Network : Channel 3
“Penny!
Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Nai, tanpa berbasa- basi, ketika dia tanpa
sengaja bertemu dengan Pen.
“Aku
hanya mau mengembaliki kacamata milik Khun Wongwes yang tertinggal di kamarku,”
jawab Pen sambil menunjukan kacamata ditangannya.
Lalu
mendengar itu, Nai pun langsung menarik Pen untuk pergi dari sana. Dan tanpa
rasa malu, Pen menyuruh agar Nai tidak perlu khawatir bahwa dia akan masuk ke
kamar yang salah nanti. Seperti misalnya kamar Nok.
“Sekarang,
Khun Nok sedang bermimpi indah mendapatkan suami pilihan Ibunya. Dan aku tidak
sekejam itu untuk membangunkan dia pada kenyataan,” kata Pen.
Ketika
Pen mau pergi, Nai menarik tangan Pen dengan kuat dan menahannya. “Apa kamu
yakin sebuah kaca mata yang kamu katakan milik Khun Wes ini, bisa membuat orang
lain percaya bahwa Khun Wongwes datang padamu? Orang yang paling bodoh di dunia
yang akan mempercayai itu,” kata Nai dengan tajam.
Karena
Nai tidak percaya kepadanya, maka Pen pun menunjukan foto mesra nya yang tidur
bersama dengan Wes kemarin malam. “Apa yang kamu mau aku katakan tentang ini?”
tanya Pen sambil tersenyum penuh kemenangan.
“Aku
tidak mengira bahwa wanita tidak bernilai sepertimu ada di dunia ini,” balas
Nai.
Mendengar
pekartaan Nai yang mengatainya, Pen sama sekali tidak peduli. Karena dia telah
mendapatkan apa yang di inginkannya. Lalu Nai pun menyebutkan tentang Phai yang
telah bekerja keras untuk membesarkan Pen dan menyekolahkan Pen.
“Dan
ini, apa yang kamu kembalikan pada dia?” tanya Nai untuk menyadarkan Pen.
“Aku
tidak memaksa Ibuku untuk mencarikan ku seorang pria. Aku kesini untuk bekerja,
tapi Wes sendiri yang datang padaku,” balas Pen, tidak merasa bersalah pada
Ibunya sendiri.
Malah
dengan bangga Pen mengatakan bahwa dia telah mengorbankan dirinya sendiri untuk
menyaring seorang Pria bagi Nok, seperti apa yang pernah Nai katakan padanya.
Mendengar
itu, Nai pun merebut hape milik Pen dengan cepat. Dan dia menghapus semua foto
Pen bersama dengan Wes. “Jangan biarkan Khun Nok mengetahui tentang ini!” kata
Nai memperingatkan Pen dengan tegas.
Di
dalam kamarnya. Wes duduk merenung. Mengingat tentang saat indah nya ketika
tidur bersama dengan Pen tadi. Serta tentang janjinya yang tidak akan
meninggalkan Pen.
Lalu
tepat disaat itu, pintu kamar Wes di ketuk dengan keras. Dan ketika Wes membuka
pintu kamarnya, Nai langsung memukuli wajah Wes dengan keras.
Pribprao
yang kebetulan berada disana, terkejut ketika melihat itu. namun tanpa
mendengar lebih jauh, Pribprao pergi dari sana.
“Mengapa
kamu memukul ku?!” tanya Wes, tidak mengerti.
“Kamu
berbohong kepada setiap orang kalau kamu mabuk dan tidur di dalam kamar sampai
pagi ini. Kepadahal sebenarnya, kamu ada bersama dengan wanita lain!” balas Nai
dengan emosi. Dan Wes tidak bisa menjawab.
Nai
lalu melanjutkan.” Ini adalah apa yang kamu katakan bahwa kamu menghormati seorang
wanita, tidak lebih rendah dari pada yang aku lakukan.”
“Aku
minta maaf. Aku tidak bermaksud. Aku mabuk,” balas Wes dengan pelan.
“Tidak
kah kamu tahu, ketika kamu ada dengan wanita lain karena kamu mabuk. Apa yang
terjadi pada wanita lain yang kamu tinggalkan di pesta? Bahkan dia bergumam
bahwa kamu adalah pria yang membuatnya bahagia, ketika hidup nya terisi dengan
kesedihan,” jelas Nai denga emosi.
Wes
meminta maaf dan mengatakan bahwa tidak bermaksud untuk menyakiti Nok. Dan
lagian semuanya sudah terjadi, jadi dia tidak bisa melakukan apapun lagi.
“Bisa!
Jika itu terjadi karena kamu mabuk, jangan memberitahunya tentang ini. Dan
lupakan tentang wanita itu. Pikirkan lah, apa jenis wanita yang lebih bernilai
untukmu?” kata Nai dengan tegas. Lalu pergi dari sana.
Ketika
sedang berjalan- jalan santai di pinggir pantai. Tanpa sengaja Nok mendengarkan
pembicaraan Pribprao yang mengatakan bahwa dia melihat Nai memukuli Wes tadi.
Dan itu semua karena Nok.
“Jika
pria lain berhubungan dengan pacarnya, siapa yang tidak akan marah,” komentar
Sudjai.
“Jika
aku tidak melihat sendiri, kalau Khun Nai memukuli Khun Wongwes tadi. Aku tidak
akan percaya bahwa Khun Nok berada di kamar Khun Nai kemarin malam,” balas Pribprao.
Dan
mendengar semua itu, Nok tampak terkejut.
Dengan
perasaan marah, Nok berjalan menuju ke kamar Nai sambil mengingat semua
perkataan Pribprao dan Sudjai yang mengatainya hanya berpura- pura benci kepada
Nai, karena Ayah dan Ibu nya tidak mengizinkan hubungan mereka. Seperti Romeo
dan Juliet yang saling mencintai tapi tidak bisa menunjukan itu kepada publik,
karena orang tua mereka tidak setuju.
“Kemarin
malam, mereka mempunyai kesempatan untuk bersama, jadi mereka… ahh,” kata
Sudjai dan Pribprao dengan girang menggosipi Nok.
Sesampainya
didepan kamar Nai. Dengan keras Nok mengedor pintu kamar Nai. Dan lalu ketika
Nai membuka pintu baginya, Nok langsung masuk ke dalam. Lalu disana dia
mengingat tentang Nai yang sedang bertelanjang dada.
Dan
tanpa bicara apapun, Nok mengambil tempat sampah di kamar Nai dan membuang
sampah itu kepada Nai. Sehingga karena itu, Nai pun menjadi marah,” Mengapa
kamu membuang sampah ini padaku?!”
“Aku
mengajarimu!! Tentang memisahkan sampah. Dan kamu juga perlu untuk mengetahui
dimana tempatmu juga! Dengan begini, kamu akan sadar siapa aku dan siapa kamu!!
Kamu akan sadar bagaimana pun kamu mengangkat statusmu, itu tidak akan membatu
mu menjadi bernilai!!!” kata Nok dengan marah sambil menari kerah baju Nai.
Nok
marah seperti itu, karena salah paham kepada Nai. Dia mengira Nai telah
melakukan sesuatu yang tidak pantas kepada nya kemarin malam. Dan Nai pun mau
menjelaskan bahwa tidak ada apapun yang terjadi kemarin malam. Tapi bukannya
mendengarkan, Nok malah terus marah- marah dengan kasar kepada Nai.
“Bahkan
walaupun kamu telah di upgrade dari sampah menjadi sesuatu yang bernilai, tapi
kamu masih tetap sampah!! Sampah yang bahkan Ibumu tidak menginginkannya!!”
teriak Nok dengan sangat kasar sekali.
Hingga
akhirnya, Nai yang awalnya tetap diam dan menerima semua perkataan kasar serta
sikap tidak sopan Nok, dia pun menjadi emosi. “Khun Nok!!! Aku pikir kamu
berada di posisi yang sama sepertiku. Kamu ditinggalkan oleh orang tuamu juga.”
Nok
mengangkat tangannya untuk memukul Nai lagi, tapi kali ini Nai menahannya dan
tidak membiarkan Nok memukulinya.
“Lepaskan
aku!!” teriak Nok dengan marah, mencoba melepaskan tangannya dari Nai.
“Perubahan
kedua orang tuamu, harusnya mengajarkan kepada kamu bahwa hidup tidak lah
pasti. Kamu tidak seharusnya memandang rendah orang lain. Hari ini kamu adalah bidadari,
tapi dimasa depan kamu mungkin akan dipanggil sebagai Nyonya Muenchanok dengan
nama keluargaku sebagai gantinya,” balas Nai.
Mendengar
perkataan itu, Nok menjadi tambah emosi dan ingin memukul Nai. Tapi Nai
berhasil menahan tangan Nok yang satunya lagi. Lalu dengan marah, Nok
mengatakan bahwa itu tidak mungkin, karena untuk bernafas diudara yang sama
dengan Nai saja, dia sudah merasa cukup mual untuk muntah.
“Apa
aku terlalu rendah?! Apa kamu membenciku?! Apa aku terlalu menjijikan?!” tanya
Nai dengan keras sambil menarik tangan Nok agar tubuh Nok lebih mendekat
padanya.
“Ya!
Aku benci kamu. Aku jijik padamu! Seluruh dunia boleh berubah, tapi perasaan ku
untukmu tidak akan pernah berubah!”
“Aku
akan membuat kamu melupakan perkataanmu! Aku akan menunggu hari itu, hari dimana
kamu akan lupa bahwa kamu membenciku. Kamu akan memohon untuk pelukanku!” kata
Nai dengan penekanan.
“Tidak pernah!!”
“Jangan
terlalu yakin. Mulutmu mengatakan tidak mau. Tapi tubuhmu tidak bisa menolak
sentuhanku.”
Nok
mendorong Nai dan mencoba untuk melepaskan dirinya, lalu setelah berhasil
melepaskan dirinya. Nok menampar pipi Nai dengan keras.
“Aku
akan menganggap ini sebagai deposit untuk memulai game kita. Selanjutnya, jika
kamu menamparku, aku akan menciummu. Jangan pikir aku takut melakukannya. Aku
bisa membawamu ke kamarku, jadi aku bisa menciummu sebagai hukumannya. Ini
waktunya kamu untu belajar, kamu tidak lagi diatas orang lain. Khun
Muanchanok!” tegas Nai.
Dan
mendengar itu, Nok tampak sedikit ketakutan, jadi dia pun hanya diam saja,
tanpa membalas perkataan Nai. Lalu setelah itu, Nai pun pergi dari sana,
meninggalkan Nok sendirian.
“Kamu
hanya sedikit mengenalku, Luckanai!” kata Nok dengan pandangan benci.
Wes
mengetuk kamar Vi untuk berbicara kepada Nok. Tapi ketika membuka pintu dan
melihat wajah Wes, dengan kesal Vi langsung mau menutup pintu kamarnya. Namun
Wes menahan pintu kamar Vi dan memberitahukan maksudnya.
“Apa
yang kamu telah lakukan pagi ini, berani nya kamu mau bicara dengan dia,” kata
Vi.
“Bibi,
Vi. Aku tidak bermaksud begitu. Ini di luar kendali ku. Tolong berikan aku
kesempatan untuk menjelaskan,” pinta Wes.
“Aku
tidak peduli. Yang aku pedulikan adalah kamu lebih memetingkan dia daripada
Putriku. Aku tidak okay dengan itu,” tegas Vi. Lalu ingin menutup pintu
kamarnya, tapi Wes menahannya lagi.
Tepat
disaat itu, Nok datang.
Di
taman. Wes meminta maaf kepada Nok yang tampak marah. Dia mengaku bahwa dia
merasa bersalah dan tidak tahu harus bagaimana meminta maaf kepada Nok. Dan
jika Nok ingin menyalahkannya, maka dia akan terima. Lalu karena Nok masih saja
diam, maka Wes pun bertanya apa Nok marah padanya.
“Ya,”
balas Nok. Lalu dia memukuli Wes berkali- kali.
“Nok!
Aku minta maaf! Maaf!” kata Wes dengan kesakitan.
“Oh…
Berhenti minta maaf padaku!” balas Nok sambil berhenti memukul Wes.
Nok
salah paham besar, karena dia belum tahu apa yang terjadi sebenarnya antara Wes
dan Pen, dimalam saat Wes meninggalkan nya sendirian. Serta tentang hal baik
apa yang telah Nai lakukan untuknya.
Karena Nok
mengatakan bahwa dia tidak bisa menyalahkan Wes. Sebab kemarin malam mereka
berdua telah sama- sama mabuk. Dan Nok sadar bahwa tidak adil bagi Wes kalau harus
menjaga nya sepanjang waktu. Lalu Nok juga mengatakan bahwa seharusnya dia bisa
menjaga dirinya sendiri. Dan mendengar itu Wes menjadi bingung.
“Aku
akan balas dendam padamu nanti. Aku akan
meninggalkan mu di pantai. Dan membiarkan ombak untuk membawa mu,” kata Nok.
“Jadi
itu berarti … kita akan mengurus festival Full Moon bersama lagi, kan?” tanya
Wes.
“Tentu
saja. Kita masih belum tahu siapa yang menang. Lalu beritahu aku, siapa yang
menyuruh mu mencampakan ku. Beritahu aku,” kata Nok dengan sikap manja. Dan
sambil tersenyum, Wes tidak bisa menjawab.
Diapatermen
nya. Khae menyiapkan makan siang untuk Wat. Dan dengan senang, Wat bertanya-
tanya kapan terakhir kalinya Khae menyiapkan sesuatu seperti ini untuknya. Lalu
Khae pun menjawab bahwa itu sejak Putri Wat kembali. Dan mendengar itu, Wat pun
terdiam dengan raut sedih.
“Jangan
pernah seperti itu lagi ya. Kamu tidak melakukan kesalahan apapun. Khun Nok
juga tidak. Kita hanya bertemu di waktu yang salah saja. Mungkin, jika kamu
bertemu aku sebelum Vi, maka dia akan menjadi putriku,” kata Khae, menghibur
Wat agar tidak sedih.
“Khae,”
kata Wat, terharu mendengar betapa perhatiannya Khae.
“Bahkan
walaupun Khun Nok sangat kejam padaku, tapi aku mengerti dia, karena Khun Vi
telah meninggalkannya. Jauh di dalam, dia hanya ingin melindungin dirinya
sendiri,” jelas Khae sambil tersenyum dengan penuh pengertian.
“Aku
berharap Nok mendengar apa yang kamu katakan. Jadi dia akan lebih mengerti kamu,”
balas Wat.
Dengan
mesra dan penuh perhatian. Khae memeluk Wat dari belakang. Lalu dia mengatakan
bahwa selama ini dia telah membiarkan Wat untuk menyelesaikan semuanya
sendirian, tapi kini mereka akan menyelesaikan masalah ini bersama, yaitu untuk
membuat Nok bisa menerima hal ini.
“Aku
akan menjadi Ibunya!” kata Khae dengan lembut dan tegas.
Dikantor. Saat rapat. Nok menunjukan video hasil kerjanya.
Bring your friend back home by Green Dream. (Bawa teman mu kembali ke rumah by Green Dream). Penonton yang telah melihat video
ini, mencapai 1.203.270.
Dalam pesta Full Moon yang di adakan di
pantai. Pada malam hari, setiap orang
menari dan bersenang- senang. Lalu ke esokan paginya, begitu banyak sampah yang
berserakan dan bahkan ada orang yang setelah minum, dia membiarkan botol
minuman nya begitu saja dan pergi dari sana. Dan sampah yang di biarkan begitu
saja, menjadi tambah kotor.
Sehingga area di pantai pun menjadi tidak
bersih. Banyak sampah yang berserakan dimana- mana dan kuman serta binatang-
binatang kecil yang tidak baik juga ada pada sampah itu.
Flash back. Video di ulang kembali ke saat
dimana orang- orang berada disana. Tapi tidak seperti sebelumnya, dimana mereka
meninggalkan sampah yang ada begitu saja. Kali ini mereka mengambil botol minum
yang telah mereka habis kan itu dan membuangnya.
Jadi jika setiap orang mau bekerja sama
untuk membersikan pantai. Dan membuang sampah pada tempatnya, maka area di pantai
pun akan menjadi bersih.
Setelah
video selesai di tayangkan, dengan bangga Nok berdiri di depan layar. Dan
setiap orang yang berada di dalam ruangan bertepuk tangan untuknya.
Di
dalam kantornya. Wat memuji hasil kerja Nok. Dan mendengar itu, dengan penuh
percaya diri, Nok pun menanyakan apakah posisi wakil ketua akan menjadi
miliknya.
“Aku
ingin membicarakan tentang masalah ini pada mu,” kata Wat dengan serius tiba-
tiba. Dan melihat itu, Nok menjadi langsung heran.
“Apa
yang harus kita bicarakan?” tanya Nok dengan nada curiga. “Jangan bilang padaku
bahwa pekerjaan ku belum cukup, untuk membuat ku bisa
duduk di posisi wakil ketua!”
Nok
masuk ke dalam ruangan kantor Nai dan mulai marah- marah. Dia menuduh Nai telah
bermain kotor untuk mempertahankan posisinya. Dan Nai membalas bahwa Nok begitu
pintar, pintar dalam menyalahkan orang lain, ketika Nok tidak bisa mendapatkan
apa yang Nok inginkan.
Dan
saat Nok masih saja tidak bisa menerima itu. Nai pun berjalan mendekati Nok dan
memberikan nasihat kepada Nok bahwa hasil kerja Nok pada proyek Full Moon itu
memang sangat baik, tapi hanya sukses dalam satu proyek, tidak berarti bisa
membuat orang mengabaikan satu orang berharga yang telah membuat banyak proyek
lebih daripada Nok.
“Kamu
terlalu muda, jika kamu berpikiran seperti itu,” jelas Nai.
“Aku
tidak muda! Jangan pernah menekan ku turun dengan kekuasaanmu!” balas Nok.
“Aku?
Menekan mu? Nok, jika aku tidak diminta
oleh Ketua dan semua anggota komite,
maka aku sudah akan resign sejak kamu telah berada di sini,” kata Nai.
“Aku
tidak percaya bahwa kamu akan resign,” balas Nok sambil mengatai Nai juga.
“Aku
tidak penuh tipu daya. Aku orang yang berterus terang. Sangat sangat berterus
terang. Seperti yang aku langsung katakan padamu di sana,” kata Nai sambil
tersenyum menatap tubuh Nok sebentar.
Lalu dengan kesal, Nok pun mengangkat tangan nya untuk memukul Nai. Tapi Nai berhasil menahan tangan Nok. Dan karena tidak bisa memukul Nai, maka Nok mendorong Nai menjauh darinya.
“Lihat
itu? Betapa berterus terangnya aku? Dan apa yang ku katakan, sebagian besar dari
mereka akan menjadi kenyataan,” kata Nai sambil tersenyum kepada Nok, lalu dia
pergi keluar dari dalam ruangan.
Dan
dengan sangat kesal, Nok mengambil barang yang ada dimeja kerja Nai dan ingin
melemparkan itu. Tapi dia tidak jadi melemparkan itu, karena Nai tidak ada
disana lagi.
Nok
pergi ke rumah Nenek dan menceritakan segala yang Nai katakan padanya. Dan
mengetahui itu, Nenek pun menjadi ikut kesal.
“Bajingan!
Dia akan kehilangan lebih dari apa yang dia lakukan padamu ratusan kali. Semua
reputasi nya, uang, kehormatan, semuanya akan hilang. Dia akan kembali ke
tempat dimana dia berasal, “ kata Nenek dengan nada penuh kebencian.
“Aku
membenci dia! Aku akan mengingat itu kalimat itu seumur hidupku. Aku tidak akan
pernah melupakan perkataan ku ini,” kata Nok.
Nok
mengingat kejadian dipantai. Saat kakinya terluka, lalu Nai menggendong nya.
Dan disaat itu, ketika dia mengigit bahu Nai, Nai tidak marah kepada nya,
malahan Nai mengatakan bahwa asalkan dia terluka sebagai ganti agar Nok tidak
sakit lagi, maka dia akan menerima itu.
Setelah
itu Nok mengingat saat dia mewarnai wajah Nai. Disaat itu Nai tersenyum
menatapnya.
Seperti
mendapatkan ide yang bagus. Nok tersenyum dengan penuh percaya diri. “Terima
kasih, nek. Karena telah membimbingku untuk membalas dendam padanya. Dengan
melakukan itu, aku akan mendapatkan segala yang seharusn ya menjadi milik ku.”
Dan melihat
senyum percaya diri Nok, maka Nenek pun menjadi agak heran dengan apa yang
sebenarnya sedang Nok pikirkan.
Pagi
hari. Nok mengatakan pada Ayahnya bahwa dia sudah sadar, walaupun dia adalah
anak Wat, tapi pengalamannya dalam bekerja di Green Dream masih sangat sedikit.
Dan karena itu, sulit bagi nya untuk membuat orang lain menghormatinya sebagai
wakil ketua.
“Jadi
aku pikir aku harus lebih memperbanyak pengalaman kerja,” kata Nok.
“Aku
senang mendengar itu. Sejujurnya, sulit bagiku untuk meminta Nai mengundurkan
diri. Terima kasih ya, sayang,,” balas Wat.
Wat
lalu teringat bahwa sebuah acara program TV ingin mengadakan wawancara langsung
besok jam 3 siang. Dan Wat ingin agar Nok yang menghadiri acara itu. Lalu
mendengar itu, Nok pun menjadi heran kenapa harus dia.
“Kamu
harus lihat pertanyaan yang mereka kirim kan pada ku. Itu semua tentang video
clip milikmu. Siapa yang akan bisa menjawab pertanyaan itu, selain dari pada
kamu?” jelas Wat sambil menunjukan data pertanyaan yang di kirim kan ke hapenya.
Dan dengan
hati- hari Nok membaca semua pertanyaan yang diberikan. “Tapi ini juga ada
pertanyaan yang lain juga. Semua tentang daur ulang. Pa, barusan aku sudah bilang padamu bahwa aku hanya
memiliki sedikit pengalaman,” kata Nok.
Menyadari
hal itu, Wat menyaran kan agar Nok mengajak seorang karyawan di perusahaan
mereka ke acara itu. Sehingga nantinya karyawan itu bisa membantu Nok untuk
menjawab pertanyaan yang lain. Dan Nok setuju.
“Ok. Jadi
siapa yang akan menemanin mu? Mm… aku saran kan, Sudjai, karena dia memiliki
banyak pengetahuan. Atau Jomyuth, dia lucu dan banyak bicara,” kata Wat
memberikan saran.
“Tapi
aku mengharapkan orang yang lain,” balas Nok sambil tersenyum.
Keesokan
harinya. Pada hari wawancara. Ternyata orang yang ingin Nok ajak adalah Nai. Disana
dia serta Nai bersama kedua orang pembawa acara duduk bersama.
“Saya
pikir bahwa setiap orang mencintai dunia kita dalam hati terdalam mereka. Dan semua
yang kami lakukan ini untuk menyadarkan itu. Itu saja,” kata Nai, menjawab
pertanyaan yang di tanyakan kepadanya.
Kedua orang
pembawa acara itu memuji Nai. Lalu setelah itu, mereka membicarakan tentang clip
video milik Nok yang sangat hebat dan telah mencapai ratusan juta penonton. “Bagaimana
dengan Khun Muanchanok. Video kampanye ini sudah mencapai ratusan penonton. Jadi
bagaimana perasaan mu?” tanya pembawa acara yang Pria.
“Saya
sangat bangga sebagai pembuat Clip itu. Terlebih, kami akan lebih bangga, jika
Clip ini akan membuat pesta Full Moon selanjutnya. Tidak ada lagi plastik,
kotak foam, atau gelas di pantai lagi,” jelas Nok, menjawab.
Pembawa
acara Pria memuji Nok yang memiliki sikap baik selain dari kecantikan. Lalu si
Pembawa acara Wanita pun membacakan pertanyaan langsung yang dikirim dari live
Chat kepada Nok.
“Khun
Muanchanok, apa kamu pernah berpikir
untuk meninggalkan pria yang kamu bawa dengan kamu hari ini? Karena dia ingin menggunakannya setelah
kamu.”
“Menggunakan
kembali?” kata Nai sambil tertawa dengan canggung.
“Apa ini
seorang pria atau tas plastik sih?” tanya si Pembawa acara Pria acara sambil tertawa
dengan bercanda.
“Tidak.
Yang dia maksud adalah Pria ini,” jawab si Pembawa acara sambil menunjuk pada
Nai.
“Mm…
aku tidak bisa meninggalkan Pria ini pastinya,” jawab Nok sambil memegang
tangan Nai. Dan merasakan itu, Nai pun melihat dengan agak sedikit terkejut. Sedangkan
Nok tetap melanjutkan bicaranya, “Sesuai dengan konsep Green Dream. Semuanya
tidak boleh di tinggalkan… ‘Bawa temanmu
pulang denganmu’, “ jelas Nok, lalu melepaskan tangan Nai.
“ Hanya
teman? Apa kamu yakin?” goda si si Pembawa acara wanita.
“Umm..
lebih baik menyebut dia harta perusahaan,” jawab Nok.
“Harta
perusahaan? Atau harta pribatdi?” goda si si Pembawa acara pria.
Mendengar
godaan itu, Nok tidak menjawab dan hanya tersenyum dengan lebar saja. Dan melihat
senyum Nok itu, Nai pun menjadi agak heran.
Sesudah
acara selesai. Nok mengajak Nai untuk makan bersama, karena sudah jam 5
sekarang. Dan mendengar ajakan itu, Nai pun menjadi heran dan bertanya, karena
menurut dia itu aneh bahwa Nok mau mengajaknya untuk pergi bersama.
“Aku
sudah bilang padamu berkali- kali. Kamu diajak untuk wawancara dalam TV Show
untuk membantuku, jika aku melakukan sesuatu yang salah. Jadi haruskah kita
pergi? jika tidak, mari pulang,” jelas Nok sambil memegang lengan Nai. Untuk menahan
Nai yang terus berjalan dengan cepat.
Dengan sedikit
heran, Nai pun mengiyakan ajakan Nok untuk makan bersama.
Karena tiba-tiba
saja Nenek menelponnya, maka Nok pun memberikan kartu parkir nya kepada Nai dan
menyuruh agar Nai ke tempat parkir duluan saja, lalu nanti dia akan menyusul. Dan
Nai pun menerima itu, lalu pergi.
Nok
mengangkat telepon dari Nenek. Dan dengan sedikit nada marah, Nenek menanyakan
tentang apa yang terjadi di pertunjukan TV itu, karena dia melihat di TV kalau
Nok itu tiba- tiba saja bersikap terlalu baik kepada Nai.
“Tolong
dengarkan aku,” kata Nok, ingin menjelaskan.
“Kamu
bilang pada ku kalau kamu membenci dia. Dan kamu akan mengingat perkataan itu
seumur hidupmu. Tapi sekarang apa, kamu sudah lupa?” tanya Nenek.
“Dia
akan membuatku melupakan perkataan ku. Nenek, dengarkan aku. Aku tidak akan
pernah melupakan apa yang dia katakan ini. Aku akan mengingat betapa bencinya aku. Aku
hanya berpikir bahwa jika aku ingin menghukum dia dengan kata sombongnya. Maka aku
harus merevisi sedikit rencanaku,” balas Nok sambil tersenyum kecil.
Tags:
Game Sanaeha
Jadi gregetan sama si nok..... Cow ganteng baik hatu kek gitu dimusuhin
ReplyDelete