Network : Channel 3
Dirumah.
Didekat kolam renang. Nai berdiri sambil memandangin jendela kamar Nok. Lalu
saat dia tidak melihat Nok, dia berjalan pelan dipinggir kolam renang sambil
merenung kan tentang pertanyaan Khae yang menanyakan apa dia mencintai Nok dan
apa dia merasa sakit ketika Nok menangis.
Lalu
Nai mengingat tentang perkataan sedih Nok yang mengatakan bahwa dia tidak ingin
kehilangan air matanya untuk wanita seperti Khae. Dan Nai mengingat saat dimana
Nok menangis sendirian di dalam mobil.
Keesokan
harinya. Sebelum mulai sarapan, Wat menanyakan keadaan Nai kepada Phai. Dan
Phai menjawab bahwa Nai sedang demam dan mungkin itu karena hujan kemarin. Lalu
mendengar itu, Wat menyuruh agar Phai memberitahu Nai untuk tidak perlu pergi
ke kantor hari ini.
Nok
yang kebetulan berada disana, dia mendengar semua itu dan tampak khawatir kepada
Nai. Lalu dengan segera dia pergi ke kamar Nai.
Nok
mengetuk pintu kamar Nai, namun tidak ada jawaban, jadi dia masuk begitu saja.
Lalu Nok melihat Nai yang sedang tertidur. Dan Nok pun mendekati Nai serta
memanggilnya, sehiinggan Nai terbangun, tapi Nai tampak sangat lemah dan tidak
sehat. Kemudian dengan penuh perhatian, Nok meletakan tangannya diatas dahi Nai
untuk memeriksa suhu tubuh Nai.
“Kamu
sakit. Panas mu sangat tinggi. Hari ini kamu istirahat ya, kamu tidak perlu
pergi bekerja,” kata Nok dengan perhatian.
“Aku
sudah minum obat dan akan segera membaik,” balas Nai. Dan walaupun Nok
menasehati nya, tapi Nai tetap bersikeras untuk pergi, karena hari ini mereka
memiliki pertemuan penting dengan S.J.
Karena
Nai bersikeras untuk tetap pergi, maka Nok pun setuju. Namun Nok tidak
membiarkan Nai untuk menyetir hari ini. Dan bahkan dengan penuh perhatian, Nok
membuka kan pintu penumpang untuk Nai. Tapi Nai menolak.
“Jika
kamu begitu, aku akan menyuruh bibi Phai dan Aff, Aey untuk menyeret mu dan
menguncimu dikamar. Serta mengikatmu di tempat tidur, memberi makan dan obat
setiap 4 jam tanpa izin untuk turun dari tempat tidur semenit pun. Dengan
kondisimu sekarang, kamu pasti tidak akan bisa melawan balik,” ancam Nok.
Lalu
setelah mengatakan itu, Nok mendorong dan memaksa Nai untuk masuk ke dalam
mobil. Kemudian Nok memasukan tas nya ke dalam mobil juga dan memasangkan sabuk
pengaman kepada Nai. Lalu ketika ingin berbalik, tanpa sengaja, wajah Nok dan
Nai saling berdekatan. Dan untuk sesaat, mereka berdua saling terdiam sambil
berpadangan.
Namun
saat tersadar, Nok langsung mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil. Dan karena
terlalu terburu- buru, kepala Nok pun terantuk atap mobil. Lalu dengan
perhatian Nai memeriksa apa kepala Nok baik- baik saja.
“Ini
hanya game,” gumam Nok, mengingatkan dirinya sendiri. Lalu dia masuk ke dalam
mobil dan menyetir. Dan melihat sikap Nok yang seperti itu, Nai tersenyum
kecil. Serta selama perjalanan Nai selalu memandangin Nok.
♪ Aku tidak pernah mengira hatiku
akan meleleh untuk seseorang ♪
♪ Aku tidak tahu kapan
pikiran ku berubah ♪
♪ Bagaimana pun aku
menahan hatiku ♪
♪ Itu masih membuatku
bergetar, ketika kita saling berdekatan ♪
♪ Jangan lakukan ini.
Jangan menjadi baik kepadaku. Itu membuatku takut ♪
♪ Takut bahwa perasaan ku
akan semakin lebih dalam setiap harinya ♪
♪ Sampai aku tidak bisa
melangkah mundur tepat waktu ♪
♪ Lebih waktu berlalu,
lebih aku takut pada hatiku ♪
Dirumah.
Pat sedang mengupas buah apel. Dan kebetulan disaat itu, Wes pulang. Jadi
dengan perhatian Pat menawarkan apel yang telah dikupas nya kepada Wes. Tapi
dengan sikap serius, Wes mengajak Pat untuk membicarakan tentang Penny.
“Mengapa?
Apa dia melaporkan kepadamu?” tanya Pat dengan kesal.
“Dia
tidak melaporkan apapun kepadaku. Tapi aku melihatnya dengan mata ku sendiri
saat direstoran hari itu,” jawab Wes.
“Jadi
kamu mengerti itu, kan? Aku tidak bisa menerima dia.”
“Mom!
Penny adalah seorang model.”
“Tidak
bisakah kamu melihat nya? Bagaimana cara dia berpakaian serta bersikap, dia
terlihat seperti seorang wanita gampangan. Aku tidak tahu berapa banyak pria
yang dilewatinya sebelum dia mencapai kamu,” kata Pat dengan marah.
“Aku
tidak peduli tentang masa lalu. Aku hanya ingin dia untuk memulai yang baru,”
balas Wes.
“Jangan
jadi bodoh. Hah!! Wanita seperti itu hanya akan membuat kamu gagal,” kata Pat
dengan sangat marah sambil memukul meja dan berdiri.
“Aku
mencintai Penny. Aku ingin kamu untuk memberinya kesempatan.”
“Tidak.
Aku tidak akan pernah menerima wanita kelas rendah itu pastinya! Kamu harus
putus dengannya!”
Mendengar
itu, Wes malas untuk membalas lagi dan ingin pergi dari rumah, tapi Pat menahan
Wes dan melarangnya untuk keluar. Jadi karena itu, Wes pun naik ke kamarnya
yang berada dilantai atas.
Dikantor.
Setiap orang bersiap untuk menyambut kedatangan perusahaan S.J. Lalu disaat itu
sebuah mobil hitam datang dan berhenti di depan mereka.
“Bukankah
itu wakil ketua Khun Somjintana?” tanya Nai ketika melihat seorang pria di dalam
mobil. Lalu si Pria turun dari mobil itu.
Pria
tersebut tersenyum dan memanggil nama Nai, lalu dia berjalan melewati Nai dan
mendekati Nok. Kemudian kepada Nok, dia memperkenalkan dirinya.
“Aku Wutta.
Bertindak untuk ketua S.J. Polymer. Orang yang akan menggantikan tempat Khun
Somjintana, Ibuku,” kata Wutta memperkenalkan dirinya. Lalu dia mengulurkan
tangan nya kepada Nok.
Namun
sebelum Nok sempat menyalamin tangan Wutta. Dengan cepat, Nai mendekat dan
menyalamin tangan Wutta. Lalu dengan sikap sopan, Nai memperkenalkan dirinya
pada Wutta.
“Halo.
Aku Luckanai. Wakil ketua dari Green Dream,” kata Nai. Dan hal itu membuat Nok
merasa keheranan dengan sikap Nai.
Wutta
mengabaikan Nai. Dia berbicara kepada Nok bahwa dia telah membaca kontrak
pembelian dan ada beberapa point yang masih tidak dimengertinya, jadi dia
menanyakan apa Nok bisa tolong menyediakan beberapa informasi untuknya.
Dan
sebelum Nok sempat menjawab, Nai langsung memotong dan menjawab pertanyaan Wutta.
Dia mengatakan bahwa dialah yang bertugas pada masalah ini, jadi jika Wutta
memiliki banyak pertanyaan, maka Wutta bisa bertanya langsung kepadanya,
sehingga Wutta bisa membuat keputusan lebih cepat daripada bertanya kepada
asistennya, yaitu Nok.
“Kelihatannya
Khun Luckanai begitu possessive kepada asistennya ini,” kata Wutta mengatai
sikap Nai sambil tersenyum.
“Pengalaman
mengajariku. Beberapa hal lebih baik dilindungin daripada memperbaikinya,”
balas Nai sambil tersenyum juga.
“Jika
kamu bisa,” balas Wutta. Dan berdua, mereka saling bertatapan dengan tajam.
Sehingga melihat itu, Nok pun menjadi heran ada apa dengan mereka berdua.
Diruangan
kantor. Ketika Nai sedang merapikan map data miliknya, Nok datang mendekat dan
menanyakan apa Nai serta Wutta saling mengenal. Dan Nai membalas kenapa Nok
menanyakan itu.
“Karena
kelihatannya, kalian berdua saling kenal,” kata Nok.
“Kami
berasal dari universitas yang sama,” balas Nai. Dan ketika Nok ingin bertanya
lagi, Nai langsung memotong dan mengatakan bahwa dia telah merevisi data yang
ada, lalu dia menanyakan apa Nok mau mengeceknya. Dan karena itu, maka Nok pun
tidak bisa bertanya lagi.
Lalu
karena Nok melihat, kondisi Nai yang tampak tidak sehat, maka Nok menyentuh
dahi serta leher Nai. “Kamu sudah minum obat, tapi mengapa demam mu belum turun
juga. Akankah kamu bisa mengikuti rapat? Apa tenggorokan mu sakit ? Apa kamu
merasa pusing?” tanya Nok dengan cemas.
“Aku
tidak merasa pusing. Tapi sekarang hatiku terasa sedikit bergetar,” balas Nai
sambil menatap Nok. Dan mendengar itu, Nok pun menurunkan tangannya. Tapi
dengan segera, Nai menahan tangan Nok.
Nai
memegang tangan Nok dan dengan tulus, dia mengucapkan terima kasih kepada Nok.
Dan dengan gugup, Nok pun pamit untuk mengantarkan dokumen yang ada kepada
Ayahnya.
“Ya,”
kata Nai. Namun dia tidak melepaskan tangan Nok.
“Aku
tidak bisa pergi jika… kamu,” kata Nok sambil menatap tangan Nai yang
memegangnya. Lalu menyadari itu, Nai pun melepaskan tangan Nok. Dan setelah itu
Nok pun berjalan pergi sambil tersenyum senang. Begitu juga dengan Nai, dia tersenyum
memperhatikan Nok.
Nai
memasuki ruang rapat. Dan melihat kedatangannya, Wutta tersenyum dengan sinis.
“Akhirnya kamu hanyalah laki- laki miskin yang di campakan oleh seorang gadis,”
kata Wutta.
“Tapi
tidak berbeda dari kamu. Itu lebih baik bahwa aku bisa menghadapi kekalahan dan
kemenangan,” balas Nai.
“Apa
kamu pikir, kamu bisa mengalahkan aku? Luckanai!”
“Khun Wutta
harusnya berpikir sedikit. Sekarang, aku adalah Wakil ketua dari Green Dream.
Bukan teman sekelas dari universitas seperti sebelumnya,” balas Nai dengan
tegas.
Wutta
ternyata mengetahui tentang hubungan antara Khae dan Nai sebelumnya. Dan dia
menggunakan itu untuk mengancam Nai. Dia mengatakan kepada Nai bahwa dia telah
melihat berita tentang Thawat dan Khae. Lalu Wutta menanyakan apa yang akan
Thawat rasakan, ketika mengetahui bahwa wanita yang ingin dinikahinya ternyata pernah
berhubungan dengan bawahan
kepercayaannya.
Dan Nai
membalas bahwa kini masalah bisnis adalah yang terutama. Lalu Nai menanyakan
balik kepada Wutta, bagaimana perasaan Wat, ketika Wat mengetahui bahwa rekan
bisnis yang ingin bergabung dengannya melewati batas masalah pribadi. Serta
tentang perasaan Ibu Wutta (Somjintana) yang telah menghubungin Green Dream
berulang kali, ketika nantinya Somjintana mengetahui bahwa Anaknya sendiri
membuat kesepakatan ini batal.
Mendengar
ancaman Nai itu, maka Wutta pun terdiam dan tidak bisa mengatakan apapun lagi.
Lalu tepat di saat itu, Nok datang. Begitu juga dengan Wat. Dan dengan sikap
biasa yang tenang, Nai memperkenalkan Wutta dengan Wat.
“Kami
menghargai bahwa Green Dream dan S.J bisa bekerja sama,” kata Wat sambil
menyalamin tangan Wutta.
“Ibuku
dan aku sangat menghargai visi dari Green Dream untuk masyarakat. Ini yang
membuat kami ingin bekerja sama dengan
Green Dream,” balas Wutta dengan sopan sambil menatap ke arah Nok sesudah itu.
Dan
melihat itu, Nai tampak tidak senang.
Diapatermen.
Pen sedang bersiap- siap untuk berangkat bekerja. Lalu tepat disaat itu, bel
apatermennya berbunyi. Dan setelah mengintip siapa yang datang, barulah Pen
membuka kan pintu apatermennya. Yang ternyata itu adalah Wes.
Lalu
dengan sikap menggoda, Pen menanyakan tentang pakaian yang dikenakannya kini.
Dan dengan mesra, Wes mendorong Pen ke sofa. Tapi Pen menolak, karena dia harus
pergi bekerja. Lalu dengan sikap manja, Pen mengeluh bahwa ada suatu acara yang
ingin dia hadiri, tapi dia tidak memiliki perhiasan yang bagus.
“Jadi,
bagaimana kalau kita pergi ke toko perhiasan yang sering dikunjungin Ibuku?”
tanya Wes. Dan dengan Pen langsung setuju.
“Malam
ini aku akan memberimu hadiah,” balas Pen sambil bersikap menggoda.
Tapi
tiba- tiba saja, Wes mendapatkan telpon yang mengabarkan bahwa kini Ibunya
sedang sakit, jadi dia pun terpaksa harus pergi. Namun Pen tidak terima dan
marah kepada Wes, karena Wes telah berjanji kepadanya.
“Penny!
Ibuku sakit ,” kata Wes.
“Ibumu
tidak sakit. Dia hanya berbohong untuk mendapatkan perhatianmu agar pulang ke
rumah. Kamu bilang kamu akan membantuku kan. Apa kamu lupa?” balas Pen.
“Biarkan
aku pulang dan menemui Ibuku. Dan kemudian aku akan buru-buru kembali
kepadamu,” pinta Wes.
“Aku
tidak akan membiarkan kamu pergi,” balas Pen.
Dan
tepat disaat itu hape Wes kembali berbunyi, jadi Wes meminta agar Pen mengerti
akan alasannya. Tapi Pen tidak mau mengerti, karena dia tidak bodoh. Namun Wes
tetap mau pulang dan menemui Ibunya serta dia berjanji bahwa dia pasti akan
kembali kepada Pen. Tapi Pen marah.
Lalu
Wes memegang tangan Pen dan meminta Pen untuk sabar selama sehari saja. Dan Wes
berjanji bahwa dia pasti akan membuat Ibunya mengerti tentang hubungan mereka
berdua.
“Jika
kamu pergi, kamu tidak akan memiliki hari itu,” balas Pen.
Dan
kemudian hape Wes kembali berbunyi. Jadi dengan segera, Wes pun pergi
meninggalkan Pen. Dan dengan kesal Pen pun berteriak. “Wanita Tua!”
Ketika
rapat telah selesai, Nok menawarkan diri untuk mengantarkan Wutta keluar. Tapi
sebelum Nok keluar, Nai menahan tangan Nok dan mengatakan bahwa lebih baik dia
yang mengantarkan Wutta keluar.
“Nai
bisakah aku berbicara denganmu?” tanya Wat. Dan karena itu, maka akhirnya Nok
lah yang pergi mengantarkan Nok keluar. Sementara Nai terpaksa kembali duduk
ditempatnya.
Dengan
sikap gelisah, Nai terus melihat ke arah Nok yang telah pergi. Dan menyadari
hal itu, maka Wat pun menjadi heran. Namun Nai segera menutupi sikap cemasnya
itu dan berusaha untuk fokus.
Sambil
berjalan bersama. Wutta memuji Nok yang cepat tanggap, walaupun Nok baru lulus.
Dan Wutta mengatakan bahwa jika dia bisa bekerja sama dengan Nok, maka pasti
akan lebih mudah.
“Aku
punya banyak pekerjaan untuk ditanganin. Sebenarnya kamu harus bekerja sama
dengan Khun Nai langsung. Aku tahu bahwa kalian adalah teman,” kata Nok.
“Universitas
yang sama tapi beda jurusan,” balas Wutta.
“Beda
juruan? Dan bagaimana kalian saling mengenal satu sama lain?”
“Sebut
saja... Saingan.”
“Saingan
dalam olahraga, pelajaran, atau wanita? Biasanya pria bersaing dalam hal
beberapa hal. Itu benarkan? Aku pergi sekolah keluar negri jadi aku tidak tahu
banyak tentang masalah bosku.”
“Jika
aku memberitahumu, akankah kamu memberiku hadiah atau tidak?”
“Kamu
akan mendapatkan pertemanan dalam pekerjaan antara Green Dream dan S.J.
Menurutku ini cukup berharga,” balas Nok.
Namun
sebelum Wutta sempat bercerita, Nai datang dan memotong. Nai memberitahu Nok
bahwa Wat ingin menemui Nok diruangan nya. Jadi karena itu, maka Nok pun pergi
meninggalkan mereka berdua.
“Apa
kamu pikir bahwa kamu bisa menutup mulutku tentang kamu dan Khae?” tanya Wutta
dengan nada menantang.
“Apakah
kamu akan menceritakan tentang Khae yang memilih ku dibanding kamu. Atau tentang kamu yang dikirim keluar negri
untuk menghindari seorang gadis yang kamu hamili,” balas Nai. Lalu Wutta ingin
membalas, tapi Nai langsung memotong. “Sebelum mengancam yang lain! Kamu harus
memikirkan dengan baik, apa kamu cukup bersih dan jelas, agar hal ini tidak
menjadi bumerang.,” kata Nai.
“Kamu
ingin menyatakan perang denganku?”
“Tidak.
Perang tidak akan terjadi, ketika tidak ada yang memprovokasi pihak lain.
Selain melakukan perang, lebih baik bila kita mengembangkan bisnis kita. Jika
kamu permain sesuai dengan aturan, aku juga akan melakukannya,” tegas Nai.
Dan
sambil tersenyum sinis, Wutta menatap tajam kepada Nai.
Tags:
Game Sanaeha
Wih seru2 terima kasih ka sinopsisnya
ReplyDelete