Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 4 - part 3


Network : Channel 3



Setelah mengunjungin kamar Nai, Vi mengunjungin kamar Wat. Disana ketika Wat membuka kan pintu kamar untuknya, Vi langsung masuk dan mengunci pintu kamar. Sehingga melihat itu, Wat pun menjadi kaget.

“Aku tidak akan memperkosa mu! Aku hanya ingin membicarakan tentang sesuatu,” kata Vi dengan tajam.

“Masalah apa? Jangan bilang padaku, itu tentang Nok dan Nai,” tebak Wat. Dan Vi mengiyakan. Lalu dengan nada heran, Wat menanyakan apa itu hanya dia saja yang senang kalau Nok serta Nai berdamai, sementara Vi tidak senang.

“Tapi itu karena kamu tidak tahu bahwa mereka berdua sedang memainkan sebuah game,” jelas Vi. Dan Wat yang memang tidak tahu apapun, menjadi tidak mengerti dengan maksud Vi.



Tepat disaat itu, Khae menelpon menggunakan video call. Sehingga Wat pun memberikan tanda agar Vi keluar dari kamarnya. Tapi bukannya keluar dari kamar, Vi malah duduk di sofa kamar. Dan ketika Wat sedang berbicara dengan Khae, Vi mengeluarkan suara.”Ugh!” karena mendengat gombalan Wat pada Khae.

Lalu karena itu, maka Wat memberika kode keras agar Vi keluar dari kamarnya. Dan karena itu, maka Vi pun pergi sambil mengomel.


Khae menanyakan bahwa barusan dia mendengar suara wanita. Dan Wat menjawab bahwa itu tidak mungkin, karena selain Khae, tidak ada wanita lain yang diterima di dalam kamarnya. Lalu sebagai bukti bahwa perkataan nya benar, maka Wat menunjukan isi kamarnya kepada Khae.


Vi mendapatkan pesan dari temannya yang mengirimkan screenshot artikel tentang Pen. Dan ketika melihat itu, Vi menjadi terkejut. Lalu dia pun menghampiri Wat dan menanyakan tentang artikel itu.


Dan Wat pun menjadi terkejut juga, tapi bukan karena artikel itu. Melainkan karena dia sedang memperlihatkan isi kamarnya kepada Khae untuk membuktikan perkataannya, lalu tiba- tiba Vi muncul.



“Kamu melakukan ini di belakang ku atau apa?” tanya Khae.

“Khae… ini bukan seperti apa yang kamu pikirkan,” jelas Wat dengan panik.

“Hm… berani nya kamu! Ketika dia belum bercerai. Aku tidak ada mengucapkan satu keluhan pun,” kata Vi dengan keras kepada Khae melalui video call di hape Wat.


Mendengar itu, dengan kesal Khae pun segera mematikan sambungan video call dengan Wat. Dan tepat disaat itu, Ibu nya mengetuk pintu kamarnya. Lalu setelah Khae membuka kan pintu kamarnya, Thorsaeng masuk kedalam kamar nya dan memperlihatkan artikel tentang Pen.


Kepada para wartawan. Pen mengatakan bahwa awalnya dia tidak mau mengatakan ini, tapi dia tidak tahan lagi, karena mereka berdua (Khae serta Wat) telah melewati batas. Karena menurutnya, bagaimana bisa pernikahan hanya di putuskan dari satu pihak saja.

“Tapi seseorang mengatakan bahwa Khun Thawat sudah bercerai,” kata seorang wartawan.

“Bercerai? Tapi mengapa istri dan putrinya masih tinggal dirumahnya?” tanya Pen dengan nada seolah- olah tidak tahu tentang perceraian itu. Dan mendengar itu, para wartawan pun menjadi terkejut.


“Aku mengatakan ini padamu sebagai pengingat. Tentang seseorang yang berjuang untuk mahkota nomor 1, apa itu benar dari bakatnya atau sesuatu yang lain?” tanya Pen, mengatai Khae, tanpa menyebutkan nama Khae secara langsung. Dan mendengar itu, para wartawan pun menjadi penasaran bagaimana nya.

Pen kembali menjelaskan lagi. “Dia memulai kenaikannya dari tempat kedua. Oh tidak… nomor berapanya aku tidak yakin,” kata Pen sambil bersikap mengingat- ingat, lalu dia melanjutkan,”…. dia mencoba untuk mendorong yang lain untuk meraih nomor 1. Tanpa memperdulikan tentang berapa banyak keluarga akan berduka karena kehilangan Ayah nya,”  jelas Pen.


“Ayah?” tanya para wartawan, mereka merasa heran dan penasaran dengan perkataan terakhir Pen. Dan Pen pun bersikap seolah- olah dia tidak sengaja memanggil Wat dengan sebutan Ayah.

“Aku minta maaf…” kata Pen dengan sikap seperti kesulitan untuk berbicara.

“Apa itu? Tolong jawab. Tolong beritahukan pada kami kebenarannya,” tanya para wartawan dengan sedikit tidak sabaran ingin tahu.

“Bolehkah aku menolak untuk menjawab. Masalah ini benar- benar mempengaruhi aku,” kata Pen sambil menutup matanya, bersikap seperti sedih dan kesulitan untuk berbicara.

“Boleh kah saya bertanya, apa hubungan mu dengan keluarga Khun Thawat?” tanya para wartawan, tidak mau menyerah.

“Aku tidak mau menjawab pertanyaan ini. Ini masalah pribadiku dengan Ibuku. Ibuku mengajariku untuk mencintai dan menghormati dia seperti Ayahku,” jelas Pen dengan sengaja.

“Itu berarti kamu ada berhubungan darah dengan Khun Thawat?” tanya para wartawan lagi.



Diruang tamu. Nok marah, ketika melihat acara berita tentang wawancara Pen hari ini. Karena secara tidak langsung, Pen telah membuat semua orang salah paham dan mengira bahwa Pen adalah anak Wat.

Kemudian Phai yang datang untuk mengantarkan makanan, pun menjadi terkejut juga saat melihat acara berita itu. Lalu karena syok, tanpa sengaja, nampan yang sedang dipegangnya pun terlepas dari pegangannya dan terjatuh ke lantai.

Dan mendengar suara keras itu, Nok pun berbalik untuk melihat siapa. Lalu dia melihat Phai yang tampak sangat pucat karena syok.



Vi berlari menurunin anak tangga sambil meneriaki Wat untuk berhenti. Tapi Wat tidak mau berhenti dan dia meminta agar mereka berbicara nanti saja, karena saat ini dia harus menemui Khae untuk menjelaskan semua kesalah pahaman ini. Namun Vi tidak mau berbicara nanti, karena dia menginginkan penjelasan saat ini juga.

“Ini mempengaruhi aku. Sekarang orang- orang pasti sedang mengosipi bahwa aku menyetujui kamu untuk mempunyai seorang Simpanan sampai kamu memiliki anak!” kata Vi dengan marah.

“Sejak ini tidak benar! Mengapa kamu perlu panik?!” balas Wat. lalu ingin pergi.



Tapi sekali lagi, Vi menahan Wat dan tidak mengizinkan Wat untuk pergi dulu. Karena saat ini, Wat harus menjelaskan semua kepadanya terlebih dahulu, sebab dia adalah orang yang telah lama tinggal dirumah ini. Bukannya orang luar seperti Khae.

“Khae bukan orang luar! Tapi kamu! Karena kita telah bercerai! Jangan lupakan itu!” kata Wat dengan emosi.

Tepat disaat itu, Nok yang kebetulan datang kesana, karena mendengar keributan mereka tadi. Dia mendengar perkataan kasar Wat kepada Vi. Dan menyadari kehadiran Nok dibelakang nya, Wat pun menjadi terdiam. Lalu tanpa mengatakan apapun, Wat pergi dari sana.




Ketika melihat keberadaan Phai yang berdiri dibelakang Nok, Vi pun langsung memarahi Phai dengan nada keras. Dan Nok menghentikan Vi.

“Mom. Kamu marah tapi mengapa kamu menyalahkan bibi Phai? Pen hanya berbicara untuk membuat orang salah paham. Dia tidak benar- benar mencuri Ayah sama sekali,” kata Nok, membela Phai.

“Ya! Dia tidak mencuri Ayahmu! Tapi apa kamu tahu siapa yang dia curi? Itu Wongwes! Seseorang yang harusnya menjadi milikmu!” kata Vi dengan marah sambil menatap tajam kearah Phai.

“Apa yang kamu katakan?” tanya Nok, tidak mengerti.

“Dengarkan aku, Nok! Penny tahu bahwa aku akan menjodohkan kamu dengan Wes. Jadi dia mencoba untuk bermain mata dengan Wes di pantai. Dialah yang telah menyebabkan Wes meninggalkan kamu di pantai malam itu. Di hari selanjutnya, dia juga yang melakukannya. Semuanya adalah bagian dari rencana nya untuk menghancurkan kamu!” jelas Vi dengan marah.

Dan mengetahui itu, Nok pun menjadi marah juga. Sementara Phai, dia menangis karena terkejut mengetahui kelakuan putrinya tersebut.


Nai yang mendengar keributan itu, keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Lalu melihat nya, Nok pun menyuruh agar Nai membawa Phai kembali ke kamar. Karena Vi terus marah dan ingin menyerang Phai.


Nai menenangkan Phai untuk tidak menangis lagi. Dan teringat akan sesuatu, Phai meminta apakah Nai bisa menemaninnya ke suatu tempat.



Di apatermen. Pen duduk dengan gaya seksi. Dia meletakan kaki panjangnya di atas pangkuan Wes sambil memakan coklat. Dan melihat wajah Pen yang tampak berseri, Wes pun bertanya apa ada berita baik yang terjadi.

“Hari ini aku adalah penembak jitu. Aku membunuh dua burung dengan satu batu,” kata Pen. Lalu sebelum Wes sempat bertanya apa, Pen mengambil sebuah coklat dan meletakan itu di bibirnya. Dan melihat gaya menggoda Pen itu, maka Wes pun mendekatkan wajahnya untuk mengambil coklat yang berada di mulut Pen itu dengan mulutnya.



Tepat disaat itu. Phai membuka pintu apatermen. Dia datang bersama dengan ditemanin oleh Nai. Dan melihat kedatangan Phai, maka dengan segera Wes berdiri dan memberikan salam. Tapi tanpa memperdulikan itu, Phai berjalan mendekati Pen dan memukuli Pen.

Melihat itu, Nai mendekati Phai dan menahan Phai agar berhenti memukuli Pen. Tapi Phai tidak mau berhenti dan tetap memukuli Pen.



“Tolong, aku mohon padamu. Kita bisa membicarakannya baik- baik,” kata Wes yang tidak tahu apa yang terjadi.

“Gadis ini tidak bisa diajak bicara dengan cara baik- baik! Aku Ibunya, aku tahu sifat nya dengan baik!” balas Phai. Dan mendengar itu, Wes menjadi terkejut dan langsung melihat ke arah Pen.

“Kamu harusnya juga sadar! Bahwa kamu telah membuat kesalahan besar. Karena telah memilih anak seorang pelayan rendahan seperti nya dibandingkan Khun Nok!” teriak Phai. Dan mendengar itu, Pen menjadi emosi.

“Nok lagi dan lagi! Aku putrimu!!! Kamu tidak pernah memperdulikan aku dalam cara yang sama seperti bitch Nok itu?!!!” teriak Pen.



“Jangan sebut Khun Nok seperti itu, Pen!” balas Phai sambil menunjuk Pen.

“Mengapa tidak?!! Aku bukan pelayannya lagi. Aku bisa menyebut dia apapun! Tidak seperti kamu, orang yang tidak bisa pindah kemana pun di dalam hidup mu. Kamu harus tetap tinggal disana untuk melayanin sampai akhir hidupmu! Aku malu untuk punya Ibu sepertimu!” kata Pen.

“Jika begitu. Jangan panggil aku Mom lagi!” balas Phai dengan sedih dan kecewa. Lalu dia melemparkan kartu kunci kamar Pen dan pergi dari sana.

“Sejak kamu sekarang memilih Pen. Maka kamu harus menjaganya,” kata Nai kepada Wes. Lalu dia juga pergi dari sana.



Dan kemudian setelah mereka berdua keluar dari apatermennya, Pen mulai berteriak dan melemparkan setiap barang yang ada seperti orang gila. Lalu Wes pun berteriak dan menyuruh Pen untuk berhenti, karena mereka perlu untuk berbicara sekarang.



Thorsaeng ingin mengangkat telpon Wat yang ada di hape Khae. Tapi Khae menyuruh agar Thorsaeng tidak mengangkatnya. Lalu ketika bel pintu berbunyi, Thorsaeng dengan segera ingin pergi untuk membuka kan pintu bagi Wat. Tapi Khae mengancam bahwa jika Thorsaeng membuka pintu itu bagi Wat sekarang, maka dia akan langsung memutusin Wat.

Dan karena itu, Thorsaeng pun menjadi bingung, kenapa Khae melakukan ini, kepadahal tadi Khae bilang bahwa dia tidak mempercayai perkataan Pen itu.

“Yeah! Aku tidak percaya itu. Tapi bagaimana pun, dia sudah membicarakannya ke luar. Jadi aku ingin menggunakan kata- katanya itu untuk membuat Khun Thawat tahu bahwa jika dia tidak ingin kehilanganku, maka dia harus mengambil tindakan yang jelas saat ini,” kata Khae, menjelaskan rencananya.


Diluar pintu. Wat kebingungan harus melakukan apa, karena Khae tidak menjawab telponnya. Dan bahkan Khae tidak mau membuka kan pintu untuknya. Lalu karena  Nok menelpon, maka Wat dengan terpaksa pergi dari sana.



Dirumah.  Phai duduk dilantai dan menundukan kepalanya ke lantai, dia meminta maaf kepada Vi yang sedang duduk diatas sofa. Dan Nok yang tidak tega melihat itu, dia turun dari sofa dan duduk dilantai. “Bibi Phai.. jangan lakukan seperti ini. Ini bukan salahmu sama sekali,” kata Nok.

“Mengapa tidak, Khun Nok. Aku tidak bagus dalam mengajarinya. Membiarkan dia berbuat jahat kepada orang yang begitu baik kepadanya. Dia juga melukai kamu, Khun Nok. Tentang Khun Wes… aku benar- benar minta maaf,” jelas Phai sambil menangis.

Vi tidak tega melihat Phai yang sampai meminta maaf seperti itu. Dan Vi meminta agar Phai berdiri dan duduk dengan baik- baik, jika memang Phai ingin meminta maaf. Lalu karena Phai tetap saja menundukan kepalanya ke lantai, Nok pun membantu Phai untuk berdiri.

Nai yang juga berada disana. Hanya berdiri dan memperhatikan saja.




Vi memegang tangan Phai dan menjelaskan bahwa dia telah memaafkan Phai. Karena selama ini Phai telah melakukan semuanya dengan baik, mulai dari menjaga rumah dan menjaga Nok.

“Kamu bilang, kamu bangga padaku, kan? Aku bisa seperti ini, karena ajaran kamu,” kata Nok sambil menaruh tangan Phai di pipi nya.

“Nee… jika kamu tidak berhenti menangis. Aku akan ikut menangis sekarang. Cukuplah,” kata Vi sambil menlap air matanya sendiri, karena tidak tega melihat kesedihan Phai.


Didalam kamar. Phai tidak bisa tidur, karena dia merasa sangat sedih, ketika mengingat semua perkataan kasar Pen kepadanya tadi. Dan lalu disaat itu, Nok datang. Nok masuk ke dalam kamar Phai dan tidur sambil memeluk Phai yang sedang sedih.



“Ketika Ayah dan Ibu belum pulang ke rumah. Kamu akan datang dan memelukku seperti ini sampai aku tertidur. Jika tidak, aku akan menangis sendirian sepanjang malam,” kata Nok, menenangkan Phai.

“Khun Nok. Kamu begitu muda saat itu. Kamu masih bisa ingat?” balas Phai.

“Kamu adalah anggota keluargaku. Bagaimana bisa aku melupakannya?” kata Nok sambil tersenyum kepada Phai. Lalu dia menlap air mata di pipi Phai dan menemanin Phai tidur.



Pagi hari. Dimeja makan. Nai menanyakan tentang keadaan Phai. Dan Nok pun menjawab bahwa Phai terus menangis semalaman dan baru tertidur pagi ini. Lalu setelah menjawab itu, Nok menyuruh kedua pelayannya agar tidak membangunkan Phai.

“Jadi apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?” tanya Nai.

“Melakukan apa?” tanya Nok, tidak mengerti.

“Jangan bertindak seperti pahlawan dan polos. Aku tahu, kamu tidak akan membiarkan ini berakhir dengan mudah,” jawab Nai.

“Tahu dengan baik,” balas Nok.


Diapatermennya. Pen bersikap gelisah, karena Wes sama sekali tidak mau mengangkat teleponnya. Dan lalu dia mengingat kejadian kemarin. Wes marah kepadanya karena dia telah berbohong. Walaupun dia berusaha untuk membujuk Wes agar tidak marah, tapi Wes tetap marah.



“Jelaskan padaku. Mengapa kamu melakukan ini? Mengapa kamu tidak jujur?” tanya Wes.

“Karena ini kebenaran yang memalukan. Jika kamu tahu bahwa aku hanyalah putri seorang pelayan dirumah wanita itu, seseorang yang dipekernalkan kepada mu oleh Ibumu. Yaitu Muanchanok!” jawab Pen.

“Pen. Apa aku seorang Pria yang hanya menilai wanita dari kekayaan, kemiskinan atau penampilan luar nya saja? Aku begitu sedih, karena kamu melihatku seperti itu,” jelas Wes. Lalu dia mengambil jaketnya dan pergi.




Ketika bel apatermennya berbunyi. Pen menjadi senang, karena dia mengira bahwa itu adalah Wes. Tapi ternyata, ketika dia membuka pintu, orang yang berdiri di depan rumahnya adalah Nok.

14 Comments

  1. Selalu setua buat nunggu kelanjutan ceritanya min.... Trims

    ReplyDelete
  2. ditunggu kelanjutannya min.
    smoga tdk stop tengah jalan. hehe

    ReplyDelete
  3. Semangat min untuk di tunggu trus episode selanjutnya

    ReplyDelete
  4. Semangat kak ☺ selalu ditunggu

    ReplyDelete
  5. Watashi wa eiga ga hontōni sukidesu😊👌

    ReplyDelete
  6. min mana nich kelanjutanx. .sellu menunggu. makin seru. ...penasaran

    ReplyDelete
  7. Mau nonton langsunh sub indonya dimna yah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mm.. maaf ya kak. Saya juga kurang tahu kalau mau nonton sub indo nya dimana. Karena yang saya download cuma dapat yang sub english.

      Delete
  8. kok cari diyoutube sama digoogle susah

    ReplyDelete
Previous Post Next Post