Penny
melakukan rekaman untuk sebuah iklan. Dan selama melakukan perekaman, dengan
genit Pen terus mengedipkan matanya dengan sengaja kepada si Produser. Dan melihat
sikap genit Pen, istri si Produser menjadi tidak senang.
Lalu
dengan sengaja, ketika acara rekaman telah selesai. Istri si Produser menyadung
kaki Pen, hingga Pen hampir terjatuh. Dan Pen yang tidak terima akan hal itu
pun marah. Dia mengambil air dan menyiram punggung si Produser.
“Lebih
waspadalah,” kata Pen dengan gaya seolah- olah tidak bersalah.
Dan
dengan marah Istri si Produser menyerang Pen, lalu karena melihat si Produser
dan para staf berdatangan. Maka Pen pun sengaja menjatuhkan dirinya sendiri.
Dan lalu Pen bersikap seolah- olah dia telah dibully oleh Istri si Produser.
Pen
mengatakan bahwa dia tidak sengaja menumpahkan kopi dan dia telah meminta maaf
juga, tapi Istri si Produser tidak bisa menerimanya. Dan mendengar kebohongan
itu, Istri si Produser pun marah dan mau menyerang Pen lagi.
Tapi si
Produser menahan dan memarahi Istrinya itu.
Diruangan
istrirahat. Pen bertukar baju, karena baju nya yang kotor sedang dicuci. Dan
disana Pen mengucapkan terima kasih kepada staf yang telah menolongnya. Lalu
setelah si staf pergi, kepribadian Pen langsung berubah.
“Kamu
tidak kenal aku. Bitch!” kata Pen dengan kesal.
Lalu
tiba- tiba hape Pen berbunyi. Dan orang yang menelpon Pen itu mengabarkan bahwa
apatermen Pen belum siap dan mengetahui hal itu Pen pun marah. Lalu setelah
telpon dimatikan, Pen tiba- tiba terpikir suatu ide yang menarik untuk
dilakukan.
Nok
mengadukan semua yang terjadi kepada Nenek. Dan Nenek yang memang membenci Nai,
juga tidak suka ketika mendengar bahwa Nai telah menjadi seorang Wakil ketua.
“Luckanai
yang membawa Ibu ke pesta waktu itu. Jika dia berniat baik, maka dia seharusnya
memperingatkan Ibumu dan tidak seharusnya setuju dengan Ibumu seperti itu,”
kata Nenek yang membuat Nok menjadi semakin panas.
Nok
lalu menanyakan tentang siapa Ayah dan Ibu Nai. Dan mengapa kedua orang tua Nai
meninggalkan Nai untuk mengacaukan orang lain. “Apa dia berasal dari salah satu
kerabat kita? Ketika aku bertanya, Ibu tidak pernah memberitahuku.”
“Ibu
Luckanai adalah… hanya wanita tanpa nama. Kamu hanya harus tahu bahwa Luckanai
tidak berhubungan darah dengan siapapun dari kita. Hanya saja dulu Ibunya
tinggal denganku,” jelas Nenek.
“Dan
sekarang, dimana dia? Atau dia sudah mati? Hingga Ibu kemudian mengangkatnya,”
kata Nok dengan nada kesal.
“Mati atau
tidak sama saja. Ibunya pergi begitu saja! Sekarang yang lebih penting.
Pikirkan tentang Ibu dan Ayahmu yang begitu bergantung kepadanya seperti ini.
Kamu tidak bisa tetap dia. Kamu harus cari cara untuk menghentikannya. Jangan
biarkan dia mengambil milik kita,” balas Nenek.
Pen
pulang ke rumah diantarkan oleh si Produser. Dan melihat betapa besarnya rumah
milik Pen (rumah milik Nok), si Produser menjadi kagum akan Pen. Lalu si
Produser mengingatkan Pen untuk membawanya ke apatermen Pen, jika apatermen
milik Pen telah selesai direnovasi.
“Tentu
saja. Aku tidak pernah melupakan siapapun yang baik dan mau memberikanku sebuah
kesempatan,” kata Pen dengan sikap genit. Dan si Produser pun ingin mencium Pen
sebagai kompensasi.
Tapi
mereka tidak jadi berciuman. Karena tepat disaat itu Phai yang baru selesai
belanja, tiba dirumah. Dan melihat itu, Pen pun menjadi tidak enak dan menolak
untuk berciuman. Lalu tanpa mengetahui siapa Phai, si Produser menyuruh Phai
untuk mengangkatkan barang milik Pen, karena si Produser berpikir bahwa Phai
adalah pelayan.
Dengan
tajam. Phai menatap pada putrinya itu. Dan dengan panik, Pen meminta Ibu untuk
tolong mengangkatkan barangnya dulu. Jadi Ibu pun melakukannya, lalu setelah si
Produser pergi, Pen merebut kembali kopernya dan menyeretnya sendiri.
Phai
serta Pen mulai bertengkar lagi. Pen mengatai Ibunya yang tidak pernah peduli
padanya. Bahkan ketika dia mencoba untuk melepaskan status anak pelayan, Ibunya
malah marah kepadanya.
“Ini
salahmu untuk tidak bisa menerima siapa kamu. Kamu berbohong setiap waktu,
bahkan kepada dirimu sendiri. Hidupmu penuh kebohongan dan ketidak nyataan
seperti ini,” balas Ibu dengan keras.
Ketika
melihat Nai diruang tamu. Pen dengan manja mengejutkan dan menggelitiki Nai
dari belakang. Tapi Nai sama sekali tidak merasa geli. Dan Nai lalu menanyakan
apa Pen kembali untuk bertemu Phai.
Dan Pen
pun menjelaskan apa yang terjadi pada apatermennya. Lalu Pen kembali ingin
menggelitik Nai, tapi Nai tidak tertarik dan berjalan pergi.
Lalu
tiba- tiba saja, Pen berteriak karena dia merasa seperti ada serangga yang
menggiti punggungnya. Pen dengan sengaja melakukan itu. Dan Nai pun menjadi
kebingungan, harus melakukan apa, karena dia tidak mungkin menyentuh punggung
Pen.
Tepat
disaat itu, Nok yang baru pulang dan melihat itu, langsung mengatai mereka
berdua. “Jika kamu ingin melakukan hal itu, maka lakukanlah ditempat yang
pantas. Di tempat pelayan!” kata Nok dengan kasar, lalu pergi.
Dan
mendengar itu, Nai hanya tersenyum. Lalu melihat senyuman Nai, Pen menjadi
heran.
Didapur.
Pen menceritakan tentang Nai kepada Ibunya. Dia mengatakan apa yang dilihatnya
tadi, yaitu bahwa Nai tampak penuh ambisi juga sama seperti dirinya. Nai
bersikap sombong padanya dan berambisi untuk mendapatkan Nok.
Mendengar
itu, Phai langsung memukuli anaknya itu dan menasihatkannya untuk tidak
berbicara buruk tentang Nai, karena Nai tidak pernah berpikir seperti apa yang
Pen katakan.
“Jika
dia tidak memikirkan itu, kemudian tidak seharusnya dia melihat pada Nok
seperti itu,” kata Pen dengan sinis, ketika Ibu telah keluar dari dapur.
Dikolam
renang. Nai melihat kearah kamar Nok. Dan melalui jendela, Nai melihat Nok yang
sedang mengeringkan rambutnya. Lalu melihat itu, maka Nai memalingkan mukanya
dan pergi dari sana.
Nok
yang menyadari hal itu, langsung mengatai yang buruk tentang Nai. “Berjalan
seperti pemilik rumah. Berniat untuk mengambil alih, kan! Tapi apapun yang
adalah milikku, kamu tidak akan pernah mendapatkannya. Tunggu dan lihat saja
besok.”
Pagi
hari. Seperti biasa. Suasana antara Vi dan Wat kurang baik. Vi menyindiri Wat
yang berpacaran diam- diam dikantor. Dan Wat pun membalasnya. Lalu karena harus
menghadiri rapat, maka Wat pun mengajak Nai untuk segera berangkat.
Dan
karena Phai mengatakan bahwa pintu kamar Nok masih terkunci, maka mereka semua
mengira bahwa Nok masih tidur.
Lalu
ketika Wat serta Nai telah pergi, dua orang pelayan baru memberitahukan kepada
Vi bahwa sedari tadi pagi Nok sudah bangun dan pergi ke kantor. Dan mendengar
itu, Vi pun menjadi cemas dengan apa yang akan Nok lakukan.
Vi
mencoba untuk menghubungin Wat, tapi Wat yang sudah sampai dikantor dan akan
melakukan rapat, dengan sengaja mematikan telpon dari Vi.
Setelah
semua orang siap dan akan memulai rapat. Nok datang dan menyapa mereka semua.
Dan melihat itu Ayah pun menjadi agak terkejut.
“Jangan
takut. Kejutanku belum selesai,” kata Nok menangkan mereka semua yang ada
didalam ruangan. Lalu Nok memberi salam dan memperkenalkan dirinya. Dan Nok
mengatakan bahwa dia kesini untuk mengambil posisi milik Nai yang adalah anak
angkat dari keluarganya.
“Nok,”
kata Ayah, mencoba untuk menghentikan Nok.
Namun
Nok menghindari Ayah dan mendekati Nai. “Sekarang. Aku kesini untuk mengambil
kembali pekerjaanku. Berdiri dari posisiku,” kata Nok.
Dan
mendengar itu, semua yang hadir dirapat protes, karena baru diberitahu hal ini.
Serta karena Nok masih baru saja tamat dan tidak pernah bekerja.
“Aku
pernah menjadi magang dan bekerja disebuah perusahaan di London selama liburan
semesterku,” kata Nok. Lalu ketika ada yang bertanya jenis pekerjaan apa yang
Nok lakukan. Nok malah menjawab,”Aku tamat dengan gelar di Design.”
Untuk
menenangkan situasi, Wat meminta izin kepada semua yang berada didalam ruangan.
Lalu dia memegang tangan Nok dan mengajaknya untuk berbicara diluar. Tapi Nok
tidak mau.
Nai
berdiri dan membantu Nok berbicara. Dia mengatakan bahwa saat ini dia sedang
mencari orang baru yang bisa membantunya menginput proyek nya yang baru dan
karena kebetulan Nok tertarik, maka Nok bisa membantunya.
“Orang
dalam yang ingin sukses dalam bisnis keluarga pasti lebih baik dari pada orang
luar,” kata Nok menyindir Nai.
“Aku
berharap setiap orang bisa memberikan Khun Muanchanok kesempatan untuk
membuktikan apa yang telah dia siapkan,” kata Nai. Dan dengan penuh percaya
diri, Nok membalas bahwa ia pasti bisa.
Lalu
dengan tajam, mereka berdua saling bertatapan.
Didalam
ruangan kantor Nai. Vi tidak percaya bahwa Nok akan perbuat demikian. Namun
bagi Nai itu tidak masalah, karena Nok telah melakukan hal yang benar, sebab
perusahaan ini memang milik Nok.
“Benar.
Tapi dia tidak memiliki pengetahuan. Dia tidak pernah datang bekerja disini,
mengapa tiba- tiba dia mengambil alih proyek penuh. Dan apa proyek nya itu?”
tanya Vi.
Diruang
rapat. Nok terkejut ketika mengetahui bahwa proyek yang harus ditanganinnya
adalah ‘Pelatihan tentang pemilahan sampah’.
Dan Jomyuth pun menjelaskan bahwa perusahaan mereka akan mengirimkan
beberapa orang untuk melatih masyarakat. Bagian dari proyek sosial, itu akan
menciptakan jaringan untuk meneruskan limbah dari masyarakat.
Mendengar
semua penjelasan itu, Nok menjadi agak tidak bersemangat, tapi dia tidak
menunjukannya.
Vi
tertawa mengetahui proyek apa yang harus Nok kerjakan. Dia mengatai Nok yang
mau menjebak Nai, tapi akhirnya malah dia yang terjebak dalam rencana nya
sendiri. “Percaya aku. Tidak akan lama. Dia akan keluar,” kata Vi.
“Jika
Khun Nok mau mengalahkanku. Dia tidak akan menyerah begitu mudah,” balas Nai.
“Eh..
Nai. Biar aku tanya. Kamu pergi untuk mengawasi Nok ketika dia belajar di
England selama 3 tahun. Apa dia punya
pacar?” tanya Vi.
“Apa
yang ku tahu, dia tidak berkencan dengan siapapun,” jawab Nai.
“Lihat!
Karena dia tidak memiliki pacar, maka otaknya seperti itu. Ini adalah waktu
yang tepat untuk aku menjadi Ibu yang baik.”
“Apa
yang akan kamu lakukan?”
“Mencari
kan seorang pacar untuk putriku,” kata Vi sambi tersenyum penuh rencana. Dan
Nai pun terdiam.
Tags:
Game Sanaeha