“Tidak apa. Bagaimana aku bisa marah padamu? Pimolkhae beauty bisa dibuka karena kamu. Jadi jangan khawatirkan aku, kamu bisa datang ketika kamu bisa,”  kata Khae dengan lembut dan penuh perhatian.

“Kemudian kita akan merayakannya secara pribadi nanti, ya,” balas Ayah. Lalu dia mematikan telponnya.


Ibu yang berdiri tidak jauh dari situ mendengar pembicaraan Ayah dengan Khae, lalu dia menyindir Ayah. Tapi Ayah yang malas meladenin Ibu pun berjalan pergi begitu saja.

Ketika Ayah pergi begitu saja, dengan santai Ibu melanjutkan kembali tugasnya. Yaitu menempelkan kertas pada barang yang ada.



Memasuki ruang makan, Ayah menjadi heran ketika melihat semua kertas tempel yang ada diseluruh rumah ini. Dan Ibu pun menjelaskan.

“Aku yang melakukannya. Itu adalah hal yang ingin ku bawa denganku. Kita sudah bercerai, jadi kita harus membagi properti yang ada, kan?” kata Ibu, lalu menempelkan kertas pada jas Ayah.


“Oh.. bukan kamu! Aku ingin baju yang ku beli itu. Lepaskan itu dan kembalikan padaku. Apa yang menjadi milik ku, itu harus dibawa olehku,” jelas Ibu. Dan mendengar itu, ayah tampak jengkel dan diam.


Nok yang mendengar itu, menyela mereka dan bertanya dengan siapa dia harus ikut. Dan Ibu pun menjawab bahwa Nok harus tinggal dengannya.

“Apa itu benar, pa?” tanya Nok, mengabaikan Ibu.

“Kamu bisa, tinggal dengaku, sayang,” jawab Ayah dengan nada kurang meyakinkan.

“Kamu tidak menjawab dengan suara penuh. Dulu ketika muda, aku melihat Ibu keluar malam. Dan aku berpikir Ibu bisa menghancurkan keluarga kita. Kemudian kamu bilang keluarga kita pasti tetap ada. Kamu berjanji padaku. Tapi hari ini, kamu  yang menghancurkan nya. Bukan Ibu,” kata Nok menyindir Ayah.


Ketika menyadari kehadiran Nai, Nok pun menjadi semakin emosi. Dia berteriak dan meyuruh agar Nai keluar, karena Nai hanyalah penumpang. Dan lalu karena merasa tidak enak, maka Nai pun pamit untuk pergi.

Tapi Ayah dan Ibu membela Nai dan meminta agar Nai tidak perlu pergi kemanapun. Lalu mereka memarahi Nok yang terus menganggu Nai.


“Kamu berubah terlalu banyak. Kamu berubah sampai aku tidak bisa mengingat kalau kamu adalah Ayahku,” kata Nok dengan kecewa, lalu pergi dari sana.


Nok masuk kedalam kamarnya. Dan ketika dia melihat foto walpaper dihapenya, Nok menangis. Dia sangat kecewa terhadap keluarganya.

Lalu Nok tiba- tiba teringat perkataan Ibunya yang menyebutkan nama Pimolkhae. Dan mengingat hal itu, Nok pun langsung bersiap- siap.



Nok keluar dari rumah dan menghampiri bibi Phai. Dia meminta kunci cadangan mobil kecil milik Ayahnya dari bibi Phai. Dan dengan heran, bibi Phai pun bertanya kemana Nok akan pergi.
“Aku ingin memperkenalkan diriku kepada seseorang,” jawab Nok.



Ketika Nok telah pergi menggunakan mobil kecil milik Ayahnya. Ibu dan Nai yang kebetulan melihat pun menjadi heran. Dan bibi Phai yang kebetulan ada disana memberitahukan apa yang Nok katakan padanya tadi.

Mendengar itu, Ibu dan Nai pun menjadi cemas. Lalu dengan segera Nai pun pergi mengikuti Nok. Karena dia tau kalau Nok pasti akan ke tempat acara Khae.



Benar. Nok pergi ke tempat dimana acara pembukaan toko Khae diadakan. Dan disana ketika dia melihat foto Khae, dia menjadi kesal dan menginjak foto Khae.



Acara dimulai. Khae menyapa semua orang yang telah mau hadir ke acara pembukaan ‘Pimolkhae Beauty’ miliknya. “Aku berterima kasih kepada Anda semua yang telah hadir. Aku percaya kecantikan adalah milik setiap gadis. Setiap orang bisa menjadi cantik. Jika kamu mau mempercayai kami,” kata Khae kepada semua yang hadir.



Sesi tanya jawab pun dimulai. Setiap wartawan yang hadir disana diperbolehkan untuk bertanya. Dan mereka pun menanyakan tentang hubungan antara Khae dengan ketua Thawat pemilik perusahaan daur ulang.

Dan dengan sopan, Khae menolak untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan tentang hal pribadi.


Tepat disaat itu. Nok yang baru tiba membuka suara. “Tidakkah kamu tahu, kalau Khun Thawat telah memiliki keluarga?” tanya Nok dengan sinis. Lalu ketika Khae tidak menjawab, Nok melanjutkan,”Mengapa kamu tidak menjawab? Apa kamu ada berhubungan dengan suami orang atau tidak? Apa ini alasan mu, sehingga tidak berani menjawab, karena kamu tahu itu. Nyonya?”



Khae berdiri dan menjawab,”Aku tidak pernah menjadi Nyonya siapapun. Pria yang ku kecanin sekarang, dia benar sudah menikah. Tapi … sekarang dia sudah bercerai!”



Nok menjadi marah. Dia mengatai Khae lagi. Dan Khae membalas lagi. Lalu dengan kesal, Nok mengambil vas bunga yang berisi air dan menyiramkan nya kepada Khae.

Tapi tepat disaat itu, Nai datang. Dan dia melindungin Khae agar tidak tersiram.

Post a Comment

Previous Post Next Post