Network : Channel 3
Nai
datang ke resepsionis untuk mengembalikan kartu tamu miliknya dan milik Nok.
Serta untuk mengambil kembali tanda pengenal mereka. Dan tanpa sengaja, disaat
itu Nai dan Khae bertemu. Namun tanpa menyapa Khae, Nai berjalan pergi dan
mengabaikan Khae.
“Tidak
kah kamu ingin menyapa ku sebagai seseorang yang menjadi teman?” tanya Khae,
menghentikan Nai yang mengabaikannya.
“Kamu
mengabaikan peringatanku. Lebih baik kita menjadi orang asing,” balas Nai.
“Apa
kamu punya urusan disekitar sini? Khae sedang menunggu untuk rekaman acara TV
jam 6. Aku sengaja datang lebih awal. Mari kita minum sesuatu,” ajak Khae.
“Aku
permisi,” balas Nai, lalu mau berjalan pergi.
Khae
menarik lengan Nai dan menahannya. “Aku bukannya mengabaikan peringatan mu.
Tapi aku tidak bisa menerima itu. Selanjutnya, aku masih membutuhkan peringatan
mu. Karena itu membuat ku menyadari bahwa kamu khawatir padaku,” kata Khae.
Lalu dengan perlahan, Khae yang awalnya memegang lengan Nai, dia menurunkan
pegangannya dan memegang tangan Nai dengan kedua tangan nya.
“Aku
tidak khawatir padamu. Tapi aku mengkhawatirkan tentang keluargamu yang menjadi
demarwan ku,” balas Nai dengan tegas. Lalu Nai mencoba untuk melepaskan tangan
Khae yang memegangnya.
Tapi
dengan erat, Khae tidak mau melepaskan pegangan nya. Dan lalu karena itu, tanpa
sengaja kartu identitas milik Nok yang sedang dipegang oleh Nai terjatuh ke
lantai.
Melihat
ada sesuatu yang jatuh, Nai membungkuk untuk mengambilnya. Namun dengan cepat,
Khae berhasil mengambilnya duluan. Dan ketika dia melihat, nama yang berada di
kartu identitas itu, dia tampak terkejut.
Tepat
di saat itu, Nok yang baru kembali langsung merampas kartu identitasnya dari
tangan Khae.. “Ini jadi bernoda! Kotor!” kata Nok sambil menlap kartu identitas
miliknya dan menatap tajam kepada Khae.
“Bekerja?
Aku begitu terkejut. Aku pikir bahwa kamu bisanya hanya mengambil uang Ayahku,”
kata Nok, menyindir.
“Tanpa
Ayahmu, aku bisa hidup. Tapi Ayahmu, bagaimana bisa dia hidup tanpa ku?” balas
Khae. Dan mendengar itu Nok menjadi agak kesal.
“Dia
sudah hidup lama, tidak perlu bersamamu,” balas Nok.
“Aku
berharap kamu melihat wajahnya ketika dia bertemu dengan ku kemarin malam.
Betapa bahagiannya dia. Rencana sederhana mu, tidak akan bisa membuat dia
menjauh dari ku,” balas Khae dengan santai.
Nok
menjadi semakin kesal dan dia balas mengatai Khae lagi. Lalu Khae pun balas
mengatai Nok lagi. Dan melihat itu, Nai pun menyela dan mengajak Nok untuk
pergi makan saja, tapi Nok tidak mau makan lagi, karena melihat wajah Khae.
Lalu
setelah mengatakan hal itu, Nok memengang tangan Nai dan menariknya untuk pergi
dari sana. Dan dengan kesal, Khae pun tidak bisa berbuat apapun.
Sesampainya
dirumah. Nai ingin naik ke lantai atas, untuk mandi dan berganti baju. Tapi Nok
menghentikan Nai dan mengajak Nai untuk makan bersama. Dan mendengar ajakan
itu, Nai pun menjadi agak heran.
“Kamu
belum makan juga, kan?” tanya Nok, ketika Nai hanya diam saja.
“Ya.
Tapi aku kira, kamu tidak mau makan,” jawab Nai.
“Sebenarnya,
aku tidak mau. Yang ku mau adalah berolahraga,” balas Nok. Dan hal itu membuat
Nai menjadi semakin heran.
“Lambatnya!
Berapa lama baru aku bisa makan?!” keluh Nok. Lalu dia mengambil sayuran yang
ada dan mematahkan nya menggunakan tangannya, setelah itu Nok memasukan semua
sayuran yang ada begitu saja ke dalam panci.
“Khun
Nok! Khun Nok! Itu akan jadi berantakan,” kata bibi Phai, menghentikan Nok.
Tapi Nok tidak peduli dan tetap melakukan itu.
Nai
yang berada di sana juga. Dia mengatakan kepada bibi Phai agar membiarkan saja Nok
melakukan itu. Dan kepada Nok, Nai mengatakan agar Nok menempatkan semua
ketidaknyamanan serta kemarahan Nok pada semua sayur itu dan memasukan nya ke
dalam panci.
Mendengar
perkataan Nai itu. Maka bibi Phai, Aff, dan Aey. Mereka ikut melakukan apa yang
sedang Nok lakukan. Dan melihat itu, Nai tertawa.
“Aku
tertawa pada Sukiyaki di dalam panci. Itu semua berantakan,” kata Nai.
“Tapi
aku pikir itu belum cukup berantakan,” balas Nok.
“Kalau
lebih kacau, maka kita tidak bisa makan lagi. Sayang sekali!” balas Nai.
“Ya,
kita bisa. Karena yang akan diberantakin adalah wajah mu!” kata Nok. Lalu dengan
cepat, dia mengambil kocokan telur dan menaruhnya di muka Nai. Dan setelah itu
Nok pun tertawa dengan keras,” Bukan Sukiyaki.”
Lalu
bibi Phai pun menolong Nok dan meminta pada Nai agar berhenti. Tapi Nai tidak
mau berhenti dan karena bibi Phai juga
tidak mau menyingkir, maka Nai pun mengoleskan kocokan telur itu di wajah bibi
Phai.
Lalu
setelah itu, Nok kembali berlari dan menghindar. Dan Nai pun terus mengejar Nok.
Berdua mereka bermain dan bercanda bersama, berlari-larian dan bermain sambil
tertawa dengan keras.
Lalu tepat
disaat itu, ketika melewati ruang makan Vi mendengar suara Nok yang menanyakan
pada seseorang ‘Apa ini enak?’ , ‘Makan lagi dan jangan banyak komplain’ . Dan
mendengar itu, Vi pun berhenti berjalan. Lalu ketika dia melihat ke arah ruang
makan dan melihat bahwa ternyata Nok sedang bersama dengan Nai. Vi pun menjadi
lebih terkejut.
“Apa
ada yang terjadi?” tanya Wes menjalan kan tugasnya sebagai Dokter.
“Kelihatannya
seperti mau flu dan sulit untuk bernafas,” jawab Pen.
Dengan genit,
Pen menatap Wes sambil tersenyum nakal. Dan melihat itu, Wes tampak mengerti
dengan niat Pen yang sebenarnya. Wes lalu membuat alasan agar si perawat
keluar, dia berpura- pura meminta tolong kepada perawatnya untuk pergi
membelikannya pena yang baru, karena tinta pena nya sudah habis. Jadi karena
itu, maka si perawat keluar dari dalam ruangan.
“Jika
aku tidak pura- pura sakit, bagaimana bisa aku bertemu kamu? Mm… Aku hanya
ingin memberitahu mu bahwa apatermen ku sudah selesai dan aku akan pindah hari
ini. Jadi aku butuh seseorang untuk menolongku,” balas Pen.
“Dengan
senang hati. Aku tidak punya kerjaan juga pada sore hari ini,” balas Wes.
“Tidak,
kamu punya… ,” kata Pen sambil memegang tangan Wes yang sedang memegang
stetoskop dan menaruhnya di dadanya, “… bekerja di apatermen ku,” kata Pen
dengan genit.
Pas
disaat itu, si perawat kembali. Dan melihatnya, Wes pun menjadi terkejut, lalu
dengan sikap canggung Wes menerima pena baru itu dan menuliskan resep untuk
Pen.
“Oh…
sayang… kamu begitu sensitif,” balas Vi.
“Apa
yang terjadi ?” tanya Nok.
“Aku
ingin mengajak mu untuk memakai masker bersama denganku,” jawab Vi sambil
memperlihatkan masker yang dibawanya.
Nok
merasa curiga dan menanyakan niat asli Ibunya, karena dia tidak percaya bahwa Ibunya
datang hanya untuk mengajaknya memakain masker bersama. Dan karena itu, maka Vi
pun jujur.
“Tidak
sama sekali. Kecuali niat ku untuk memasak baginya,” jawab Nok.
Dan
mendengar itu, Vi langsung mendekati Nok dan memegang dahi Nok, memastikan
putrinya itu masih baik- baik saja.
“Mom,
aku baik- baik saja,” kata Nok sambil menahan tangan Ibunya. “Mengapa? Apa itu
aneh, kalau aku memalukan sesuatu yang baik untuknya?” tanya Nok.
“Sangat
anehhh..” jawab Vi. Lalu dia menanyakan rencana asli Nok melakukan itu.
Dan
dengan agak bingung, Vi menganggukan kepalanya. “Itu bagus… Atau tidak?”
“Tidak
perlu menghormati dia. Dia bibi Phai, dia adalah pelayan rumahku,” kata Pen.
Dan mendengar itu, Phai menjadi terkejut, lalu dia menatap tidak percaya kepada
Pen.
“Aku
harus tetap menghormatinya. Karena dia lebih tua daripadaku,” balas Wes.
“Ya,”
balas Phai.
“Kemudian
aku akan menunggu kamu di sini,” kata Wes.
Dengan
segera, Phai berniat untuk pergi ke belakang dan membantu Pen untuk mengambil
barang- barang milik Pen. Tapi Pen menahan Phai dan memberikan kode kepada Phai
agar mereka masuk ke dalam rumah. Lalu dengan agak keheranan, maka Phai pun masuk
ke dalam rumah.
Didalam
kamar. Pen meminta maaf kepada Ibunya karena telah menyebut Ibunya sebagai
pelayan. Dan Phai pun membalas bahwa Pen tidak salah, karena benar dia adalah
seorang pelayan.
Sebagai
permintaan maaf nya, Pen memberikan kartu kunci apatermennya. Sehingga Ibunya
bisa datang ke sana, ketika Ibu ingin bertemu dengannya. Atau jika Ibunya
berubah pikiran untuk tinggal bersama dengannya disana.
Dan
Phai pun menerima kartu itu. “Aku akan mengunjunginmu disana.”
“Tolong
secepatnnya ya. Aku ingin menunjukan kamarku,” balas Pen.
Mendengar
hal itu, Nok menjadi cemas kalau Phai juga akan pindah ke sana. Lalu saat Phai
menjelaskan bahwa dia akan tetap tinggal disini, Nok pun menjadi lega. “Aku
berjanji, aku akan menjaga kamu,” kata Nok denga senang sambil tersenyum.
“Oh…
aku kira dia adalah pacar barunya. Dia punya sikap yang baik dan sopan. Jika
dia bersama dengannya, aku akan senang,” jawab Phai. Dan mendengar itu, Wat
menjadi heran.
“Ada
apa, pa? Mengapa kamu terlihat begitu serius?” tanya Nok melihat sikap aneh
Ayahnya.
“Tidak
ada. Aku hanya sedang memikirkan posisi mana yang bagus untukmu di perusahaan?”
balas Wat.
“Bolehkah
aku memilih sendiri?” tanya Nok sambil tersenyum manis penuh arti.
“Aku
sudah memberitahu mu bahwa Nok hanya melonggarkan dirinya untuk sesaat saja.
Ketika dia selesai, dia akan membenci ku seperti biasanya,” jelas Nai.
“Tidak
kah kamu mendengar itu? Tidak lebih dari satu hari! Moment ketenangan ku terlalu
singkat,” kata Nai sambil tersenyum sangat lebar.
Nai pun
menjelaskan bahwa tadi dia sedang berhenti sebentar di Franchise mereka yang
berada di Distrik Bangpli. Lalu ketika dia balik ke sini, Nok malah sedang
mengambil alih ruangan kerjanya.
“Kamu
bilang bahwa kamu tidak ingin menjadi wakil ketua,” balas Nai.
“Ya,
aku tidak mau. Dan aku tidak dalam posisi itu juga,” jelas Nok.
“Tidak?
Lalu mengapa kamu mengambil alih ruang kerja ku.”
“Siapa
yang bilang itu? Lihat, meja kerja mu masih disana,” kata Nok sambil menunjuk
meja milik Nai. Lalu melanjutkan,” Aku hanya ingin berbagi ruang denganmu
sebagai asisten wakil ketua,” jelas Nok. Dan mendengar itu, Nai menjadi
terdiam.
“Apa
alasannya dalam melakukan itu?” tanya Nai.
“Dia
bilang, dia belum siap, dia takut melakukan sesuatu yang salah,” jawab Wat.
“Apa
ada yang kamu takutkan?” tanya Nai.
“Kemari
malam. Penny kembali untuk mengambil barangnya, pindah ke apatermennya yang
baru. Apa kamu tahu siapa orang yang menolong nya?” balas Wat.
“Mengapa?”
tanya Nai dengan sikap seperti sedang sibuk.
“Map
yang kamu pegang terbalik,” kata Nok sambil menunjuk.
“Hanya
cover luar nya yang terbalik, di dalam nya tidak. Jomyuth, kamu begitu
ceroboh,” kata Nai. Lalu dia pura- pura membetulkan dokumen yang memang
terbalik. Dan kembali bekerja.
Tepat
disaat itu, Nok kembali ke dalam ruangan. Lalu karena melihat Nai berada di
mejanya dan sedang menyentuh laptopnya, maka Nok menanyakan apa yang sedang Nai
lakukan. Dan Nai menjawab bahwa dia sedang mendownload kan file informasi
tentang proyek didalam perusahaan daur ulang, karena dia dengar kalau Nok mau
mempelajari tentang itu.
“Ya.
Aku butuh itu. Tapi mengapa kamu tidak mendownload kan nya ketika aku masih
disini?” tanya Nok, heran.
“Aku
tidak memikirkan itu. Aku hanya melakukannya langsung, ketika aku teringat,”
balas Nai.
Dengan
semangat, Nok lalu memberitahu Nai bahwa karena ini adalah hari pertamanya
bekerja disini, maka dia membelikan Ayam
goreng untuk setiap orang. Lalu Nok membuka penutup tempat ayam goreng dan
memberikan itu kepada Nai.
“Aku
ingin menyelesaikan download ku dulu. Aku akan makan nanti,” kata Nai sambil
duduk dikursi Nok.
“Kamu
bisa melakukan nya, ketika kamu sedang mendownload. Aku takut Ayam goreng nya
bakal keburu dingin,” balas Nok dengan sedikit memaksa Nai.
Lalu
karena itu, maka Nai pun mau mengambil ayam goreng itu. Tapi sebelum sempat terambil
olehnya, Nok langsung menahannya. “Kamu mau aku makan itu atau tidak?” tanay
Nai.
Dengan
terpaksa, Nok mengambil Ayam goreng itu dan menyuapi Nai. Dan sambil memengang
tangan Nok, Nai pun mengigit Ayah goreng tersebut.
Tepat
disaat itu, Sudjai masuk ke dalam ruangan. Dan dia menjadi terkejut, ketika
melihat Nok yang sedang menyuapi Nai. Lalu sebelum Nai serta Nok sadar, dia langsung
keluar dari dalam ruangan.
Sudjai
mengabarkan di grup Line tentang kemesraan Nok serta Nai.
Karyawan lain : P’Jomyuth, kamu butuh melakukan hal yang
sama seperti Khun Nok. Jati kamu tidak akan di pecat.
Jomyuth : T.T (emoticon) lebih aku berpikir, lebih aku
terluka. Menjadi sekretaris dari wakil ketua untuk waktu yang lama, posisi
wakil asistan malah baru muncul, bagaimana bisa?
Karyawan lain : Kemudian rumor di pantai itu nyata?
Sudjai
: Lebih dari kenyataan. Joomyuth adalah saksi nya.
Jomyuth : Apa ini alasan untuk memaksaku resign? ‘Oh… Nooo
(Emoticon)
“Aku
minta maaf. Khun Nok menyuruh ku untuk mengundangnya ke dalam grup chat. Aku tidak
tahu bagaimana menolaknya,” kata Praw dengan menyesal serta sedih juga.
Tiba-
tiba saja muncul notifikasi dari Nok yang menyapa mereka. Dan melihat chat itu,
mereka semua langsung terkejut dan menyimppan hape mereka, lalu mereka kembali
bekerja lagi.
“Bagaimana
perasaan mu setelah melihat wawancara Khun Nok dan Khun Nai?” tanya Khae.
“Apa kamu
terkejut bahwa mereka tidak bertengkar ketika wawancara?” balas Wat sambil
tersenyum.
“Ya.
Hanya dalam wawancara?”
“Ini
nyata. Mereka tiba- tiba tidak bertengkar lagi. Aku sangat lega. Mungkin Nok
sudah semakin dewasa dan lebih mengerti tentang apa yang terjadi,” balas Wat,
menjelaskan. Dan dia juga yakin suatu saat Nok bisa menerima hubungan mereka.
“Tapi
kamu kekurangan sesuatu…” kata Wat. Dan mendengar itu, Khae pun terkejut, lalu
dia melihat gaun yang dipakainya.
Dan disaat itulah, Wat mendekat. Lalu dengan perlahan dia memakaikan sebuah kalung berlian yang sangat cantik di leher Khae.
“Kapan
kamu membeli nya?” tanya Khae sambil tersenyum senang.
“Itu
bukan intinya. Intinya adalah apa kamu suka itu atau tidak?” tanya Wat sambil
tersenyum.
“Terima
kasih ya,” kata Khae sambil balas tersenyum. Lalu setelah itu dia mencium pipi
Wat.
Tags:
Game Sanaeha
Mksh min........
ReplyDeleteMin ditunggu lanjutannya..😄
ReplyDeleteSemangat kak,lanjut terus karena ditunggu selalu kelanjutannya sampai the end yah kak ☺
ReplyDeleteAyo min semangat.. Kami tunggu lanjutannya... Trimakasih
ReplyDeleteMin..nonton yg lengkap engsub dmn sih?bagi linknya please..
ReplyDelete