Network : Channel 3
Pen
terkejut melihat kedatangan Nok. Dan dengan nada tidak senang, dia menanyakan
bagaimana Nok bisa datang ke sini. Lalu Nok melangkah masuk ke dalam apatermen
Pen dan mendekati Pen.
“Tidak
ada apapun di dalam dunia ini yang tidak bisa dibeli dengan uang. Jika tidak,
mengapa kamu harus berjuang dengan segala cara untuk menghasilkan uang?” tanya
Nok dengan tajam.
Di
dalam gedung apatermen. Dilantai dasar. Didekat lift. Nai duduk disana dengan
sikap gelisah, menunggu Nok yang pergi sendirian ke apatermen Pen yang berada
di lantai atas. Nai bahkan bertanya- tanya pada dirinya sendiri, apa benar
keputusan nya untuk membiarkan Nok pergi sendirian kesana.
Nok
berterima kasih kepada Pen. Untuk cara Pen yang sengaja memberikan wawancara
kepada media untuk menaburkan keraguan, membuat image keluarganya berantakan.
Dan karena itu, Nok sadar bahwa dia tidak salah dalam melihat Pen sebagai
teratai dibawah lumpur.
Mendengar
itu, Pen menjadi marah dan mengangkat tangannya. Tapi sebelum Pen sempat
memukulnya, Nok langsung menunjuk Pen dan berbicara dengan keras agar Pen
mengingat perkataannya ini.
“Ingat
ini!! Aku bukan seekor burung (Nok) biasa yang bisa dengan mudah ditembak oleh
pencuri kelas rendahan seperti kamu. Lebih kamu menyakiti keluarga ku, lebih
itu mengobarkan ku untuk menyelamatkanya. Kamu tidak akan pernah mendapatkan
apa yang kamu harapkan pastinya! Ingat ini dengan baik!!” kata Nok, lalu
mendorong bahu Pen dengan keras.
“Aku
akan menunggu,” balas Pen sambil tersenyum sinis.
Dengan
sikap tenang, Nok membalas bahwa sambil Pen menunggu, dia akan membiarkan Pen
memeluk benda yang telah Pen rebut darinya dengan erat. Karena Nok percaya
bahwa karma pasti akan datang tepat waktu. Lalu setelah itu, Nok melihat ke
sekeliling apatermen Pen dan menanyakan dimana Wes berada saat ini sambil
tertawa kecil. Setelah itu Nok pun pergi dari apatermen Pen.
Dan Pen
yang tidak senang, dia mulai berteriak dengan keras karena marah pada perkataan
Nok yang mengetawai dirinya.
Karena
Nok telah terlalu lama, maka Nai pun berniat untuk menyusul. Dan ketika pintu
lift yang mau di naikinya terbuka, dia melihat Nok berada di dalamnya, jadi dia
tidak jadi naik dan membiarkan Nok keluar dari lift.
Lalu
melihat sikap Nai yang mau menyusulnya itu, Nok pun bertanya apa Nai tidak
mempercayainya hingga Nai mau mengikutinya ke sana. Dan Nai pun menjawab bahwa
dia hanya khawatir.
“Aku
tidak akan membunuh Pen pastinya,” kata Nok.
“Aku
takut Penny akan melukai kamu,” balas Nai.
“Kamu
khawatir tentang ku,” kata Nok dengan nada tidak percaya.
“Tidak
pernah aku tidak mengkhawatirkan tentang kamu,” balas Nai.
“Benarkah?
Aku tidak pernah melihatnya.”
“Kamu
mungkin membuka mata mu untuk melihat padaku. Tapi kamu tidak pernah membuka
hatimu untukku.”
“Jika
kamu khawatir, cepat bawa aku ke kantor. Aku telah menantikan rapat hari ini,
jadi aku tidak berencana untu telat. Aku tidak ingin kehilangan wajahku di
depan Ayahku.”
“Yup,”
kata Nai, lalu dia berjalan duluan. Dan sambil tersenyum, Nok mengikuti Nai
dari belakang.
Ditempat
parkir. Ketika mobil Khae lewat, Wat dengan segera berlari dan menghadang mobil
Khae agar berhenti. Setelah itu Wat menanyakan alasan mengapa Khae tidak menjawab telpon nya kemarin malam. Dan Khae
menjawab bahwa dia tidak ingin berbicara dengan Wat.
Wat
mengatakan bahwa jika Khae ragu tentang masalah Vi, maka dia bisa
menjelaskannya. Dan lalu Khae menanyakan bagaimana tentang gadis dirumah Wat
yang berbicara kepada wartawan itu.
“Apa
kamu percaya dengan perkataan Penny juga?” tanya Wat.
“Pertama
nya tidak. Tapi apa yang gadis itu bicarakan, ada satu point yang benar. Yaitu tentang
pernikahan kita. Hanya aku yang berani untuk memberitahu orang- orang, ketika
kamu tetap diam dan menutup mulutmu. Diam, sampai itu membuatku ragu apa kamu
benar- benar ingin menikahi ku, atau tidak?” balas Khae dengan nada sedih dan
kecewa.
Mendengar
itu, Wat kesulitan untuk menjawab, karena alasan dia diam selama ini tentang
hubungan mereka, itu adalah demi Nok. Dan Khae mengetahui hal itu, “Aku tidak
masalah tentang pernikahan mu yang sebelumnya. Tapi jika mantan keluargamu
membuat begitu banyak masalah yang melebihi kesabaranku. Aku lebih baik tidak
memiliki kamu,” kata Khae dengan tajam. Lalu dia menutup jendela mobilnya dan
pergi.
Dikantor.
Nai menerima telpon dari Wat yang tidak bisa hadir ke rapat hari ini. Dan Nok
yang kebetulan mendengar itu, dia langsung menebak bahwa Ayahnya pasti tidak
bisa datang ke acara rapat.
“Apakah
cinta selalu membuat orang jadi tidak bertanggung jawab seperti ini?” tanya
Nok.
“Paman
mungkin tidak ingin ini terjadi,” kata Nai, membela Wat.
“Itu
mengapa Ayahku sangat menyukaimu. Karena kamu selalu mencari alasan untuknya,”
balas Nok.
“Jangan
sebut ini alasan. Lebih baik sebut ini ‘Pengertian’. Khun Nok, terkadang kamu
harus membuka hatimu dan mencoba untuk mengerti Ayahmu lebih lagi,” jelas Nai. Dan
Nok mengabaikan itu.
Sesampainya
Wat dirumah. Vi langsung menyindirnya, karena demi dapat berbaikan dengan Khae,
Wat sampai mengabaikan pekerjaannya. Dan Wat membalas bahwa sindiran Vi itu
terdengar seperti Vi cemburu padanya.
“Aku
tidak cemburu. Tapi aku geram dengan kamu. Bahkan walaupun sekarang, aku
hanyalah seorang mantan istri. Tapi aku masih Ibu dari Putrimu. Kamu harusnya
memperdulikan perasaan ku sedikit. Jangan hanya memperdulikan istri mendatang
mu!” kata Vi.
“Okay! Nanti
aku akan pedulikan kamu. Okay?” balas Wat.
“Makasih,”
balas Vi dengan nada sinis.
Setelah
itu Wat ingin naik ke atas, tapi karena teringat akan sesuatu, maka dia
berhenti dan kembali untuk berbicara kepada Vi. Wat mengatakan dengan tegas
bahwa dia akan melamar Khae untuk menikah dan dia akan mengubah waktu pernikahan
nya dengan Khae menjadi sesegera mungkin.
Dan mendengar
itu, Vi menjadi terkejut serta khawatir. Karena orang yang harusnya mengetahui
berita ini duluan, bukanlah dia. Tapi Nok.
Dikantor.
Nai sibuk mengerjakan pekerjaannya. Lalu saat dia memanggil nama Nok dan Nok
tidak merespon, Nai pun menyadari kalau Nok sedang tertidur. Dan melihat itu,
dengan sikap yang penuh perhatian, Nai mendekati meja Nok dan mengambil sendiri
dokumen yang diperlukannya.
Tanpa
sengaja, ketika Nai menarik dokumen yang berada di bawah tangan Nok. Kepala Nok
hampir mau terjatuh ke atas meja. Untung saja dengan cepat, Nai berhasil
menahan kepala Nok menggunakan tangannya, sehingga Nok pun tidak terbangun.
Lalu dengan
perlahan, Nai meletakan kepala Nok di atas meja. Dan setelah itu, dia
mengambilkan sebuah bantal di sofa, lalu dia meletakan bantal itu di bawah
kepala Nok.
♪ Berapa
kali kamu menyakiti ku ♪
♪ Berapa kali aku menyerah padamu dan
membiarkan kamu menyakitiku ♪
♪ Berapa
kali kamu berpura- pura baik padaku ♪
♪ Pada
akhirnya, aku kehilanganmu seperti ini ♪
♪
Disana tidak ada alasan, tapi hanya cinta yang membuat ku masih menahannya ♪
♪
Bahkan walaupun disakiti sebanyak ini ♪
♪
Orang ini masih mencintaimu ♪
♪
Bagaimana pun kamu ♪
Namun ketika
di lihatnya, Nok tampak tidak nyaman tidur seperti itu. Maka Nai pun
menggendong Nok dan menidurkan Nok diatas sofa. Lalu Nai melepaskan jas nya dan
dia menggunakan itu untuk menyelimuti Nok. Setelah itu, Nai pun kembali
bekerja.
♪
Meskipun itu sangat menyakitkan, aku masih menahannya ♪
♪ Aku
bisa melakukan segalanya untukmu ♪
♪ Aku
bahkan bisa membiarkan kamu memainkan permainan cinta ♪
♪
Sampai kamu akan mencintai ku suatu hari ♪
Nok
terbangun dari tidurnya. Dan ketika dia merasakan dirinya yang berada disofa
serta jas Nai yang menyelimutinya, Nok pun menjadi kaget. Apalagi ketika dia
melihat Nai yang sedang bekerja sendirian. Jadi ketika Nai berdiri untuk keluar
dari ruangan, maka Nok pun menutup matanya, berpura- pura masih tidur.
Sebelum
keluar dari ruangan, Nai sadar bahwa Nok telah terbangun. Sambil tersenyum dia
memandangin wajah Nok yang sedang berpura- pura tidur, secara dekat. Lalu setelah
itu barulah dia keluar dari ruangan.
Saat Nai
telah keluar. Nok pun langsung bangkit dari tidurnya. “Apa sih yang dia lihat
barusan,” kata Nok, merasa aneh, karena Nai memandanginnya secara dekat tadi. Lalu
seperti sadar akan sesuatu, Nok pun segera mengambil cermin di dalam tasnya.
Dan
tepat ketika itu, Nai masuk kembali ke dalam ruangan. Jadi karena itu, maka Nok
pun tidak jadi untuk bercermin.
“Apa
kamu sudah bangun? Jadi, kamu harus segera bersiap untuk rapat dengan ku di
Bangplee. Biarkan aku memperbaiki beberapa dokumen sebentar,” kata Nai dengan
sikap biasa kepada Nok. Dan dengan sikap canggung, Nok pun hanya diam saja.
“Khun
Nok,” panggil Nai, saat Nok tidak merespon. “Bisakah kamu pergi?”
“Ya,
aku bisa,” jawab Nok.
Setelah
mengambil beberapa dokumen yang diperlukan, Nai mendekati Nok dan memperhatikan
wajah Nok secara dekat. Sehingga Nok menjadi heran dan bertanya. Dan tanpa
mengatakan apapun, Nai menunjuk sudut bibir Nok (tanda ada air liur disana) dan
karena itu dengan panik, Nok pun langsung menlap sudut bibirnya.
“Aku
bercanda,” kata Nai sambil tersenyum lebar. Lalu dia mengambil jas nya dan
keluar dari dalam ruangan duluan.
Dirumah
sakit. Pen duduk menunggu Wes diruang tunggu. Dan ketika dia melihat Wes lewat,
dia langsung mendekati Wes dan meminta maaf. Tapi Wes mengabaikan Pen dan masuk
ke dalam ruangannya.
Lalu ketika
Pen ingin ikut masuk, seorang perawat melarang Pen untuk masuk ke dalam ruangan.
Sehingga tanpa bisa berbuat apapun, Pen pun menjadi kesal sendiri.
Dilapangan
pabrik. Nok memilah- milah kertas bekas yang ada. Sementara Nai berbicara
kepada para Staff untuk memberikan pengarahan. Awalnya Nai mengajak Nok, tapi
karena Nok telah berkali- kali mendengar tentang kebijakan baru itu, maka dia
pun malas untuk ikut mendengar itu lagi. Jadi karena itu, Nai pun menemui para
staff sendirian.
Disaat sedang
berbicara dengan para staf, tiba- tiba saja Nai menjadi panik dan cemas. Karena
disaat itu, sebuah alat pengangkut tanpa sengaja membuat tumpukan kardus tinggi
yang berada di dekat Nok duduk menunggu,
terjatuh.
Dan ketika
melihat kejadian itu, Nai pun segera berlari menurunin anak tangga dengan
cepat. Lalu dia menghampiri tumpukan kardus itu dan membongkar kardus- kardus
itu sambil memanggil- manggil nama Nok berkali- kali, dengan nada yang sangat
khawatir
Seorang
karyawan mencoba untuk menghentikan Nai, tapi Nai tidak mau berhenti. Lalu
dengan sedikit paksaan, karyawan itu menunjukan kepada Nai, dimana Nok berada. Dan
ketika Nai melihat ke arah Nok yang tampak baik- baik saja, Nai pun menjadi
lega.
Dengan
cepat, Nai pun langsung berlari ke arah Nok dan lalu dia memeluk Nok dengan
erat. Dan walau tidak mengerti apa- apa, Nok membalas pelukan Nai.
“Kamu
selamat!” kata Nai dengan lega.
Nok
kembali duduk di kursinya. Dan dengan sikap yang sopan, Nai melepaskan jasnya
dan lalu dia menaruhnya di paha Nok,
untuk menutupi kaki Nok yang terlalu terbuka. Lalu Nai pun ikut duduk di kursi
dekat Nok.
“Untung
saja kamu pergi untuk mengambil sapu tangan dari mobil,” kata Nai.
“Barusan,
orang- orang terus menanyakan apa jimat yang ku gantung,” balas Nok.
Nai
memperhatikan buku yang di lihat oleh Nok dan lalu dia menanyakan apa itu
mengingatkan Nok akan masa lalu. Dan Nok menjawab bahwa itu mengingatkanya akan
pengalaman buruk.
“Pikirkan
saja. Dengan status Ayahku, dia bisa membeli banyak buku seperti ini untukku. Tapi
dia malah membiarkan ku memakai buku mu,” kata Nok, mengeluh.
Dan mendengar
itu, Nai tersenyum,” Karena kamu belajar setelah aku. Buku ku masih dalam
kondisi yang bagus, karena aku selalu menyampul semua buku ku dengan rapi.”
“Aku
marah karena itu sudah bekas. Suatu hari, aku berpura pura merobek cover nya
sekali agar Ayahku membelikan yang baru untukku. Dan ingat? Apa yang
dilakukannya?”
“Apa
yang dia lakukan?”
“Dia
membuat cover baru menggunakan majalas
fashion Ibuku. Ketika aku menjadi marah, dia mengatakan bahwa cover hanyalah
kulit luar saja, yang terpenting adalah isi didalamnya,” jawab Nok. Dan Nai
tersenyum.
“Itulah
paman. Jika tidak, bagaimana bisa dia mendapatkan nama ‘Raja Daur Ulang’,”
jelas Nai.
Nai memberikan
nasihat kepada Nok. Dia mengatakan bahwa belajar dari merobek cover itu, Nok
harusnya tahu bahwa menjadi aggressive, tidak akan membuat Nok mendapatkan apa
yang Nok inginkan. Nok seharusnya mencoba menyesuaikannya dengan Wat, karena
jika Nok mau melihat ke dalam nya dengan baik, maka Nok akan menyadari bahwa
sebenarnya Wat itu adalah Ayah yang baik yang tidak akan menghilang kemanapun.
“Seperti,
jika aku melihat dengan baik pada buku yang kamu gunakan. Itu memiliki banyak
coretan di bagian yang sebelumnya ada di dalam ujian, kan?” tanya Nok.
“Karena
aku tahu bahwa kamu akan menggunakan itu nanti. Itulah caramu mendapatkan
kompensasi. Ketika kamu mendapat nilai bagus, paman akan memberikan apapun yang
kamu inginkan,” balas Nai.
“Bagaimana
kali ini. Akankah Ayah memberikan apapun yang aku mau atau tidak?”
“Kita
mesti mencobanya,” jawab Nai sambil tersenyum lembut.
Pen
mengikuti Wes ke area parkiran. Disana Pen berusaha untuk meminta maaf, tapi
Wes sudah tidak mau mendengarkan penjelasan Pen lagi. Dan tepat di saat itu,
Pen melihat seorang satpam yang sedang memegang sebuah pengeras suara. Lalu seperti
mendapatkan ide, Pen menghampiri satpam itu dan memijam pengeras suara nya. Setelah
itu Pen menghadang mobil Wes yang mau pergi.
“Hei. Apa
yang kamu lakukan? Itu berbahaya, kamu tahu?” kata Wes. Dia turun dari mobilnya.
“Bahkan
jika aku mati, aku mesti berbicara padamu. Dan jika kamu tidak siap, kamu hanya
harus berdiri dan mendengarkan. Khun Wes! Aku minta maaf untuk membuatmu marah.
Aku minta maaf,” kata Pen menggunakan alat pengeras suara. Sehingga orang-
orang pun berkumpul di dekat mereka.
Merasa malu
dilihatin banyak orang, Wes mendekati Pen dan meminta Pen untuk berhenti. Tapi Pen
yang sama sekali tidak merasa malu, tidak mau berhenti.
“Aku
membuat kesalahan padamu. Aku berani meminta maaf kepadamu dengan suara keras. Bagaimana
dengan mu? Akankah kamu memaafkan ku atau tidak? Tolong ya….” pinta Pen.
Dan semua
orang yang berada disana pun mendukung Pen. Lalu karena itu, maka Wes pun mau
memaafkan pen. Dan dengan senang, Pen memeluk Wes. Lalu setiap orang yang
melihat itu, bertepuk tangan untuk mereka berdua.
Nai
membawa Nok ke sebuah restoran. Disana Nok merasa heran, kenapa Nai membawa nya
ke sini. Dan Nai pun menjelaskan bahwa dia hanya ingin makan bersama dengan
Nok. Mendengar itu, Nok pun terdiam.
Lalu sebelum
Nai keluar dari dalam mobil, Nok memberikan sebuah bunga kertas kepada Nai. Dan
melihat itu, Nai bertanya dimana Nok mendapatkan itu.
“Aku
membuatnya,” kata Nok sambil tersenyum. Dan Nai lalu menerima bunga itu.
“Ini
bagus. Tapi dalam rangka apa ini?” tanya Nai.
“Umm…
aku hanya ingin memberikannya kepadamu. Tidak bolehkah? Aku hanya ingin
berterima kasih untuk saran mu tentang Ayah.”
“Coba
saja, kemudian kamu akan tahu bahwa Ayah mu yang baik tidak akan menhilang
kemanapun. Begitu juga dengan keluargamu, Cobalah buka hatimu, maka kamu akan
bisa melihat banyak orang yang mencintai kamu,” kata Nai sambil menatap lembut
pada Nok.
Mendengar
itu, Nok tampak sedikit senang. Dia lalu mengajak Nai untuk segera masuk ke
dalam restoran. Dan lalu Nok keluar dari dalam mobil dan berjalan duluan.
“Ini
hanya game,” kata Nok, mengingatkan dirinya sendiri.
Sedangkan
didalam mobil. Nai tersenyum sendiri sambil memandangin bunga kertas yang Nok
berikan kepadanya.
Tags:
Game Sanaeha
Semangat kak,ditunggu tunggu selalu lho kak
ReplyDeleteSmngt
ReplyDeleteDitunggu kelanjutannnya kaka
ReplyDeleteMakin seruuu
Ditunggu kelanjutannnya kaka
ReplyDeleteMakin seruuu
ditunggu part selanjutnya segera,,,
ReplyDeletebiar readers nya semakin bertambah...
Sbnrny ud nnton tp sub indo ny g ad,,,jd pnsran sm pmbicaraanny,,,
ReplyDeleteA...terkadang tidk ad sub nya... jd gk tau ngomong apa
Delete