Network : Channel 3
Didalam
kamar mandi. Khae bercermin dan mengingat saat Nai melindunginnya dari Nok yang
mau menyiramnya. Serta saat Nai datang kerumahnya dan mengatakan bahwa Nai yang
dia kenal telah mati.
Dan
mengingat itu semua, Khae tampak sedih.
Sebelum
tidur, Nok pergi ke dapur untuk minum air. Dan dengan suasana hati yang masih
senang, dia pun terus bernyanyi- nyanyi kecil. Tapi senyumnya menghilang begitu
saja, ketika dia melihat kedatangan Nai.
“Aku
mestinya menendang kamu keluar dari sini sesegera mungkin. Jadi kamu tidak bisa
menjadi sombong lebih lama. Ingat perkataan ku ini dengan baik,” kata Nok,
memperingatkan Nai.
“Ok,”
balas Nai dengan singkat sambil tersenyum.
“Aku
minta maaf, kamu tidak berhasil menganggu keluarga kami. Sebab hari ini, kami
saling mengasihi sangat banyak,” kata Nok dengan riang.
“Yah..
aku sedih,” balas Nai. Lalu dia mengatai tarian Nok yang terlihat lucu dan dengan usil Nai
memperagakan kembali bagaimana Nok menari tadi.
Sehingga
karena itu, Nok pun menjadi kesal. Nok lalu berusaha untuk menghentikan Nai
yang mengolok- oloknya. Dan sambil tersenyum, Nai mengatakan bahwa dia hanya
bercanda, karena tarian Nok tadi sangat mengemaskan.
Dan
mendengar pujian tidak terduga dari Nai itu, maka Nok pun terdiam.
Nai
kembali ke kamarnya. Dan tepat ketika itu, hapenya berbunyi. Jadi Nai pun
mengangkatnya. Dan ternyata orang yang menelpon nya itu adalah Khae.
Khae
duduk dan menunggu di dalam kafe. Disana dia terus melihat ke sekelilingnya,
seperti sedang menantikan seseorang. Lalu Khae mengingat tentang saat dia
menelpon Nai kemarin malam.
Nai
menolak untuk bertemu dengan Khae, karena dia tidak mempunyai urusan apapun
dengan Khae lagi. Namun sebelum Nai sempat menutup telponnya, Khae meminta agar
Nai tidak mematikan telponnya.
Khae
mengatakan bahwa ada satu hal yang diinginkannya dari Nai, yaitu cincin. Cincin
yang dulu ingin Nai berikan kepadanya. Dan mendengar itu Nai pun bertanya,
kenapa Khae menginginkan cincin itu, karena ia telah membuangnya.
Lalu
Khae menjawab bahwa besok dia akan menunggu Nai di Coffe Gallery jam 8. Dan Nai
menanyakan maksud Khae melakukan ini.
“Sebelumnya,
sebelum kita putus. Kamu mengatakan padaku, kalau aku telah membuatmu bahagia.
Kamu mengatakan bahwa kamu mau membayar ku kembali untuk cinta itu dan segala
yang ku berikan padamu. Aku tau itu tidak mungkin. Tapi aku hanya ingin
menyimpan kenangan itu. Jadi aku ingin mendapatkan cincin itu untuk kenangan.
Ini adalah permintaan terakhirku,” jelas Khae.
Ketika
melihat pintu kafe terbuka dan seorang pria masuk kedalam, Khae langsung
menjadi bersemangat. Namun ketika dia menatap ke atas dan melihat bahwa orang
itu bukanlah Nai yang ditunggunya, Khae pun menjadi agak kecewa.
Pria
yang masuk itu memberikan sebuah kantong kepada Khae. Dan dia mengatakan kepada
Khae bahwa tadi ada seorang pria yang menitipkan itu kepadanya.
Khae
lalu membuka kantong kecil itu. Dan didalam kantong itu, terdapat sebuah kotak
cincin berwarna merah. Lalu didalam kotak itu, terdapat sebuah cincin yang
sangat indah.
Khae
menahan mobil Nai yang akan pergi. Dan karena itu, maka Nai pun turun dari
dalam mobil. Lalu Nai mengatakan bahwa dia telah memberikan cincin yang Khae
inginkan.
“Mengapa
kamu tidak pernah bilang padaku, kalau paman yang kamu bicarakan itu adalah
Tuan…” kata Khae dengan agak ragu menyebutkan nama Thawat.
“Jika
saat itu aku memberitahumu, bisakah itu mengubah sesuatu atau apa?” balas Nai.
Khae
menjelaskan bahwa saat ini dia sadar kalau uang tidak akan bisa membuatnya
bahagia. Lalu Khae memegang tangan Nai,”Hanya cinta yang bisa memenuhi hidupku,”
katanya.
“Kamu
membuat keputusan yang tepat untuk memilih dia. Dia bahkan rela menyakiti
pikiran putrinya sendiri demi kamu. Kamu harus memperlakukan Pria yang berharga
ini dengan baik,” jelas Nai, lalu melepaskan tangan Khai.
Sebelum
Nai masuk kembali ke dalam mobil. Khae langsung bertanya,” Bagaimana bila aku
melihat kamu lebih berharga dari dia sekarang?”
“Aku
tidak pantas untuk itu. Jangan lupa kalau kamu yang membuatku berpikir seperti
itu sebelumnya. Urusan kita sudah lama berakhir,” balas Nai dengan tegas.
“Jika
begitu mengapa kamu masih menyimpan cincin ini?” tanya Khae dengan sedih,
sambil menunjukan cincin dari Nai.
“Sebagai
pengingat. Untuk tidak membiarkan siapapun melakukan hal yang sama kepadaku
lagi,” balas Nai. Lalu masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan Khae.
Dirumah.
Didekat kolam renang, Vi sedang melakukan yoga. Dan Nok yang baru bangun,
datang serta mengejutkan nya. Sehingga tanpa sengaja kepala Vi pun menjadi terantuk.
Lalu Nok pun tertawa melihat itu.
Melihat
Nok yang baru bangun disaat seperti ini, maka Vi pun bertanya. Dan Nok menjawab
kalau bangun telat lebih baik, karena itu berarti dia tidak perlu melihat Nai.
Mendengar
itu Vi pun menjelaskan bahwa jika Nok ingin dia untuk merebut tahtanya kembali,
maka Nok harus membiarkan Nai tinggal disini. Tapi tentu saja, Nok tidak mau.
Dan Vi pun berusaha untuk memberikan pengertian Nok.
“Ratu
kecantikan itu bisa membujuk Ayahmu untuk bercerai denganku. Tidak kah kamu
berpikir kalau dia juga bisa membuat Ayahmu mengusirku dari sini? Ayah peduli
padamu, hanya ketika di depanmu. Dibelakang mu, dia mempercayai Khae. Paling
tidak, jika Nai tetap mengikuti Ayah secara dekat. Apapun yang dilakukannya,
kita bisa bertahan tepat waktu. Percaya aku,” jelas Vi.
Nok
masih tidak bisa mengerti dan menerima itu, karena dia tidak bisa mempercayai
Nai. Dan dengan yakin, Vi mengatakan bahwa Nai tidak akan pernah mengkhianati
dia, karena dialah yang telah mengangkat Nai.
“Aku
tidak salah dalam melihat game ini. Nai bisa menjaga dan menolong kamu dalam
segala hal. Itu benar, sayang. Percayalah padaku,” kata Vi menyakinkan Nok.
Lalu karena menerima telpon, maka Vi pun pergi.
“Menyanjung-
yanjung Ibuku dengan mengatakan untuk menjaga ku? Aku akan memerasmu dengan
tanganku. Lihat saja!” kata Nok dengan kesal.
Dikantor.
Didalam ruangan seminar. Semua barang yang diperlukan disiapkan. Semua tamu
yang akan hadir pun telah siap di data. Namun Nai sama sekali belum tiba,
kepadahal pertemuan akan dimulai dalam sejam lagi.
“Tolong
tenanglah. Kamu mungkin bisa pingsan. Bosku tidak pernah telat,” jelas Jomyuth,
karyawan Nai, kepada seorang karyawan wanita yang tampak panik.
Dalam
perjalanan ke kantor. Nai menerima telpon yang ternyata berasal dari Nok. Dalam
telpon, Nok menanyakan dimana Nai berada saat ini. Dan sebelum Nai sempat
menjawab, Nok langsung memotong dan bicara lagi.
“Kamu
mesti pulang kerumah untuk urusan mendesak ku,” kata Nok yang sedang berada
dirumah.
“Apa?”
tanya Nai.
“Aku
memerintahkan kamu kembali untuk mengerjakan beberapa kerjaan bagiku,” jelas
Nok.
Dan Nai
pun menolak untuk kembali, karena dia tidak
bisa saat ini. Tapi tanpa mau mendengarkan penjelasan Nai, Nok mengancam
Nai dan lalu mematikan telponnya. Sehingga mau tidak mau, maka Nai pun memutar
mobilnya dan kembali.
Nai
memhubungin Jomyuth dan mengabarkan bahwa dia akan telat sekitar setengah jam.
Dan mendengar itu Jomyuth menjadi cemas, karena para tamu sudah ada yang hadir
dan memasuki ruangan.
Kedua
karyawan wanita yang tadi mendekati Jomyuth dan menanyakan ada apa. Dan Jomyuth
pun menjelaskan,” Musuh bebuyutan Khun Nai sudah kembali.”
“Siapa
itu?”tanya seorang karyawan, karena tidak tahu.
Sesampainya
dirumah. Ternyata alasan Nok menelpon hanyalah untuk meminta Nai mengantarkannya
ke spa sepatu. Dan walaupun Nai telah menjelaskan bahwa kini dia ada pertemuan
penting yang harus dihadiri. Nok tidak percaya dan tidak mau tahu.
“Kamu
tidak berhak untuk berjalan menjauh dariku. Pelayan! Berhenti!” teriak Nok,
ketika Nai malah berjalan mau pergi meninggalkannya. Dan mendengar itu Nai pun
berhenti berjalan dan menghampiri Nok kembali.
“Aku
bukan pelayanmu. Kamu tidak berhak untuk memanggilku seperti itu lagi!” tegas
Nai.
“Barang
yang diambil dari tempat sampah. Tidak peduli berapa banyak kamu membersihkan
itu. Itu masih sampah,” balas Nok dengan kasar.
“Tapi
beberapa sampah lebih berharga dan bernilai daripada barang mewah yang tidak
berguna di toko,” kata Nai, membalas Nok.
Nok
tidak peduli. Dia memanggil pelayan untuk membawakan barangnya dan memasukan
itu kedalam bagasi mobil Nai. Dan melihat itu, Nai pun membalas bahwa dia
bukanlah supir Nok.
“Tapi
hari ini ‘Iya’. Kamu harus sadar, apa status mu disini,” kata Nok, lalu masuk
ke dalam mobil. Dan tanpa bisa melakukan apapun, Nai menghela nafas dan
kemudian masuk kedalam mobil.
Nai
menyetir dan membawa Nok ke kantor. Dan menyadari itu, Nok pun langsung
mengomel. Lalu Nai menjelaskan bahwa tadi dia telah memberitahu Nok kalau saat
ini dia memiliki pertemuan yang penting.
Dan
sebelum keluar dari mobil, Nai melemparkan kunci mobilnya kepada Nok yang duduk
dibangku belakang. “Parkirkan mobilnya untukku.”
Tentu
saja, Nok tidak mau dan mengomel. Tapi Nai tidak mendengarkannya lagi. Dengan
buru- buru, dia keluar dari mobil dan masuk ke dalam kantor.
Melihat
kedatangan Nai. Setiap karyawan langsung membantu Nai untuk bersiap- siap.
Mereka membantu Nai memakai dasi. Dan membantu merapikan kerah kemeja Nai. Lalu
setelah itu, Nai pun masuk kedalam ruangan seminar.
“Apa
kamu pernah mendengar tentang ‘Krisis limbah global’? Dan kamu percaya itu
benar? Aku tidak percaya. Aku bahkan tidak percaya disana ada yang namanya
sampah. Dalam dunia ini, disana hanya ada sumber daya yang berharga, yang mana
berada di tempat yang salah. Dan menunggu untuk di daur ulang lagi dalam cara
yang benar. Dan ini adalah Green Dream! Aku Luckanai Disathaporn. Wakil ketua
dari Green Dream,” kata Nai, menyambut semua tamu yang bergabung dengan mereka.
Dan
karena kata- kata yang luar biasa itu, semua orang bertepuk tangan untuk Nai.
Sedangkan Nok yang mendengar itu menjadi kesal serta marah. Dan dia keluar dari
ruangan seminar, lalu dengan cepat dia berjalan ke ruangan kantor Ayahnya, tapi
Ayahnya tidak sedang berada disana.
Wat
sedang berada direstoran bersama dengan Khae. Untuk merayakan pembukaan toko
baru milik Khae. Dan disana, dengan sikap penuh perhatian Wat memegang tangan
Khae. Lalu Wat memberikan sebuah hadiah special untuk Khae, yaitu sebuah cincin
yang dipesankan khusus untuk Khae.
Tapi
melihat itu, Khae tidak tampak senang. Malahan dia terkejut. Dia mengingat
tentang pertemuan nya dengan Nai pagi tadi dan hal itu membuatnya menjadi
sedih.
“Apa
yang salah denganmu?” tanya Wat, melihat raut sedih Khae.
Dengan
lembut Khae mengangkat tangan Wat dan menaruhnya di pipinya. “Aku begitu
senang. Aku tidak pernah menduga kalau kamu begitu peduli padaku seperti ini,”
kata Khae.
“Khae.
Nok adalah putriku dan hatiku. Tapi kamu seperti tanganku yang lain. Yang mana
aku ingin terus ku pegang. Aku janji, kita akan berpegangan tangan didalam
acara pernikahan kita. Tolong beri aku kesempatan sekali lagi. Biarkan aku
menjelaskan dengan jelas kepada Nok,” balas Wat.
Dan
Khae pun tersenyum serta mengangukan kepalanya. Lalu Wat berterima kasih serta
mengucapkan ‘Aku cinta padamu’ kepada Khae dan menciumin tangan Khae.
Acara
pertemuan telah selesai. Semua tamu yang hadir mulai keluar dari ruangan. Dan
Nok menghampiri Nai. Dia meneriaki Nai dan menanyakan bagaimana caranya Nai
mencuci pikiran kedua orang tuanya hingga bisa mendapatkan posisi seperti ini.
“Tentang
mencuci pikiran, aku bukan ahlinya. Tapi mungkin kamu lebih bagus daripada
aku,” balas Nai. Dan Nok pun menjadi semakin marah.
“Jangan
menantangku, Luckanai. Aku akan merebut kembali posisi Wakil ketua yang mana
telah kamu curi dari Ibuku!””
“Bagus.
Aku juga ingin tahu, metode apa yang kamu gunakan? Sejak orang yang berkuasa
untuk memecatku adalah Ayahmu, Khun Thawat! Dan dia menggunakan otaknya dalam
mengatur, bukan hanya menggunakan emosi,” balas Nai.
Ketika
Nai melihat ruangan telah kosong, maka Nai pun berjalan pergi meninggalkan Nok.