Sinopsis Lakorn : My Cinderella Girl Episode 05-1/5



Sinopsis Lakorn : My Cinderella Girl Episode 05-1/5
Images by : Channel 3

Angie dan Khun Samorn memberikan video saat Phu dan Prim makan siang berdua kepada Khun Pat. Khun Pat jelas marah melihat video tersebut. Khun Samorn bahkan memanasi Khun Pat mengenai video tersebut.
“Kalian berdua. Apa yang kalian inginkan?” tanya Khun Pat tajam.
“Oyy! Tidak! Tidak! Kami tidak ingin apapun. Ini… kami berdua hanya ingin Khun Pat tahu bahwa kami bersedia menjadi mata dan telingamu. Tidak peduli itu untuk hal kecil ataupun besar. Katakan saja, dan kami akan bersedia melakukannya untukmu. Tapi, pria yang datang dengan Prim, aku merasa familiar. Khun Patchara, apa Anda juga pernah melihatnya?”
Khun Pat langsung memelototinya dan Khun Samorn langsung diam.

Kebetulan, Vicky masuk dan mengajak Khun Pat makan siang bersama. Khun Pat langsung menyuruh Khun Samorn dan Angie untuk keluar. Khun Samorn dan Angie keluar, tetapi, diam-diam mereka menguping.
Khun Pat memperlihatkan video Prim dan Phu kepada Vicky. Dan dari wajah Vicky terlihat dia kecewa dan bergumam : P’Phu. Hal itu terdengar oleh Khun Samorn dan Angie. Khun Samorn langsung sadar kalau pria itu adalah Khun Phuree, calon tunangan Khun Vicky. Dan juga merupakan pemilik dari P.Paul. Angie langsung semangat mendengarnya.

Angie segera turun dan mencari Phu dan Prim, tetapi mereka sudah tidak ada. Temannya memberitahu kalau Phu dan Prim sudah pergi dari mall tadi. Angie langsung kesal dan merasa sudah telat. Dia juga memberitahukan teman-temannya mengenai siapa pria yang tadi bersama Prim. Angie langsung berencana, jika melihat Phu lagi, dia akan menggoda Phu hingga Phu melupakan semua wanita di dunia ini.
Phu mengantar Prim sampai rumah dan setelah itu dia pamit pulang. Prim berterimakasih atas bantuan Phu, tetapi dia juga penasaran apa tujuan Phu datang mencarinya?
“Aku datang untuk memohon padamu untuk kembali membuat sepatu. Industri sepatu masih membutuhkan orang sepertimu. Orang yang tahu apa yang mereka inginkan dan berjuang untuk hal itu,” beritahu Phu.
“Tapi aku juga tahu, metode yang kugunakan untuk berjuang, aku mencoba menggunakan jalan pintas. Aku … berbohong. Aku membuat orang lain dalam masalah.”
“Tapi kau juga merasa bersalah, kan? Jika kau tidak merasa bersalah seperti yang kau lakukan sekarang, aku pasti tidak akan menyesal seperti ini. Aku akan membiarkanmu memilih jalanmu sendiri. Tapi, kau malu sehingga kau bersedia melepaskan hal yang kau sukai. Itu artinya kau masih memiliki rasa tanggung jawab. Kembalilah dan lakukan hal yang kasu sukai, jadi aku tidak perlu merasa bersalah lagi. Merasa bersalah karena sudah menjadi alasanmu meninggalkan industri sepatu dan kehilangan calon desainer berbakat di masa depan.”
“Dapatkah… aku memikirkannya sedikit lagi,” jawab Prim pelan. Phu menghela nafas mengira kalau dia gagal. “Aku akan berpikir selama 2 detik. 1… 2… Setuju!” lanjut Prim. “AKu setuju! Aku akan kembali melakukan hal yang ku sukai… demi orang yang ku cintai!”
Mereka saling bertatapan dan tersenyum.
Prim mulai membuat desain sepatu dan membuat sepatu lagi. Senyum-nya sudah kembali.
Vicky di rumah, dan dia merasa cemas. Khun Pat melihatnya sehingga dia mengajak Vicky bicara. Dia bertanya apa Vicky sudah menelpon Phu untuk bertanya mengenai hal itu (yang di video, Phu makan dengan Prim). Vicky dengan jujur memberitahu kalau dia belum bertanya karena tidak berani. Dia takut kalau Phu akan marah padanya.
“Ini… biar ku beritahu, kau harusnya takut kalau anak itu akan mencuri Phu darimu,” peringati Khun Pat.
“Tapi, mungkin saja P’Phu dan Khun Prim, tidak punya perasaan apapun. Mereka berdua mungkin cuma teman, ma.”
“Jika memang begitu, kau harus membuktikannya. Bahwa Phu tidak punya pikiran apapun terhadap anak itu!”
Vicky terdiam. Wajahnya terlihat takut.

Esok hari,
Prim dan Boot ke rumah Rita. Prim memberikan hadiah sepatu buatannya untuk hadiah ulang tahun Ibu Rita. Ibu Rita sangat berterimakasih karena Prim selalu memberikannya sepatu gratis sehingga dia bisa menyimpan uang lebih untuk membeli obat untuk suaminya.
Boot juga memberikan hadiah. Gantungan kunci yang di buat anak-anak panti untuk di jual. Ibu Rita berterimakasih atas kebaikan mereka berdua. Dia kemudian meminta mereka untuk tidak pulang dulu. Dia akan memberikan obat untuk suaminya dan setelah itu memasakan mereka makanan.
Rita menemani Boot dan Prim sementara Ibunya merawat ayahnya. Prim bertanya kondisi ayah Rita?
“Dia sudah lebih baik. Tetapi, tetap harus di jaga dan jangan sampai kelupaan minum obat. Jika dia terkena stroke lagi, kondisi-nya akan semakin parah. Ayah sudah stress sejak dia masih muda, ketika dia menjadi manager toko, dia semakin stress. Karena dia ingin aku dan ibu dapat hidup dengan nyaman. Kalian berdua dapat menjadikan ayahku contoh, ya. Jangan terlalu stress dan selalu optimis!”
“Tapi kau terlalu optimis. Hati-hatilah nanti kau bisa tertipu!” saran Boot.
Rita kemudian bertanya kenapa Prim memutuskan untuk membuat sepatu lagi?
“Karena seseorang,” jawab Prim.
Semua jadi penasaran, siapa orang itu?   
“Khun Phu. Dia membuatku menyadari kalau rasa bersalahku sudah lebih dari cukup. Dan sekarang waktu nya untuk bangkit kembali dan meneruskan perjuangan. Untuk mimpiku. Untuk ibuku. Dan juga untuk ayahku.”
Vicky menghubungi Prim dan mengajaknya bertemu nanti malam. Ada hal yang ingin dia bicarakan. Boot menduga kalau Vicky mengajak bertemu karena curiga Prim menggoda Phu. Prim membantah hal tersebut, dia dan Phu cuma teman. Rita dan Boot memandang tidak percaya pada Prim dan menggodanya. Prim memilih menghindar dengan membantu ibu Rita memasak.
Pong turun dan bertanya pada Vicky, apa Prim bersedia bertemu? Vicky mengangguk.
“Kalau begitu, kau harus mulai menyiapkan uang untukku. Akan kupastikan, kau akan mendapatkan jawabannya, apakah P’Phu menyukai Khun Prim atau tidak,” ujar Pong.
“Apa yang akan kau lakukan?”
“Ayolah! Ikuti saja perkataanku. Dan sisanya, aku yang akan mengatur. Masalah mengenai membuktikan perasaan orang lain, aku ahlinya.”

Malam hari,
Prim datang ke restoran Vicky mengajaknya bertemu. Dan Vicky sudah ada di sana bersama dengan Pong. Prim jelas kaget. Tetapi, Vicky dengan tenang mengajaknya makan dan memesan. Prim menolak dan langsung bertanya, apa tujuan Vicky mengajaknya bertemu? Dia mau pulang cepat.
Vicky mencoba mengulur waktu. Dia beralasan kalau dia lapar, dan meminta Prim ikut makan bersamanya. Mereka bisa bicara sambil makan. Tidak lama, Vicky pamit keluar sebentar karena ponselnya tertinggal.

Usai Vicky keluar, Pong mulai bicara dengan Prim. Dan diam-diam, Vicky memotret hal itu dan mengirimkannya pada Phu. Phu jelas terkejut melihat Prim bersama dengan Pong, di tambah Vicky menelponnya dan memberitahu kalau Pong memintanya untuk mempertemukannya dengan Khun Prim. Karena Pong ingin meminta maaf dan setelah itu, Pong menyuruhnya pergi agar dia bisa bicara berdua dengan Prim.
“Vicky, kau tidak seharusnya meninggalkan mereka berdua.”
“P’Phu! Ini restoran yang terletak di tengah kota. Adikku tidak akan berani melakukan apapun pada Khun Prim. Itu saja, ya, P’Phu!”
Phu makin panik karena Vicky mematikan teleponnya. Vicky kembali ke dalam restoran dan mereka menyelesaikan makan-makan. Prim langsung bertanya apa yang ingin Vicky bicarakan? Pong memberi tanda pada Vicky untuk mengulur waktu lebih lama lagi. Jadi, Vicky beralasan kalau dia mau pesan dessert terlebih dahulu.
“Kita sedang tidak menunggu seseorang, kan?” tanya Prim curiga.
“Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?” tanya Vicky.
“Aku akan mengatakannya langsung. Kalian… seperti sedang mengulur waktu. Ini sudah 2 jam. Tapi, kau belum juga memberitahu apa yang ingin kau katakan.”
“Ah. Ini tradisi keluarga kami. Kita harus menghabiskan makanan terlebih dahulu baru bicara, Khun Prim,” jelas Pong. “Tapi, jika kau terburu-buru. Kau bisa langsung bilang saja P’Vic. Ini… P’Vic membuat janji denganmu untuk bertemu karena aku yang memohon padanya. Aku ingin meminta maaf atas apa yang terjadi di Phuket. Aku benar-benar meminta maaf.”
Prim mengerti dan memberitahu kalau dia sudah memaafkan Pong. Setelah itu, dia pamit untuk pulang terlebih dahulu.
Setelah Prim keluar, Vicky menghela nafas lega. “P’Phu tidak datang. Itu artinya P’Phu tidak peduli dengan Khun Prim.”
“Disana!” beritahu Pong dan menunjuk ke arah belakang Vicku, “Dia sudah datang!”
Vicky berbalik dan terlihat memang ada Phu diluar. Vicky jadi panik. Pong segera keluar. Vicky mengejarnya.

Dan Pong ternyata mengejar Prim. Dia ingat saat Prim memberitahunya kalau dia tidak bisa berenang. Dan karena itu, dia mendorong Prim masuk ke kolam berenang yang ada di restoran tersebut. Prim jelas berteriak meminta tolong. Pelayan ingin menolong tetapi Pong menghalangi. Vicky juga melihat hal itu dan marah dengan Pong.
“Aku akan membuktikannya. Di antara kau dan Khun Prim, siapa yang paling di cintai P’Phu!’ ujar Pong dan mendorong Vicky masuk ke kolam.


Pong segera berteriak memanggil Phu. Vicky segera berpura-pura tenggelam dan meminta tolong. Tetapi, Phu melewatinya dan memilih menolong Prim. Vicky merasa kecewa dan sakit hati melihat hal tersebut.

Post a Comment

Previous Post Next Post